Tampilkan postingan dengan label hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hidup. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Juli 2011

Aku Tidak Ingin Menjadi Muda Lagi

Aku Tidak Ingin Menjadi Muda Lagi
Oleh: Marjohan
http://penulisbatusangkar.blogspot.com
            Hidup ini sangat indah. Namun indah atau susah adalah suasana dari dalam hati. Aku sendiri paling senang memperhatikan keindahan lewat kecerian anak-anak- mengembara, berlari, berlompatan- tidak kenal lelah, dari pagi hingga malam datang lagi dan tertidur- kembali bermimpi.
            Aku juga paling senang memperhatian kecerian remaja, karena dalam kecerian mereka terdapat vitalitas hidup. Aku fikir bahwa anak-anak dan remaja adalah manusia yang paling sibuk di dunia. Coba perhatikan kalau ada keramaian dan acara-acara social yang  penuh dengan kegembiraan, maka di sana pasti terdapat banyak ana-anak dan para remaja.
            Ada hal lain yang membuat aku senang. Aku paling senang melihat seorang ayah yang menggendong dan bermain akrab dan penuh cinta dengan bayinya, karena suasana begini masih langka terlihat. Aku juga senang melihat anak-anak muda yang selalu menebar kebaikan dalam hidup ini. Lantas apakah aku ingin muda lagi ?
            Masa mudah memang sangat mudah. Tetapi aku takut menjadi muda lagi. Dari usia muda hingga usia tua ini aku telah melalui serangkaian peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang menakutkan dan aku tidak ingin lagi mengulangi peristiwa yang menakutkan dalam hidup. Peristiwa yang menakutkan ada dalam masa anak- anak, masa remaja hingga masa dewasa dan masa tua.
            Peristiwa seperti perpisahan, ditinggalkan, suasana menakutkan dan dimarahi adalah hal-hal yang menakutkan bagiku saat masih anak-anak. Aku sangat gembira bila ada pertemuan dan sedih dengan perpisahan. Pada masa kecil aku sempat dipelihara oleh seorang famili yang amat setia menemaniku. Mengajak aku bermain- membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali dan membelinya tali- lalu menyerahkannya padaku. Saat aku menarik mobil-mobilan tersebut ia selalu memberi  aku semangat agar mengembara sekelilng rumah. Bila aku terjatuh dan terluka, maka ia akan meniup luka kecilku dengan tiupan angin dari mulutnya dan berkata “ah jangan menangis, kamu bakal jadi orang hebat”. Namun aku merasa sangat  berduka saat ia harus pergi karena ia harus berumah tangga. Saat itu aku tidak mengerti apa maksudnya berumah tangga, yang jelas aku ditinggal pergi dan aku merasa tidak akan ada lagi orang yang tersenyum pada ku atau menenangkan tangisku.
             Saat aku kecil, aku paling takut kalau aku rewel, karena aku aku segera diusir keluar rumah dan dibiarkan berada dikegelapan malam. Ini termasuk strategi orang tuaku dalam menenangkan semua anak anak- menakut-nakuti dengan kata-kata hantu, kuntilanak, hantu pocong dan aku dibiarkan dalam kegelaman. Aku merasa seolah olah ada jari jari hantu yang  memang menggerogoti sekujur tubuhku. Aku ingin semua orang tua tidak berbuat demikian pada anak-anaknya karena mereka pasti akan menjadi penakut dan tidak bisa mencari solusi atas problema yang mereka hadapi, juga kebiasaan demikian akan menghilangkan karakter kepemimpinan yang baik bagi anak.
             Hal lain yang membuat aku terluka saat masih kecil adalah karena dibeda-bedakan dari saudaraku yang lain. Suatu hari aku pergi bermain-main bersama teman jauh di kebun di belakang rumah. Aku tiba tiba ingin pulang karena aku merasa sangat dahaga. Apa yang aku temukan ayah dan ibuku dan saudara-saudara ku sedang makan sate, makanan kesukaanku, namun buat ku tidak ada. Mereka menduga aku tidak ada di rumah dan jatah sateku diberikan pada anggota yang lain. Aku tidak mengerti alasan mereka, yang jelas aku merasa sedih sekali dan aku pergi ke belakang rumah dan di sana air mataku tumpah sebanyak mungkin. Ibuku memanggilku namun aku ngambek, karena aku merasa sebagai anak yang berbeda dan anak yang tidak berharga. Wah aku tidak ingin menjadi kecil seperti itu lagi.
            Kesedihan-kesedihan ku, dan anak-anak lain- dalam masa anak-anak adalah karena adanya perbedaan. Sebagai anak-anak aku ingin diajak pergi ketempat permainan atau paling kurang aku juga harus diberikan mainan. Tetapi apa boleh dikatakan, orang tuaku tidak pernah tahu dengan keinginan ku. Teman-temanku berpacu dengan sepeda kecil mereka dan aku hanya menjadi penonton saja. Akhirnya suatu hari aku memperoleh sepeda dan aku rajin berlatih main sepeda.
             Setelah aku pintar bersepeda maka aku membonceng adikku. Aku dayung sepeda tersebut sekencang mungkin dan aku menjadi orang paling jago dan paling hebat di dunia ini. Aku suka dengan tantangan maka akau melaju kencang dan kencang. Aku melaju ke atas tumpukan tanah dan aku membuat sepedaku untuk melompati tumpukan tanah. Aku kehilangan keseimbangan dan aku serta adikku segera terbanting ke bumi. Aku luka-luka dan adikku juga luka-luka. Aku segera membeli plester anti luka- handyplast- untuk membalut luka-luka adikku.
              Aku taku dengan ibuku. Ia pasti marah besar. Akhirnya aku dengar suara ibu marah besar dan aku yakin bakal akan dicambuk. Aku tetap membetulkan letak plester pada luka pada wajah adikku. Anehnya  bahwa adikku juga cukup gentlemen, ia tidak menangis. Melihat aku lagi bertanggung jawab atas luka-luka adikku, ibuku batal untuk mencambukku. Mungkin ia juga kasihan melihat aku luka-luka dan adikku juga luka-luka dan buat apa dicambuk lagi. Ibuku termasuk generasi terakhir yang berprinsip bahwa “sayang dengan anak dicambuki dan sayang dengan kampung ditinggalkan. Pada hal sekarang hukum fisik harus dikurangi atau dihentikan.
              Ternyata anak laki-laki paling senang adu kekuatan fisik. Hampir tiap hari aku dan kakakku adu kekuatan fisik- siapa sih yang paling kuat ?. Aku selalu kalah dan aku sakit hati. Aku merasa dendam dan aku mencari teman yang bisa aku ajak untuk adu kekuatan di sekolah dan aku menang. Namun aku kena marah oleh ibu guru karena aku dianggap membuat keributan atau berkelahi di kelas..
               Masa bermain di usia Sekolah Dasar memang mengasyikan. Suatu kali guru-guru DI SD Negeri 3 Payakumbuh lagi rapat. Rapatnya agak lama. Aku dan teman-teman pergi bermain sangat jauh sampai dekat kolam besar. Kami memandang kolam tersebut sebagai tempat melakukan kreativitas. Kami semua melepaskan seragam sekolah dan semua berloncatan ke dalam kolam dan kami berenang. Kami lupa dengan waktu. Seorang temanku “Erman Syam” menemui sebelah anting-anting emas dan ia rembug dengan kami semua untuk menjualnya nanti dan uangnya kita bagi-bagi. Namun kami harus segera ke sekolah. Di sekolah kami ditunggu dengan hukuman dan kami disuruh mencangkul kebun sekolah. Itulah pertama kali aku mencangkul, mengangkat tangkai cangkul yang terasa cukup  berat. Kami tidak tahu kalau itu adalah pelanggaran disiplin di sekolah. Usai pulang sekolah kami pergi ke took emas. Anting emas tadi ternyata memang emas betulan dan telah dibeli oleh penjual di sebuah took emas. Uangnnya digunakan untuk pesta membeli makanan. Hari itu aku punya uang yang agak lebih. Namanya saja uang rezki nomplok.
                Masa-masa di SMP juga tidak begitu terasa indah. Semua teman-temanku mulai memperhatikan penampilan dan aku …aku tampil amat bersahaja. Aku takut minta tambahan koleksi pakaian pada orang tua. Pakaian ku sedikit dan aku jadi malas kalau ikut acara-acara teman. Aku juga tidak mengajak teman-temankku ke rumah, aku malu dengan kondisi rumahku yang begitu kecil, pengap dan berlepotan, sementara teman-temankku rumahnya bagus, bersih dan indah.
               Aku tumbuh menjadi anak yang rendah diri- karena tidak ada potensi yang musti diandalkan- kemampuan olah raga, seni dan akademikku- semuanya hampa. Akhirnya aku musti bergiat dan aku tertarik dengan bahasa Inggris. Aku menjadi lebih jago dari kawan-kawanku dan aku menjadi lebih popular dan punya banyak teman.
                Aku selalu tumbuh dan tumbuh. Aku melihat semua teman-temanku pada bersinar- punya mobil, punya alat music, punya sarana olah raga dan punya orang tua yang beken. Tetapi aku hanya punya mimpi dan suka melamun. Namun aku tidak berguna meratapi kekuranganku, aku tidak meratapi mengapa ayahku tidak memberi aku model hidup yang bagus- mengapa ayahku tidak mengajakku bertukar fikiran . dan ibuku mengapa terlalu banyak melarang dan marah marah sehingga aku tidak punya inisiatif.
                Suatu hari aku mau jatuh cinta pada teman sekelasku. Tetapi bagaimana cara untuk mengungkapkannya. Aku tidak berani dan cintaku pasti bakal ditolak. Aku sudah duluan memandang diri ini sangat rendah. Memandang diri rendah berarti merasa rendah diri. Aneh teman wanita yang mau aku taksir tidak respon padaku. Yang tidak aku taksir itulah yang memberi respon, banyak yang datang pada ku. Aku termasuk yang rajin belajar, namun nilai ku kadang kadang begitu melorot dan aku jadi sedih. Aku melihat bahwa kedekatan guru dan murid bisa membuat nilai tinggi dan aku tidak tahu cara  mendekatkan diri dengan guru-guruku. Namun suatu kali guru kesenianku merayakan ulang tahunku bersama teman-temanku  dalam kelas- dan itu sangat berkesan bagi ku sampai sekarang.
               Tiba-tiba usia belasanku mau berakhir…aku sedi banget. Besok usiaku sudah dua puluh tahun dan aku tidak remaja lagi, karena remaja itu usianya belasan. Kalau dipikir pikir bahwa usia muda tidak akan pernah datang lagi. Aku tidak suka melamun apalagi mencari-cari kelemahan diri. Aku mengembangkan diri semampu ku. Aku memperluas pergaulan dengan orang orang yang sesuai dengan pribadiku. Aku selalu ingin menjadi orang berguna dan dan orang penting. Maka aku rajin mencari identitas diri- kadang aku ingin jadi dokter, aku ingin jadi polisi seperti ayahku, aku ingin jadi pedagang seperti tetanggaku, jadi nakhoda kapal seperti kapal yang pernah aku lihat di Teluk Bayur di Padang dan aku juga membaca buku filsafat dan buku agama untuk ketenangan fikiran dan emosiku.
               Aku belajar untuk menerima diri apa adanya. Karena menerima diri sebagaimana adanya akan membuat fikiran tenang. Suatu hari teman Perancisku berada bersamaku. Mereka dalah Anne Bedos dan Louis Deharveng, mereka berdua sangat pintar tetapi mengapa penampilannya begitu urakan. Rambut panjang dan tidak disisir. Mereka menjawab ‘C’est moi et cela natural”. Suatu hari aku memberi mereka jambu dan mereka langsung memakannya tanpa membuang semut-semut hitam yang terkurung dalam telinga jambu tersebut. Katanya “Je mange tout les foumis et tout sont naturalement- aku makan semua dan semuanya alami”. Aku baru tahu kalau mereka suka dengan ungkapan back to basic dan back to natural.
                   Suatu ketika penjaja kosmetik datang padaku, ia langsung berseru “Duh kasihan uban anda bermunculan dan pakailah semir yang aku jual ini..?”. Aku protes bahwa apakah saya menjadi jelek atau hina kalau rambut beruban dan aku menjawab” Maaf uban ini membuat harga diriku bertambah, kemaren aku salah menyeberang jalan dan karena pak Polisi melihat ubanku, mereka memberi peringatan padaku dengan penuh sopan santun”.
                 Banyak orang takut tua dan mereka tambil jadi aneh-aneh dan salah tingkah. Aku masih ingat bahwa saat bibiku mau menjadi tua , ia sibuk pergi ke salon intuk mengubah penampilannya, suatu ketika ia meniru rambut kribo ala Achmad Albar. Maka ia diledek oleh temannya sebagai gadis tua dengan rambut sarang burung tempua. Orang orang yang takut tua memang telah menyerbu salon dan rajin mengkonsumsi obat obatan.
                   Aku baru tahu bahwa mengapa dulu ada teman ayahku yang usianya sekitar 40-an suka memakai kacamata gelap, memakai topi koboi, dan penampilannya mirip orang orang muda. Atau teman ibuku yang setelah usia 40 tahun atau lebih kembali peduli mengupdate penampilan- memakai lipstick tebal, rambut yang dimodifikasi ibarat penampilan remaja kemudian khawatir terus dengan kerutan yang mulai bermunculan pada wajah mereka. Mereka takut tua dan juga lebih takut kalau ditinggalkan oleh pasangan hidup mereka.
                Aku sendiri masih ingat saat ibuku meratapi kesedihannya karena ditinggal oleh masa mudanya. “Dulu dalam usia begini.. aku tinggalkan nenek mu dan sekarang aku sudah setua dia pula sekaranmg”. Aku saat itu tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh ibuku dan sekarang aku juga mengikuti pertumbuhan usia seperti mereka. Nenekku sudah meninggal dan ibuku baru saja meninggal dan esok aku akan juga menyusul mereka.
               Aku senang menjadi tua dan aku takut menjadi muda lagi. Yang aku takutkan adalah mengulang kesedihan demi kesedihan yang sempat aku lalui sejak kecil hingga aku dewasa dan aku menuju tua seperti ini. Tetapi kalau aku fikir bahwa menjadi tua itu adalah sangat alami dan semua orang serentak lahir dan menjadi besar dan tua sedunia ini. Teman-teman yang dulu sempat aku tinggalkan maka saat berjumpa dengan aku juga aku temui mengalami penuaaan. Wah mengapa harus takut tua dan aku malah takut menjadi muda. Tua yang menyenangkan adalah menjadi tua dengan penuh bijaksana. Menjadi tua yang selalu berbahasa dengan santun dan menjadi dekat dengan manusia dan juga yang terpenting dekat kepada Sang Khalik. Kini aku tengah menikmati penambahan usiaku dengan penuh bijaksana. Aku juga mengisi sebahagian malam dengan tenggelam di atas sajadah dan merasakan kedamaian dalam relung hatiku.  

Minggu, 19 Juni 2011

Milikilah Lima Kekuatan Agar Cerdas Dalam Hidup.


                           Milikilah  Lima Kekuatan Agar Cerdas Dalam Hidup.
Oleh:. Marjohan
Guru SMAN 3 Batusangkar
            Sekarang kuliah  sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Mereka pergi kuliah  ke pulau jawa, universitas yang berlokasi di ibu kota Propinsi sampai kepada tempat kuliah di kota-kota kecil melalui Universitas, Sekolah Tinggi, Politeknik atau Akademi. Sukses kuliah itu ada di mana-mana dan cara untuk memperoleh kualitas  kulitas tentu saja tergantung pada pribadi kita.
 Namun karakter  yang banyak terlihat adalah “kuliah orang kuliah kita- atau kuliah secara asal asalan. Sebahagian dari mereka  pergi kuliah hanya sekedar  datang, duduk, dengar  dan diam saja di dalam kelas. Sementara itu  di tempat kost kerja mereka hanya makan, minum, menghafal, menghayal, hura-hura, main game, sampai begadang tidak karuan.  Padahal sang dosen di kampus mungkin pernah berkata “Anda sebagai seorang  mahasiswa telah menjadi kaum intelektual dan berfungsi sebagai “agent of change” atau agen perubahan social”. Tapi kalau  demikian gaya belajar dan gaya hidup  mereka apakah  pantas disebut sebagai agent of change ? O tentu saja belum pantas.
Namun tentang prilaku orang dalam belajar atau kuliah juga bermacam-macam. Tentu saja ada yang rajin kuliah. Semua waktu mereka curahkan untuk kegiatan akademik. Namun ada juga  yang kutu buku hingga tidak punya kesempatan untuk bergaul. Mereka yang malas bergaul pada akhirnya akan memiliki karakter yang kaku , dingin, serta kurang peka terhadap orang lain. Kelak walau mereka bisa meraih prestasi tinggi dalam pekerjaan namun  mereka akan menjadi orang yang kaku.
            Sebagaimana yang telah kita nyatakan bahwa gaya belajar siswa dan mahasiswa sangat bervariasi. Misal, ada yang bergaya study oriented. Masa muda mereka dihabiskan hanya untuk berkutat dengan diktat dan buku-buku pelajaran, tujuannya agar bisa memperoleh nilai sempurna pada setiap mata pelajaran. Ada pula yang hanya senang berorganisasi, namun masa bodoh dengan urusan belajar. Ya ujung-ujungnya jadi gagal dalam bidang akademik.
            Selanjutnya  ada  yang telah berkarakter produktif. Yaitu bagi mereka yang telah memiliki agenda hidup- punya banyak aktifitas, mulai dari membaca buku, kuliah/ bersekolah, berolahraga, beribadah sampai merencanakan agenda-agenda hidup lainnya. Namun juga ada yang bengong saja sehingga tidak tahu apa yang mau dikerjakan. Mereka hanya pandai  menghabiskan waktu dalam box warnet-  di depan komputer untuk bermain game atau kecanduan nonton TV selama ber jam-jam.  
            Memang terasa bahwa saat kita tidak punya aktivitas maka akan sulit bagi kita untuk memulai sebuah aktivitas yang bermanfaat, misalnya mengerjakan tugas sekolah, mencuci pakaian, atau membantu orang tua. Ada gejala penyakit yang sering melanda remaja (pelajar dan mahasiswa), yaitu banyak tidur, boros (buang buang uang terhadap hal  yang tidak perlu),  menganggap sepele terhadap tugas- tugas sekolah, kecanduan talk mania (gila ngobrol pake HP), gila main game,  dan senang hura-hura.  Namun kita harus berhati-hati, bahwa kebiasaan ini kalau selalu kita biasakan maka akan berubah menjadi karakter kita.
            Gejala yang kita jelaskan tadi bisa menjadi indikasi bahwa seseorang sedang mengalami demotivasi (merosotnya motivasi seseorang). Dan sebetulnya ada beberapa tips untuk mengcounter (mencegah) gejala-gejala demotivasi tersebut:
1). Segera melakukan silaturahmi kepada sahabat dan orang orang yang memiliki
      inspirasai dan motivasi hidup.
2)  Kemudian, bacalah buku-buku untuk penambah semangat hidup atau motivasi.
3) Kalau ingin sukses, maka cobalah membuat agenda hidup- target kegiatan harian,
     mingguan dan bulanan.
4) Juga perlu melakukan hijrah (andai lingkungan menjadi penyebab kemalasan kita),
     karena  lingkungan teman yang santai akan juga membuat kita santai.
Untuk itu  kita perlu mencari teman yang smart dalam hidupnya. Kalau demikian, kita perlu mencari komunitas di mana berkumpulnya orang-orang yang punya semangat hidup, produktif dan suka berbagi pengalaman.
            Sebenarnya hidup ini juga dipengaruhi oleh hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak hanya ada dalam pelajaran sains, tetapi juga ada dalam pribahasa: siapa yang menanam dia yang akan menuai (memetik). Cepat atau lambat maka  setiap kebaikan yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Kejelekan yang sering kita kerjakan juga akan kembali pada kita. Oleh sebab itu kita perlu  banyak-banyak menanam kebaikan. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya. Ya seperti pepatah dalam bahasa Arab yang berbunyi : man jadda wa jadda- barang siapa yang bersungguh-sunggu akan berhasil.
Dan semua kebiasaan atau karakter yang kita miliki, penyebabnya adalah kita sendiri. Siklus pembentukan karakter tersebut adalah sebagai berikut: Bermula dari pola berfikir, pikiran akan jadi perkataan, perkataan jadi perbuatan, perbuatan jadi kebiasaan, kebiasaan akan menjadi karakter, dan karakter menjadi budaya”.
Tentang kebarhasilan, bahwa kadang-kadang keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh faktor kesempatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa  itu kadang kala hanya datang sekali saja. Jadi kalau ada datang kesempatan, maka kita harus memanfaatkannya. Contohnya, ada orang yang sangat jenius, namun mendapatkan nasib yang tidak terlalu bagus. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak punya antusias dan usaha yang besar untuk mengambil kesempatan yang datang. Untuk itu kita harus mencari kesempatan dan peluang. Kita sendiri juga harus rajin mencari informasi.
            Sekali lagi bahwa di negara kita banyak orang yang cerdas dan memiliki nilai akademik, namun mengapa menjadi pengangguran ?  Penyebabnya adalah akbat gaya belayar yang hanya study oriented- pintarnya hanya belajar melulu. Idealnya mereka harus cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam kehidupan. Total learning bisa menjadi solusi bagi kita.
Total learning dapat  kita lakukan  dengan mengembangkan potensi atau kekuatan yang ada pada diri kita. Sebenarnya tulisan ini terinspirasi oleh training yang diberikan oleh buku Setia Furqon (2010) yang berjudul “Jangan kuliah kalau gak sukses”. Ia sendiri adalah seorang penulis dan motivator berusia muda. Ia mengatakan bahwa untuk sukses dalam belajar, maka kita memerlukan  lima fondasi dasar sebagai kekuatan kita,  yaitu : kekuatan spiritual, kekuatan emosional, kekuatan financial, kekuatan intelektual dan kekuatan aksi. Istilah  lima kekuatan tersebut dalam bahasa Inggris adalah  “spiritual power, emotional power, financial power, intellectual power dan actional power”.
            Spiritual power, bahwa kesuksesan sejati adalah saat kita merasa dekat dengan sumber kesuksesan itu sendiri, yaitu Allah- Sang Khalik. Untuk itu ada beberapa kiat yang dapat kita lakukan agar hidayah/ petunjuk bisa datang. Bahwa hidayah (petunjuk hidup) itu sendiri  harus dijemput, bukan ditunggu. Kemudian kita harus mencari lingkungan yang kondusif, karena sangat sulit bagi kita untuk keluar dari lingkaran kemalasan jika lingkungan itu sendiri mendorong kita untuk jadi pemalas. Untuk mengatasinya, maka  kita bisa hijrah atau pindah kost ke tempat yang mendukung. Kalau sulit untuk pindah kost, maka kita bisa melakukan hijrah melalui perobahan sikap dan fikiran.  
            Untuk memperoleh hidayah,  kita bisa menemukan guru-guru dalam kehidupan. Guru tersebut adalah orang-orang yang akan  memberi  kita inspirasi agar bisa  bangkit setelah kita terjatuh. Sang inspirator kita tidak harus jago dalam ngomong, orang tersebut  bisa jadi sedikit bicara, namun karya dan prilakunya membuat kita termotivasi.
            Emotional power juga dapat kita sebut dengan istilah  kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan ini juga sebagai penentu kesuksesan seseorang. Di dunia ini ada banyak orang-orang cerdas atau jenius dengan IQ di atas rata-rata namun pekerjaanya selalu pada level bawah. Itu terjadi karena kepribadiannya yang kurang disukai atau sulit bersosialisasi. Kecerdasan emosional bisa berkembang, karena ia merupakan akumulasi dari karakter individu, dan dukungan dari faktor lingkungan. Sikap atau karakter sangat penting  dalam membentuk kecerdasan emosi seseorang. Apakah ia berkarakter ramah, gigih dan ulet- adalah contoh dari bentuk emosional power. 
            Karakter adalah ibarat sebuah perjalanan yang panjang. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa karakter adalah akumulasi dari bentuk fikiran, ide yang kita ekspresikan lewat ucapan dan tindakan, kemudian dipoles dengan suasana emosi. Orang lainlah yang  akan melihat kualitas emosional  kita tadi- apakah disana ada unsur “ jujur, peduli, ikhlas, disiplin, dan berani”, atau malah yang terlihat banyak unsur    “suka berkhianat, angkuh, boros, cepat bosan dan malas”.
            Emosi itu sendiri dapat dilatih. Beberapa cara untuk melatihnya adalah seperti : tersenyum dengan tulus, bila berjumpa teman ya jabat tangannya dengan penuh antusias. Kalau ngobrol mari kita biasakan untuk mendengar orang terlebih dahulu. Kita perlu ingat bahwa tidak bijak untuk membuat orang tersinggung. Kalau kita sedang ngobrol maka kita usahakan untuk  menatap mata lawan bicara sebagai tanda bahwa kita sedang serius dan ia juga akan  merasa dihargai. Kita juga harus ingat dan tahu dengan nama lawan bicara kita.
            Financial power berarti kekuatan dalam hal keuangan. Bahwa kita harus memiliki kekuatan keuangan agar bisa sukses dalam studi. Namun  banyak orang  menganggap bahwa uang bukanlah hal yang  utama- mereka takut dikatakan sebagai orang yang matre (mata duitan).  Paling kurang ada dua karakter orang berdasarkan pendekatan ekonomi atau keauangan. Ada  orang bermental miskin dan orang bermental kaya.
Karakter orang bermental miskin adalah mereka yang menginginkan hasil sesuatu yang serba instan, lebih banyak membeli barang yang konsumtif, tidak mau berubah, dan senang mengandalkan bantuan orang lain. Mereka juga  berkarakter  suka  menerima,dan kalau belajar hanya untuk mengejar nilai yang bagus. Sementara itu orang yang bermental kaya adalah mereka yang karakter terbiasa menyukai  proses. Dalam shopping ya lebih suka membeli barang yang produktif. Selanjutnya ia (mereka) bersifat kreatif, mandiri, senang memberi, dan dalam belajar/ kuliah bertujuan  untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
            Kemudian lain yang harus kita miliki adalah “intelektual power”. Bahwa otak kita sedikit banyak juga harus memahami tentang keberadaan otak. Otak kita  membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar ia  bisa beroperasi secara optimal. Maka kita perlu untuk bisa memperoleh tidur yang nyenyak, karena  sangat berguna untuk kesehatan otak. Salah satu fungsi otak adalah membantu kita dalam memahami apa yang kita amati dan yang kita tiru.
Dikatakan bahwa orang Jepang menjadi cerdas karena punya kebiasaan mengamati, meniru dan memodifikasi. Bangsa Jepang bukanlah bangsa yang menemukan  kendaraan roda dua dan roda empat. Namun mereka adalah bangsa yang  gigih dalam meniru dan memodifikasi penemuan bangsa lain. Budaya senang meniru dan senang memodifikasi tersebut  telah membuat Jepang sebagai negara produsen mobil terbesar di dunia. Negara Jepang pada mulanya mengamati dan  meniru serta  memodifikasi mobil Ford buatan Amerika dan mobil buatan negara lainnya. Jepang  memodifikasinya  hingga bisa menjadi mobil yang cantik, seksi dan hemat bahan bakar.
            Jadi dapat dikatakan bahwa sekarang kita perlu menjadi cerdas, cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam hidup.  Untuk  bisa cerdas atau  berhasil dalam  hidup ini maka kita memiliki dan memperdayakan lima kekuatan yaitu action power, financial power, spiritual power, intellectual power, dan emotional power. Dengan demikian pelajar dan mahasiswa yang bakal sukses itu adalah mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan dalam bersikap/ aksi dan memiliki dukungan keuangan- biar pas-pasan namun bisa menunjang studi. (Note-  Setia Furqon Khalid (2010). Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses. Sumedang: Rumah Karya).

Senin, 02 Mei 2011

RENUNGAN BUAT SANG PEMIMPIN


Oleh : ROSFAIRIL
Kepala SMAN 3 Batusangkar

Semua makhluk di jagad raya ini butuh pimpinan dan Allah Azza Wa Jalla adalah Sang Maha Pemimpin. Hampir semua makhluk hidup yang hidup berkoloni (berkelompok), mulai dari serangga hingga hewan buas, juga butuh pimpinan. Masyarakat serangga seperti semut, lebah dan laron memiliki ratu atau raja sebagai pimpinan untuk keteraturan hidup mereka. Terbentuknya susunan masyarakat hewan kecil ini tentu sudah terkonsep secara instink.

Lain lagi dalam masyarakat hewan simpanse, gorilla, atau kumpulan gajah. Pimpinan terbentuk setelah serangkaian perkelahian dan pertarungan. Yang paling kuat dalam hukum rimba, maka dialah yang ditakdirkan menjadi pemimpin. Namun juga ada pimpinan hewan yang terbentuk secara instan. Lihatlah segerombolan ikan yang berenang atau segerombolan burung bangau yang terbang di angkasa. Yang kebetulan berada paling depan maka dialah yang akan menjadi pemimpin.

Kelompok makhluk yang bernama manusia juga membutuhkan pemimpin. Pemimpin dibutuhkan untuk mengatur dan mengelola kehidupan agar harminis. Proses kepemimpinan dalam masyarakat manusia terbentuk bukan secara instink dan juga secara instant yaitu berdasarkan siapa yang kebetulan berada di depan. Tetapi lebih komplek, bahwa pimpinan yang diperoleh adalah berdasarkan pemberian, keturunan, direbut atau dicari melalui suatu sistem. Sedangkan dalam organisasi masyarakat modern, menjadi pemimpin bisa diperoleh sebagai pengembangan karir.

Seseorang yang masuk ke dalam organisasi BUMN, PNS, Swasta, Militer dan lain-lain, pada mulanya tentu diterima dan segera menempati posisi biasa. Namun bagi yang memiliki keinginan untuk mewujudkan power- potensi leadership, maka mereka berusaha mencari posisi untuk menuju pemimpin. Menjadi pemimpin atau kepala sekolah bagi seorang bisa menjadi wujud dari pengembangan karirnya. Idealnya setiap pemimpin perlu melakukan perenungan atas eksistensi pemimpin tersebut.

Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa hidup ini butuh pimpinan. Maka seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat penting buat kehidupan sosial. Namun seorang pemimpin perlu melakukan renungan tentang keberadaanya, yaitu seperti apa dan bagaimana seharusnya seorang pemimpin itu bertindak (?)

Siapakah pemimpin itu ? Pemimpin adalah orang yang diberi wewenang untuk memimpin sekelompok orang. Seorang pemimpin bisa lahir karena proses legitimasi- pemberian amanah- yang datang dari arus bawah karena sekelompok orang yang mengusulkannya – atau terlahir melalui rekruitmen karena yang bersangkutan punya keinginan untuk memenuhi ketentuan birokrasi dan hirarki suatu oraganisasi.

Dewasa ini setiap organisasi dan kelompok masyarakat memiliki tujuan yang disebut dengan visi. Visi tersebut diwujudkan melalui serangkaian langkah-langkah strategis yang disebut dengan misi. Dalam koridor ini seorang pemimpin perlu menjalankan perannya agar bisa mewujudkan visi dan misi tersebut. Seorang pemimpin yang ideal tentu akan memberi warna terhadap oraganisasi atau kelompok masyarakat melalui peran strateginya yaitu sebagai “leader, manager, counselor, motivator, innovator, administrator, generator, dan supervisor”.

Sebuah organisasi bisa tumbuh dan berkembang secara kualitatif dan kuantitatif, itu adalah karena posisi kepemimpinan. Namun diluar jangkauannya bahwa keberhasilan organisasinya adalah karena setiap unsur dalam organisasi- mulai dari orang yang menempati posisi biasa sampai pada posisi luar biasa- ikut memberi kontribusi positif dalam menumbuh dan mengembangkan organisasi tersebut.

Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya memerlukan seorang pemimpin. Ia perlu melaksanakan koordinasi terhadap semua elemen dalam organisasi untuk mewujudkan misi demi misi. Dalam peran sebagai “leader” ia punya peran dalam mengarahkan semua anggota agar bisa bergerak menuju arah visi/ tujuan.

Adalah begitu pentingnya peran seorang pemimpin dalam kehidupan kita baik untuk menggiring kita dalam mengerjakan suatu pekerjaan, atau pemimpin mempunyai peran mengantar kita mencapai tujuan maupun pemimpin adalah penggerak roda sebuah organisasi maka kepemimpinan dari seorang pemimpin sangat perlu dijaga.

Seorang pemimpin perlu selalu menyadari tentang eksistensi, bahwa dia bisa menjadi pemimpin karena ada orang- orang yang dia pimpin. Jangan berfikir bahwa dia sebagai pemimpin muncul dengan sendirinya, melainkan terwujud karena izin Sang Khalik (Allah Swt). Tanpa kehadiran orang lain maka seorang pemimpin sekali lagi tak mungkin ada.

Seorang pemimpin juga perlu menyadari bahwa ia bisa menjadi penting, dengan menduduki jabatan penting, juga karena orang lain. Sekali lagi bahwa pentingnya posisi dia sebagai pemimpin adalah karena orang yang membuat dia menjadi penting. Terwujudnya visi sebagaimana yang dinginkan bersama adalah disebabkan oleh banyak orang yang bekerja untuk dia sebagai pemimpin. Ini sebagai pertanda bahwa suksesnya dia dalam memimpin organisasi/instansi adalah berkat bantuan kerjasama orang-orang yang dipimpinnya.

Jangan pernah beranggapan bahwa suksesnya pekerjaan yang dia kelola adalah sebagai kepintarannya sebagai pemimpin namun kesuksesan tersebut terjadi karena dukungan banyak orang. Dengan demikian kesuksesan dan keberhasilan tersebut juga merupakan kesuksesan dan keberhasilan bersama-sama, bukan secara individu. Disamping itu bahwa keberhasilan seorang pemimpin bukan terletak pada banyaknya orang yang ia perintah- mereka patuh secara terpaksa- melainkan dilihat dari segi banyaknya orang yang loyal mengerjakan dengan apa yang dia inginkan.

Kalau boleh seorang pemimpin bisa meyakinkan kepada anggota yang ia pimpin bahwa “setiap kali fajar menyingsing, maka berlarilah lebih cepat melampaui kecepatan dari yang bergerak tercepat, sebab kalau terlambat maka orang tadi akan meninggalkan semua orang yang akan menyusul dirinya sebagai orang yang tercepat ”, dan tanamkan keyakinan bahwa hanya orang yang mempunyai keyakinan pada dirinya yang akan memperoleh kemenangan. Anggota sebuah organisasi perlu memiliki jiwa optimis dalam hidup. Mereka perlu berpacu dan dipicu dengan energy kerja yang dahsyat. Mereka perlu digelitik untuk meraih kemajuan dan perlu dikatakan bahwa “Jika anda ingin hidup dan maju, lakukan selangkah demi selangkah cepat atau lambat, yakinilah bahwa kemenangan akan menjadi milik anda, sekali lagi yakinlah bahwa anda pasti akan memperoleh kemenangan”. Kemenangan hanya milik orang yang memiliki keyakinan dan kepercayaan atas dirinya.
“Anda harus yakin dengan diri anda. Kalau anda tidak yakin dengan diri sendiri, maka tidak ada orang yang akan mempercayai diri anda. Mulailah melakukan apa yang mampu anda lakukan untuk menghilang rasa takut dalam hidup ini”.

Peran pemimpin juga sebagai motivator atau penggerak semangat. Maka sebagai penggerak para anggota ia harus menyadari bahwa fungsinya yaitu “bagaimana menjadikan orang mau bekerja untuk apa yang ia inginkan”. Tentu saja semuanya memerlukan kiat yaitu bagaimana para anggota bisa termotivasi untuk bekerja. Ini memerlukan kesadaran yang dalam bahwa apabila dia mampu menghargai orang yang dia ajak bekerja sesuai dengan keberadaannya.

Tentu saja para anggota akan dapat berbuat melebihi kapasitas yang mereka miliki. “Perlakukan setiap individu sesuai dengan eksistensi dirinya”. Sebab setiap orang yang lahir ke dunia telah memiliki sifat aslinya, bukan sebagai sifat orang lain. Begitu juga dengan orang lain dia lahir sebagai dirinya sendiri, dia ada sesuai dengan keberadaannya bukan sebagai diri kita. Makanya jangan pernah memaksa orang menjadi wujud diri kita sendiri. Tetapi marilah kita menjadi wujud kita dan dan orang lain menjadi wujud mereka pula.

Kalau di amati dalam kehidupan di sekeliling tentang prilaku memimpin. Kita bisa jadi heran atas pemaksaan kehendak dari sebagian pemimpin bahwa maunya orang yang yang berada dalam kekuasaanya harus seperti dia, “kamu seharusnya begini dan begini”. Dia lupa bahwa tanpa ada orang yang masuk ke dalam kekuasaannya maka dia tia tidak akan punya arti apa-apa. Dia juga lupa bahwa pentingnya dia dalam masyarakat sekitarnya adalah karena orang sekitarnya menjadikan dia orang penting. Oleh karena itu, sekali lagi, hargailah orang yang bekerja bersama kita selayak mungkin. “Jangan pernah bertindak semena-mena, karena mereka lah yang menjadikan kita jadi orang hebat”.

Ya benar bahwa para anggota organisasilah yang membuat kita penting di mata orang lain. Pemimpin perlu menghargai pekerjaan bawahan walau sekecil apapun hasilnya. Tidak layak melupakan jerih payah pekerjaan para bawahan kita. Mengapa ? Ya, karena tanpa izin Allah Swt bahwa kita ini adalah ibarat sebutir debu yang tidak punya arti apa-apa.

Pemimpin tidak layak berkata seenak perut nya saja, tanpa menghiraukan perasaan orang lain. “Seolah-olah dia adalah superstar yang tidak punya tandingan, tanpa memiliki kekurangan dan kesalahan”. Pada hal saat pengakuan kesombongan terhadap kehebatan diri maka saat itulah gambaran kita sebagai orang yang tidak tahu diri akan terekspose.

Lebih lanjut bahwa pengakuan kehebatan kita merupakan trik bagi kita dalam menutupi kekurangan yang kita punyai di mata orang lain . Untuk itu jadilah pemimpin yang yang sukses yang rendah hati. Bukan pemimpin yang merasa sukses, diukur berdasar posisi yang diberikan. Namun lebih baik sukses atas seberapa masalah pelik yang dapat kita selesaikan berdasarkan anggota.

Tidak salah kalau ada ahli yang mengatakan bahwa kepemimpinan atau jabatan yang dipegang seorang merupakan pengaruh atau seni bagaimana kita menggerakkan orang lain. Sehingga mereka dengan penuh kemamuan dan tanggung jawab berusaha untuk mencapai visi dari organisasi. Jadi pemimpin adalah seni memotivasi orang lain.

Pimpinan musti dilaksanakan seperangkat unsur pimpinan, mereka ibarat pemain orchestra. Ada yang memegang biola, ada yang membunyikan gendang, ada yang menjadi tukang dendang atau vokalis. Jadi mereka harus tahu dengan peran, jangan saling mencampuri peran yang lain sebab akan berakibat konser orchestra bakal batal terjadi. Pemain unsure music dalam orchestra musti mematuhi dirigen, yaitu pemandu music, sungguh aneh kalau ada pemain music yang menjadi penasehat bagi dirigen saat pertujunjukan terjadi. Bagi posisi dirigent- pemimpin orchestra- maka jadilah pemimpin yang mampu menjadi pengasih, pengasah dan pengasuh, kasihilah orang yang kita pimpin, asahlah ketajaman intuisinya dalam mengembangkan potensinya, dan asuhlah mereka supaya menjadi orang yang akan menggantikan kita di masa mendatang, hidup ini hanya sementara, estafet harus kita siapkan . “Ingat bahwa kita diberi Allah Swt sedikit kemampuan untuk memimpin, itu pun menjelang ajal datang menjemput”.

Adalah sangat naïf bagi pemimpin yang suka sesumbar (besar mulut) dan berkata “inilah hasil kerja saya, tanpa saya instansi ini tidak ada arti apa-apa, karena sayalah ini bisa terjadi karena sayalah kalian bisa begini, dan masih banyak lagi karena saya…… nauzubillahi minzalik”. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang selalu santun- santun dalam berfikir, berbuat dan berkata. Jadilah pemimpin yang santun pada Allah (tidak takkabur) dalam artian jangan sekali-kali membuat ke Ilahian baru seolah olah menyamakan diri kita dengan sang Khalik, berikanlah apa yang seharusnya menjadi milik Allah tetap menjadi kepemilikan Allah hindari takjub dengan diri sendiri dengan tidak mengatakan ini karena saya sebab segala sesuatu diatas dunia ini Allah lah yang menentukan serta supaya terhindar dari kesesatan dan pada manusia (tidak sombong) hargailah mereka sesuai dengan keberadaannya masing-masing dan hargai juga hasil kerja orang lain sekecil apapun hasil kerjanya karena kebesaran yang kita peroleh terkadang karena akumulasi dari hal kecil yang dilakukan orang untuk kita. Akhir kata bahwa hendaklah pemimpin memahami makna hidup ini dan jadilah pemimpin yang membuat makna yang baik. Moga moga Allah Swt selalu ridho dengan posisi kita sebagai pemimpin.

Sabtu, 26 Maret 2011

Fenomena Demam BIMBEL agar Jebol Perguruan Tinggi

Fenomena Demam BIMBEL agar Jebol Perguruan Tinggi
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Bimbel adalah singkatan dari “Bimbingan Belajar”. Apakah kegiatan yang dilakukan dalam lembaga bimbel memang “memimbing pembelajaran” agar siswa bisa jebol ke perguruan tinggi. Pernyataan yang masih penulis ingat dari Prof. Dr. Jalius Jama (saat mengikuti kuliah pada Pascasarjana UNP, 2007) mengatakan bahwa kegitan pada bimbel bukan murni kegiatan pembelajaran, yang ada cuma proses melatih menjawab ratusan soal-soal yang kemungkinan diujikan dalam ujian masuk perguruan tinggi. Sementara kalau pembelajaran yang ideal musti ada proses pembelajaran yang bukan instan atau praktek untuk mendapatkan hasil yang ideal.

Siswa-siswi yang ikut bimbel selalu target nilai yang mereka sebut dengan passing grade atau tingkat kelulusan. Pengelola bimbel member test awal dan kemudian memberi tahu tentang passing grade mereka. Kemudian siswa diminta untuk mengejar passing grade setinggi mungkin. “Kamu mau jadi apa nanti..?” Umumnya siswa menjawab “tidak tahu”. Ini benar karena banyak anak-anak sekarang yang belum memiliki cita-cita walau mereka sudah remaja. “Mau melanjutkan pekerjaan yang telah dirintis oleh orang tua ?” Merekapun juga tidak bisa berkomentar.

Tampaknya banyak siswa yang mengikuti pelatihan pada bimbel terlalu menggantungkan cita-cita mereka pada passing grade. Mereka yang ikut bimbel diberi tahu tentang passing grade yang terendah sampai ke yang tertinggi. Passing grade kemudian disesuaikan dengan jurusannya. Cita-cita atau penjurusan siswa/ calon mahasiswa kemudian disesuaikan menurut passing grade. Gara-gara mematok passing grade, potensi dan bakat mereka bisa terabaikan. Seorang anak yang pendiam namun tekun berlatih menjawab soal soal ujian hingga bisa memperoleh skor tinggi, kriteria passing grade untuk masuk jurusan Hubungan Internasional, sebagai contoh. “nah kamu cocok nanti kuliah di Hubungan Internasional”

Apakah cocok jurusan tadi buat siswa tadi ? Tentu tidak, namun ada pelayanan konsultasi yang disediakan oleh lembaga Bimbel. Kemudian atas nama mengejar passing grade dan ikut-ikutan bimbel, ada siswa yang orang tuanya sudah memiliki usaha optikal yang mapan. Sang orang tua berharap agar sang anak cukup kuliah pada akademi Refraksi saja karena lebih relevan dengan usaha optikal ayahnya. Namun sang anak dibujuk dan dirayu teman- hingga juga ikut- ikutan bimbel dan ternyata passing gradenya cocok untuk masuk fakultas kedokteran. “Wah kamu hebat cocok untuk masuk ke fakultas Kedokteran !” Sekarang bagaimana, apakah sang anak akan mengikuti saran orang tua atau mengikuti mimpi yang ditawarkan oleh tentor bimbel ? Lembaga bimbel tentu tidak salah karena juga punya misi untuk mencerdaskan bangsa ini.

Entah kapan demam pergi bimbel itu dimulai. Sekarang banyak siswa demam bimbel, belum lagi selesai UAS (ujian akhir sekolah) dan UN (ujian nasional) mereka sudah kasak kususk untuk mendaftar agar bisa ikut bimbel di tempat bimbel yang dianggap favourite. “Mama..papa...teman-teman udah pada mendaftar bimbel, minta uang satu juta dong...aku juga ikut bimbel” Pemilik usaha bimbel juga cerdik dalam menarik keuntungan dan menggunakan moment ketakutan siswa kalau tidak bisa kuliah kelak, dan segera memajang iklan. “Bergabunglah bersama bimbel ini kalau tidak jebol perguruan tinggi, uang akan dikembalikan. Mendaftarlah sekarang...buruan. Kalau pendaftaran sekaran biaya bimbel akan dikorting/ dapat potongan, kalau pendaftaran bimbel habis ujian nasional maka biaya bimbel bisa naik menjadi sekian jura rupiah”. Maka ramailah siswa yang trauma/takut tidak kuliah menyetor uang dan lembaga bimbel meraup rejeki. Siswa yang tak punya uang untuk ikut bimbel ya menangis atau mencak mencak dan ngambek pada orang tua. “Anak ku....tanpa bimbel kamu juga bisa jebol kuliah, asal kamu bisa belajar yang benar, lebih baik gunakan uang yang sekarang sebagai uang pangkal kuliah, kalau diterima kelak”, kata salah seorang orang tua.

Saat penulis masih remaja di pertengahan tahun 1980-an, bimbel belum lagi menjadi fenomena. Yang ada saat itu adalah kegiatan belajar mandiri dan musim belajar berkelompok. Juga ada remaja yang senang melakukan otodidak- belajar secara mandiri- untuk meraih sukses dalam bidan akademi. Banyak remaja saat itu yang tidak hanya terfokus pada pelajaran sekolah semata, mereka juga menggemari kegiatan olah fisik.

Bila sore datang, mereka segera menyerbu lapangan untuk berolah raga. Ada yang menyukai bola kaki, volley ball, bulu tangkis, renang, atau sengaja berlari keliling lapangan untuk sekedar menghangatkan badan hingga berkeringat. Kesannya adalah bahwa banyak remaja tahun 1980-an yang gemar berolah raga. Banyak remaja yang badanya keringatan setiap sore, otot/ tubuh lebih kuat dan sehat.

Teman teman penulis saat remaja di SMAN 1 Payakumbuh, prestasi mereka di sekolah biasa-biasa saja, namun di luar sekolah mereka juga melibatkan diri dalam kegiatan sosial “ikut kegiatan karang taruna, ikut acara di RT atau desa, dan juga melibatkan diri dalam membantu pekerjaan orang tua- membuka toko, merapikan rumah, dll. Hingga mereka juga ikut bertanggung jawab. Mereka sekarang ternyata juga dalam profesi mereka- sebagai pemilik modal di perusahaan, bekerja pada perusahaan penerbangan, perkapalan, perminyakan, hingga ada yang memiliki bisnis yang mapan. Sementara teman penulis yang cuma sekedar rajin di sekolah namun passif dalam masyarakat, hanya bisa menjadi PNS tingkat rendah saja.

Fenomena belajar siswa kita cukup kontra dengan siswa dari negara maju. Seorang keponakan yang baru saja selesai mengikuti program YES (Youth Exchange Student) di Amerika Serikat mengatakan bahwa siswa-siswi tingkat SMA di Amerika kalau pulang sekolah buru buru pergi ke lapangan untuk berolahraga. Ada yang menyukai soccer, baseball, atletik, berkuda, climbing dan lain-lain. Mereka mengikuti kegiatan olah raga secara serius bukan ikut ikutan teman. Mereka sangat menikmati aktivitas tersebut hingga badan keringatan. Hasilnya adalah badan mereka terlihat lebih gagah, lebih atletik, tidak layu. Tubuh mereka menjadi kuat dan suara lebih lepas, satu lagi mereka lebih percaya diri dan tidak pemalu.

Ini cukup kontra dengan siswa/ pelajar kita. Pernyataan ini bukan untuk merendahkan bangsa sendiri. Katanya bahwa siswa di sini kalau pulang sekolah ya buru buru mengejar bimbel. Pada hal sejak pagi hingga siang selama tujuh atau delapan jam sudah belajar di sekolah. “Apakah tidak cukup belajar di sekolah untuk mereka jadi pintar?”. Dalam kenyataan bahwa sebahagian mereka pergi bimbel cuma sekedar iseng-iseng. Mereka malah pergi mejeng, main main HP, dengar lagu dan berbagi gossip. Cuma bebera menit saja mereka serius dalam belajar”. Ditegur oleh guru bimbel, takut ngambek dan tidak datang lagi, bimbel sendiri bisa sepi dan tidak dapat untung.

Ada kesan bahwa remaja kita kurang suka berolah raga. Pantasan banyak mereka yang memiliki tubuh lemah, akhirnya jiwa juga lemah- hingga menjadi penakut dan cengeng. Mereka takut dengan kecoa, takut dengan cacing tapi berani dengan rokok dan tidak takut sakit kanker (seperti peringatan pada kotak rokok). Remaja kita juga kurang tertarik jalan kaki, untuk menempuh jarak hanya setengah kilo saja, mereka selalu minta diantar atau naik ojek. “Wah budaya manja dan pemborosan”.

Akibat tidak tertarik berolah raga telah membuat remaja kita kurang heroik, senang taqwuran dan tidak sportif- tidak siap menerima kekalahan dengan jiwa besar. Bila kalah ya mengamuk dan membabi buta. Kalau bicara, suaranya kurang keluar dan tidak berani memikul tanggung jawab.
Ternyata orang-orang yang menyukai olah raga, lebih ramah dan mudah mengatakan “hello” dari pada mereka yang pasif dan terlalu kutu buku, serta kuper (kurang pergaulan). Karakter remaja/ siswa kita yang lain adalah seperti pencemas, penakut, mudah terhasud untuk tawuran dan kurang siap untuk berkompetisi.

Kapan ya pergi bimbel menjadi fenomena ? Dulu tidak ada demam bimbel seperti sekarang. Kalau ada siswa yang kurang memahami konsep pelajaran, maka sang siswa secara spontan akan menemui guru bidang studi yang bersangkutan. Namun sekarang bimbel itu “apakah sebagai program remedial atau program enrichment (pengayaan)?”. Program remedial tentu disediakan untuk siswa yang kurang menguasai konsep pelajaran, sementara program pengayaan (enrichment) adalah untuk siswa yang sudah tuntas. Pada bimbel kedua kelompok siswa ini digabung dan membayar sama. Siswa yang lemah tentu jadi bosan, patah semangat dan mereka hanya sekedar menyumbang uang ke sana. Lembaga bimbel tidak rugi.

Kata sebahagian orang tua bahwa biaya bimbel itu cukup mahal, dan belum tentu menjamin seorang anak untuk bisa lulus ke perguruan tinggi. Namun lembaga bimbel punya strategi untuk mencari siswa/ untung. Ia mendatangi anak/ sekolah yang cerdas dan orang tuanya berduit untuk ikut bimbel dan dilatih untuk mengerjakan soal-soal masuk perguruan tinggi. Kelak bila siswa jebol masuk masuk perguruan tinggin favourite akan dibuat iklan dalam selebaran, “Siswa-siswi ini sukses lewat bimbelnya- pada hal yang lebih menentukan kesuksesan sang siswa adalah factor ketekunan yang sudah terbentuk dari rumah dan sekolah. Lembaga bimbel hanya sebagai wadah untuk waspada dan sebagai wadah penghilang kecemasan sang siswa yang banyak takut bakal tak jebol kuliah.

Wah biaya bimbel itu mahal, apalagi untuk program super intensive bisa jutaan rupiah, dan tidak mungkin bisa dijangkau oleh anak-anak petani dan anak-anak buruh. Kalau ikut bimbel seolah-olah ada jaminan untuk bisa masuk jurusan dan universitas bergengsi, maka apakah anak-anak orang miskin tidak bisa studi di sana ?.

Sejak kapan program bimbel diburu oleh siswa ? Ya sejak terjadi gejala pengidolaan sekolah, yaitu gejala atau fenomena memfavoritkan suatu sekolah dan suatu universitas. Bahwa sekolah yang favorit itu adalah “sekolah unggul, sekolah plus, sekolah percontohan, sekolah berstandar nasional”. Pokoknya sekolah yang punya label, malah sekarang sekolah berlabel “Bertaraf Rintisan Internasinal”, diplesetkan menjadi sekolah BERTARIF INTERNASIONAL. Itu karena biaya belajarnya di ruang ber-AC yang cukup mahal dan kualitasnya biasa-biasa saja. Gara-gara ada sekolah berlabel maka berduyun-duyunlah orang tua mengatarkan anak mereka untuk belajar di sana. Ini juga bagus. Ternyata sukses juga bisa dari sekolah pinggiran. Seorang siswa yang bernama Ranti Komala Sari, hanya jebolan dari sekolah pelosok Batusangkar, yaitu SMAN 1 Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar. Namun sekarang ia bisa mengikuti kuliah double degree untuk program master pada Univertsitas Sorbone, Perancis. Sukses itu ada dimana-mana.

Lagi-lagi tamatan SLTA- terutama tamatan SMA- berduyun-duyun mencari tempat kuliah yang juga favourite seperti di UI, ITB, UNPAD, UNDIP, UGM, pokoknya universitas di pulau Jawa. Untuk bisa jebol ke sana tentu amat susah. Mereka harus bisa mencapai passing grade yang tinggi. Yang mengerti tentang passing grade bukan guru dan bukan sekolah, tetapi adalah wilayah kekuasaan lembaga bimbingan belajar. Bimbel yang kualitasnya bagus tentu saja biayanya mahal. Bimbel yang bagus diidentikan bisa menjamin siswa bisa lolos ke perguruan tinggi. Tetapi aneh, ada siswa yang ikut program bimbel dengan biaya mahal ternyata tak jebol. “Mungkin pilihan jurusan terlalu tinggi”. Juga ada yang ikut bimbel dengan biaya mahal dan ternyata hanya jebol pada jurusan biasa-biasa saja- yang mana tanpa ikut bimbel seseorang akan juga bisa jebol.

Kenapa guru bimbel diidolakan ? Guru bimbel sama halnya dengan guru pada beberapa sekolah lain. Mereka tentu direkrut dari lulusan perguruan tinggi dengan seleksi yang baik- indek kumulatif tinggi dan kepribadian yang menarik- ramah dan menyenangi karir mengajar. Sementara rekruitmen guru kebanyakan cuma berdasarkan hasil test tertulis dan jarang sekali melewati test wawancara, sehingga begitu sudah berada di lapangan, ditemui prilaku guru yang kadang-kadang bertentangan dengan jiwa pendidik. Mereka berkarakter suka marah, suka naik pitam, mudah ketus dan tidak menyukai karir mengajar.

Bimbel sepanjang tahun tetap diburu karena dianggap bisa membantu siswa untuk mewujudkan mimpi mereka menuju perguruan tinggi. Bimbel yang menarik tentu saja biayanya mahal, karena tempat latihan menjawab soal-soal ujian berada dalam kelas nyaman dan sejuk. Bimbel juga dibimbing oleh tentor/guru yang cerdas, ramah dan penyabar. Ini adalah bentuk pelayanan mereka yang harganya dibayar mahal oleh siswa. Sehingga siswa menjadi betah dalam belajar. Siswa siswi tidak akan mendengar cercaan, ejekan, kemarahan yang mana suasana begini bisa ditemukan pada beberapa sekolah.

Akhirnya diyakini bahwa bimbel itu sangat berguna sebagai partner bagi sekolah dan guru dalam menjaga minat dan motivasi siswa untuk menuju perguruan tinggi. Bagi yang punya uang silahkan ikut bimbel di tempat yang mahal. Namun tidak ada jaminan bahwa setelah ikut bimbel bakal jebol keperguruan tinggi, karena yang sukses dalam bimbel adalah anak-anak yang telah rajin atau memiliki motivasi belajar yang tinggi sejak dari rumah dan sekolah. Sedangkan tempat bimbel tinggal mempoles sedikit saja. Selalulah berusaha dan hasilnya serahkan pada Allah azza Wajalla.

Jumat, 25 Maret 2011

Saat Hati Tidak Bahagia, Pilih Mana... Shabu Shabu atau Sajadah

Saat Hati Tidak Bahagia, Pilih Mana... Shabu Shabu atau Sajadah
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Dalam hidup ini banyak orang yang berlomba membeli kebahagiaan. Orang tua bekerja siang malam untuk mencari nafkah yang banyak agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan anak-anak. “Itu semua demi kebahagiaan mereka”. Bila musim liburan datang maka banyak keluarga hilir mudik dengan kendaraan umum sampai dengan kendaraan pribadi, membawa keluarga ke tempat rekreasi. Mereka yakin bahwa tempat yang bisa mendatangkan kebahagiaan itu ada di mall, di restaurant, sampai di tempat wisata. Kemudian atas nama memberi kebahagiaan buat publik maka industry hiburan, tempat makan/ restoran, tempat rekreasi dan permainan buat keluarga, tumbuh begitu subur di mana-mana.
Hal yang cukup paradoks bahwa mengapa orang-orang yang bekerja- bergelut- dalam industri entertainment untuk membuat orang lain bisa bahagia, malah ada yang tidak bahagia. Hati mereka terasa hampa dan malah berduka. untuk mencari efek bahagia mereka terpaksa mengkonsumsi obat psikotropika- narkotik, ganja/ madat, ectasy atau shabu-shabu.
Berita televisi di negeri ini (Indonesia) dalam bulan Maret 2011 sering memberitakan tentang kecendrungan beberapa artis yang terjerat dengan shabu-shabu. Mengapa artis suka shabu-shabu ? Berita tertangkapnya selebriti- para atlit, penyanyi, bintang sinetron- yang memakai shabu-shabu bukan hal yang baru lagi. Bintang sepak bola asal Brazil- Diego Maradona- pernah tertangkap karena menggunakan narkotika. Selebriti Indonesia seperti Roy Marten, drummer band Padi Yoga dan Iyut Bing Slamet (sebagai contoh) juga tertangkap tangan sedang menggunakan shabu-shabu.
Ternyata yang cenderung jatuh ke dalam lembah shabu-shabu atau penyalahgunaan obat psikotropika tidak hanya para selebriti. Orang atau pemuda yang berada di kota kecil hingga daerah pedesaan juga ada. Ada beberapa anak muda yang sebelumnya penulis kenal sebagai anak baik-baik, tiba-tiba ditemui menjadi penghuni lapas (penjara). Itu semua gara-gara tertangkap tangan sedang mengkonsumsi ganja atau pil terlarang.
Salah seorang pemuda yang juga penulis kenal sebagai anak yang penurut juga telah menjadi korban. Perceraian orang tua dan kemudian meninggalnya sang ibu telah memberikan efek kesedihan yang mendalam baginya. Ia telah menjadi tidak bahagia dan fasilitas yang diwariskan oleh orang tua seperti rumah dan kendaraan bagus juga tidak membuat dia berbahagia. Ia memperoleh ketengan sesaat melalui pil psikotropika yang diperkenalkan oleh seseorang yang pura-pura baik agar bisa mendapatkan uang yang banyak dari penjualan pil terlarang tadi.
Sebetulnya bagaimana efek dari pil penenang atau shabu-shabu tersebut ? Andri (2011) mengatakan bahwa orang menggunakan shabu-shabu untuk mendapatkan efek psikologis sebagai hasil kerja obat di berbagai system neurotransmitter pada otak. Efek yang diperoleh pengguna adalah perasaan euphoria (perasaan senang) sampai rasa ectasy (senang yang berlebihan). Namun setelah itu zat tadi (shabu-shabu) juga membuat timbulnya gejala psikosomatik, paranoid (gila ketakutan), halusinasi (khayalan) dan agresivitas. Sehingga si pengguna obat bisa menjadi mudah tersinggung dan berani berbuat sesuatu yang mengandung resiko. Kemudian gara-gara menggunakan shabu-shabu juga membuat orang tidak ingin makan.
Penggunaan narkoba (narkotika) menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah menjadi berlebihan. Dampaknya sangat berbahaya bagi penderita hipertensi dan gangguan jantung. Efek pada otak bisa membuat pendarahan otak. Penderita tentu saja bisa menderita, kejang dan meninggal dunia.
Penggunaan narkoba bisa mendatangkan ketergantungan. Ia bisa menderita efek mudah putus asa, perasaan lelah yang berlebihan, kecemasan yang luar biasa, tidak percaya diri hingga mengalami paranoid dan psikosis atau sakit jiwa berat.
Nah sekarang kondisi masyarakat kita ternyata makin lama makin menuju pola hidup individu, acuh tak acuh, masa modoh dan serba tidak ingin mau tahu. Orang yang punya masalah hidup bakal akan bersedih sendirian dan merasakan seolah-olah tidak ada tempat berbagi lagi. Maka saat hati kita tidak lagi bahagia...apakah kita akan memilih shabu-shabu untuk menenangkan jiwa atau pergi malah pergi ke sajadah (mendirikan sholat), untuk bersujud- tersungkur- mengadukan nasib kepada Sang penciwa jiwa ?
Saat jiwa dan hati gersang dan tidak bahagia, ada yang pergi ke cafe, kelab malam dan mencari narkotika, namun ia memperoleh kebahagiaan sesaat. Namun setelah itu datang penyakit dan derita. Tetapi bagi yang mencari sajadah- melakukan sholat dan bersujud di atas sajadah maka ia merasakan kedamaian. Goresan puisi (dan sudah dipopulerkan manjadi lagu) tentang sajadah yang terukir pada diding rumah puisi yang dibangun oleh Taufiq Ismail dekat Padang Panjang sangat cocok dalam melukiskannya. Syairnya adalah sebagai berikut:
“Ada sajadah panjang terbentang dari kaki buaian sampai ke tepi kuburan hamba.
Kuburan hamba bila mati.
Ada sajadah panjang terbentang.
Hamba tunduk dan sujud di atas sajadah yang panjang ini, diselingi sekedar interupsi.
Mencari rezki- mencari ilmu, mengukur jalanan seharian.
Begitu terdengar suara azan kembali tersungkur hamba.
Ada sajadah panjang terbentang, hamba tunduk dan ruku’.
Hamba sujud tak lepas kening hamba mengingat di-Kau sepenuhnya”.
Orang- orang yang berada dalam penjara, dalam rumah sakit jiwa, dan anak-anak atau remaja yang mudah terpancing dalam tauwuran dan kerusuhan adalah remaja yang hatinya kurang bahagia. Demikian pula dengan orang-orang yang suka menjauhkan diri dari pergaulan social. Mereka umumnya menjadi kurang berbahagia adakalanya oleh perlakuan orang tua dan kaum kerabat sendiri. Kecendrungan marah setiap saat membuat seorang anak merasa kurang disayangi. Miskinnya seorang anak atau remaja dalam memperoleh pengalaman sukses membuat hidupnya menjadi kurang berarti.
Sangat bijaksana kalau seseorang- orang tua, guru dan orang dewasa lainnya memiliki karakter suka memaafkan kesalahan anak dan orang orang yang lemah- berusia kecil yang butuh pembinaan untuk tidak banyak mencerca mereka. Ini penting agar mereka tidak menjadi manusia yang kelak senang dibentak terus.
Juga sangat bijak bagi orang tua, guru dan public figure yang bisa memberi model untuk menjadi orang yang sederhana namun memiliki kemauan keras. Bukan seperti karakter sebagian orang sekarang yang sangat memuja dunia (hedonisme)- memuja harta dan mendewakan kemewahan. Gaya hidup hedonism- mengejar kemewahan membuat hati kita mudah jadi hampa.
Seorang teman tiba tiba fikirannya kalut tanpa alas an dan hatinya resah karena masalah hidup. Beruntung karena sejak muda ia akrab dengan mushala, surau dan mesjid, maka berarti ia masih punya akar spiritual. Maka saat fikiran kalut, hati hampa, gelisah dan tidak bahagia, untung ia belum mengenal narkotika atau obat psikotropika lainnya. Ia berdiri di keheningan malam ia berwudlu- membasahi anggota badan, kepala dan wajah maka ia tersungkur- bersujud untuk mohon ampun, mohon petujuk dan memuja ke hadapan Allah Sang pemilik alam ini. Kini saat hati berbahagia atau juga saat hati tidak berbahagia, maka jauhilah narkoba dan pilihlah sajadah panjang tersebut dan dirikanlah sholat. (Note: Andri (2011) Mengapa Artis Suka Shabu-Shabu. Jakarta: Seputar Indonesia (Jumat, 11 Maret, 2011)

Kamis, 04 November 2010

Bermimpilah Menjadi Orang Kaya

Bermimpilah Menjadi Orang Kaya

Oleh : Marjohan, M.Pd

Guru SMAN 3 Batusangkar

Sebagian remaja (siswa dan mahasiswa) ada yang peduli dengan kehidupan ini dan ada juga yang masa bodoh. Ada yang sudah memikirkan bagaimana hidup mereka di masa depan dan ada juga yang belum. “Yang penting aku enjoy aja, tidak terlalu banyak fikir dan soal masa depan aku serahkan ke mama dan papa”. Demikian beberapa komentar dari mereka yang berpaham hedonism- mencari kesenanngan hidup semata-mata. Bagi mereka yang penting bisa belajar dan bermain, tidak mau diberi pekerjaan yang susah. Bila ada keperluan ya cukup minta saja duit pada orang tua. Pokoknya tahu beres saja.

Tidak hanya siswa, namun juga mahasiswa yang kehidupan mereka juga serba monoton. Kerjanya cuma pergi ke kampus dan pulang ke kos, sepanjang hari belajar, begossip, otak atik hand phone, sampai pada kecanduan dengan game on line. Kalau uang habis ya merengek lagi sama orang tua. “Ma…kirimkan kan lagi uang ke ATM ku ya…..!”. Tidak ada uang ya cukup kontak orang tua agar mengirimkan dana ke rekeningnya. Ini tidak salah, karena orang tua juga masih punya tanggung jawab untuk menjamin kelancaran kuliah anak-anak mereka. Namun kalau boleh para mahasiswa/ para pemuda juga perlu tahu tentang seluk beluk dari mana dan kemana uang itu mengalir. “Kalau boleh bermimpilah menjadi orang kaya”.

Saat penulis mengikuti KKN (kuliah kerja nyata) lebih dari 20 tahun yang lalu di sebuah desa dekat Payakumbuh. Di sana ada seorang pemuda, Yung Karaben namanya, yang cuma tamatan Sekolah Dasar, namun ia menjadi ngetop karena menjadi pemuda yang kaya raya. Ia memiliki banyak uang, punya harta, sawah dan ladang. Ia juga punya gilingan padi dan beberapa rumah sewaan sebagai pabrik uangnya. Ia bukan tamatan Perguruan Tinggi, malah sarjana tamat Perguruan Tinggi juga ada yang hidup melarat. Mengapa ia bisa menjadi kaya dalam usia muda ? Itu terjadi karena ia mengerti dengan aliran uang, kemana dan dari mana uang tersebut mengalir.

Kondisi kesejahteraan dan kekayaan orang pada suatu negara bisa berbeda- beda. Di negara maju- atau negara kaya, ada kalanya satu persen penduduk (para pemilik uang) bisa menguasai 50% peredaran uang. Atau ada negara yang 5 % penduduk kaya yang menguasai 90 % uang di negara tersebut. Kalau begitu sungguh menyedihkan bila kita menjadi orang yang 90 persen (orang yang lemah keuangannya). Uang yang sepuluh persen kalau dibagi rata untuk 90 persen penduduk yang kekurangan uang, maka setiap orang mungkin akan memperoleh sepuluh ribu rupiah. Sungguh sulit untuk meyangga kehidupan ini hari demi hari.

Dalam fenomena sosial bahwa banyak orang yang secara mendasar hanya mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Menjadi PNS dianggap lebih enak karena mudah dan tidak punya resiko, sakit pun gaji juga dating, dibanding dengan menjadi pengusaha. Sementara itu menjadi pengusaha terasa susah dan beresiko. Kalau berhasil uangnya banyak namun resikonya tinggi. Namun bagi kita bila ada unsur kesusahan dalam bekerja maka kita cenderung untuk menjauhinya. Malah bila kita hidup sebagai orang yang sengsara, para sanak keluarga juga agak enggan untuk mendekat pada kita. Bila ada unsur yang menyenangkan maka kita cenderung mendekatinya.

Kaya atau miskin memang relatif. Secara finansial memang ditentukan oleh jumlah uang yang kita miliki. Tentang uang, bahwa ada orang yang sangat mencintai uang, ada yang tak peduli pada uang dan sampai pada yang membenci uang. Mereka beranggapan bahwa uang adalah sumber kejahatan. Akibatnya tanpa disadari mereka (mungkin juga kita) tidak ingin menjadi kaya. Kita berfikiran bahwa lebih baik jadi sederhana saja dan malah ada yang tidak punya uang.

Dikatakan bahwa orang yang uangnya sedikit- miskin- sebagai orang dengan posisi tangan di bawah. Orang yang kaya, dikatakan sebagai posisi tangannya di atas. Karena ia mudah memberi. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada posisi tangan di bawah. Maka menjadi kaya lebih mulia dari pada jadi miskin.

Untuk menjadi kaya memang tidak mudah. Mengapa kita tidak kaya ? penyebabnya adalah karena kita tidak tahu strateginya. Kita tidak mengetahui jalur alamiah atau jalur paling mudah untuk mencapai tujuan. Selanjutnya bahwa fikiran kita juga tidak realistik, tidak melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Namun mengapa pada segelintir orang bisa menjadi kaya? Tentu saja karena mereka punya karakter yang kuat.

Ternyata menjadi kaya bukan secara instan- bukan disulap- sim salabim. Kecuali bagi yang menang quiz who want to be millionaire. Jalan menuju kaya perlu dirintis. Ya memang untuk menjadi kaya secara baik-baik perlu dirintis.

Dari biografi tentang tokoh dan orang yang sukses/ kaya hidup seputar kita, kita ketahui bahwa mereka sudah merintis suksesnya sejak usia muda, misalnya sejak mahasiswa. Umumnya mereka menjadi mahasiswa yang tekun dan rajin. Mereka menyiapkan diri dengan berbagai kepintaran. Mereka senang berkompetisi dan mengikuti berbagai ajang kompetisi. Mereka memiliki banyak wawasan, banyak bergaul dan tahu dengan seni berkomunikasi.

Namun sayang banyak pula pemuda cerdas yang cuma pintar mengirim lamaran untuk jadi PNS, atau menjadi orang biasa-biasa saja pada sebuah perusahaan. Mereka akhirnya puas memperoleh gaji kecil

Ternyata gaji yang diterima oleh rata-rata orang Indonesia termasuk sangat kecil standardnya dibandingkan dengan orang yang bekerja di negara tetangga yang lebih kaya. Orang orang di sana memiliki motivasi kerja dan motivasi untuk sukses yang sangat tinggi. Mereka tidak gampang untuk mudah merasa puas. Sekali lagi bahwa mereka selalu memotivasi diri- membaca banyak buku, mencari banyak inspirasi dari banyak orang dan tokoh-tokoh sukses.

Kalau fenomena kita kadang-kadang cukup aneh. Saat kita mempunyai sedikit kelebihan uang ekstra maka gaya hidup kita juga berubah drastis. Karena gaji telah meningkat, maka pengeluaran kita juga berlipat. Ukuran rumah juga bertmbah dan motor pun juga mengkilat. Seharusnya uang kita boleh bertambah namun pengaturan penggunaan uang juga harus effektif. Yaitu tetap dalam batasan tidak boros.

Banyak juga orang kaya yang baik hati. Mereka dikatakan demikian karena juga kaya hati, kaya rohani dan kaya dengan kebaikan lain. Mereka senang untuk berbagi cerita dan berbagi pengalaman sukses. Mereka jadi kaya karena juga memiliki property sewaan lainnya.

Waringin (2008) mengatakan bahwa untuk bisa jadi kaya maka kita memerlukan leverage. Leverage berarti pendongkrak. Leverage tersebut bisa dalam bentuk sumberdaya (SDM)- bisa berarti modal, juga dalam bentuk ide dan gagasan, kenalan dan keahlian. Kemudian agar orang yang punya uang (sebagai sumber uang) mencari dan membutuhkan kita, maka kita perlu memiliki nilai tambah yang harus kita komunikasikan (kita iklankan). Kita juga harus punya kontak dengan orang yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.

Di beberapa perusahaan mengapa ada karyawan yang mampu memperoleh bonus gede atau kenaikan gaji dua atau tiga kali dalam setahun ? Ini terjadi karena mereka mempunyai nilai tambah seperti “ia bisa dipercaya”. Dan tidak itu saja, ia juga punya keunggulan lain melebihi teman-temannya seperti memiliki kinerja yang hebat dan bisa bekerja mencapai target- atau melebihi target. Ia juga memiliki inisiatif- tidak berkarakter senang menunggu atau senang diperintah-, ia juga memiliki prilaku yang menyenangkan ia juga peduli dengan penampilan, kedisiplinan, kesopanan, omongan yang baik di depan dan di belakang orang.

Ternyata jarang juga PNS dan orang orang berprofesi sebagai pegawai yang kaya raya. Kebanyakan orang jadi kaya, itu lewat berwiraswasta. Ada yang kaya dan sukses gara-gara membuka bengkel mobil. Memberi nilai tambah yang hebat buat pemilik mobil atau sang klien. Nilai tambah yang hebat berupa service yang memuaskan: lebih cepat, lebih dekat, lebih murah, lebih lengkap, lebih modern dan lebih ahli. Kemudian membuat cabang atau franchise sehingga ia bisa melayani banyak pelanggan. Bila ia sudah punya franchise, maka ia kemudian bisa go public atau menjual saham untuk memperbesar modal- dan juga memperbesar usaha.

Menjadi kaya secara baik-baik dapat terwujud dengan berwirausaha atau entrepreneur dengan ketentuan membelanjakan lebih sedikit uang daripada yang diterima dan menginvestasikan selisihnya. Pelaku wirausaha juga memberikan nilai tambah yaitu mempermudah urusan, mempercepat proses dan juga membuat orang lebih senang. Ternyata orang berwirausaha juga ditentukan oleh bakat atau karakter usahanya. Apakah mereka termasuk berkarakter mechanic, creator, star, support, deal maker, trader, accumulator dan the lord.

Roger Hamilton (dalam Waringin: 2008) mengatakan bahwa orang bertipe mechanic suka mengandalkan/ mengikuti sistem untuk jadi kaya. Ray Kroc tahu cara memasarkan hamburger, walau ia bukan penemu hamburger. Orangnya tekun, suka detail dalam mengikuti sistem. Kemudian orang yang bertipe creator suka menciptakan hal baru. Steve Job mendirikan apple computer. Ia mempunyai karakter kreatif, inovatif, suka hal baru dan tantangan baru.

Orang bertipe star jadi kaya karena mengandalkan keahlian khusus yang sulit ditiru orang lain. Penyanyi Celine Dion dan Mike Tyson misalnya punya bakat khusus. Sangat menonjol dibidangnya. Orang bertipe support jadi kaya karena jago dalam mendukung dan mengelola. Orang dengan karakter ini memiliki leadership dan manajerial yang bagus.

Orang bertipe deal maker bisa jadi kayak arena keahlian dalam bernegosiasi dan mempertemukan dua kepentingan. Ia punya banyak teman, senang bergaul dan senang sebagai connector atau penghubung. Orang bertipe trader dapat kekayaan dari keahlian berdagang. Ia peka tentang waktu- tahu kapan harus membeli dan kapan harus menjual, tidak malu dalam berjualan, berorientasi mencari keuntungan secara cepat dan dalam jangka waktu pendek.

Adalagi orang yang jadi kaya karena tipe accumulator, suka menumpuk atau berinvestasi. Orang seperti ini cukup penyabar, senang menganalisa, punya jiwa kepemimpinan, tidak emosional dan suka keuntungan jangka panjang. Terakhir adalah orang yang bertipe lord, menjadi kaya karena punya banyak bisnisnya. Ia suka melihat peluang di mana-mana, mampu mendelegasi atau membagikan tugas dan pintar memilih dan menilai orang yang ia percayai.

Kaya itu tidak jatuh dari langit, namun kaya itu perlu diusahakan, oleh karena itu menjadi kaya perlu punya ilmu, punya keberanian dan punya usaha. Untuk menjadi kaya maka kita perlu belajar dan menggali potensi dari orang lain. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Kalau begitu menjadi kaya lebih baik dari pada jadi orang miskin. Agaknya untuk jadi kaya maka kita perlu bermimpi. Daripada kita tenggelam dalam menyesali kelemahan kita, maka lebih baik kita tenggelam dalam meningkatkan kelebihan kita, agar kita punya nilai plus, selanjutnya bermimpi dan berusaha agar menjadi kaya.(http://penulisbatusangkar.blogsp

(note- Waringin, Tung Desem (2008) Financial Revolution. Jakarta: PT. Gramedia Utama)

Jumat, 15 Oktober 2010

Perasaan Ditolak Yang Melukai Harga Diri

Perasaan Ditolak Yang Melukai Harga Diri
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Mencari perhatian atau butuh perhatian merupakan ciri khas manusia. Sekaligus ciri khas ini membedakan manusia dengan makhluk lain. Perasaan itu ada dalam hati. Bentuk perasaan itu cukup bervariasi seperti: adanya rasa senang, susah, sedih, marah, dan lain-lain. Tergantung pada “mood” atau suasana hati. Ada orang yang mengatakan bahwa dia dalam keadaan good mood atau bad mood. Seseorang menjadi good mood kalau suasana hatinya lagi bahagia dan ceria. Sebaliknya bahwa seseorang dalam keadaan bad mood kalau hatinya lagi kurang enak, gelisah, murung, berduka, dan lain-lain.

Faktor keadaan bad mood bisa terjadi oleh kondisi diri sendiri, misalnya, harapan dan target hidup atau kegiatan kita yang belum tercapai. Juga bisa disebabkan oleh faktor luar, seperti karena perbedaan pendapat dengan orang lain yang menyakitkan hati. “Aduh mak…kenapa ia memandang sepele terus padaku”. Atau karena kehadiran diri kita yang kurang diterima oleh teman dan lingkungan.

Pujian dan pengakuan dari seseorang bisa menjadi indikasi bahwa keberadaan kita diterima atau ditolak orang lain. Rasa diterima dan keinginan untuk dipuji adalah kebutuhan emosional kita sejak kecil hingga dewasa, bahkan hingga tua. Memuji dan menerima kehadiran anak apa adanya bisa menjadi prasyarat agar anak bisa tumbuh menjadi cerdas dan sehat secara jasmani dan rohani.

Sangat ideal kalau orang tua tidak pilih-pilih kasih pada anak. Apakah anak cantik/ ganteng atau tidak, apakah anak pintar atau bodoh, aktif atau pasif, berani atau pemalu/ penakut, baik atau nakal. Mereka adalah anak kita, dan belahan hati kita. Membeda bedakan mereka (pilih kasih pada anak) merupakan awal dari malapetaka bagi kehidupan mereka, karena hal tersebut bisa menghancurkan harga diri dan perkembangan anak di masa depan.

Anak-anak balita (usia sekitar lima tahun) mereka berada dalam masa egosentris. Pusat kehidupan dalam pandangan mereka berada pada diri mereka. Dalam usia ini mereka memaksa semua orang mengakui bahwa apa saja yang ada di sekitarnya adalah milik dirinya. “Ini papaku, ini mamaku, ini mobilku, ini pohonku…, itu bulanku, itu lautku, itu sungaiku..!” Semua benda yang ia sebut berakhiran dengan kata “ku” sebagai kata posesif- sebagai kepunyaanya.

Semua orang dewasa, orang tua dan guru taman kanak-kanak (walau dengan berpura-pura) memberi pengakuan untuk menyenangkan dan menentramkan hatinya. “Iya benar, Ini papa dedek, ini mama dedek, ini mobil dedek, ini pohon dedek …, itu bulan dedek, itu laut dedek dan itu sungai dedek ..!”. Ungkapan itu pun diekspresikan dengan lembut.

Sungguh sang balita merasa riang gembira karena memperoleh pengakuan. Sebaliknya anak akan merasa terluka bila mendengar respon orang dewasa yang kurang memahami perkembangan jiwa balita tersebut. “Wah enak saja ya mengaku semuanya milik mu…!”. Tidak apa-apa karena egosentris pada balita akan berkurang dan menghilang dengan bertambahnya umur dan betambah pula penrgaulan/ pengalaman hidup mereka. Begitu anak masuk ke sekolah dasar dan SMP, maka egosentrisnya segera melebur.

Rasa diterima dan rasa pengakuan juga jadi kebutuhan remaja dan orang dewasa. Khususnya anak anak usia SD, SMP dan SLTA, mereka sangat butuh rasa diterima dan penghargaan. Oleh sebab itu rasa diterima dan dihargai perlu tumbuh dan membudaya sejak di rumah, terus di sekolah, dalam organisasi dan dalam lingkungan masyarakat. Rasa diterima dan pengakuan ini selanjutnya akan mempengaruhi harga diri, percaya diri, motivasi dan semangat hidup mereka dalam belajar dan beraktivitas (bekerja).
Problema terbesar dalam hidup sekarang adalah rendahnya kualitas pendidikan kita. Penyebabnya ada sejak dari rumah. Pemerintah cukup peduli tentang hal ini.

Pemerintah menghabiskan dana milyaran rupiah untuk melatih dan menatar guru, seharusnya juga para orang tua agar juga tahu tentang ilmu mendidik, atau paling kurang orang tua melakukan otodidak agar menjadi orang tua ideal- tahu cara memotivasi anak- sehingga anak memiliki motivasi dan rasa percaya diri.
Sekali lagi, bahwa penyebab awal kehilangan motivasi, semangat belajar dan percaya diri pada seseorang ada sejak dari rumah- juga mungkin dari sekolah itu sendiri. Karena kita, para orang tua, sering kikir dalam memberikan perhatian dan pujian pada anak. Andaikata anak telah melakukan aktivitas positif seperti mencat pagar, menyapu halaman, mencuci motor, membuat pekerjaan rumah, membaca buku, maka kita berfikir hal itu sebagai hal yang biasa. Anak tidak perlu dipuji lagi. Namun kalau anak melakukan kesalahan kesalahan kecil- tidak mau cuci piring, menyapu rumah, membuat PR, apalagi kalau melakukan kesalahan besar (memecahkan piring, menumpahkan susu) maka kita jadi meledak dan malah bisa naik pitam. “Pakai matamu…pakai hati mu….dasar dungu…kerja mu merusak terus!”.

Mengapa bangsa Barat bisa lebih maju dalam hal kualitas hidup/ kualitas pendidikan ? Penyebabnya adalah karena mereka merasa enteng memuji dan minta terima kasih pada siapa saja, terutama pada anggota keluarga. “Oh ..it is very good,…you are great,…how can you do it,…thank you…!”. Sekali lagi bahwa ungkapan terima kasih dan pujian sudah membudaya dalam kehidupan mereka.

Penulis sendiri mempunyai seorang anak perempuan yang masih duduk di kelas empat SD. Biasanya dia amat rajin beraktivitas di rumah seperti melipat pakaian, merapikan kamarnya, dan menyapu lantai rumah. Kebiasaan positive tersebut menghilang. Namun tiba tiba penulis menemui anak penulis tersebut berlaku sangat manis di rumah tetangga. Di sana ia menyapu teras, membersihkan debu jendela dengan duster, “Ada apa gerangan…?” Ternyata anak penulis telah memperoleh perhatian, pujian dan penghargaan dari tetangga- sehingga kehadirannya merasa berarti, “Duh…pintar sekali anak ibu…bisa menyapu teras…!”. Akhirnya penulis introspeksi diri dan kembali mememberikan kebutuhan emosinya - memberi pujian, perhatian dan penghargaan.

Selanjutnya bahwa mengapa banyak remaja yang tidak betah berada di rumah sendiri, pada hal rumahnya cukup megah dan nyaman. Begitu pula, mengapa ada siswa yang enggan pergi ke dalam kelas/ ke sekolah, enggan menemui guru. Atau mengapa ada karyawan enggan pergi bekerja, para buruh enggan menemui boss atau sang kepala. Tentu saja banyak faktor penyebabnya. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada perasaan diterima, alias mereka merasa ditolak.

Edo, bukan nama sebenarnya, akhir akhir ini tidak merasa betah lagi berada di rumah. Ia merasa tidak diterima oleh mamanya sendiri. “Wah Edo,…kamu asal di rumah bercanda kayak kuda terus,…menganggu adikmu terus,…lebih baik kamu pergi jauh ke luar rumah ini”. Apa lagi hardikan dan bentakan ibu diikuti dengan wajah serius/ wajah kesal. Itulah alasan yang membuat Edo bahwa kini tempat yang paling damai adalah berada bersama teman teman meskipun berkumpul di emperan warung orang. Untuk selanjutnya sang remaja akan menutup diri terhadap orang tuanya sendiri. Kemudian sang orang tua pun akan kehilangan kharismatik di mata anak.

Banyak remaja/ siswa yang tiba-tiba jadi enggan pergi ke sekolah, malas mengikuti proses pembelajaran. Mereka memilih untuk kongkow-kongkow (bermalas-malas) di halte bus, di persimpangan jalan. Mengapa ini terjadi ? Banyak penyebabnya dan salah satu penyebab adalah merasa ditolak oleh guru atau bisa jadi oleh teman dalam kelas. “Edo…., kalau kamu dalam kelas matamu melek melulu…, atau ngobrol melulu,…..atau mencontek melulu” Itu artinya bahwa Edo lebih baik minggat saja dari ruang kelas dan kelas akan menjadi aman.

Rasa ditolak memang menyakitkan. Ada siswa baru yang belum bisa beradaptasi dengan suasana kelas yang baru. Bila ia mendekat pada teman, temannya menghindar- pokoknya ia merasa tidak diterima. Akhirnya ia mengeluh di rumah. “Papa …aku tidak mau sekolah di sini, aku mau pindah ke sekolah yang lama saja…!” Ada kalanya seseorang merasa mules atau sakit perut itu gara-gara ia merasa kurang di terima oleh teman se kerja atau oleh atasan. “Wah aku jadi migrain (sakit kepala sebelah) setiap kali terbayang teman yang bersikap sinis padaku”.

Dalam pekerjaan atau kehidupan di sektor informal, seperti di pasar,di rumah, di pelabuhan, di pabrik, dan di perkebunan, bahwa perasaan tidak diterima/ ditolak juga sangat menyakitkan. Malah bisa berakibat fatal. Dalam sebuah berita televisi swasta dikabarkan bahwa ada pengunjung kafe yang membakar kursi, sehingga menjalar membakar seluruh gedung. Penyebabya cukup sepele yaitu gara-gara tidak diterima oleh pelayan kafe. Tawuran antar pelajar atau tawuran antar mahasiswa bisa terjadi oleh gara gara sepele- merasa dilecehkan alias tidak dihargai atau kurang diterima oleh kelompok lain. Seorang remaja pria sengaja ngebut dan menabrakan sepeda motornya di depan rumah kekasih yang telah menolak cintanya. Sungguh begitu dahsyat dan berbahaya efek dari perasaan ditolak. Banyak pria atau wanita menjadi lajang sampai tua, salah satu penyebabnya karena pernah ditolak kehadirannya dan dikecewakan oleh mantan idamannya.

Perasaan diterima atau ditolak ada dimana-mana dalam pergaulan sosial. Perasaan ditolak memang sangat fenomena, bukan berarti tidak boleh ada (penolakan). Bagi yang lagi memegang kartu truff (penentu) untuk menolak, seperti dari orang tua terhadap anak, guru terhadap siswa, boss terhadap karyawan, dan dalam pergaulan antar teman dan antar yang saling mencintai, Kalau mau menolak tolaklah dengan cara bijak dan cara sehalus mungkin. “Mama tidak senang kamu mengganggu…lebih baik kamu belajar di kamarmu sendiri”. Atau pedagang berkata “Wah mas kasihan kalau begitu…nanti saya bisa rugi”. Atau calon kekasih berkata “saya senang bersahabat dengan kamu….baiknya kita berteman saja”. Dan tentu ada jutaan ungkapan penolakan halus yang perlu kita budayakan. Namun yang perlu dijaga dalam menolak adalah menolak dengan ekspressi yang kurang bersahabat sehingga melukai harga diri orang lain.

Kamis, 18 Maret 2010

Harga Kesehatan Tubuh Sangat Mahal

Harga Kesehatan Tubuh Sangat Mahal
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Saya termasuk orang yang tidak suka melahap semua acara televisi. Bila acara terasa tidak berguna maka televisi cenderung dimatikan. Namun rasa ingin tahu saya tergelitik saat melihat sekilas acara Kick Andy di Metro TV. “Wah acara apa ini , kok pakai kata kick segala, mungkin acara sepak bola atau acara olah raga yang lain ?”.
Kick Andy bukanlah acara olahraga walau di sana ada kata “kick”, namun ia adalah acara olah rasa atau olah emosi. Acara ini menjadi menarik karena memuat atau melibatkan unsur emosional. Berisi informasi, pengalaman, liku-liku kehidupan manusia yang penuh dengan ketegaran dan pencerahan. Jadi acara tersebut terkesan punya nilai pendidikan dan juga nilai hiburan.
Selanjutnya, bahwa saya bukanlah orang yang cengeng yang mudah menangis, meneteskan air mata, dan saya sendiri sudah lama tidak menangis lagi. Namun saat mengikuti alur cerita dalam acara kick andy, tiba-tiba air mata saya meleleh, dan terasa panah di pipi. Emosi saya terasa diaduk aduk oleh plot-plot dialog oleh presenter dan tokoh tokoh hebat yang langsung terlibat dalam acara “Kick Andy Hero” di awal bulan Maret (2010) tersebut.
Penyerahan anugerah pada seorang tokoh, pemuda buntung total, jalanya seperti merangkak, namun sangat kreatif, inspiratif dan inovatif bagi saya dan banyak penonton. Ia adalah pemuda hebat, walau kedua kaki buntung total ternyata mampu menghidupi banyak karyawan dari usaha yang ia rintis. Begitu pula dengan tokoh lain, juga seorang pemuda, namun buta total, jalanya hampir meraba-raba, mampu menciptakan sound track untuk produk ICT (information communicative technology) dengan menggunakan komputer, bagaimana ia melihat dan menciptakan dengan ketajaman syaraf jari dan ketajaman mata hatinya. Kedua tokoh cacat yang sangat hebat tadi pasti telah menjadi motivator dan inspirator yang luar biasa bagi jutaan penonton metro TV yang memiliki kondisi tubuh yang normal. Kita dan mereka harus malu dengan dua kaki dan dua mata yang mereka miliki bila ternyata tidak berdaya dalam hidup ini.
Acara kick Andy berikutnya, masih dalam bulan Maret ini, adalah tentang transplantasi ginjal atau cangkok ginjal. Betapa amat berharganya sekeping ginjal apalagi dua keping ginjal dalam rongga tubuh kita yang berguna dalam menyangga kelangsungan hidup kita, namun banyak orang (kita) kurang menyadari tentang harkat dan harga sekeping ginjal tersebut bagi kehidupan. Sementara itu betapa orang yang menderita gangguan ginjal mendambakan kesehatan ginjal, berharap agar mampu memperoleh tubuh yang segar bugar (fit and fresh) dan ingin merasakan “betapa indahnya dan nikmatnya kalau bisa kencing (maaf) secara normal lagi”.
Betapa gangguan ginjal telah membuat dunia ini terasa dan terlihat tidak indah dan menarik lagi bagi sang penderita gangguan ginjal. Kemudian betapa mulianya jiwa seorang bapak yang amat rela untuk mendonorkan sekeping ginjalnya untuk kelangsungan hidup anak kandungnya dan ia pun ikhlas atas resiko sebagai pendonor ginjal. Atau betapa tulusnya hati seorang kakak yang telah menyerahkan sekeping ginjalnya pada adiknya, walau akhirnya tidak lama bisa bertahan hidup dan ia pun meninggal dunia (setelah bertahan hidup selama lima tahun). “Sedikitpun aku tidak menyesal, telah menyerahkankan ginjal saya pada adik sya walau akhirnya ia pun meninggal, namun ia kan mampu bertahan hidup selama lima tahun dan sekarang ginjal ku pun ikut pergi bersamanya”.
Kini bagaimana halnya dengan saya dan kita semua. Kita sering kali tergila gila mengejar kepuasan dunia dan kepuasan hidup belaka. Kita hanya puas dan bangga dengan karir yang meningkat, mobil mengkilat dan rumah yang begitu megah. Pergi jalan-jalan keluar negeri yang memberikan kebahagian, sekali lagi, kepuasan yang semu. Betapa mulianya tokoh tadi yang begitu ikhlas menyerahkan sekeping organnya (ginjal) pada orang yang sangat mendambakanya demi menyambung kelangsungan hidupnya. Juga betapa kaya dan bahagianya jiwa tokoh buta dan tokoh buntung yang bisa hidup dengan penuh arti, sekaligus telah menjadi motivator dan inspirator bagi jutaan orang dengan tubuh lengkap untuk mempedayakan diri mereka.
Ada pelajaran tersirat dari tayangan televisi tadi, yaitu bagaimana agar kita bisa berbagi dengan sesame, menyayangi dan mencintai organ tubuh kita. Mengajak banyak orang untuk bisa memelihara tubuh dan oragan tubuh mereka, seperti mata, paru-paru, jantung, rambut, ginjal dan kulit. Betapa banyak orang kurang peduli dalam memelihara dan menyayangi mata. Lihatlah bahwa banyak buruh las karbit di bengkel yang bekerja tanpa menggunakan masker mata.
Atas nama gaya hidup moderen, banyak orang yang tergiur oleh tipuan iklan bahwa yang hebat dan moderen itu adalah kalau seseorang selalu mengkonsumsi rokok, minuman bir/ minuman keras, sampai kepada minuman dan makanan yang kaya dengan zat pewarna dan penyedap rasa (sebagaimana dianjurkan iklan oleh belasan stasiun televisi di Indonesia ini). Kurikulum di berbagai sekolah tidak pernah mengajarkan tentang tekhnik merokok yang hebat. Namun konser dan ivent olah raga yang disponsori oleh industry rokok sangat sukses dalam membujuk dan menciptakan ribuan pelajar untuk menjadi pencandu rokok. Coba lihat sekarang bahwa dimana ada keramaian- konser music atau acara olah raga, maga disana spanduk iklan rokok menyambut mereka dengan semarak. .
Percuma saja pada beberapa tempat mangklnya para remaja dibuat semboyan dan ajakan seindah mungkin “jauhi narkoba dan say no to drug”, kalau pintu untuk mengkunsi rokok dibuka lebar-lebar. Karena merokok itu sendiri adalah pintu untuk memasuki dunia narkoba. Omong kosong kalau tiba-tiba saja seorang siswa bisa menjadi pengguna narkoba. Hampir dipastikan bahwa mereka menyentuh benda haram (narkba) ini setelah terlebih dahulu sukses sebagai perok- pelajar pria atau pelajar wanita. Merokok, apalagi mengkonsumsi narkoba, sungguh membahayakan paru-paru, otak, dan jantung.
Media massa- cetak dan elektronik- sangat efektif dalam membius dan mengobah pola fikir bangsa Indonesia. “wah kamu kuno kalau tidak mencoba fast food ini, wah kamu kampungan kalau tidak mengkonsumsi makanan bermerek ini”. Kini bangsa kita telah menjadi bangsa yang paling gemar menonton dan hampir malas untuk berolah raga. Bagi yang memiliki sarana transport- sepeda motor dan mobil- telah menjadi pemalas untuk bergerak dan berjalan kaki. Yang lain mungkin juga kurang tahu bagaimana kiat hidup segar dan bugar- fit and fresh- itu.
Di suatu tempat ada pemuda yang maniak dalam mengkonsumsi minuman berlabel, cuci muka dengan air mineral, dan selanjutnya untuk minuman saat sarapan pagi, makan siang dan makan malam adalah minuman berlabel (mengandung zat pengawet, penyedap dan pewarna) yang dikemas dalam botol atau kaleng. Setelah mengkonsumsinya dalam rentang waktu agak lama maka ia mengalami gangguan empedu dan ginjal. Gaya hidup dan pola makan dan minum yang salah telah mendatangkan resiko bagi kesehatan tubuh dan jiwa mereka. Badan yang sakit telah membuat dunia ini tidak indah lagi untuk di jalani. “Sayangilah tubuh, lakukan pola makan dan hidup yang sehat dan cintailah organ tubuh mu”. Mungkin demikianlah anjuran dan nasehat orang yang sedang dilanda penyakit serta gangguan organ tubuh terhadap orang lain.
Untuk hidup sehat, kita pemeluk Islam sangat tepat bila mengikuti anjuran dan cara hidup Rasullullah SAW. Dalam sejarah nbi diketahui bahwa Nabi selalu tidur lebih awal, tidak menyukai aktifitas begadang. Dan bangun malam untuk beribadah pada Sang Pencipta langit dan bumi- shalat tahajjud dan inipun dilaksanakan untuk mencapai kesucian dan kebersihan jiwa. Rasullulah, para ahabat dan banyak orang sholeh menghindari (mengharamkan) khamar- minuman keras- menjauhi rokok, melaksanakan puasa sunat dan kalau makan maka berhenti sebelum kenyang.
Banyak minum air putih, mengkonsumsi makanan berserat, kaya vitamin dan protein bisa membuat tubuh sehat. Cukup olah raga, cukup istirahat dan cukup tidur adalah anjuran cara hidup sehat dari dunia kesehatan yang selalu up to date. Bila kita telah melaksanakan pola dan cara hidup sehat yang demikian, namun tiba-tiba kita sakit- mengalami gangguan organ, barangkali inilah yang dikatakan sebagai takdir yang harus kita terima dengan sabar dan tawakal. Namun secara umum bahwa pola hidup yang sehat akan mendatangkan berkah kesehatan bagi kita, merasa bugar dan sehat selalu. Kini lakukanlah pola hidup sehat karena harga kesehatan tubuh itu sangat mahal.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...