Rabu, 14 Juni 2017

Orang Asia Timur Dalam Buku John Naisbitt



Orang Asia Timur Dalam Buku John Naisbitt

            Saat saya menjadi mahasiswa lebih dari 25 tahun yang lalu saya sempat membaca profil John Naisbitt (1995) pada sebuah koran nasional. Ia adalah seorang penulis hebat dari Amerika Serikat- berskala internasional. Ia juga berprofesi sebagai public speaker  khusus untuk bidang future studies. Ia telah menulis buku yang cukup fenomena dan menjadi best seller, karena diterjemahkan/ diterbitkan ke dalam 57 negara dan terjual sekitar 14 juta copy.
            Saya akhirnya bisa menemukan bukunya 28 tahun kemudian. Uraian opininya sangat menarik dan saya tenggelam dalam semua opininya yang sangat mencerahkan. Buku fenomena tersebut, dalam versi bahasa Indonesia berjudul: Mega Trends Asia: Delapan Megatrend Asia Yang Mengubah Dunia. Saya menyukai profil John Naisbitt dan sebuah quotation-nya yang selalu diingat orang adalah “kita tenggelam dalam informasi namun kelaparan dengan ilmu pengetahuan”.   
            Dalam bukunya dipaparkan bahwa Asia telah menjadi dominan untuk bidang ekonomi, politik, dan budaya.  Inilah yang disebut sebagai fenomena renaisans Asia atau kebangkitan Asia. Pertumbuhan ekonomi yang pesat terjadi pada negara-negara diseputar pesisir Asia Timur hingga ke Asia Selatan. Negara-negara tersebut meliputi Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Hongkong, Cina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Philipina, Indonesia dan India.
            Keutuhan keluarga di negara-negara tersebut secara umum masih lebih terwujud. Di negara-negara ini keluarga menjamin kesejahteraan sendiri, tanggung jawab pribadi sangat ditekankan. Masyarakat di negara-negara tadi menghidupkan nilai-nilai keluarga. Mereka juga mewujudkan swasembada- mencukupi kebutuhan sendiri- serta prinsip kemandirian. Keutuhan perkawinan di Asia masih lebih bagus, anak-anak yang lahir di luar ikatan perkawinan di Amerika Serikat (mungkin juga di Eropa) mencapai 30%, dan di Malaysia, sebagai contoh, hanya 2% saja.
            John Naisbitt juga mengatakan bahwa yang menyebabkan membusuk atau punah/ hancurnya kultur Eropa adalah karena hancurnya keutuhan keluarga-keluarga mereka. Di sana terjadi pergaulan yang sangat bebas sehingga membuat perkawinan rapuh dan perceraian meningkat. Kemudian angka kelahiran di luar nikah juga meningkat, meningkatnya populasi anak dengan orang tua tunggal, dan menolak menikah.
            Pembusukan/ pelemahan lembaga rumahtangga menyebabkan pembusukan/ pelemahan eksistensi sosial. Menyebabkan melemahnya etos kerja, meningkatnya konsumsi hedonisme, ekses dari individualisme, agitasi atas partisipasi dalam pemerintah. Gaya hidup hedonisme juga memberi efek pada kekosongan rohani. 
            Ada istilah penduduk Cina pribumi dan penduduk Cina perantauan (Cina migran). Orang Cina yang berada di luar Republik Tionkok tentu disebut sebagai Cina Migran. Mmaka karakter Cina Migran (perantauan) jauh lebih agresif (bersemangat) dalam menggeluti perekonomian. Sebenarnya prilaku bisnis Cina perantauan sama agresif dengan negara Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan Hongkong. Cina perantauan menguasai 10 bursa saham Asia, yaitu: Seoul, Taipei, Sanghai, Shenzhen, Hongkong, Bangkok, Kuala Lumpur, Singapura, Jakarta dan Manila. Cina perantauan mendominasi perdagangan dan investor di negara-negara tersebut.
            Cina perantauan tinggal dan menjadi warga negara baru di luar Tiongkok (seperti di Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Hongkong, Cina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Philipina, Indonesia dan India) mereka adalah sebagai warga negara minoritas, namun mereka aktif sehingga sangat menguasai perekonomian. Di Indonesia keturunan Cina menguasai 70 % ekonomi negara, di Thailand 60 %, dan di Philipina  juga 70 %.
            Orang Cina punya ungkapan- utamanya Cina perantauan yang memiliki jiwa wirausaha- bahwa “tidak ada prospek kehidupan bila kita bekerja untuk orang lain”. Maka orang Cina ingin menjadi pusat bisnis dan menjadi bos dari usahanya sendiri. Jadinya mereka cukup proaktif, agresif, berani mengambil resiko dan giat berusaha. Mereka juga diajari oleh orangtua untuk selalu rendah hati dan tidak boleh pamer harta/ pamer kekayaan. Juga mereka tidak boleh berbicara buruk tentang orang lain.
            Jepang adalah negara teknologi terkemuka di Asia, dahulu ia menguasai pasar Asia, namun sekarang digantikan oeh negara Asia Timur. Figur utamanya adalah Cina perantauan (Cina Immigran). Kini investor negara Asean bukan lagi Amerika Serikat dan Jepang, tetapi negara-negara Asia Timur.        
            Keturunan Cina di negara baru selalu menjadi kaum minoritas, apakah itu di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea selatan, atau sekalipun di Jepang. Beda karakter keturunan Cina dengan orang pribumi di Indonesia, itu bisa kita analisa.
Saya sempat melihat way of life warga keturunan Cina lebih dekat di Sumatra Barat. Apa- apa saja keutamaan karakter Cina yang menunjang kemajuan wirausahanya ? Ada beberapa poin, yaitu:
            1). Orang Cina gemar menabung dan berinvestasi. Kalau dapat rezki langsung mereka tabung, kalau perlu hingga 75 %- 80 %, kemudian mereka beradaptasi/ berhemat untuk hidup dengan sisa uang yang tinggal 25 %. 
            2). Orang Cina tidak suka pamer harta lewat penampilan. Di kampung Cina di Padang dan juga di Payakumbuh, rumah orang Cina tampak dari luar cukup bersahaja. mereka tidak gengsi- gengsian dan mereka jarang memakai baju mahal dan perhisan mewah, kecuali pada hari raya mereka.
            3). Dalam membeli kebutuhan, orang Cina lebih suka membeli secara tunai dan tidak suka dengan kredit. Mereka menabung untuk bisa membeli secara tunai.
            4). Saat saya berada di Asian Market di Melbourne, yang banyak pembelinya adalah yang bermata sipit atau orang Cina. Maksud yang saya tangkap bahwa mereka lebih suka masak sendiri dari membeli makan siap saji, atau mereka lebih suka produksi sendiri atau membuka warung sendiri.
            5). Orang Cina adalah pekerja keras dengan semangat yang tinggi, malah kalau ada kesempatan buat lembur (part time job) mereka lebih suka lembur buat cari uang, jadinya orang Cina tidak suka bermalas-malas.
            6). Orang Cina rajin cari kerja sambilan, paling kurang kerja online atau memberi les. Di Payakumbuh saya melihat ada les bikin kue dan les menjahit yang dilakoni oleh keturunan Cina.   
            7). Orang Cina punya etos kerja yang tinggi. Saya beberapa kali mampir ke dealer resmi sepeda motor di Padang yang bosnya berwajah Cina. Di sana juga ada pekerja berusia muda keturunan Cina dan mereka terlihat punya etos kerja yang tinggi jadinya, pekerjaan yang diberikan cepat selesai dan dikerjakan dengan sempurna. Akhirnya mereka lebih disukai oleh bos.  
            8). Orang Cina tidak begitu suka asal beli barang untuk membuat sumpek ruangan rumah, mereka lebih mementingkan manfaat dan bukan asal gengsi-gengsian, tidak mau berlomba membeli barang dengan tetangga hanya untuk sekedar pamer.
            Tulisan saya di atas bukan bertujuan untuk memuji-muji kelebihan Orang Cina, itu cuma tinjauan karakter positif bagi mereka yang punya etos kerja tinggi. Tentu saja tidak semua orang Cina yang begitu, saat saya kecil saya juga melihat ada orang Cina yang kerjanya luntang-lantung, tidak punya kerjaan yang jelas. Di Malaka saya sempat berjumpa dengan warga Malaysia keturunan Cina yang kerjanya adalah menjaga toilet. Jadi semua orang sama saja, begitu juga dengan orang Cina, yang punya mind-set (pola berpikir) yang tidak berkembang hingga susah dapat kerja.
Namun di balik itu di tanah air ini juga ada 4 suku bangsa yang cukup punya peran dalam perekonomian bangsa, yaitu suku Minang, suku Jawa, suku Bugis dan suku Batak. John Naisbitt hanya memandang perantau Cina secara global. Berikut sedikit profil wirausaha 4 suku yang punya peran dalam perekonomian tanah air.
a). Suku Minang, kelebihan suku ini dalam bidang wirausaha didukung oleh filsafat yang mereka anut, yaitu antara lain:
1- Adat bersandi syara’, syara’ bersandi kitabullah, ini berarti suku Minang punya
  pegangan hidup dalam bidang agama.
2- Alam takambang jadi guru (alam terbentang jadikan guru), ini berarti suku Minang
  suka melakukan perubahan meniru hal-hal inovatif dari lingkungan.
3- Dimana bumi diinjak disana langit dijunjung (dima bumi dipijak disinan langik
  dijujuang), filsafat ini menandakan suku Minang suka menyesuaikan diri
   (beradaptasi) dengan lingkungan sosial yang baru.
4- Belajar pada yang menang mengambil hikmah atas kegagalan (baraja ka nan
  manang- mancotoh ka nan sudah), filsafat ini menajarkan mereka suka untuk
  meniru kiat sukses dari orang sukses.
5- Tiada rotan akarpun jadi (indak ado rotan aka pun jadi), menunjukan suku Minang
   punya semangat pantang menyerah.
6- Terkurung biar di luar, terhimpit biar di atas (takuruang nak di lua, taimpik nak di
  ateh), menunjukan orang Minang berjiwa kreatif.

b). Suku Jawa, adalah termasuk suku terbesar di tanah air dan juga punya peranan
  dalam perekonomian negara. Ini didukung oleh karakter orang Jawa seperti:
1- Senang merantau
2- Cepat dan mudah menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungan sosial yang
  baru.
3- Mereka berjiwa ulet dan pekerja keras.
4- Nrimo atau menerima apa adanya, tidak gengsi-gengsian dan juga tidak pilih-pilih
  pekerjaan.
5- Oranng Jawa suka sungkan atau menyimpan perasaan dan dan tak suka
  menyakiti perasaan orang.
6- Selalu akur dengan sesama perantau.
7- Orang Jawa kurang suka mengeluh dan juga tidak suka protes secara frontal.
8- Sama dengan karakter Cina, maksudnya orang Jawa juga suka menabung.
9- Orang Jawa bersikap ramah, sopan sehingga mudah hidup berdampingan dengan
  siapapun.
10- Orang jawa tidak suka dengan jiwa premanisme. 

c). Suku Bugis, adalah suku yang berasal dari Sulawesi. Orang Bugis bisa maju
  karena mereka punya filsafat seperti:
1- Meminimalkan modal, memaksimal untung, kalau mereka menimba ilmu-mencari
   ilmu yang tinggi, mencari rezki dan mencari karir, mereka usahakan semaksimal
   mungkin.
2-Niat teguh, tekad bulat, jadinya mereka punya semangat yang membara dan juga
   harus kokoh, kokoh dan kekeh, mereka tidak mau mundur.
3- Orang Bugis mampu bersosialisasi, tidak suka merasa sok hebat- sok jago dan
  bertindak sesuka hati.

d). Suku Batak, adalah suku dari Sumatra Utara (dan semasa saya remaja kami punya tetangga keluarga orang-orang Batak), jadi mereka bagian pengalaman dalam hidup saya. Mereka punya karakter yang membuat mereka eksis di tanah air, yaitu seperti:
1- Bersikap jujur, mereka bicara apa adanya, blakblakan dan bersikap terbuka.
2- Berwatak keras dan konsisten, mereka menghargai kekerabatan dan
  persaudaraan.
3- Kalau punya problem, mereka selesaikan hingga tuntas.
4- Orang Batak pantang menyerah, punya keyakinan yang tinggi untuk berhasil.
5- Orang Batak berkarakter tangguh dan kuat dalam menjalani kehidupan.
6- Orang batak bisa membaur dengan semua orang dan berteman dengan siapa
   saja.
Dunia Barat yang meliputi Eropa dan Amerika yang sebelumnya merupakan sumber inspirasi dan sumber kekuatan budaya yang menggerakan peradaban dunia. Begitu banyak parah tokoh dunia yang lahir dari Barat. Kemudian secara evolusi perananan Barat dalam beberapa hal seperti ekonomi, politik dan budaya diambil alih oleh Asia, bukan Asia secara umum. Tetapi oleh beberapa negara di bagian Asia Timur hingga Asia Selatan yang menandai kebangkinan Asia atau renaisans Asia. Demikian John Naisbitt meneropong dari sudut internasional.
Saya jadi berpikir bagaimana strategi John Naisbitt dalam mempotulasi- membuat titik kontra- atas  pandangan untuk menemui generalisasi dan memaparkannya semua kedalam bukunya, sehingga bukunya menjadi enak buat dicerna. Ternyata Gabor George Burt mengupas buku John Naisbitt dan menggunakan stategi pro-kontra dalam memaparkan opini-opini pemikiran John Naisbitt dalam mengembangkan ide-idenya untuk bukunya-  mega trends Asia untuk topik-topik berikut:
1- Masyarakat industri versus masyarakat informasi
2- Teknologi militer versus teknologi tinggi.
3- Ekonomi nasional versus ekonomi dunia.
4- Jangka pendek versus jangka panjang.
5- Sentralisasi versus desentralisasi.
6- Institutional help versus self help
7- Demokrasi yang diwakilkan versus demokrasi partisipasi
8- Hirarki versus jaringan kerja
9- Negara utara versus negara selatan
10- Dua pilihan versus pilihan berganda
Demikian John Naisbitt berkarya dalam memaparkan opininya ke dalam buku yang cukup fenomena di dunia. Sebelum buku ini terwujud, dia sendiri memperkaya dirinya melalui pendidikan di tiga universitas (Harvard, Cornell dan Utah) dan juga bekerja di perusahaan (IBM dan Eastman Kodak). Dia pun kemudian juga mendirikan perusahaan. Dia telah banyak mengunjungi negara dan banyak berdiskusi dengan banyak orang, membuat banyak catatan perjalanan dan juga membaca banyak buku dan pemikiran tokoh hebat dunia lainnya. Hingga akhirnya dia menjadi penulis hebat dan juga publik speaker yang hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...