Selasa, 03 Juli 2018

Semakin Banyak Pengalaman Semakin Luas Pemikiran


Semakin Banyak Pengalaman Semakin Luas Pemikiran
Oleh: Marjohan, M.Pd
(SMAN 3 Batusangkar)
 Bahagia adalah hak setiap orang
Setiap orang tentu saja ingin berbahagia. Setiap saat mereka berfikir bagaimana untuk bisa menjadi orang yang bahagia. Sekarang yang bisa kita pertanyakan adalah: apakah bahagia itu bisa datang dengan tiba-tiba, atau bahagia itu bisa saja jatuh dari langit ? Oh tentu saja tidak.
Bahagiaan itu harus ditemukan dan harus diciptakan. Bahagia itu bukan ditunggu-tunggu agar datang dengan sendirian. Maka kita sendirilah yang menciptakan dan membentuk bahagia itu. Kebahagiaan juga bisa terbentuk dengan adanya perubahan dalam lingkungan. Benar bahwa lingkungan punya efek untuk mewujudkan bahagia itu pada diri kita. Kalau demikian jadinya, lingkungan punya peranan sendiri dalam menciptakan bahagia, yaitu melalui: kebiasaan dan sikap hedonistik kita. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Dalam hidup di zaman sekarang, kita sudah terbiasa menjumpai hal-hal yang berbeda setiap hari. Cara berpakaian, jenis musik dan lagu yang berbeda, assesori dan warna kosmetik yang juga berbeda. Perbedaan demi perbedaan telah menciptakan suatu perubahan. Akhirnya kita menjadi terbiasa dengan perubahan. Sikap hedonistik yang dimaksud yaitu kebiasaan berharap agar hal-hal yang terbaik bisa terjadi. Hingga terbentuk fenomena yaitu kita selalu berharap banyak untuk meraih keinginan. Jadinya apa yang kita lakukan, terutama untuk aktivitas positif atau yang bermanfaant, akan memberi dampak yang signifikan dalam membentuk kebahagiaan.
Orang-orang awam, tentu saja berbeda dengan kaum intelektual, mereka punya cara sendiri dalam meraih kebahagiaan. Mereka sering merujuk pada resep yang diungkapkan oleh nenek moyang mereka dalam meraih kebahagiaan adalah, beberapa resep terebut seperti:
- Selalu bersikap hati-hati
- Peduli dengan diri sendiri
- Memiliki pergaulan/hubungan yang positif dengan orang-orang sekitar
- Memiliki sikap suka berterima kasih
- Selalu bersikap optimis
- Suka membantu orang lain
- Suka megerjakan kebaikan
- Menemukan makna dan tujuan hidup ini
Poin-poin di atas adalah resep untuk meraih bahagia. Sebetulnya bahagia itu tergantung pada kondisi hati dan fikiran kita. Bahagia atau tidak bahagianya seseorang bisa ditentukan oleh cara pengontrolan pola pikiran dan suasana hati. Agama Islam mengajarkan pada kita untuk menjaga kualitas hati, melalui cara berbaik angka, melakukan amal sholeh dan selalu megingat Allah (mendekatkan diri padaNya, beribadah). Orang yang mengingat Allah akan meraih ketenangan pada hati (qalbu).  
Rasa bahagia selain ada dalam keluarga (di rumah) juga perlu hadir di lingkungan sekolah. Guru-guru harus menjadi pribadi yang bahagia dan semua siswa juga punya hak untuk meraih rasa bahagia sepanjang waktu. Dengan kata lain bahwa suasana PBM (Proses Belajar Mengajar) harus bertaburkan dengan sentuhan yang memberi rasa bahagia. Kalau begitu, apa manfaatnya bila suatu sekolah melahirkan siswa-siswi yang berkarakter gembira ?  
Lonna housman Moline menjelaskan bagaimana untuk meraih bahagia sepanjang waktu. Bahwa pendidikan yang berkualitas akan lahir dari sekolah-sekolah yang proses belajar mengajarnya penuh dengan suasana bahagia, yaitu dari guru-guru yang punya karakter gembira. Pelajar-pelajar yang cerdas dan juga sehat secara emosional berasal dari lingkungan sekolah dan keluarga yang penuh dengan rasa bahagia.
Bahagia itu dapat dipelajari dan diajarkan pada orang lain. Namun ternyata sebagian orang merasa sulit dalam meraihnya. Mereka adalah orang-orang yang cenderug memiliki karakter yang dingin dan pessimistik. Mereka berpendapat bahwa bahagia itu tidak bisa dipelajari dan diajarkan. Karena bahagia atau tidak bahagianya seseorang tergantung pada pilihan pribadinya dan juga ditentukan oleh faktor lain, seperti: faktor genetik/keturunan dan dukungan dari lingkungan sosialnya atau kehidupannya:
“Orang yang hidupnya sejahtera akan mudah merasa bahagia, sementara orang yang kurang sejahtera akan merasa sulit untuk merasa bahagia”.
Seligman berpendapat bahwa rasa bahagia bisa terbentuk dari cara berfikir dan cara seseorang dalam bertindak. Dengan demikian “tindakan, aktivitas atau pengalaman” juga harus diwujudkan dalam dunia pendidikan, agar semua warga sekolah (guru dan murid) bisa memperoleh rasa bahagia. Dia menambahkan bahwa “happiness is a frame of thinking, to have happiness can be obtained through reframe the thinking”. Bahwa rasa bahagia ditentukan oleh kerangka atau pola berfikir seseorang, maka untuk memperoleh kebahagiaan adalah dengan membentuk kerangka atau pola berfikir tersebut.
Bahagia itu bisa dipelajari
Ya kebahagiaan itu bisa dipelajari. Konsep ini dimulai dengan pernyataan Aristoteles, bahwa bahagia bisa dipelajari. Belajar adalah sebuah proses yang panjang, belajar itu sendiri bertujuan untuk membentuk seseorang bisa menjadi manusia yang punya fikiran dan perasaan. Dengan demikian melalui belajar seseorang akan bisa menjadi maju.
Dalam psikologi positif dipelajari tentang konsep berfikir positif. Psikilogi positif memandang kebahagiaan dari titik pandang pendidikan. Sekolah-sekolah yang iklim sosialnya penuh dengan rasa bahagia akan melahirkan para siswa dengan pemikiran positif, pendidikan positif melahirkan siswa yang berfikiran positif. Sekolah-sekolah yang menerapkan pendekatan positif dalm praktek pembelajarannya akan mampu menciptakan beberapa hal seperti:
- Meningkatkan emosi yang positif pada pribadi siswa.
- Mendorong para siswa untuk bisa melibatkan diri dengan karakter yang kuat dalam
  semua kegiatan di sekolah.
- Melibatkan para siswa untuk mendapatkan hidup yang bermakna serta membuat
  perbedaan dalam komunitas dalam skala yang cukup luas.
- Mendorong terbentuknya hubungan yang positif.  
- Mengajarkan keterampilan tentang bagaimana menjadi manusia yang sukses.
Ada ungkapan yang cukup banyak dikenal luas yaitu “knowledge is power- ilmu pengetahuan adalah kekuatan”. Bahwa seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi akan memiliki kekuatan. Dia bisa menjadi orang yang terpandang dalam masyarakat. Orang yang punya ilmu pengetahuan yang tinggi akan merasa berbahagia dalam hidup karena pribadinya punya nilai yang tinggi di mata banyak orang. Jadi hidup yang bermakna akan melahirkan rasa bahagia pada diri.
Pentingnya Memiliki Pengalaman Positive
            Semua orang sejak dari kecil perlu memperoleh banyak pengalaman, terutama pengalaman positif, dan juga pengalaman-pengalaman sukses lainnya. Mereka yang memiliki puluhan hingga ratusan pengalaman sukses akan merasakan bahwa hidup ini benar-benar punya makna. Mereka yang punya banyak pengalaman sukses juga akan merasakan kebahagiaan dalam hidup.
            Dampak yang diperoleh dari akumulasi pengalaman positif  pada diri seseorang adalah terbentuknya rasa gembira, fisik kita akan menjadi sehat, munculnya emosi-emosi yang juga positif, terbentuknya rasa optimis, dan terbentuknya karakter “self determination” atau kemampuan untuk menentukan nasib sendiri. Orang yang punya karakter self determination akan mampu untuk mengarahkan dan mengendalikan dirimenuju masa depan.
            Pengalaman positif yang banyak juga akan membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang optimis dan juga memperluas pemikiran kita.    Optimis bukan sekedar berseru atau berteori semata dan berseru “ayo mari kita selalu bersikap optimis”. Tetapi optimis adalah sebuah tindakan dimana kita selalu berbuat (beraktivitas).
Dari aktivitas yang dilakuan akan muncul hasil yang menakjubkan. Namun hasilnya apakah berakhir positif atau negatif. Maka orang yang bersikap optimis, dia telah berbuat secara maksimal, penuh waspada, akan sangat yakin untuk memperoleh hasil yang positif.
            Orang-orang yang malas untuk berusaha (berkreativitas) akan tidak cocok mengadopsi istilah optimis. Orang-orang optimis musti selalu memperlihatkan sikap yang aktif, penuh kesabaran, punya sikap mengakui kesalahan (tidak suka melemparkan kesalahan pada orang lain) selalu menggunakan strategi seperti problem solving, berjuang untuk mengatasi  kesulitan, berusaha mengubah situasi yang tidak terkontrol, semua untuk menggapai tujuan yang diimpikan.
            Lawan kata optimis adalah pessimis. Maka gaya pribadi orang yang pesimis adalah sering suka marah, emosi yang kurang terkontrol, suka bersikap agresif, dan cenderung berkarakter destruktif atau merusak.     
            Bahwa pengalaman positif, menurut  Barbara Fredrickson, punya potensi untuk membangun dan memperluas pemikiran seseorang. Pengalaman positif akan memperluas dan membangun pemikirannya.
Mengapa memperluas pemikiran? Bila kita mengalami suatu emosi yang positif, visi kita secara literal (secara nyata) akan menyebar. Ini memungkinkan kita untuk membuat koneksi (hubungan) yang kreatif, mampu melihat posisi diri dalam persepsi orang lain dan kita juga akan mampu menghadapi problem demi problem dengan titik pandang yang jelas. Jadi dampak dari emosi positif (pengalaman positif) adalah meluasnya perhatian dan pemikiran kita.     
            Mengapa pengalaman positif bisa membangun pemikiran? Pengalaman-pengalaman positif akan melahirkan rasa senang-rasa bahagia. Dengan cara demikian, melalui pengalaman positif, kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Emosi positif  harus melebihi jumlah emosi negatif, karena emosi positif (pengalaman positif) yang berlimpah akan membangun kekayaan personal dan sosial pada pribadi kita.
            Dari paparan di atas dapat dibuat suatu ungkapan, bahwa “semakin banyak pengalaman maka semakin luas pemikiran”. Untuk mewujudkan ungkapan ini kepada generasi muda, terutama buat anak-anak di rumah dan para siswa di sekolah, maka mereka perlu mengalami banyak pengalaman. Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk pengalaman sosial dan pengalaman non sosial, seperti bereksperimen dengan benda dan alam sekitar.
            Sementara untuk memperkaya pengalaman sosial adalah dengan memperluas relasi dan pergaulan. Relasi adalah hubungan dengan orang-orang sekitar dan orang-orang yang sama minatnya. Orang yang mempunya fungsi atau peran dalam sosial umumnya punya relasi yang luas. Sedangkan pergaulan yang luas akan memberi bekas yang dalam, mereka akan punya pergaulan yang berkualitas. Kunci dari pergaulan yang berkualitas adalah melalui melalui berbagi simpati dan empati, appresiasi (saling menghargai), kebiasaan suka berterima kasih serta saling memaafkan.     

Bibliografi:
Lonna housman Moline (2011). ResourceListforTeachingHappinessandWellBeing.
Chaska, Minneapolis: http://www.macmh.org/wp-
content/uploads/2011/06/51MolineTeachingHappinessPP.pdf.

Fredrickson, B. L. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The
broaden-and-build theory of positive emotions. American Psychologist. Washington: American Psychological Association.

Seligman, Martin (2000). Positive Pshychology: An Introduction. Pennsylvania: The
Pennsylvania of University. http://www.bdp-gus.de/gus/Positive-Psychologie-Aufruf-2000.pdf.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...