Jumat, 22 Oktober 2010

Tidak Perlu Berteman Dengan Stress dan Depresi

Tidak Perlu Berteman Dengan Stress dan Depresi
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Banyak orang mengungkapkan kata “stress” saat mengekspresikan perasaan tertekan yang ia alami. Namun orang jarang menggunakan kata “depressi” saat ia mengalami perasaan murung atau melankoliknya. Kadangkala saat murung mereka juga mengungkapkan bahwa mereka lagi stress. Stress dan depressi bisa menjangkiti pribadi siapa saja. Untuk itu kita perlu mengenalnya namun tidak perlu berteman dengan stress dan depressi tersebut.

1. Stress
Stress ternyata telah ada sejak usia kecil- sejak kanak-kanak. Banyak orang dewasa yang beranggapan stress itu hanya milik remaja dan orang dewasa. Sementara anak-anak mungkin jauh dari stress karena mereka selalu hidup riang dan gembira. Mereka belum punya beban fikiran. Dalam kenyataan bahwa anak-anak juga punya masalah dan punya stress. Itu diawali oleh perasaan khawatir dan cemas- sebagai penyebab stress. Stress merupakan perasaan tertekan dalam diri seseorang. Stress sendiri tentu punya sumber.

Jennifer Shroff (2008) mengatakan bahwa sumber stress yang melanda setiap orang dan termasuk anak-anak bisa berasal dari keluarga, teman dan sekolah atau tempat kerja. Namun stress juga bisa bersumber dari dalam diri sendiri. Rasa tertekan yang ada dalam diri terjadi karena adanya kesenjangan (ketidak sesuaian) antara apa yang diharapkan- apa yang difikirkan- dengan realita yang ada.

Seperti dinyatakan di atas bahwa stress bisa menjangkiti siapa saja. Anak kecil, dalam usia pra sekolah, juga bisa mengalami stress atau cemas, misal kalau ditinggalkan oleh orang tua. Kemudian saat anak berusia lebih besar, di usia remaja, maka sumber stress mereka bisa berasal dari faktor akademik dan tekanan sosial. Stress karena faktor akademik bisa terjadi karena dibebani oleh segudang tugas dan kegiatan sekolah. Problem akademis itu sendiri terjadi karena sang anak tidak bisa mengelola dan memanfaatkan waktu dengan baik.

Ada pribahasa sebagai berikut “little pitcher has big ear”- kendi yang kecil punya telinga besar. Ini berarti bahwa anak-anak (anak kecil) selalu memasang kuping untuk mendengar pembicaraan orang yang ada di sekitar mereka. Misal pembicaraan dari orang tua, kakak dan anggota famili yang lain. Anak kecil memang punya rasa ingin tahu yang besar. Mereka selalu memasang kuping untuk menangkap pembicaraan orang lain. Maka apabila orang tua sering berbicara tentang susahnya hidup, di rumah atau di tempat kerja. Ini pun juga membuat anak turut peduli dan ikut merasa cemas. Anak ikut cemas melihat pertengkaran ayah- ibu. Begitu pula dengan berita penyakit dan kematian orang yang mereka cintai. Ini juga penyebab stress atau cemas bagi anak.

Berita media massa, misal tentang dunia yang seram, tentang penculikan, berita kriminal dan berita tentang bencana alam, perang juga tentang terorisme mencemaskan tentang keselamatan diri sendiri dan orang yang mereka cintai. Berita tentang penyakit, kematian orang yang dicintai dan juga perceraian orang yang mereka cintai membuat mereka cemas dan stress.

Stress mempunyai tanda-tanda atau gejala. Namun tidak mudah bagi kita untuk mengenal kapan anak kita sedang dilanda stress. Perubahan suasana hati (mood) bisa jadi isyarat bahwa anak sedang dalam keadaan stress. Isyarat lain adalah seperti perubahan pola tidur, berkeringat dingin, dan salah tingkah. Kemudian juga perasaan sakit kepala, sakit perut, gangguan dalam kosentrasi dan gangguan dalam penyelesaikan pekerjaan rumah, sampai pada prilaku suka menyendiri. Karakter negative seperti suka berbohong, menggertak (bulying), menentang otoriter orangtua dan guru, mimpi buruk, respon yang berlebihan atas masalah kecil hingga merosotnya prestasi kerja atau prestasi belajar juga merupakan isyarat bahwa seseorang lagi stress.

Stress harus diatasi, paling kurang dikurangi. Stress dapat dikurangi lewat inisiatif sendiri dan juga lewat bantuan orang lain. Orang tua dapat menguarangi stress anak-anaknya. Anak sendiri perlu untuk memperoleh nutrisi dan istirahat yang cukup. Karena kekurangan gizi membuat badan akan terasa kurtang nyaman. Badan juga terasa kurang nyaman kalau kurang istirahat/ kurang tidur. Dimana rasa stress mudah datang.

Orang tua seharusnya melowongkan waktu buat anak agar bisa bermain dan ngobrol bareng. Tentu saja bukan ngobrol yang bersifat mendikte dan banyak mengeritik. Orang tua perlu mengungkapkan perasaan positif pada anak- menyatakan bahwa keberadaan mereka sangat penting. Pernyataan yang demikian agar membuat hidup sang anak menjadi berarti. “Papa merasa senang karena kamu bisa bekerja dengan papa di kebun ini,…..mama bahagia sekali bisa ngobrol tentang pelajaran dengan mu”.

Orang tua dan anak juga perlu ngobrol tentang teman mereka, tentang sekolah, guru atau hobi mereka. Anak dan remaja juga perlu bahwa perasaan marah, khawatir, cemas, takut adalah perasaan yang normal pada setiap orang. Stress bisa melanda siapa saja. Lebih ideal bila rasa yang demikian untuk dibagi dengan orang yang mampu mendengar- yakni mendengar suara hati mereka.

2. Depressi

Depressi juga merupakan masalah mental yang juga umum terjadi. Depressi bisa melanda siapa saja dan semua tingkat umur. Ciri-ciri awal dari gejala depressi adalah adanya gejala bad mood, melankolik atau murung, merasa down atau sedih. Suasana begini juga bisa terjadi pada anak-anak. Namun jumlah penderita depressi pada usia remaja dan dewasa bisa lebih banyak. Bila seseorang dalam keadaan murung, bad mood dan merasa sedih yang berkepanjangan dalam waktu lama hingga berminggu minggu atau berbulan-bulan maka inilah yang disebut dengan depresi.

Michele New (2008) mengatakan bahwa depressi juga ada penyebabnya. Depressi tidak disebabkan oleh suatu peristiwa atau oleh seseorang, tetapi hasil dari beberapa faktor. Penyebab depresi juga bervariasi untuk setiap orang. Orang yang punya keluarga depressi kemungkinan juga bisa mengalami depressi- factor genetik. Peristiwa hebat atau trauma yang pernah terjadi dalam hidup seperti kematian orang yang dicintai, terjadinya perceraian, pindah ke daerah baru, dan putus hubungan dengan kekasih yang begitu mendalam bisa menimbulkan gejala depressi.

Stress yang berkepanjangan juga bisa sebagai faktor penyebab timbulnya depressi. Selanjutnya bahwa penyakit kronis juga bisa membuat orang jadi putus asa dan depressi. “Aduhai lebih baik aku mati saja dari pada susah berjalan begini terus…!”. Kemudian bahwa dalam usia remaja, gejolak emosi dan gejolak sosial gampang terjadi, sehingga segala sesuatu menjadi sulit. Tentu saja emosi mereka jadi kacau, melankolik dan bad mood, hingga akhirnya menjadi depressi.

Orang yang dilanda depressi sering merasa kehilangan harapan atau perasaan tidak berguna. Sekali lagi bahwa orang yang lagi depressi sering bersifat pesimis, “Aduh mak, hidup ku tidak berguna, lebih aku meninggal dunia saja….”. Kita perlu memahami karakter anak/ famili atau kerabat yang lagi depressi. Yaitu mereka merasa bersedih tanpa beralasan, kehilangan tenaga/ semangat, tidak mampu merasakan indahnya dunia atau hidup ini, tidak bersemangat untukl berteman, merasa marah, cemas dan juga tidak mampu berkosentrasi. Tidak berselera makan sehingga berat badan menurun. Begitu pula adanya gangguan dalam pola tidur, merasa sakit pada seluruh tubuh, tidak peduli tentang masa depan dan sering berfikir untuk bunuh diri atau mati saja.

Bila anak atau keluarga kita menunjukan gejala depresi, maka kita perlu untuk melakukan tindakan. Kita perlu ngobrol dengan anak dan juga minta bantuan dokter jiwa. Mengatasi masalah keluarga secara pribadi juga tepat. Dalam masa anak-anak sebenarnya ada periode “storm and stress- masa badai dan stress” atau masa-masa sulit. Namun dalam masa sulit ini banyak problem anak dan remaja yang tidak diselesaikan. Tentu saja orang tua merasa bertanggung jawab atas masalah yang terjadi pada anak, namun orang tua bukanlah penyebab depresi itu.

Anak anak atau remaja yang sedang depresi tentu butuh banyak didengar (dipahami). Mereka kadang-kadang merasa tidak berguna. Orang yang lagi dilanda depresi melihat dunia ini dengan negative, ini terbentuk karena perasaan depresinya. Anggota keluarga yang dilanda depressi perlu dirawat melalui psikoterapi- yaitu kombinasi terapi dan obat. Psikiater memberi resep obat untuk membuatnya rilek. Psikoterapi akan fokus pada penyebab depresi itu sendiri.

Stress dan depressi adalah masalah mental. Kita perlu mengenalnya tetapi kalau boleh tidak perlu berteman dengannya. Oleh sebab itu stress dan depressi perlu dikurangi atau dicegah.

Perasaan khawatir dan cemas bisa menjadi penyebab stress. Anak perlu dilatih/ dibisaakan agar bisa mengelola dan memanfaatkan waktu dengan baik. Kita tidak perlu membenani fikiran anak dengan beban fikiran yang belum mampu mereka fikirkan. Kita juga perlu meluangkan waktu untuk melakukan kebersamaan – ngobrol dan bermain dengan anak. Kemudian bahwa stress dalam waktu yang lama bisa menyebabkan depressi. Orang tua perlu mengungkapkan bahwa kehadiran anak adalah penting, ini agar anak merasa hidupnya berguna. Namun bila ada anggota keluarga yang dilanda depressi maka kita harus mencari bantuan ahli (dokter dan psikiater) sedini mungkin http://penulisbatusangkar.blogspot.com

Note: 1) Michele New (2008) Understanding Depression.(http://kidshealth.org), 2) Jennifer Shroff (2008) Reducing Kid’s Stress .(http://kidshealth.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...