Selasa, 01 Oktober 2019

Lima Kekuatan Menunjang Sukses Dalam Belajar


Lima Kekuatan Menunjang Sukses Dalam Belajar
Oleh: Marjohan, M.Pd

Belajar Dengan Serius Atau Sekedar Asal?
            Menuntut ilmu dan mendapatkan pengalaman menjadi target remaja, utamanya para siswa dan juga mahasiswa. Setiap awal tahun akademik banyak mereka yang memburu sekolah dan perguruan tinggi favorit, karena sekolah dan kampus tersebut punya label unggul. Para siswa berburu sekolah. Calon  mahasiswa berburu perguruan tinggi. Berharap bisa kuliah di pulau Jawa, di universitas yang bergengsi di propinsi, atau akademi dan sekolah kedinasan yang ternama. Kalau mungkin terus studi ke luar negeri.
            “Apa sukses studi itu hanya ada di Eropa, di Jepang, Amerika, Melbourne, di Yogyakarta atau Bandung?”
            “Tentu saja tidak.” Sukses studi bisa terjadi di mana-mana. Tentu sukses studi juga bisa terjadi di dekat kita. Cara untuk meraih sukses tergantung pada proses pribadi yang kita lakukan. Namun ada remaja dalam studi hanya sebatas ikut-ikutan:
“Orang sekolah  maka dia juga sekolah”. Bagaimana eksistensi remaja yang begini? Terhadap mereka mungkin dapat dipaparkan kalimat plesetan seperti:
“Sekolah buat pergaulan, buku rapor sebagai undangan dan uang sekolah sebagai sumbangan.”
 Ya gambaran mereka yang demikian kalau mereka menuntut ilmu secara asal-asalan. Mereka biasanya sering berurusan dengan guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah.
Ternyata bagi yang sudah berstatus sebagai mahasiswa, juga banyak yang terjebak bergaya belajar sebatas  ikut-ikutan. Sebahagian mereka  mengikuti proses kuliah tanpa target. Hanya sebatas  “4D” yaitu “ Datang, Duduk, Dengar  dan Diam saja” di dalam kelas. Sementara itu  di tempat kost aktivitas mereka juga tanpa target. Yaitu hanya sebatas melakukan rutinitas, seperti: makan, minum, menghafal, menghayal, hura-hura, main game, dan sampai begadang tidak karuan.  Padahal sang dosen di kampus mungkin pernah berkata:
“Anda sebagai seorang  mahasiswa telah menjadi kaum intelektual. Anda punya peran dalam sosial yaitu sebagai “social agent of change” atau agen perubahan sosial di tengah masyarakat”.
Tapi kalau  demikian gaya belajar dan gaya hidup mereka, apakah  pantas disebut sebagai agent of change? Oh tentu saja belum pantas.
Sekali lagi, bagaimana perilaku remaja dalam belajar atau dalam kuliah? Ternyata juga bervariasi. Ada yang rajin dalam mengikuti proses pembelajaran. Semua waktu mereka curahkan untuk kegiatan akademik.
Ada yang   yang hanya sebatas kutu-buku. Mereka hanya sebatas terbenam dalam tumpukan buku-buku teks-hingga tidak punya kesempatan untuk bersosialisasi. Mereka menjadi orang-orang yang kurang tertarik dalam bergaul dan pada akhirnya akan memiliki karakter yang kaku, dingin, dan kurang peka terhadap orang lain. Walau mereka kelak bisa meraih prestasi yang tinggi dalam pekerjaan namun  mereka tetap akan menjadi orang yang kaku.
            Remaja juga punya orientasi yang berbeda-beda dalam studi. Ada yang sebatas berorientasi pada akademik. Ada yang senang berorganisasi, ada yang berkarakter produktif dan ada yang melakukan studi tanpa target sehingga mreka terjebak menjadi orang yang selalu bengong.
Yang bergaya study oriented atau academic oriented. Masa muda habis hanya untuk berkutat dengan buku teks, diktat dan buku-buku pelajaran, tujuannya agar bisa memperoleh nilai sempurna pada setiap mata pelajaran. Ada pula yang hanya senang berorganisasi, namun masa bodoh dengan urusan belajar. Ya ujung-ujungnya jadi gagal dalam bidang akademik.
            Selanjutnya  ada  yang telah berkarakter produktif. Yaitu bagi mereka yang memiliki agenda hidup- punya aktifitas yang terjadwal, mulai dari membaca buku, kuliah (bersekolah), berolahraga, beribadah sampai merencanakan agenda-agenda hidup lainnya. Namun juga ada yang bengong saja sehingga tidak tahu apa yang mau dikerjakan. Mereka hanya pandai  menghabiskan waktu dalam box warnet-  duduk terpaku di depan komputer untuk bermain game atau kecanduan nonton TV selama ber jam-jam. 

Mengatasi Gejala Demotivasi
            Bagi remaja yang tidak tahu cara mendesain kegiatan tentu akan sulit untuk memulai sebuah kegiatan  yang bermanfaat, misalnya mengerjakan tugas sekolah, mencuci pakaian, atau membantu orangtua. Ada gejala penyakit yang sering melanda remaja (pelajar dan mahasiswa), yaitu banyak tidur, boros (buang buang uang terhadap hal  yang tidak perlu),  menganggap sepele terhadap tugas-tugas sekolah, kecanduan talk maniac (gila ngobrol pake HP), playing game maniac (gila main game),  dan senang hura-hura. Idealnya mereka harus menyadari kebiasaan negatif ini, karena kebiasaan ini kalau sudah menjadi rutinitas, maka akan berubah menjadi karakter kita.
            Andai gejala ini terjadi pada diri seseorang, ini memberi indikasi bahwa dia sedang mengalami demotivasi, yaitu merosotnya motivasi. Keadaan demotivasi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kondisi finansial yang lemah, faktor dalam diri dan faktor luar diri yang kurang mendukung.
Untuk faktor luar diri  (eksternal) seperti: keadaan lingkungan rumah yang hiruk pikuk, tetangga yang lemah SDMnya, teman-teman yang lemah motivasi, sekolah yang lemah manajemen, dll. (Sahar F Abu Jarour, 2014). Untuk mengcounter (mencegah) gejala-gejala demotivasi tersebut (Dian Wibowo Utomo, 2009), ada 4 hal yang bisa dilakukan, yaitu seperti:
a). Segera membuat prioritas, membagi waktu secara efektif, mencari
     alternatif solusi dan melakukan silaturahmi kepada sahabat dan orang
     orang yang memiliki inspirasai dan motivasi hidup.
b)  Kemudian, bacalah buku-buku dan berbagai artikel dari perpustakaan dan
     internet untuk penambah semangat hidup atau motivasi.
c) Kalau ingin sukses, maka cobalah membuat agenda hidup-tentukan target  
     kegiatan harian, mingguan dan bulanan.
d) Juga perlu melakukan hijrah (andai lingkungan menjadi penyebab
     kemalasan kita), karena  faktor lingkungan, seperti teman yang santai akan
    juga membuat kita santai.
Sangat dianjurkan untuk mencari teman yang smart dalam hidupnya. Karena motivasi seseorang bisa menular. Motivasi teman yang smart (yang cerdas) juga akan bisa menular untuk menambah motivasi kita. Namun bukan berarti kita pilih-pilih teman, semuanya teman teman kita.
Dekatilah teman yang sukses, wawancarai dia dan petiklah pelajaran yang banyak darinya, bagaimana mereka belajar. Dan salah satu keterampilan yang terpenting dalam hidup adalah menganalisa mengapa orang lain sukses dan mengadaptasi strategi menang mereka (Coline Rose dan Malcom.J. Nicholl, 2003).
            Dalam pelajaran sains di sekolah, kita belajar tentang hukum causal effect atau pelajaran sebab dan akibat. Hidup kita juga diwarnai oleh hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak hanya ada dalam pelajaran sains, tetapi juga ada dalam dunia sastra, sebagaimana terungkap dalam pribahasa: siapa yang menanam dia yang akan menuai (memetik). Tebarlah kebaikan, maka cepat atau lambat maka  setiap kebaikan yang kita lakukan akan membuahkan hasil.
Sebaliknya kejelekan yang andai kita kerjakan, maka juga akan kembali pada kita. Oleh sebab itu kita perlu  lebih banyak menanam kebaikan. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya. Ya seperti pepatah dalam bahasa Arab yang berbunyi : man jadda wa jadda- barang siapa yang bersungguh-sunggu akan berhasil. Untuk merealisasikan pribahasa “man jadda wa jadda” agaknya harus diwujudkan dengan konsep total learning atau belajar secara total.

Belajar Secara Total
Total learning dapat  kita lakukan  dengan maksud untuk mengembangkan potensi atau kekuatan yang ada pada diri kita. Pembahasan tentang belajar secara total ini terinspirasi oleh paparan pelatihan motivasi yang diberikan Setia Furqon (2010), seorang motivator berusia muda yang selalu memotivasi banyak anak muda, terutama para pelajar dan mahasiswa. Catatan dan dokumen dari pelatihan tersebut dijadikannya buku  yang berjudul “Jangan kuliah kalau gak sukses”.
Dia mengatakan bahwa untuk sukses dalam belajar, paling kurang diperlukan lima fondasi dasar yang berguna untuk memberi kekuatan bagi kita dalam belajar. Kekuatan tersebut meliputi : kekuatan spiritual, kekuatan emosional, kekuatan finansial, kekuatan intelektual dan kekuatan aksi. Kelima kekuatan tersebut dalam bahasa Inggrisnya adalah  spiritual power, emotional power, financial power, intellectual power and actional power”.
Saya akan merefleksikan pemikirannya tentang kiat-kiat sukses dalam belajar, dengan judul: Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar. Pembahasannya adalah sebagai berikut:
            1) Spiritual power
Ini berarti kekuatan spiritual. Bahwa kesuksesan sejati adalah saat kita merasa dekat dengan sumber kesuksesan itu sendiri, yaitu Allah Swt-Sang Khalik. Untuk itu ada beberapa kiat yang dapat kita lakukan agar hidayah (petunjuk) bisa datang. Bahwa petunjuk hidup itu sendiri  harus dijemput, bukan ditunggu. Kemudian kita harus mencari lingkungan yang kondusif, karena sangat sulit bagi kita untuk keluar dari lingkaran kemalasan jika lingkungan itu sendiri mendorong kita untuk jadi pemalas. Untuk mengatasinya, maka  kita harus hijrah, misalnya pindah kost ke tempat yang mendukung semangat belajar kita. Kalau sulit untuk pindah kost, maka kita bisa melakukan hijrah melalui perobahan sikap dan pikiran. 
            Untuk memperoleh petunjuk buat kehidupan,  maka kita bisa menemukan guru-guru dalam kehidupan. Guru tersebut adalah orang-orang yang akan  memberi  kita inspirasi agar bisa  bangkit setelah kita terjatuh. Sang inspirator kita tidak harus jago dalam ngomong, orang tersebut  bisa jadi sedikit bicara, namun karya dan prilakunya membuat kita termotivasi.
            Belajar yang didukung oleh spiritual power, memandang proses belajar sebagai sebuah ibadah. Kita harus belajar agar kita menjadi orang yang berilmu, beriman, dan punya martabat. Berharap setelah itu kita juga bisa memberi manfaat pada orang lain dan lingkungan, paling kurang kita bisa memberi pencerahan untuk lingkungan. 
            2) Emotional power
Kekuatan ini (kekuatan emosi) juga dapat kita sebut dengan istilah  kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan ini juga sebagai penentu kesuksesan seseorang. Di dunia ini ada banyak orang-orang cerdas atau jenius dengan IQ di atas rata-rata namun pekerjaanya selalu pada level bawah. Itu terjadi karena kepribadiannya yang kurang disukai atau sulit bersosialisasi.
Kecerdasan emosional seseorang bisa berkembang, karena kecerdasan ini merupakan akumulasi dari karakter individu (seseorang), dan juga dukungan perlu dari faktor lingkungan. Sikap atau karakter sangat penting  dalam membentuk kecerdasan emosi seseorang. Apakah seseorang  berkarakter ramah, gigih dan ulet- maka itu adalah contoh dari bentuk kekuatan emosional (emotional power). 
            Karakter adalah ibarat sebuah perjalanan yang panjang. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa karakter adalah akumulasi dari bentuk pikiran, ide yang kita ekspresikan lewat ucapan dan tindakan, kemudian dipoles dengan suasana emosi. Orang lainlah yang  akan melihat kualitas emosional  kita tadi- apakah disana ada unsur “jujur, peduli, ikhlas, disiplin, dan berani”, atau malah yang terlihat banyak unsure “suka berkhianat, angkuh, boros, cepat bosan dan malas”.
            Emosi itu sendiri dapat dilatih. Beberapa cara untuk melatihnya adalah melalui pembiasaan positif seperti : tersenyum dengan tulus, bila berjumpa dengan teman ya jabatlah tangannya dengan penuh antusias. Kalau ngobrol mari kita biasakan untuk mendengar orang terlebih dahulu. Kita perlu ingat bahwa tidak bijak untuk membuat orang tersinggung. Kalau kita sedang ngobrol maka kita usahakan untuk  menatap mata lawan bicara. Ini  sebagai tanda bahwa kita sedang serius dan ia juga akan  merasa dihargai. Kita juga harus ingat dan tahu dengan nama lawan bicara kita.
            Suasana hati adalah bentuk dari emotional power. Remaja yang sedang menuntut ilmu pengetahuan mutlak memerlukan emotional power, yaitu suasana hati yang solid agar mereka mampu meraih mimpi-mimpi tersebut.
            3) Financial power
Financial power  berarti kekuatan dalam hal keuangan. Bahwa kita seharusnya  memiliki kekuatan keuangan agar bisa sukses dalam studi. Maka banyak orang  menganggap bahwa uang bukanlah hal yang  utama. Mereka malu dikatakan sebagai orang yang matre (mata duitan).  Paling kurang ada dua karakter orang berdasarkan pendekatan ekonomi atau keauangan. Ada  orang bermental miskin dan orang bermental kaya.
Karakter orang bermental miskin adalah mereka yang menginginkan hasil (sesuatu)  yang diperoleh secara instan. Mereka lebih suka membeli banyak barang yang membuat mereka jadi konsumtif. Mereka sulit untuk berubah, dan senang mengandalkan bantuan orang lain. Mereka juga  berkarakter  suka  menerima,dan kalau belajar hanya sebatas untuk mengejar nilai yang bagus.
Sementara itu orang yang bermental kaya adalah mereka yang karakternya  terbiasa menyukai  proses. Dalam shopping ya mereka lebih suka membeli barang yang produktif. Selanjutnya ia (mereka) bersifat kreatif, mandiri, senang memberi, dan dalam belajar (kuliah) bertujuan  untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Kesuksesan dalam belajar sangat signifikan dengan keberadaan financial power. Uang atau finsial adalah payung buat kehidupan. Keberadaan uang akan memudahkan kehidupan, utamanya dalam mencukupi atau menyediakan kebutuhan minimal kita.   
            4) Intelectual Power
Kemudian hal lain yang perlu kita miliki adalah “intelectual power”. Bahwa kita sendiri sedikit banyak juga harus memahami tentang keberadaan otak. Otak kita  membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar otak bisa beroperasi secara optimal. Maka kita perlu untuk bisa memperoleh tidur yang bermutu yaitu tidur yang nyenyak, karena  sangat berguna untuk kesehatan otak. Salah satu fungsi otak adalah membantu kita dalam memahami apa yang kita amati dan yang kita tiru.
Intelektual bermakna seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Jadi untuk hidup kita perlu cerdas. Sehingga ada ungkapan “work hard and think smart- bekerja keras dan berfikir cerdas. Jadinya dalam belajar, kita juga perlu belajar cerdas- belajar dengan cara menyenangkan, mencari informasi bagaimana cara menjadi orang yang mandiri dalam belajar dan juga bercermin pada tokoh sukses tentang rahasia belajar mereka sehingga mengantarkan mereka menjadi pribadi yang berkualitas.
5) Actional Power
Ini berarti kekuatan bertindak. Seorang pemuda (siswa atau mahasiswa) yang menjadi atlit sepak bola menghabiskan puluhan jam untuk membaca buku sepak bola, tentu saja susah baginya untuk menjadi sepak bola yang sejati. Kecuali kalau ia memang sangat rajin dalam latihan menendang bola. Karena praktek menendang bola lebih berarti dari pada hanya membaca buku teori tentang bermain sepak bola.
Dikatakan bahwa orang Jepang bisa menjadi cerdas karena punya kebiasaan mengamati, meniru dan memodifikasi. Bangsa Jepang bukanlah bangsa yang mula-mula menemukan  kendaraan roda dua dan roda empat. Namun mereka adalah bangsa yang  gigih dalam meniru-melakukan atau karena memiliki actional  power- dan memodifikasi penemuan bangsa lain. Budaya senang meniru dan senang memodifikasi tersebut  telah membuat Jepang sebagai negara produsen mobil terbesar di dunia. Negara Jepang pada mulanya mengamati dan  meniru serta  memodifikasi mobil Ford buatan Amerika dan mobil buatan negara lainnya. Jepang  memodifikasinya  hingga bisa menciptakan mobil-mobil yang cantik, seksi dan hemat bahan bakar.
            Jadi dapat dikatakan bahwa sekarang kita perlu menjadi cerdas. Ya...cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam hidup.  Untuk  bisa cerdas atau  berhasil dalam  hidup ini maka kita memiliki dan memperdayakan lima kekuatan yaitu action power, financial power, spiritual power, intellectual power, dan emotional power. Dengan demikian pelajar dan mahasiswa yang bakal sukses itu adalah mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan dalam bersikap (beraksi) dan perlu juga dukungan keuangan. Bukan dalam arti kata kita harus kaya raya (punya banyak uang), namun perlu ada dukungan uang atau dana buat mendukung sukses studi kita. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

if you have comments on my writings so let me know them

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...