Senin, 28 Mei 2018

Para Penggiat Dunia Pendidikan Harus Pro Dengan Konsep “Happy School”


Para Penggiat Dunia Pendidikan Harus Pro Dengan Konsep “Happy School
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Dewasa ini banyak sekolah dan juga lembaga pendidikan yang berlomba untuk meningkatkan prestasi akademik. Para policy maker (pengambil kebijakan) merancang berbagai program. Mereka mungking meciptakan berbagai bentuk smart program atau program unggulan lainnya. Program unggulan yang terkesan kaku, banyak membuat siswa tertekan dan jauh dari konsep gembira atau happy.
Happy atau gembira adalah sebuah kata sifat. Kata ini memang penuh dengan daya tarik. Semua orang bisa membayangkan suatu nuansa atau suasana, kalau kata ini disandingkan dengan sebuah peristiwa atau kata benda, seperti: happy home, happy family, happy people, happy parents, happy policemen, happy classroom, etc, etc. Maka tentu yang terbayang adalah suasana penuh gembira, kehangatan, saling menerima, menghargai, dimana juga ada unsur motivasi atau saling memberi semangat. Peristiwa-peristiwa di masa lalu yang penuh kehangatan dan kegembira (happy) pasti akan berkesan dan teringat sepanjang masa.
Pengalaman yang penuh bahagia akan diingat oleh banyak orang. Gwang-Jo Kim, direktur UNESCO di Bangkok juga punya pengalaman yang demikian. Dia menceritakan pengalamannya masa kecil, bahwa dia punya rasa ingin tahu yang besar (curiosity) tentang segala-seuatu yang terdapat dilingkungannya, hingga ia terpancing untuk melihat, menyentuh dan mendengar lebih banyak.
Dia dilahirkan dan tumbuh di sebuah desa kecil di Korea Selatan. Sekolah dimana dia menuntut ilmu dan menimba pengalaman berlokasi di pusat desa, sekaligus sebagai pusat komunitas. Paa saat itu anak-anak merasa sangat berbahagia berada di sekolah. Mereka belajar dan bermain bersama teman dengan penuh rasa gembira. Ya memang bahwa sekolahnya berada dalam suasana gembira. Hubungan yang terbentuk antara siswa guru begitu penting, ini ditandai oleh hubungan penuh kehangatan.
Hari-hari belajar yang demikian merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap siswa. Suasana sekolah yang gembira, hubungan antar individu yang penuh kooperatif dan sangat hangat juga menjadi faktor yang penting dalam membentuk karakter dan membangun jalan menuju masa depan. Apakah ada sekolah-sekolah yang selain sibuk merancang program akademik, namun juga peduli dalam merancang konsep happy school ?

Tentu saja ada. Selama beberapa dekade, konsep pendidikan (juga atmosfir sekolah) menjadi semakin kompleks. Ini dapat kita amati melalui kondisi sosio-ekonomi. Suasana yang kompleks ini terjadi sebagai efek dari perubahan demografi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Juga dengan dengan terjadinya perubahan struktur dan tuntutan dalam  kehidupan keluarga (masyarakat). Sebagai imbasnya juga terlihat pada iklim banyak sekolah, yaitu para siswa yang tampaknya kurang begitu berbahagia.
Ini terjadi karena terlalu banyak tekanan, tuntutan dan harapan yang tinggi pada siswa. Atas nama peningkatan kualitas, berbagai lembaga pendidikan merancang program yang pro-program serba instant dan serba hebat, tanpa peduli pada suasana hati dan kebahagiaan siswa. Memang dewasa ini terjadi fenomena yang memberi penekanan yang berlebihan pada siswa. Utamanya untuk sisi akademisi.
Agar bisa meraih predikat “excellent- unggul” atau menciptakan seorang anak bisa begitu hebat atau suatu sekolah menjadi cukup bonafide, maka lihatlah pada prestasi akademinya. Jadinya untuk mewujudkan mimpi atau ambisi ini, para siswa dijejali dengan “tes-tes-tes.....dan bentuk tes lainnya”. Dengan arti dibentuk iklim multi persaingan atau karakter pro berkompetisi.
Dalam dunia pendidikan dewasa ini juga ada lagi tuntutan untuk penngkatan mutu. Bahwa para siswa harus mampu memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (hots). Bahwa selama ini telah banyak dilakukan pembenahan disana-sini, khusus untuk bidang edukasi. Seperti mendirikana pusat belajar, workshop edukasi dan sekolah keunggulan, dimana anak-anak dilatih dan diprogram untuk menjadi lebih hebat dan siap berkompetisi. Namun begitu selesai dari program studi, mereka (para siswa) ternyata telah menjadi warga yang sunyi, tidak mampu berkreasi atau berbuat apa-apa. Usut punya usut itu semua terjadi gara-gara suasana belajar atau pendekatan gaya belajar (PBM) yang banyak bernuana keterampilan berfikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills LOTS).
Sebagai konsekuensi juga terjadi reformasi pada gaya mengajar para guru, yaitu megajar yang pro pada saintifik. Jadnya mereka juga perlu belajar keras dan mandiri agar bisa menjadi para guru yang mampu menciptakan PBM yang bernuansa HOTS. Tentu saja para siswa menjadi ujung sasaran dari harapan yang tinggi. Maka kembali mereka memperoleh stressing dari para guru. Namun itu tidak mengapa sepanjang atmosfir belajar dan mengajar penuh suasana damai, kehangatan, kasih sayang, penghargaan dan saling menerima. Karena atmosfir yang begini sangt penting.
Kita memahami bahwa semua anak (para siswa) berhak untuk merasa bahagia dan menikmati kehidupan sosial yang positif di sekolah. Bahwa suasana dan rasa bahagia hanya bisa diperoleh dengan membangun hubungan persahabatan yang positif di antara warga sekolah- para guru, siswa, dan stakeholder pendidik- dan juga melalui rasa memiliki dalam komunitas dan masyarakat yang lebih luas.
Lebih lanjut, bahwa semua siswa juga berhak untuk menjadi generasi yang bahagia dan damai (sejahtera). Generasi yang berbahagia akan sangat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang penuh damai dan sejahtera. Selanjutnya juga menciptakan perdamaian dan kesejahteraan bagi dunia.
Banyak orang berpendapat bahwa para oknum yang menjadi trouble maker (pembuat kerusuhan) dalam masyarakat berasal dari orang-orang yang juga merasa kurang berbahagia (kurang punya arti) dalam hidup mereka. Bisa jadi mereka berasal dari rumah yang tidak bahagia dan sekolah (lingkungan pendidikan) yang juga tidak memberikan rasa bahagia.
Dorothy Law Nolte, seorang seorang pendidik dan ahli konseling keluarga dari Amerika Serikat, karyanya yang membahas tentang anak akan belajar dari apa yang mereka jalani. Cuplikan karya atau puisinya nya adalah sebagai berikut:
- Jika anak hidup dengan kecaman, mereka belajar untuk mengutuk.
- Jika anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
- Jika anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu.
- Jika anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri.
Ungkapan di atas adalah sebab dan akibat yang berbentuk negatif. Penyebab anak berprilaku negatif terbentuk oleh sebab-sebab yang negatif. Anak-anak (para siswa) akan meraup rasa berbahagia apabila mereka memperoleh perlakuan-perlakuan positif, sebagaimana digambarkan dalam sambungan puisi (ungkapan) berikut:
- Jika anak hidup dengan dorongan, mereka belajar percaya diri.
- Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
- Jika anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
- Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk mencintai.
- Jika anak-anak hidup dengan kebaikan dan pertimbangan, mereka belajar
   menghormati.
- Jika anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri
   mereka dan orang-orang tentang mereka.
- Jika anak-anak hidup dengan persahabatan, mereka belajar bahwa dunia adalah
   tempat yang bagus untuk hidup.
Bagi penulis bahwa “sekolah yang punya suasana bahagia adalah segala-galanya”. Sekolah yang bahagia akan bisa menciptakan kesejahteraan dan keharmonisan bagi generasi muda dan generasi-generasi selanjutnya. Selanjutnya bahwa sebuah sekolah yang bernuansa “Happy School” juga akan berkorelasi dengan dua hal, yaitu:
“Kalau di suatu sekolah terbentuk hubungan yang positif (hubungan yang bahagia) maka kualitas pendidikan di sekolah tersebut juga akan terbentuk”. Dua timbal balik dari kedua varibel ini (hubungan bahagia sesama warga sekolah dan kualitas pendidikan) akan selalu berkaitan dan penulis berharap agar semua sekolah perlu memberi kepedulian untuk selalu membangun kondisi sekolah yang bahagia. Karena ini secara signifikan akan memberi dampak pada eksistensi kualitas pendidikan di sekolah-sekolah kita.
Ada empat keterampilan belajar yang perlu dimiliki oleh setiap iswa, sebagaimana yang disarankan oleh UNESCO. Semua siswa yang pergi ke sekolah, maka mereka harus memahami konsep:
learning to do, learning to be, learning to get knowledge, and learning to live together.
Maka konsep Learning to Live Together, merupakan dasar yang sangat penting untuk membentuk konsep “Happy Schools”. Jadinya konsep Happy School bisa menjadi prioritas kompetensi kita sebagai kompetensi non-alademik. Kompetensi lain yang perlu dimiliki oleh setiap siswa adalah seperti: kreativitas (mampu berkreasi), mampu berkomunikasi dan mampu untuk kerja sama dalam tim atau teamwork. Mempersiapkan warga sekolah (para siswa) untuk memiliki 4 kompetensi ini merupakan persiapan yang sangat penting untuk menghadapi hubungan masyarakat antar bangsa dan kehidupan nasional dan di internasional yang selalu berubah.
Kini ada ribuan sekolah dan lembaga pendidikan yang tersebar di Republik Indonesia. Semua sekolah dan lembaga pendidikan perlu merujuk pada ketentuan Sistem Pendidikan Nasional, dan setelah itu juga perlu memperhatikan arahan kebijakan pendidikan yang di sarankan oleh UNESCO sebagai salah satu badan pendidikan dunia, karena kita adalah juga warga dunia.
Sangat penting bagi para penggiat dunia pendidikan agar harus pro dengan konsep “Happy School”. Mereka bisa menciptakan sekolah yang bernuansa gembira atau happy school bisa dalam bentuk konsep happy classroom, happy students, happy teacher dan happy parent. Ini harus mejadi sumber inspirasi bagi semua sekolah, pembuat kebijakan, dan para ahli pendidikan. Dengan demikian kita harus membawa rasa bahagia ke sekolah, karena rasa bahagia akan mampu membangun suatu perdamaian (rasa damai) bagi setiap siswa dan juga kesejahteraan bagi lingkungan sekitar, lingkungan nasional, hingga lingkungan internasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...