Jumat, 09 Januari 2015

Mencari Jodoh



Mencari Jodoh
            Kepala SMA Swasta, YPLB-Yayasan Pendidikan Lintau Buo, meminta kesediaaku agent untuk membantu sekolah tersebut, maksudnya aku sudi mengajar Bahasa Inggris di sana setelah pulang sekolah di SMA Negeri 1 Lintau. Aku sangat sudi untuk mengajar di sana. Sekolahnya berlokasi di Pangian.
            Untuk sholat ashar aku pergi ke Mesjib Al-kubra yang letaknya sekitar 200 meter dari sekolah. Di mesjid tersebut aku berkenalan dengan seorang guru yang juga mengajar matematik di SMA Swasta tersebut. Dia guru muda yang single dan aku juga. Kami merasa berteman dan sering pulang bareng. Nama guru muda tersebut bernama Emi.
            Bila kami jalan bareng maka hampir semua siswa dan juga majelis guru merasa senang dan malah menganjurkan kami berjodohan. Aku nggak ambil pusing- aku belum terpikir buat menikah dengannya. Namun lambat laun timbul juga rasa simpatiku pada guru gadis tersebut dan aku menulis surat yang indah kepadanya. Surat tersebut aku kirim lewat salah seorang siswiku yang aku anggap polos dan terpecaya. Tercanyaia sering merobek pinggir sampul suratku dengan hati- hati dan membaca suratku.
            Itu karena memiliki rasa ingin tahu atas surat yang aku tulis. Dan dicurigi suratku sering dibaca sebelum disampaikan kepada Puspa. Puspa juga sering menemukan amlop surat dengan bekas robekan yang kembali diberi lem. Tapi biarlah aku nggai mempersoalkan karena yang penting suratku sampai ke sasarannya. Dan itupun juga sudah berlalu.
            Ternyata Puspa sering pergi ke Payakumbuh, paling kurang setiap awal bulan baru. Dan aku memutuskan untuk pulang ke Payakumbuh bareng dengan aku. Ia sangat setuju dan kami naik mobil dan memilih bangku paling belakang. Kami bisa ngobrol sambil menunggu keberangkatan dan kami biasanya juga membeli makan ringan untuk pengisi waktu.
            Aku mengajaknya mampir di rumahku di Palorimbo. Saat ia duduk di baranda, aku berbisik dengan ibu di dapur- dibelakang dan aku minta pendapat ibu tentang dia, apakah boleh jadi jodohku. Ibu tersenyum dan ia sangat merestui, maka aku tingkatkan status hubungan kami. Sejak itu frekuensi pertemuan kami makin sering terjadi di Lintau.
            Tiba-tiba aku merasa kurang nyaman dengan Puspa. Itu setelah aku membaca suratnya, barangkali aku sedang badmood dan suratnya tidak begitu enak aku baca. Alhasil aku menulis surat padanya agar hubungan cinta kami dibatalkan saja atau status cinta kami ditangguhkan.
“Pokoknya sejak itu aku merasa malas saja pada Puspa. Aku menutup hatiku padanya, dan siswa-siswiku membaca gelagatku karena aku yang biasanya selalu tampil ceria drastic berubah menjadi begitu serius dan kalau ngomong juga rada-rada ketus”.
            Aku memutuskan untuk mencari kekasih yanglain dan yang lebih baik dari pada Puspa. Jadinya aku kembali membuka hati bagi wanita lain. Aku ingin jatuh cinta lagi. Tetapi memang susah mencari wanita yang kita idamkan saat hati kita lagi nggak enak. Pokoknya aku akan mencari wanita yang kualitas bahasanya lebih enak buat aku dengar. Ada beberapa  gadis yang sempat akrab denganku namun hatiku nggak begitu pas dengan mereka.
            Ah … ada ada saja. Suatu malam aku mimpi mengapa biji mataku sebelah kanan tertusuk. Aku cemas dan sangat takut. Aku segera terbangun dan memegang mata sebelah kanan. Alhamdulillah untung masih utuh dan nggak apa apa. Aku nggak percaya dengan mimpi, karena mimpi hanyalah ilusi tidur. Tetapi aku mencoba buat menafsirkan mimpiku buat kebutuhan sendiri.
            Atas nama cinta, Puspa Surya adalah biji mataku yang kanan, dan mengapa harus tertusuk. Apakah setiap cintaku mengalami konflik harus buru-buru aku akhiri, dan aku cari wanita yang baru, jatuh cinta lagi dan aku mulai pula dari nol..putus lagi dan aku ngambek dan cari lagi wanita baru. Ya kalau demikian kapan cinta ini selesai. “Ah lebih baik aku kembali aja kepada cintanya Puspa. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Bukankah pria yang baik dalam jatuh cinta adalah pria yang bisa menerima kelebihan dan memahami kekurangannya. Aku kembali menghidupkan api cintaku pada Puspa Surya.

Perkawinan-Choose Your Love, Love Your Choice



Perkawinan-Choose Your Love, Love Your Choice
            Aku sempat membaca sebuah artikel yang berjudul “choose your love and love your choice- pilihlah cintamu dan cintai pilihanmu yang ditulis oleh La Rose belasan tahun yang lalu. Tulisan ini sangat memberiku inspirasi dalam mencari cinta.
Memilih kekasih buat calon istri ternyata gampang-gampang susah. Kalau dikejar  ya…susah dapatnya,kalau nggak dikejar juga nggak bakal datang. Yang jelas bahwa akhirnya aku bisa mencintai wanita. Padahal sebelumnya aku sempat merasa sulit untuk jatuh cinta pada wanita. Aku merasa kurang tertarik dengan wanita… akibat trauma melihat pertengkaran ayah dan ibuku yang berkepanjangan.
“Dalam memoriku sempat terekam bahwa menikah dan perkawinan itu tidak menarik. Karena menikah itu identik bertengkar dan berselisih paham yang berkepanjangan”. Kemudian aku berjuang untuk mengubah minset- cara berfikirku.
            Pada mulanya saat aku berada di Palorimbo- Payakumbuh, ada seorang teman sebut saja namanya Mirna (nama samaran) datang dengan ibunya. Mirna adalah teman satu kuliah dengan ku di jurusan Bahasa Inggris UNP. Ia berasal dari Payakumbuh, ketika masih kuliah di Padang aku memang hampir  setiap sore mengunjungi rumah kosnya. Tapi aku belum pernah mengatakan “I Love You” padanya. Jadi aku belum punya ikatan janji apa-apa dengannya.
            Aku tahu ia adalah adalah anak tunggal dan anak satu-satunya. Saat itu aku mulai rajin membaca artikel dan mencari tahu tentang karakter wanita. Kalau dia adalah satu satunya anak wanita dalam keluarganya. Dengan demikian andai aku menikah denganya  maka kami diharapkan untuk segera punya banyak anak- berusaha untuk bisa membuat dia berkembang biak. Andai aku nggak bisa memberinya anak, tentu aku bakal merasa stress. Lagi pula anak tunggal memiliki karakter keras, maka itulah alasan ku nggak mengatakan I Love You padanya. Jadinya aku menolak.
“Tapi itu hanya penilaian dan kecemasanku sepihak saja, dan dalam kenyataan tidak seperti itu karakter semua anak tunggal”.
            “Mirna memang sahabat saya bu, dan saya sering berkunjung ke rumah Mirna, namun buat menikah silahkan Mirna duluan, soalnya abang saya masih kuliah dan saya belum mau nikah lebih dahulu dari abang saya” Seperti itulah aku menolak dengan halus. Dan Alhamdulillah Mirna nggak merasa sedih, ia hanya butuh konfirmasi dariku-menanyakan kepastianku “ya atau tidak”.
            Ternya ada pria dari Jawa Barat yang telah hadir dalam diri Mirna, ia tengah datang ke pada Mirna- buat melamarnya. Ternyata benar…. aku dengar setelah itu Mirna segera menikah.
Tidak masalah kalau aku tidak diundang. Dan aku juga nggak merasa sedih karena kami baru sebatas teman biasa dan belum ada rasa rindu atau kangen-kangenan yang  tumbuh dalam hati. Saat aku ingin jatuh cinta aku rajin membaca artikel tentang wanita. Dan aku berprinsip mencari calon istri seperti ajaran Islam:
“Nikahilah wanita karena kecantikannya, keturunannya dan karena hartanya, maka utamakan karena hartanya”. Yang jelas aku mencari wanita yang nggak arogan.  Aku mencari wanita yang kecerdasannya bisa menyamaiku dan ngak boleh lebih cerdas dari ku, nggak  juga lebih kaya dariku. Yang penting uangku berharga di matanya.
            Ternyata juga ada gadis gadis tetangga yang dulu adalah teman masa kanak kanakku. Aku tahu ia  juga tertarik dengan ku. Namun aku nggak tertarik dengan mereka, ya mereka sudah aku anggap seperti saudara sendiri.
            Aku rajin berkunjung ke rumah para gadis ya hanya sekedar untuk bertamu atau bercanda dengan mereka. Saat bertamu dengan mereka, orang tua mereka ada yang iseng berkata agar aku bisa menikahi anak gadis mereka. Ahhh…hanya sekedar bercanda dan tentu kami hanya sebatasberteman biasa saja.

Kena Guna Guna
            Ada seorang perempuan separoh baya dan ia adalah seorang guru  SD di Lubuk Alung. Ia mengaku sebagai teman masa kecil ibuku. Suatu hari ia berkunjung dan bersilaturahmi dengan ibu, dan ia juga punya tujuan mau mencari calon suami buat anak perempuannya. Ia ingin mengambilku menjadi menantunya. Aku merasa senang bahwa aku mulai laku. Tetapi bukan aku suka begitu saja dengan anaknya.
            Suatu hari ia datang lagi dan ia menganjurkan agar aku menikah dengan anaknya. Namun saat aku ingin melihat foto anaknya, ia nggak membawa foto anaknya. Malah aku ditawarkan untuk datang ke Lubuk Alung buat melihat dan berkenalan dengan anaknya. Aku nggak punya mood buat berkenalan dengan anak gadisnya.
            Pada hari lain ibu Yar datang lagi dengan maksud untuk meminangku. Ia mendekati ayah dan ibuku dan juga membujuk ibu agar mempengaruhiku. Kalau aku sudi menikah dengan anaknya maka aku akan memperoleh uang jemputan sebanyak puluhan juta rupiah dan ibu juga akan diberi uang dapur. Mendengar tawaran demikian tentu ibu senang namun aku tidak. Aku membungkam- tidak memberikan komentar.
            Ibu Yar datang lagi dan ia bertanya pada ibu. Pada mulanya ibu sempat membujukku agar menikah dengan anaknya dengan catatan bahwa aku akan memperoleh uang jemputan. Namun aku menolak. Dan ibu mengatakan padanya bahwa aku belum mau menikah.
Namun ia berkata kalau aku belum mau menikah cepat juga nggak apa-apa. Bukankah aku dan anaknya bisa bertunangan dulu. Sebenarnya bukan masalah bertunangan, aku sendiri nggak kenal siapa anaknya dan aku nggak punya api cinta padanya.
Suatu hari buk Yar datang lagi dari Lubuk Alung, dan ia ditemani oleh seorang laki-laki, yang diperkenalkan sebagai paman oleh anaknya. Namanya Ibrahim. Dan ia lama tinggal di Banten, daerah Jawa Barat. Tetapi aneh Pak Ibrahim datang membawa ayam putih dan juga monyet. Sehingga aku bertanya:
“Mengapa bapak datang membawa ayam dan monyet ke sini ?”
“Wah tadi kebetulan saya dari pasar Lubuk Alung dan berjumpa dengan buk Yard an diajak ke sini, ke Payakumbuh”. Demikian keterangannya.
Di mataku Pak Ibrahim adalah orang tua yang ramah, ia duduk disamping, ngobrol dengan sambil membelai pundakku. Ayahku saja nggak pernah seperti itu. Ia meminta aku menikah dengan anak perempuan buk Yard an aku menolak dengan halus dan ia bersikap ramah dan menatap mataku lebih lama.
Saat waktu sholat ashar masuk aku meninggalkan pak Ibrahim, aku pergi ke mushola Al-Ishlah di Palorimbo dan pak Ibrahim juga pergi.Namun ayam dan monyetnya tetap di bawa ke mushola dan diikatkan dekat sumur. Aku mengganggap itu hal biasa bagi seorang petani dari desa di Lubuk Alung. Aku selesai sholat dan segera pulang, Pak Ibrahim juga menyusulku dan membawa ayam putih dan monyet pulang. Sore itu juga rasnya Pak Ibrahim balik ke Lubuk Alung dengan Ibu Yar.
            Payakumbuh saat itu tersa agak ingin aku cepat merasa nggantuk. Ayahku entah dimana dan yang di rumah hanya ibuku dan adik adikku. Aku tertidur cukup nyenyak malam itu. Namun tiba-tiba aku terbangun secara mendadak. Saat itu aku perkirakan pukul 02.00 dini hari dan suasana amat sepi. Suara cecak menggema dan batok kepalaku bagian belakang terasa berat dan mau meledak rasanya. Aku mau berteriak dan seakan mau jatuh.
            Aku berdiri tetapi aku hanya bisa berjalan membungkuk. Aku melawan rasa berat dalam kepalaku yang mau pecah itu. Untung jarak sumur dan kamar tidur hanya kira kira 10 langkah di balik kamar. Aku segara mengambil air wudhuk:
            “Nawaitu wudhuk liraf hil hadhasi adgharillahi toalla”. Aku beruduk dan mengihklaskan diri pada Allah. Aku sucikan wajah, ke dua belah tangan, ku basuh kepala dan dua daun telinga dan juga aku basuh ke dua belah kakiku. Rasa berat dalam kepalaku terasa terangkat dan berkurang.
            Aku segera sholat tahajjud dua rakaat, setelah itu aku tambah dua rakaat lagi. Selesai sholat aku berzikir membaca “Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar dan laillahaillah. Setelah itu aku juga berdoa mohon ampun dan mengikhlaskan diri pada Allah. Aku bermohon semoga Allah menjauhkan sakit kepalaku.
            Alhamdulillah sakit kepalaku berkurang dan hilang dan aku merasa ringan kembali seperti semula. Aku selesai sholat dan segera bangkit dan berdiri. Aku teringat dengan ibuku dan segera melangkah menuju kamar dimana ibuku tertidur sendirian.
            “Mak…kepala awak tadi sakit mau pecah mak, awak ingin berteriak keras keras mak, namun awak tahan dan awak segera mengambil air udhuk dan sholat tahajjud. Alhamdulillah sekarang sudah normal kembali. Sakit apa itu namanya mak ?”
            “Masya Allah kamu barusan kena guna guna, untung kamu sadar dan bisa mengontrol diri dan bisa melakukan sholat tahajjd. Kalau nggak kamu bisa gila, bisa terganggu fikiran atau nggak sadarkan diri. Ibuku jadi geram:
“Siapa yang sudah mengganggu jiwamu dan memberi kamu ilmu sihir- guna guna. Biar besok emak pergi ke kampong untuk mencari tahu”. Keesokan paginya ibuku segera berkemas dan pergi keLubuk Alung untuk mencari tahu.
Di sore harinya ibuku pun pulang dan bergegas duduk di dekatku dan memberi tahu bahwa dukun yang memberi aku guna guna adalah “Si Ibrahim yang datang ke Payakumbuh dengan membawa monyet dan ayam putih sebagai perantara ilmu sihirnya. Pada mulanya sihir sempat menyerang fikiranku dan karena aku mendekatkan diri pada Allah- sholat tahajjut maka ilmu guna guna dari Ibrahim menjadi kurang mempan. Malah berbalik mencederai fikitran Ibrahim. Ibrahim pun juga jadi kesakitan pada kepalanya.

Sukses Juga Bisa Berawal Dari Desa



Sukses Juga Bisa Berawal Dari Desa
            Fenomena menyerbu sekolah di perkotaan sudah ada sejak dahulu. Apalagi kalau sekolah tersebut berlabel unggul, maka sekolah tersebut  sangat diserbu. Sebetulnya sukses itu ada dimana-mana. Aku yakin bahwa keberhasilan (sukses)  juga dapat terjadi di sekolah pedesaan, seperti dari SMAN 1 Lintau buo. Maksudnya bahwa anak anak yang sekolah di daerah pedesaan (pelosok) juga bisa berhasil, jadi sukses tidak selalu menjadi konsumsi anak anak yang sekolah di tempat yang favorit.  
            Ada dua orang mantan murid yang paling berkesan dalam memoriku, nama  mereka adalah  “Revalin Herdianto dan Oki Muraza”. Dahulu kedua-duanya juga  belajar di sekolah desa di Kecamatan Lintau Buo yang saat itu masih terasa seperti kampung yang terisolir (karena akses transportasi yang terbatas), namun sekarang mereka berdua telah menjadi Doktor.
Profil  mereka pun memberi  inspirasi atas tulisan ini. Revalin Herdianto dapat dikatakan sebagai figur  yang berhasil dalam menggapai mimpinya dalam bidang akademik. Di awal tahun 1990-an ia hanya belajar di SMAN 1 Lintau, sekolah yang masih bersuasana kampung saat itu. Ia tidak pernah mengikuti bimbel (bimbingan belajar) seperti lazimnya anak-anak sekarang. Ia hanya banyak belajar sendirian  dan telah menjadi siswa yang mandiri dalam belajar. Agaknya ia tidak membutuh komando dari orang tua dan guru dalam belajar. Orang tuanya tidak akan berteriak teriak menganjurkanya dalam belajar. Ia dan teman-teman (kelompok belajarnya) sudah punya  kebiasaan belajar sebagai kebutuhan.
Bukan berarti ia harus terpaku pada meja belajar sepanjang hari dan membenamkan kepala di atas tumpukan buku-buku di pojok kamarnya. Sebagai warga masyarakat, Revalin juga melibatkan diri dalam berbagai aktifitas masyarakat di kampungnya. Ia juga ikut ke ladang, ikut gotong royong membangun jalan desa, dan juga ikut menjelajah alam bersama teman-teman. Saat di SMA, kemampuan belajar Revalin biasa-biasa saja- namun ia duduk di  kelas unggulan.
Tamat dari SMA ia hanya memutuskan untuk kuliah di Politeknik saja, mungkin itu setelah mengambil serangkaian keputusan yang terbaik dalam hidupnya. Pada saat duduk di bangku Politeknik ia memperoleh strategi belajar yang tepat dan kemampuan akademiknya pun melejit. Ia menyelesaikan pendidikan di Politeknik tepat waktu dengan nilai terbaik dan kemudian memperoleh beasiswa untuk strata 1 di ITB- Bandung, ia kembali ke almamaternya sebagai assisten dosen. Untuk selanjutnya ia mencari beasiswauntuk program master di luar negeri.  
Ada prinsip belajar yang ia jalani yaitu “study while studying  and play while playing- belajarlah saat belajar dan bermainlah saat bermain.  Banyak siswa sekarang kurang menerapkan prinsip belajar yang begini. Mereka malah mengadopsinya menjadi prinsip belajar yang berbalik arah yaitu “play while studying  dan study while playing- bermainlah saat belajar dan di sini bearti kurang ada keseriusan dan konsentrasi dalam belajar.
Belajar di sekolah berarti harus terjadi komunikasi dua arah antara guru dan murid. Anak-anak yang berasal dari rumah yang punya komunikasi dua arah maka di sekolah akan terbiasa juga dengan komunikasi dua arah. Di rumah, Revalin juga terbiasa dengan suasana komunikasi dua arah. Orang tuanya tidak sekedar menyuruh dan melarang. namun orang tua/ keluarganya  juga melibatkan fikiran dan tenaga Revalin dalam menjalankan kegiatan harian di rumah.
Ia memperoleh beasiswa penuh untuk mengikuti program master ke Australia. Pelamar beasiswa ke luar negeri harus bisa memperoleh standar TOEFl- Test Of English as Foreign Language yang disaratkan oleh program, mungkin skornya 500 atau lebih. “Apa rahasia agar kita  bisa memperoleh TOEFl yang tinggi ?”
Ada tiga hal yang diuji dalam TOEFL yaitu kemampuan membaca, mendengar dan tata bahasa (structure). Cara yang terbaik untuk meraih TOEFL  tinggi adalah dengan berlatih dalam mengerjakan soal-soal. Kemudian membiasakan diri dalam membaca teks bacaan yang agak panjang. Sementara untuk meningkatkan kemampuan listening kita harus tahu strateginya- apakah pertanyaan dalam listening menanyakan tentang informasi umum, informasi tersirat, informasi rinci, menanyakan tujuan dari reading dan yang paling penting adalah banyak latihan mendengar.
Ia bisa menyelesaikan program master tepat waktu dan sekarang juga sedang menyelesaikan program post-graduatenya (program Doktoral). Setiap orang, termasuk siswa yang bearasal dari kampung bisa mencari beasiswa untuk program master dan program doctoral dalam negeri, maupun dari luar negeri. Revalin Herdianto sendiri merampungkan  program graduate  melalui beasiswa IALF- Indonesia Australia Language Foundation yang punya kantor di Bali dan Surabaya.
Di awal tahun 1990-an aku  juga sempat berbincang-bincang  dengan seorang pelajar cerdas yang bernama  Oki Murasa- seorang siswa SMPN 1 Lintau yang punya fenomenal dengan peringkat NEM (Nilai Ebtanas Murni ) paling tinggi di Kabupaten Tanah Datar saat itu. Daya serap belajar Oki Muraza sangat bagus- daya rekamnya ibarat mesin fotokopi. Ternyata Oki bisa menjadi siswa yang fenomenal dengan peringat nilai tertinggi bukan lewat pemanjaan. Tidak membebaskan Oki dari tanggung jawab di rumah
“Orang tuanya- yang tamatan Fakultas Hukum di Universitas Sriwijaya-Palembang-  tidak memberikan pemanjaan, namun ia memberikan kasih sayang, perhatian, tanggung jawab dan penghargaan kepada Oki. Pemanjaan berarti mengikuti semua kemauan anak tanpa pengontrolan. Oki juga terbiasa untuk ikut bekerja dalam merapikan rumah.
Ketika belajar di SMP (di Lintau Buo) malah tinggal hanya dengan orang tua tunggal- ibu kandung. Saat aku sempat mampirke rumahnya, ibunya sedang  memberi Oki tanggung jawab membantu  mengupas kelapa, mencat pagar, mencuci piring atau mungkin pekerjaan lain.
Aktifitas ini penting  untuk memperkaya anak dengan pengalaman hidup- life skill. Sukses dalam bidang akademik di bangku SMP/ SMA tentu akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi melalui jalur bea-siswa. Bagi Oki sendiri ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan ke sekolah SMA Taruna Nusantara, sekolah unggulan yang paling diminati oleh lulusan SMP se Indonesia, dan sejak tahun 1993  aku tidak mendengar banyak tentang Oki Muraza.
Setelah belasan tahun tidak mendengarnya maka aku di tahun 2010  mengetahuinya sebagai Doktor Oki Murasa. Lagi-lagi ia menjadi inspirasi bagiku untuk menulis tentang siswa yang sempat bersekolah di pedesaan juga berhak jadi Doktor. Facebook lagi-lagi memberi kemudahan bagi kita untuk tahu banyak tentang dia secara langsung. Oki juga memiliki blogger.
Melalui blognya  aku juga bisa mengetahui tentang kisah sukses dan perjalanan hidupnya. Dalam usia muda (30 tahun) Oki bisa menjadi Doktor dan bekerja sebagai tenaga peneliti di Abu Dhabi, United Arab Emirates. Dan sebelumnya  ia bekerja di beberapa institute di Eropa. Meski berada jauh dari kampung (Indonesia), namun kecintaannya terhadap tanah air masih tergores.
Pendidikan Oki dalam menggapai mimpi menjadi Doktor adalah, setelah menyelesaikan pendidikan SMP Negeri 1 Lintau, ia melanjutkan pendidikan ke SMA Taruna Nusantara di Magelang. Selanjutnya ia memilih studi di ITB Bandung, kemudian program masternya pada Chemical Engineering, Technische Universiteit Delft, Delft, the Netherlands dan selanjutnya untuk doctoral (PhD) pada  Chemical Engineering, Technische Universiteit Eindhoven, Eindhoven, the Netherlands. Ia mengatakan bahwa penguasaan bahasa asing mutlak diperlukan untuk studi yang lebih tinggi, apalagi kalau di luar negeri.
Oki Muraza juga memperoleh “honor and award” dalam menggapai mimpi menuju Doktoral, yaitu seperti dari  NIOK (Netherlands Institute for Catalysis Research- Institut Belanda untuk Riset Catalysys). Oki memperoleh nilai tertinggi saat menyelesaikan program Doktoralnya. Ia memperoleh berbagai beasiswa dan termasuk beasiswa yang disponsori oleh Unesco- Belanda.
Anak anak yang sekarang sedang belajar di SMP dan SLTA (SMK dan SMA) di kampung atau di pedesaann juga bisa sukses, menjadi Doktor seperti halnya Revalin Herdianto dan Oki Muraza. Yang suka bersantai saja tentu saja tidak akan berhasil, namun yang bisa banting stir- paling kurang seperti pola dan gaya hidup Revalin dan Oki kemungkinan bisa juga menjadi Doktor. “Bagaima karakter anak-anak pedesaan yang diperkirakan bakal sukses kelak ?”
Ya mereka harus menjadi siswa yang mandiri dalam belajar. Jangan pernah butuh komando/ diperintah  orang tua dan guru untuk memulai belajar, “Belajar lagi nak….buat Pe-er nya segera….!” Orang-orang yang telah sukses dalam profesi mereka, saat belajar di bangku  SMP dan SMA bukan berarti mereka harus terpaku pada meja belajar sepanjang hari. Namun mereka  juga melibatkan diri dalam berbagai aktifitas masyarakat. Mereka serius dalam belajar, belajarlah saat belajar dan bermainlah saat bermain. Mereka memiliki komunikasi dua arah di rumah (yaitu antara anak dan orang tua) dan di sekolah (antara siswa dan guru). Mereka juga ikut serta/ berpartisipasi dalam mengurus diri dan mengurus rumah. Mereka bisa sukses (karena rido dari Allah Swt). Kemudian  juga memiliki kemampuan bahasa Inggris dan meraih skor TOEFl- Test Of English as Foreign Language yang disaratkan oleh program mungkin seputar 500 atau lebih. Selanjutnya mereka juga memiliki mental yang tangguh, tidak cengeng, tidak gemar minta bantuan- tapi mereka terbiasa dengan “help your self terlebih dahulu, gampang beradaptasi dan bergaul dengan berbagai macam karakter dan pola fikir orang. Akhir kata bahwa mereka juga terbiasa punya tanggung jawab atas diri sendiri dan dalam membantu orang lain

Berkabung atas Kepergian Siswaku Buat Selamanya



Berkabung atas Kepergian Siswaku Buat Selamanya
            Seperti yang aku katakana bahwa saat aku masih sebagai guru baru, maka siswaku terasa seperti teman saja. Misalnya aku cukup dekat dengan seorang siswi, namanya  Puspa. Siswi yang satu ini cukup cerdas, meski berdomisili di pedesaan dan seharusnya ia memakai bahasa Minang, namun Puspa dalam keluarga memakai bahasa Indonesia, dan memakai bahasa Minang dengan para tetangga.
            Aku sering berkunjung ke rumah Puspa di Buo dan ngobrol dengan ayah, ibu dan adiknya. Ternyata ayahnya punya bisnis kebun sayur di Panipahan, sebuah kecamatan kecil di Sumatera Timur. Produksi sayurnya diekspor ke Malaysia. Aku rasa bahwa ayahnya memiliki pemikiran yang cukup maju.
            Puspa ingin melanjutkan kuliah setelah tamat SMA N Lintau Buo ke fakultas hukum. Hari itu ayah dan ibunya mengantarkan Puspa buat mendaftar di  Universitas Bung Hatta dan pulang dengan menyewa taxi. Tiba- tiba kami -seluruh siswa dan guru- jadi tersentak kaget karena taxi yang mereka tumpangi terjun ke dalam sungai kecil (Batang Tampo) dekat kaki gunung Sago. Puspa dan ibunya mengalami luka luka serius dan kepalanya mengeluarkan banyak darah. Dalam kondisi kritis keduanya dengan tenang selalu berzikir dan bersitighfar. Akhirnya mereka berdua meninggal dunia karena kehabisan darah dan jasad mereka dikuburkan dalam satu kuburan di Buo.
            Aku merasa sangat terpukul dan sangat berduka atas kematian mereka. Apalagi ayah dan dua orang adik Puspa tentu lebih terpukul dan sangat kehilangani. Selama hari-hari berkabung aku sering berkunjung ke rumah almarhumah Puspa dan ibunya  buat berbagi duka sambil membahas kelebihan-kelebihan Puspa dan juga ibunya. Sebetulnya kami belum ikhlas kalau Puspa dan ibunya meninggal lebih cepat (kata Bapak Syaiful, ayahnya Puspa), namun Allah tentu Maha Tahu atas segala sesuatu.
            Ada lagi siswaku  yang sering mampir ke kosanku namanya Heru Darsono. Ia saat itu kelas 3 jurusan Fisika (kampungnya di Pasir Lawas Sungai Tarab). Ia berwajah cakep dan baik hati. Meski ia adalah siswaku namu ia aku anggap sebagai temanku sendiri. Kalau ia datang ke kosanku maka  aku suka bikin mie goreng buat kami makan bareng. Kadang-kadang aku juga mengajarnya  Bahasa Inggris agar dia bisa lebih cerdas.
            Lambat laun kemudian Heru Darsono terlihat kurang ceria, aku nggak tahu kalau ia sakit. Malah karena kulitnya putih maka aku nggak bisa membedakan kalau ia pucat. Namun matanya terlihat kekurangan darah.
Ia akhirnya tamat dari SMAN 1 Lintau dan sakitnya mungkin bertambah parah. Aku kemudian tidak berjumpa lagi dengan nya untuk waktu yang cukup lama dan aku dapat kabar bahwa ia telah meninggal karena mengalami sakit jantung. Ia menderita gangguan katup jantung yang bocor. Aku selalu merasa sedih dan sangat berduka dengan kematian Heru Darsono- muridku dan sahabatku yan terbaik.  Peristiwa menyedihkan seperti ini membekas pilu di hati. Tidak saja aku, tentu teman-temannya dan apalagi orang tua dan kaum kerabatnya tentu sangat kehilangan. Ya Allah sayangilah Heru Darsono, berilah dia tempat yang damai di sisiMu, amiin. Aku ingin tahu bagaimana dengan jantung bocor itu (?).
Jantung bocor[1] adalah suatu kondisi dimana terdapat lubang pada sekat jantung akibat kelainan struktur jantung. Umumnya, penyakit jantung bocor merupakan penyakit bawaan sejak lahir. Karena itu, banyak penderita jantung bocor merupakan anak-anak. Angka penderita jantung bocor cukup tinggi. Mengapa jantung bocor bisa terjadi? 
Proses terjadinya jantung bocor bisa terjadi sejak masa pembuahan pada wanita yang akan hamil. Proses pembentukan jantung janin terjadi pada masa awal pembuahan (konsepsi). Formasi jantung seharusnya telah sempurna pada akhir masa trimester pertama kehamilan. Namun, tidak demikian halnya pada bayi yang mengalami jantung bocor.
Beberapa gejala jantung bocor bisa dilihat dari kondisi berikut: Mudah lelah, nafas pendek, sering batuk, khususnya di malam hari; dada berdebar kencang, buang air kecil terlalu sering, sering merasa sakit di dada, sesak nafas, mudah pingsan, dan sering pusing. Sedangkan gejala penyakit jantung bocor pada bayi dapat dicurigai apabila bayi tersebut gampang sakit, berat badannya tidak naik-naik, susah minum susu, atau gampang kelelahan. Jadi baiknya kita anjurkan buat ibu hamil  disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi tinggi. Sebab buruknya gizi dapat berpengaruh besar terhadap ketidaksempurnaan jantung janin. Hal Itulah yang kemudian menyebabkan jantung bocor terjadi.
            Lain lagi dengan muridku yang bernama Marijan. Ia sudah sakit selama dua minggu dan nggak datang ke sekolah. Barangkali ia sakit biasa-biasa saja. Maka aku dengan dua orang siswa memutuskan buat mengunjungi rumahnya yang berlokasi dekan Pangian. Dan setelah sampai di sana aku jumpai Marijan ya memang sakit, ia nggak mampu berdiri- mengalami kelumpuhan.
            Tentu saja aku nggak tahu apa penyebabnya. Aku menyarankan agar orang tuanya membawa Marijan pergi ke Puskesman. Barangkali ia mengalami sakit karena kurang gizi. Dan setelah dirawat selama beberapa kali akhirnya Marijan sembuh, bisa berjalan dan kembali ke sekolah.  

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...