Selasa, 20 Maret 2018

Sukses Edukasi Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia


https://www.express.co.uk/life-style/top10facts/740124/Top-ten-facts-Finland-trivia-Finnish-Independence-Day

Sukses Edukasi Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia
Oleh: Marjohan, M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)

Lynnell Hancock menulis tentang mengapa pendidikan Findlandia bisa sukses. Dia menceritakan sebuah peristiwa kecil pada hari-hari terakhir di semester kedua di Sekolah Komprehensif Kirkukjarvi (Kirkukjarvi Comprehensive School) di Espoo, sebuah kota kecil di pinggiran  kota Helsinki. Seorang guru, Kari Louhivuori, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda menurut standar pendidikan Finlandia. Yang mana salah seorang muridnya di SD yang telah lama putus sekolah di ajak lagi untuk datang ke sekolah. Hatinya terpanggil untuk melayani siswa yang kurang beruntung tersebut dan dengan tulus memberi bimbingan belajar secara khusus.
Siswa tersebut bisa diberi julukan (label) sebagai anak yang pemalas. Namun tentu saja kita tidak boleh mencela anak yang punya masalah dalam belajar sebagai anak yang pemalas. Maka apa yang di lakukan oleh Kari Louhivuori merupakan karakter ideal dan ketulusan seorang guru. Dia selalu tergugah untuk mendidik, membimbing dan menemani sang siswa untuk bisa tumbuh secara wajar dan berkembang kualitas pribadinya. Karakter positif begini ternyata dilakukan oleh banyak guru Findlandia hingga berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan negara ini.  
Di tahun 1980-an, saya (penulis) belum banyak mendengar tentang Findlandia sebagai negara yang unggul dalam bidang pendidikan. Saat itu negara yang menonjol dalam bidang edukasi adalah seperti Perancis, Inggris, Jepang, Amerika, Kanada, dan beberapa negara lain. Sementara Findlandia lebih terkesan sebagai sebuah negara kecil, dekat kutub utara yang pasti selalu memiliki suhu yang dingin. Namun sekarang negara ini telah menjadi sebuah negara yang sangat terkemuka dalam bidang pendidikan di dunia.  
Kualitas akademik Finlandia telah jauh meningkat, terutama dalam kemampuan membaca, matematika dan literasi sains. Ini terjadi karena para guru dipercaya untuk melakukan apa pun untuk mengubah kehidupan generasi mudanya. Kalau begitu bagaima strategi sukses negara ini dalam meningkat kemampuan literasi membaca para siswa mereka?
Pirjo Sinko  yang bekerja pada Badan Pendidikan Nasional Findlandia (Finnish National Board of Education) memaparkan tentang faktor-faktor utama mengapa skor reading literacy Findlandia begitu bagus. Masyarakat Findlandia sangat mendukung aktivitas membaca, jadinya sekolah dan guru tidak sendirian.
Perpustakaan Findlandia memiliki sistem perpustakaan terbaik di dunia. Perpustakaan merupakan lembaga kebudayaan yang paling disukai oleh masyarakat, warga merasa dekat dengan Perpustakaan. Ibarat kedekatan hati orang Islam dengan mesjid, atau pemeluk agama lain dengan rumah ibadah mereka. Karena itu jumlah buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan umum dan juga jumlah buku-buku baru buat anak-anak dan para remaja begitu tinggi. Kaum wanita sendiri merupakan pembaca buku yang sangat antusias dan mereka begitu memahami pentingnya membaca buku.
Umumnya rumahtangga Findlandia berlangganan, paling kurang, satu koran. Nah bagaimana dengan rumahtangga di negara kita ? Jelas bahwa kita belum punya budaya dan rasa butuh untuk berlangganan koran. Kemudian bahwa program TV asing tidak didubbing dengan bahasa melainkan menggunakan subtitles. Ini berguna dalam meningkatkan rutinitas membaca anak-anak.
Di Findlandia, bahwa selalu ada kegiatan menceritakan kisah-kisah menjelang tidur (bed-time stories) buat anak-anak. Kegiatan ini sangat penting hadir dalam keluarga. Dengan demikian warga Findlandia sangat menilai tinggi pada aktivitas membaca dan sekaligus dalam mencintai bahasa nasional. Beginilah cara-cara mereka dalam membuat literatur tersebut selalu hidup.
Bahwa menjadi guru di negara Findlandia merupakan profesi yang sangat diminati oleh banyak warga negara. Para siswa dan mahasiswa terbaik banyak yang memutuskan untuk menjadi guru. Sehingga sekarang banyak guru yang berbuat ekstra untuk kemajuan pendidikan. Mereka bekerja sebagai guru bukan karena ingin dipantau dan dinilai oleh kepala sekolah dan supervisor pendidikan. Kebaikan dan keikhlasan yang mereka lakukan di luar agenda resmi mengajar sudah dilakukan oleh banyak orang.
Bagaimana gambaran tentang pendidikan di Findlandia? Kesempatan yang sama- tanpa memandang gender, status sosio ekonomi, bahasa, agama, budaya, dan domisili- diberikan untuk semua orang dalam memperoleh pendidikan. Sekolah yang terdekat adalah sekolah yang terbaik bagi seorang anak, jadi warga Findlandia tidak mengenal istilah sekolah elit atau sekolah berlabel unggul.
Prinsip pendidikan Findlandia bahwa setiap sekolah memiliki wilayah geografisnya sendiri, tidak ada sekolah elit, tidak ada sekolah swasta. Pendidikan dasar bersifat komprehensif dan tidak ada pilih-pilih sekolah. Tidak ada ujian nasional (ini bisa jadi terwujud karena Findlandia adalah negara kecil dengan populasi yang juga kecil).
Menjadi guru adalah profesi impian bagi kaum muda, terutama anak perempuan yang mana punya prestasi lebih baik di sekolah daripada anak laki-laki. Namun status profesi guru juga dipandang cukup tinggi, sebagaimana profesi dokter dan pengacara.
Pendidikan Findlandia agaknya sangat bercorak inklusif, bukan eksklusif, maksudnya tidak pilih-pilih murid. Anak-anak difabel (siswa cacat) dengan prosedur mudah diterima sebagai siswa. Begitu pula dengan anak-anak para immigran, sebagaimana Eropa telah menjadi destinasi immigrasi banyak bangsa di dunia. Maka anak-anak para immigran dari Somalia, Iraq, Russia, Bangladesh, Estonia and Ethiopia juga bisa dijumpai di sekolah Findlandia.
Tentu saja anak-anak immigran merupakan siswa yang punya problem dengan keuangan. Namun walau mereka kurang mampu dalam hal finansial dan lemah SDM-nya, pelayanan guru-guru tetap profesional dan berkualitas sebagaimana mereka mendidik warga negara Findlandia secara umum.   
Sebagai contoh, bahwa Louhivuori yang berprofesi sebagai guru mendapatkan Besart Kabashi yang berusia 13, anak pengungsi dari Kosovo. Tidak seperti anak-anak lain, bahwa siswa ini punya kendala dalam belajar, sehingga Louhivuori memberi perhatian khusus yang sangat tulus. Dia membawa Besart Kabashi ke kantornya dan memberi bimbingan ekstra dan mempersilahkan Besart Kabashi membolak-balik buku-buku milik Louhivuori dengan rasa aman hingga minat literasi Besart Kabashi tumbuh dan berkembang. Akhirnya dia mampu menaklukan (membaca) banyak literatur secara aktif dan mandiri. Membaca secara aktif dan mandiri merupakan budaya belajar anak-anak di negara maju. Dan ini menjadi rahasia mengapa para siswa Findlandia sangat menonjol dalam bidang pendidikan.
Beberapa belas tahun kemudian Besart Kabashi telah tumbuh dewasa dan telah memiliki usaha sendiri. Ia membuka usaha bengkel resmi mobil dan sebuah usaha lain. Dia menyempatkan waktu untuk mengunjungi Louhivuori yang telah menjadi mentor terbaik dalam kehidupannya.
Kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, gurunya, bukanlah sebuah cerita dongeng, namun kisah nyata dan juga mungkin dilakoni oleh banyak guru-guru lain. Kisah-kisah sukses dan kebaikan hubungan guru dan murid, tanpa pilih-pilih latar belakang mereka, telah menjadi fenomena positif bagi kemajuan pendidikan Findlandia.
Lynnell Hancock menambahkan bahwa kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, yaitu kisah kebaikan dan ketulusan dalam mendidik tidak hanya terjadi pada mereka dan di sekolah mereka, namun juga terjadi pada 62.000  guru Finlandia di 3.500 sekolah. Mengapa bisa terjadi ?
Karena yang direkrut menjadi guru adalah 10 persen dari lulusan terbaik dan kemudian melanjutkan pendidikan ke level master dalam bidang pendidikan. Rata-rata ukuran sekolah kecil-kecil dan populasi siswa di kelas juga relatif kecil, sehingga memungkinkan bagi setiap guru buat mengenal dan memahami setiap anak didik mereka.   
Tentu saja dalam mengajar para guru menerapkan bervariasi metode dan model pembelajaran. Jika satu metode gagal, maka sang guru berkonsultasi dengan rekan kerja untuk mencoba metode yang lain. Mereka tampaknya menikmati tantangan. Hampir 30 persen anak-anak Finlandia menerima semacam bantuan khusus selama sembilan tahun, yaitu dari kelas satu hingga kelas sembilan.
Selama bertahun-tahun banyak negara, termasuk Indonesia, terinspirasi dengan kemajuan Amerika. Apalagi negara ini dipandang sebagai negara adidaya, yang mana kuat peranan ekonomi, militer, media massa dan pendidikannya. Bahwa Amerika Serikat memperkenalkan persaingan pasar ke sekolah umum. Dalam beberapa tahun terakhir, sekelompok pemodal Wall Street telah menempatkan uang di balik  sektor  pendidikan. Kemudian uang sudah menjadi standar ukuran dalam test dan dalam mengukur kualitas seorang guru, akhirnya muncul semboyan “money is everything”.
Sementara hal begini tidak terjadi dalam pendidikan Findlandia.  Timo Heikkinen, seorang pendidik Findlandia mengatakan bahwa “If you only measure the statistics (money), you miss the human aspect.” Tidak ada tes standar yang diamanatkan di Finlandia, selain satu ujian di akhir tahun terakhir  di sekolah menengah. Tidak ada rangking, tidak ada perbandingan atau persaingan antara siswa. Tidak ada persaingan  antar sekolah atau daerah. Setiap sekolah memiliki tujuan nasional yang sama. Hasilnya adalah bahwa anak Finlandia memiliki kesempatan untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama tidak peduli apakah dia tinggal di desa atau kota universitas. Perbedaan antara siswa terlemah dan terkuat adalah yang terkecil di dunia.
Meskipun peringkat pendidikan Findlandia menempati posisi terbaik di dunia, namun untuk mendapatkan posisi terbaik menurut score Pisa bukanlah menjadi tujuan utama pendidikan negara ini. Di sekolah anak-anak lebih antusias untuk merayakan kemenangan tim hockey mereka, bukan merayakan peringkat score Pisa yang tinggi. Sebagaimana dikatakan oleh Pasi Sahlberg bahwa sekolah mempersiapkan anak untuk belajar bagaimana belajar, bukan bagaimana cara memperoleh skor test yang tinggi.  
Praktek pembelajaran di sana bukan sekedar mencari muka- seperti mengejar skor yang tinggi atau malah mencari target-target yang semu semata. Jadinya iklim belajar jauh dari rekayasa, kebosanan dan tekanan atau stress. Suasana belajar yang menonjol adalah suasana rileks, nyaman, satau dan antusias, ramah tamah dan sangan bebas dari tekanan.
Praktek pembelajaran di sekolah perlu selalu memberikan suasana nyaman dan menyenangkan, bukan suasana yang menegangkan dan membosankan. Makanya pada hari-hari tertentu, misanya saat merayakan May Day (? ), para guru mendekorasi penampilannya hingga terlihat menyenangkan. Maija Rintola, salah seorang guru sekolah dasar, sengaja memakai jalinan benang warna-warni menutupi rambut tembaganya seperti wig yang dicat. Guru-guru lain juga memakai kostum yang memikat perhatian siswa. Dan para siswa juga memakai assesori yang lucu-lucu.
Apakah kita masih terobsesi semata-mata hanya oleh kemajuan pendidikan Amerika Serikat? Namun beberapa negara seperti Findlandia, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura lebih mengungguli Amerika Serikat ditinjau dari kemampuan reading-litercynya.
Amerika Serikat adalah negara dengan populasi penduduk termasuk kategori terbesar di dunia. Mengelola pendidikan dengan populasi penduduk yang cukup besar bukanlah masalah yang mudah. Sejauh ini, menurut penilaian PISA bahwa kategori SDM siswa negara ini masih tergolong bagus. Sementara SDM pendidikan Findlandia telah menjadi rujukan pendidikan terbaik di dunia. Jadinya kita masih perlu mengadopsi model kedua pendidikan negara tersebut.

Catatan:
1). Lynnell Hancock (2011). Why Are Findland’s Schools Successful? Helsinki: Smithsonian

2). Pirjo Sinko (2012). Main factors behind the good PISA reading results in Finland.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...