Jumat, 08 Juni 2018

Teman Akrab Ternyata Ibarat Api Dalam Sekam


Teman Akrab Ternyata Ibarat Api Dalam Sekam



Hari-hari yang paling indah setelah aku berusia remaja adalah saat aku ikut dalam proses perpisahan sekolahku di gedung nasional Maharajo di Batusangkar. Papaku usianya sudah lebih dari separo baya, namun dia bisa menyesuaikan diri dengan para remaja, dan dia adalah teman curhatku.
Di hari perpisahan tu, semua orangtua siswa diundang, ayahku juga diundang. Seperti biasanya, ayahku lebih senang meleburkan diri dengan para remaja, teman-temanku. Dia berbagi cerita dan juga senang bercanda dengan kami semua.
“Dengar-dengar ada yang lagi dekat dengan Princess Nad”, kata ayahku tiba-tiba. Kalimatnya memecah kekakuan kami.
“Ayo ....siapa yang lagi dengan Princess Nad? Silahkan tampil ke sini...karena aku mau ambil foto kamu berdua”, sapa papaku dengan nada penuh investigasi.
Aku senyum-senyum malu, dan aku separo grogi dan juga senang saat Virgo muncul dan duduk dengan jarak seperempat meter dari sisiku. Di kelas sembilan Virgo memang suka bercanda denganku, dia sering datang ke mejaku dan teman-teman berbuat usil buat kami berdua. Virgo kemudian tampil, melangkah dan mendekat pada papaku. Papa membuka kamera pada gadget.  
“Pret...pret....pret”. Demikian suara jepretan foto dari gadget papa. Ada-ada saja peristiwa kecil yang penuh arti yang dibikin papa di hari indah itu.
Waktu bergulir cepat dan aku mengikuti berbagai diskusi dengan papa dan juga bundaku tentang masa depan studiku. Dalam keluargaku berkembang wacana, apakah aku mau melanjutkan studi ke SMAN 3 Batusangkar, atau ke Pesantren. Ternyata solusinya aku langsung mendaftar saja ke MAN 2 Batusangkar. Namun ada sedikit perubahan.  
Andai aku studi di SMAN 3 Batusangkar, maka aku pilih jurusan IPS, karena tuntutan akademik sekolah ini cukup tinggi dan aku jujur mengatakan, aku kurang suka dengan pelajaran yang banyak menggunakan angka. Jadinya aku pilih jurusan IPS saja. Namun aku studinya di MAN 2 Batusangkar, dan tuntutan akademiknya lebih rendah dan aku memutuskan untuk studi di jurusan IPA.
Pendek kata hari pertama segera tiba. Pagi-pagi sekali aku sudah mandi, sarapan dan memakai seragam sekolah dan segera menuju madrasah. Hari pertama adalah hari buat MOS- Masa Orientasi Sekolah. Semua terasa serba baru dan semua anak juga terlihar gembira. Aku ingin tahu siapa saja teman-teman sekelasku waktu di MTsN Batusangkar yang jadi siswa baru di sekolah baru ini. Mataku sempat berselancar di atas berbagai kepala, aku tidak melihat wajah Virgo. Aku ingin Virgo juga sekolah di sini. Aku masih ingat dan terbayang dengan wajah Virgo. Senyumnya dan candanya masih terngiang di telinga. Itu semua membuat aku senang.
Aku melihat satu teman lama yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat aku berbaris. Aku melemparkan senyum pada seorang teman perempuan yang satu asal sekolah denganku, ternyata dia tidak melihat senyumku. Namun pada saat yang sama ada balasan senyum dari seorang cowok, nama singkatnya AW. Aduh cowok itu senyumnya manis sekali. Dia mungkin tidak tahu kalau aku buan tersenyum padanya, aku hanya mis-smiling padanya. Tapi aku senang dengan senyum imutnya. Hari-hari selanjutnya wajah dan senyum imutnya membekas pada dinding hatiku.
Hari terus bergulir dan ada perubahan dalam suasana emosiku. Wah aku bengong, mengapa ada campur aduk perasaan antara rasa pada Virgo dan AW. Wajah AW jadi hadir dalam hatiku dan wajah Virgo terasa terganggu. Biar aku cari tahu ada apa dan mengapa dengan Virgo di tempat lain dan di sekolah lain. Aku segera memasang mata-mata atau spionase lewat bebera orang teman baikku yang tinggal satu blok kampung dengan Virgo. Beberapa waktu setelah itu ada beberapa laporan dari mereka:
“Lapor, ternyata Virgo nggak lagi setia padamu !”
“Lapor, ternyata Virgo sudah main hati dengan gadis lain di kampusnya!”
“Lapor, ternyata Virgo jago mencuri hati para gadis”
Darahku segera mendidih. Baliho foto Virgo dalam hatiku jadi zoom in, jadi menciut. Aku biarkan hatiku kosong. Namun OMG, wajah AW jadi zoom out dalam hatiku. Dan aku jadi salah tinggkah bila jumpa dengan AW.
Apakah aku jadi bertepuk sebelah tangan?. Mungkin tidak karena aku lihat AW juga memperlihatkan tanda-tanda senang denganku.
“AW suka duduk di depan kelasku, sengaja mondar mandir sambil melemparkan pandangan ke dalam kelas. Satu lagi bahwa AW sering duduk di atas sepeda motor yang parkir di halaman sekolah. Bila aku lewat, dia melihat diriku begitu komplit dari ujung jari kaki hingga ke jilbabku. Aku merunduk malu dan segera berlalu. Setelah itu baru AW pulang menuju rumahnya di kampung Belimbing. Prilaku itu sering terlihat dan aku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri.
Aku jadi nggak bisa menahan diri. Aku lemparkan perasaanku pada beberapa teman wanita dan juga pada teman pria, seperti pada Naufal. Aku juga makin yakin bahwa AW suka padaku. Aku tahu ada lima orang cowok yang menjadi supporter AW dalam merebut hatiku.  Setelah aku mulai mengenal AW, gaya dan prilaku-ku jadi sedikit berubah. Teman-temanku tentu tak ada yang tahu, kecuali ayahku. Tumben ayahku jago berteori.
“Princess NAD, penampilan (gaya) dan karaktermu terlihat berubah, sedikit serba dianggun-anggunkan”. Kata ayahku.
“Jadinya karakter dan penampilanmu terlihat nggak alami lagi. Volume suaramu jadi mengecil. Langkahmu terlihat lambat, memang itu membuat kamu terlihat anggun seperti gadis kraton. Tetapi efeknya kamu jadi pemalu. Sementara itu AW juga cowok pemalu. Akhirya di antara kalian berdua tidak muncul kemampuan untuk berkomunikasi, kecuali hanya sebatas tersenyum saja. Kalau kalian berdua mau saling dekat musti ada proses komunikasi. Buat si AW, makanya dia butuh orang untuk mendukung rasa sukanya atau rasa cintanya padamu”
Aku jadi tertawa dan malu mendengar paparan papa, meledek dan bercanda padaku. Itu semua betul, karena aku dan AW sudah satu kelas, tetapi komunikasi kami masih sebatas tersenyum saja. Tidak ada yang salah atau yang betul dalam hal ini.
Agar aku menguasai materi pelajaran. Aku segera mencari dukungan papa agar aku bisa ikut bimbel di GO. Papa semuanya setuju. Ada juga rasa bahagia di sana aku berjumpa dengan teman yang cantik dan lembut dan berani berkomunikasi. Rasa suka aku pada AW aku utarakan padanya. Namanya Alicia, dia tinggal di sebuah perumnas di Limo Kaum. Alicia senang menjadi perantara (mediasi) aku dan AW untuk memuluskan hubungan rasa suka aku pada AW.
“Nad kalau kamu suka AW, biar aku bantu, kita pisa ketik pesan-pesan kamu buat AW lewat gadgetku”. Pucuk dicinta ulam tiba, hatiku senang dengan tawaran Alicia untuk menghubungkan aku dengan AW. Sejak itu aku juga sering berkunjung ke rumah Alicia.
Papa sering menjemput aku dari rumah Alcia. Papa juga sempat bertamu dan ngobrol dengan keluarga Alicia. Papa juga bercanda dengan Alicia. Tetapi ada terasa keanehan, saat papa bercanda dan menyebut namaku dan AW, si Alicia terlihat tidak begitu rsponsif, Alicia jadi cuek kalau papa membahas hubungan aku dan AW. Sepertinya ada rasa lain pada diri Alicia. Mungkin dia juga ingin punya hubungan spesial dengan cowok lain yang pribadinya kayak AW. Atau Alicia sendiri mungkin mau bersimpati pada AW. Ini perasaan yang diungkapkan oleh papa padaku, bukan berarti papa ingin ikut campur urusan para remaja .
Kok ada rasa aneh antara aku dan Alicia. Alicia yang pada mulanya terlihat anggun dan terasa tulus padaku. Kemudian aku merasa ada ganjalan. Alicia jadi bersemangat dan malah jadi lebih aggersif dalam mengurus hubungan aku dan AW, apakah selanjutnya dia (Alicia) ingin aku dan Aw saling mendekat atau saling menjauh.
Pada mulanya AW dan Alicia tidak ada komunikasi karena mereka tidak berasal dari satu sekolah saat di SMP atau di MTsN. Hanya lewat namaku Alicia jadi berkenalan dengan AW. Dan Alicia jadi bersemangat, apalagi AW ini orangnya punya wajah attraktif dan kayaknya setelah saling berkenalan Alicia dan AW menjadi bersahabat dan lebih dekat. Tentu saja saat berjumpa ada berbagi chatting mereka berdua membahas tentang aku. Aku ingin tahu...apa saja yang disampaikan oleh Alicia pada AW ...apakah tentang diriku apa adanya...atau Alicia dengan kemampuan berkonunikasinya yang jitu ingin mengada-ada tentang aku sehingga aku terlihat negatif di mata AW.
Aku tidak bisa mendustai perasaanku bahwa aku jadi curiga, kok ada rasa mengganjal dalam hatiku tentang pribadi Alicia. Papa juga bersikap sama, katanya: 
“Alicia itu memang cantik, terlihat menganggun-anggunkan diri. Saat papa ikut campur membaca nama AW dan nama aku di rumah Alicia. Alicia terlihat cuek, dan diam tak bergeming. Saat papa menyapa Alicia, dia hanya menjawab dan berkata-kata dengan begitu hemat. Dia terlihat bikin jarak dengan papa, apakah setelah Alicia berkenalan dengan AW dia juga ikut bersimpati pada AW, juga ikt ingin memiliki AW, Jadinya Alicia merasa cemburu dengan kedekatan AW dan aku (NAD).
Hari terakhir papa jumpa dengan Alicia, yaitu saat menjemputku pulang Les di GO. Tentu saja Alicia genjar mempengaruhiku agar berfikir logika dan agar menjauh dari AW, ada beberapa kalimat Alicia yang masih aku ingat:
“Buat apa sih NAD kamu ingin dekat dengan AW, mungkin dia nggak cocok denganmu....dia ada hubungan dengan gadis lain...dia itu play boy”. Di lain hari selalu Alicia memasang gaya-gaya diplomatik dan berkata:
“NAD....jangan kamu begitu terobsesi pada si AW atau kalau kamu mau dekat maka nanti akan aku atur”
Hari terakhir aku masih akran dengan Alicia, kami baru saja selesai dari belajar di bimbel GO. Malam itu Alicia berbusana hitam, dia telah telah melancarkan strategi-strategi bagaimana aku bisa menjauhi dan menghilngkan rasa suka pada Aw.
Pada Aw, si Alicia juga berupaya buat berlogika agar AW segera menjauhi aku. Kalimat kalimat sopan tetapi tujuannya berbeda tentu telah mengaduk-aduk logika dan rasa suka AW pada ku. Mungkin Alicia berkata:
“AW.....apakah kamu suka pada si NAD ? Apakah kamu cinta pada si NAD ?”. Tentu saja AW akan berkata tidak, karena AW sendiri sudah merasa terpikat oleh wajah cantik Alicia dan mulut manisnya. Selanjutnya Alicia, aku fikir juga berkata:
“AW cobalah kamu pikir....Nad itu orangnya taat, orangnya sholeh....dan dia tentu akan pilih cowok sholeh. Sementara itu kamu seperti biasa-biasa saja tentu NAD hanya akan bersandiwara saja padamu. Aku dengar dia juga punya hubungan spesial dengan cowok lain. Aku rasa ini hanya mungkin perkiraan aku saja, tetapi bisa jadi benar”. Mungkin kata si Alicia untuk memperdaya dan mencuci pemikiran AW.
Sebaliknya si Alicia memberi perhatian pada AW seratus kali...seribu kali...sejuta kali. Akhirnya AW merasa nyaman dalam berkomunikasi pada Alicia. Dan Alicia memang jago dalam melumpuhkan rasa dan hati AW, akhirnya AW memang takluk. Buktinya AW kalau sudah sampai di sekolah pasti selalu mencari-cari dan mengejar-ngejar Alicia. AW terlihat seperti sudah mabuk dan sudah menjadi patuh dalam rasa pada Alicia. Imbasnya...AW terlihat tidak begitu butuh pada kehadiranku, dia jadi cuek padaku.
Tentang tindak tanduk antara aku dan AW di kelas jadi perhatian teman-teman, kata mereka kami berdua (aku dan AW) ada hubungan saling dekat dan spesial. Namun setelah kehadiran Alicia pada AW, semua jadi berubah. AW jadi lebih dekat dan terlihat lebih mengejar-ngejar Alicia yang lebih berani.
Jadinya setelah itu banyak juga info-info yang aku peroleh dari teman-teman ku. Semuanya mengatakan bahwa aku harus hati-hati pada Alicia..karena Alicia terkenal jago dalam mengotak atik pemkiran cowok. Dia (Alicia) mungkin telah menikung hubungan dekat aku dan AW dan dia sendiri sekarang yang merapas persahabatan aku dan AW.
“NAD.....aku lihat, si AW main mata dengan Alicia......NAD aku lihat AW ngantarin Alicia dan Alicia dibonceng dengan wajah senang dan penuh rasa malu”.
Dan pada mulanya aku curhat pada teman dan juga pada papaku. Papaku selalu mengajak aku buat tenang dan berfkiran positif.
Namun akhirnya darahku jadi mendidih. Emosiku jadi berantakan. Aku rasa dan aku lihat si Alicia yang menyatakan niat lain Bahwa dia yang bakal memuluskan hubungan persahabatan aku dengan AW, ternyata dia malah membikin rasa dekan AW padaku jadi porak-poranda. Dia bikin strategi “Devide et impera...pecah belah lalu kuasai. Betul ...dia telah memecah dan membelah hubungan aku dengan AW dan kemudian dia sendiri yang menguasai AW. Aku dan banyak teman melihat bahwa Alicia terlihat lebih aggerif buat mengajak AW agar selalu datang padanya. AW sendiri rasa sukanya padaku sudah menipis dan mata hatinya buat ku juga mulai rabun, atau sudah buta.
Akhirnya aku pencet SMS protes pada AW dan pada Alicia. Aku protes bahwa Alicia sudah menekuk hubungan rasa sukaku pada AW. Sekarang dialah yang menari-menari menikmati hari-hari indah di atas jalan palsu dan dusta berlapis bahasa indah pada aku.
Bahasa SMS-ku cukup santun tetapi penuh menggugat. AW yang aku rasa sebagai cowok pemalu jadi berani datang ke rumahku, katanya buat klarifikasi atau menjelaska. Sore itu dia datang, aku nggak percaya dan aku gugup. Untuk ayahku menemani. Ayah menyambut AW dan menjembatani komunikasi aku dan AW. Hari berikutnya aku tidak datang ke sekolah, aku jadi malas ke sekolah.
AW katanya ingin menyelesaikan perselisihan aku dan Alicia. Akhirnya keduanya Alicia dan AW datang padaku ..ke rumahku. Pasti ada rasa berat bagi Alicia buat datang pada ku, ke rumahku. Mereka berdua dan ditemani satu teman netral datang lagi. Alicia merasa berat melangkah masuk ke rumahku. Akhirnya setelah dibujuk-bujuk semua masuk rumahku. Dan papaku menggelar semacam pengadilan kecil-kecilan di Mahkamah Persahabatan.
Papa menanyai satu-persatu, bahwa sumber masalah adalah AW, karena anugerah wajahnya yang simpati, karakternya yang lembut membuat dua gadis berebut perhatian AW. Ya di situ ada sebuah pengadilan kecil. Papa dan ibuku berkesimpulan bahwa “Alicia memang cantik...namun juga aggresif....suka mengatur...suka merebut rasa suka AW....mungkin juga berhati ganda...lain di mulut lain di hati.
Buat Aw sendiri, dia bukan lagi AW sebagai mana aku kenal di awal tahun aku bersekolah di Madrasah Aliah ini. Dia juga sudah menjadi AW yang terasa asing, AW yang yang mudah diotak atik oleh Alicia...AW yang pendirianya seperti ilalang di lereng. Artinya tanpa punya pendir
Ya sudahlah, ini adalah kisah hidup dan pengalaman pahit yang membuat aku lebih dewasa. Aku dinasehati agar jeli dalam memilih teman dan tidak lagi menitip perasaan  pada teman yang suka menikung. Kini aku akan diam dan tenang seribu bahasa, karena kata pribahasa “Silent Is Golden- Diam itu Emas”. Inilah Catatan dukaku tentang “Rasa Perih Dalam Hati Saat Teman Akrab Ternyata Ibarat Api Dalam Sekam, yaitu  saat dikhiatani oleh teman akrab yang ternyata berhati ganda.       




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...