Kamis, 20 September 2012

Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar Raih Guru Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional


Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar  Raih Guru Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional 

            Seleksi guru berprestasi telah dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3 – 10 September 2012 kemaren. Sumatra Barat mengirim 13 orang dari setiap jenjang pendidikan (guru, kepala sekolah dan pengawas) untuk mewakili propinsi ini dan berkompetisi dengan 33 propinsi lain di tingkat nasional. Marjohan, M.Pd- guru SMA Negeri 3 Batusangkar-  berhasil meraih peringkat Pertama (1) guru berprestasi tingkat nasional, sekaligus menyisihkan guru guru hebat lain yang berasal dari 32 propinsi. Berikut percakapan antara Padang Ekspres dengan Marjohan M.Pd di rumahnya- Komplek Griya Alam Segar, Bukitgombak, Batusangkar.
    
“ Apa yang membedakan anda dengan guru lainnya ?”
Saat remaja- waktu sekolah di SMA- saya sibuk mencari-cari karir masa depan yang pas buat saya. Saat itu belum lagi zamannya internetan, maka untuk mencari info pekerjaan ya lewat banyak orang- tanya sini- tanya sana. Kadang- kadang guru di sekolah bercerita tentang pengalamannya dan itu adalah info karir bagi saya. Tentang prospek dan bentuk karir lain saya peroleh dari lingkungan. Saat lulus SMA, saya bingung mau kuliah di mana ?. Ya pilihan yang mantap adalah menjadi guru. Maka saya ikut test masuk Perguruan Tinggi- saat itu bernama Sipenmaru (Sistem Penerimaan Siswa Baru). Saya lulus pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Padang- sekarang bernama UNP.
Saya mengikuti perkuliahan dengan tekun. Saya paling senang  duduk di depan agar bisa berinteraksi dan mendengar suara dosen lebih jelas. Namun saya tidak suka menjadi mahasiswa pasif- bertipe rumahan atau mahasiswa 4D (duduk, datang, dengar, diam). Saya ikut kegiatan di kampus dan di luar kampus- sebagai remaja mesjid. Malah saya juga ikut mendaftar sebagai guide (pemandu wista) Sumatra Barat, memandu bule-bule keliling Sumatra Barat. Ada manfaatnya buat saya “memperlancar bahasa Inggris dan sekaligus bisa peroleh dollar buat menambah uang jajan. Manfaat lain adalah untuk melatih keberanian dan menumbuhkan karakter mandiri- tidak menjadi mahasiswa yang cengeng- ini berguna buat menghadapi masa depan.
Untuk menambah wawasan tentang profesi sebagai pendidik- paedagogik dan kualitas bahasa Inggris- maka tidak cukup hanya menghafal catatan kuliah, namun saya juga banyak membaca buku referensi dan membaca koran dan majalah berbahasa Inggris. Saya juga mencari kesempatan agar bisa bertukar fikiran dengan dosen-dosen bahasa Inggris warga asing atau langsung berkomunikasi dengan native speaker.
Saya tidak suka menunda-nunda pe-er perkuliahan. Ada tugas ya langsung kerjakan dengan baik- tidak asal-asalan. Saya menjadi mahasiswa yang aktif- saya digelari teman saat itu sebagai “kamus berjalan” karena kosa kata (vocabulary) saya sangat banyak, itu berguna bagi mereka untuk lomba scrabble. Saya bisa wisuda tepat waktu...langsung ikut tes PNS untuk menjadi guru melalui beberapa tahapan. Saya lulus dan saya ditempat menjadi guru di di SMA Negeri 1 Lintau- Kabupaten Tanah Datar, sekarang menjadi guru di SMA Negeri 3 Batusangkar.    
Saya berprinsip bahwa saya harus menjadi guru yang berbeda dari guru lain- guru yang pintarnya berganda- “multiply- inteligence” seperti menurut De Porter. Saya perlu tahu dan menguasai empat kompetensi guru- yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Jadi, saya harus belajar lagi- bukan berarti setelah tamat kuliah harus tutup buku- ya saya perlu meminjam buku dari perpustakaan, dari teman atau beli sendiri buku-buku psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. Juga buku tentang dunia sekolah, tentang lingkungan dan sosial. Saya banyak membaca buku berbahasa Inggris dan berbahasa indonesia, juga berbahasa Perancis dan Arab.
Saya membaca 100 halaman per hari, saya targetkan membaca buku pagi- siang- sore dan sebelum tidur, masing masing 25 halaman. Tetapi itu  juga bukan target yang kaku. Yang penting saya bisa menamatkan baca satu buku per-minggu. Bukan berarti kutu buku- saya juga bergaul dengan teman teman, masyarakat dan orang tua murid.       

“Bagaimana sistem yang anda pakai dalam mengajar ?”
Wow ada banyak teori dalam mengajar, seperti kontektual, teori direct method, namun saya perlu ingat bahwa dalam mengajar kita harus melaksanakan prinsip “pengajaran terfokus pada siswa, bukan teacher centered juga bukan plesetan dari CBSA- catat buku sampai habis. Yang penting guru itu bukan lagi sebagai sumber ilmu satu satunya namun lebih berperan sebagai motivator, facilitator, counselor buat anak didiknya di sekolah.
Saya tertarik mengajar dengan pendekatan PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenang). Agar pembelajaran itu menyenangan maka guru dan siswa perlu punya jembatan hati. Guru harus membuka diri terlebih dahulu dan perlu memberikan excellent service- pelayanan prima selama mengajar. Agar siswa senang dalam belajar maka guru perlu sering say hello, memuji, minta maaf “very good....very excellent”. Guru perlu hafal nama siswa dan menyebut namanya agar siswa merasa dirinya sangat spesial bagi gurunya.  
InsyaAllah selama menjadi guru- sudah 23 tahun- rasanya saya tidak ada membentak siswa. Buat apa siswa dibentak dan apa gunanya melukai hati mereka. Membentak anak didik bisa membuat hati mereka terluka, jembatan hati antara kita dan mereka bisa ambruk. Sebaik apapun kita mengajar...namun kalau jembatan hati rusak...mereka akan menolak kehadiran kita atau mereka terpaksa mengikuti PBM kita.
Kalau ada siswa yang bandel ? Itu pertanda mereka butuh menjadi nomor satu, butuh touching- sentuhan hati....datang saja pada mereka say hello....sapa nama mereka dan ajukan bantuan “what can I do for you” Biasanya mereka berubah baik...bandel itu cuma sekedar cari perhatian.
  
“Bagaimana motivasi anda dalam mengajar, menulis dan lainnya yang membuat anda bisa menjadi guru teladan. Apakah anda berniat menjadi guru teladan, atau karena kebetulan ?”
            Memilih profesi sebagai guru adalah sangat mulia, karena guru bisa mengubah orang jadi kurang pintar hingga menjadi pintar, dari mkurang berdaya hingga menjadi orang yang berdaya. Sebelum dan sesudah menjadi guru saya membaca banyak biografi para pendidik ulung, termasuk biografi Kihajar Dewantoro, Paul Freire, Mohammad Syafei- pendiri INS Kayu Tanam, juga Dorothy Law.
            Bukankah Kihajar Dewantoro memperkenalkan pada kita tentang prinsip menjadi guru yaitu “Ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo, tut wuri handayani”, atau konsep pendidikan ala Mohammad, Syafei agar guru bisa membantu anak didik memiliki “Head, heart and hand” maksudnya otaknya cerdas, hatinya beriman dan tangannya terampil. Maka saya termotivasi untuk bisa berperan menjadi sebuah sekerup dalam bangsa ini untuk ikut memajukan dan menjerdasan generasi muda bangsa Indonesia.
            Motivasi dalam menulis......bahwa populasi bangsa Indonesia sangat besar di dunia. Mereka semua butuh bacaan dan mereka adalah para pembaca dan kalau boleh musti ada segelintir orang Indonesia yang sudi jadi penulis- menulis ide-ide untuk mencerahkan hati dan pikiran orang orang kita. Saya sering merasa sedih “mengapa buah pikiran bangsa Indonesia belum begitu dikenal luas di dunia, itu karena kita jarang menulis dan malah malas menulis. Orang luar malah menjadi tahu setelah ada tokoh hebat yang tersembunyi dibalik awan Indonesia diekspos ke luar. Sebetulnya ada hal yang dahsyat kalau kita-kita bersemangat dalam menulis. Maka menulis dalam bahasa-bahasa dunia (bahasa Inggris, Arab, Perancis, dll) agar orang tahu dengan kita dan Indonesia bisa mendidik dunia.
Inilah obsesi saya dalam menulis. Untuk menambah inspirasi menulis, saya butuh energi dan itu bisa saya peroleh melalui membaca biografi penulis hebat dunia, bertukar fikiran dengan teman-teman penulis dan menambah wawasan setiap hari. Menulis butuh latihan dan pembiasaan. Kini saya lebih fokus untuk menulis seputar masalah pendidikan yang meliputi tema tentang motivasi, semangat hidup, kisah sukses dan hal- hal yang menginspirasi.    
Menjadi guru berprestasi nomor satu di Indonesia (dahulu disebut dengan guru teladan) ya...tidak bisa diperoleh dalam sekejap mata namun melalui proses dan jalan yang sangat panjang. Saya pada mulanya tidak bermimpi untuk menjadi seorang Teacher of The Year. Itu terjadi hanya diawali oleh prinsip untuk menjadi guru yang berbeda dan melakukan proses “longlife education- belajar sepanjang masa”.
Bagi guru di Sumatera Barat dan juga di Indonesia yang perlu mereka lakukan adalah pengembangan diri, salah satunya melalui menulis. Saya sendiri melakukan dan membuktikanya. Saya menulis dan menulis, pada mulanya menulis artikel yang banyak dan dipublikasi pada koran-koran daerah (Sumbar dan Sumsel). Kemudian saya tingkatkan- memberanikan diri- untuk menulis naskah buku. Entah bagus-entah tidak...saya tawarkan ke penerbit dan ternyata direspon. Saya tulis lagi buku- buku yang lain. Selain menulis saya juga aktif dalam kemasyarakatan- sebagai nara sumber bagi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), mengurus mushola/ mesjid dan juga membimbing siswa dalam perlombaan hingga bisa meraih juara tingkat propinsi dan nasional, dokumen mereka menjadi portofolio bagi saya.
Dari kumpul berbagai aktifitas di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, ditambah dengan pengalaman lain- menulis, menjadi pemandu wisata dan kemampuan berbahasa asing yang agak lebih (Perancis dan Inggris)  membuat portofolio saya semakin berarti.
Ada 3 bentuk penilaian dalam seleksi guru berprestasi, mulai dari tingkat Kecamatan hingga tingkat Nasional, yaitu test tertulis (tentang kepribadian, wawasan dan tentang empat kompetensi guru), kemudian presentasi karya tulis ilmiah atau best practice, serta penilaian portofolio. Presentasi karya ilmiah saya dalam bahasa Inggris dan campur bahasa Perancis, kemudian kualitas portofolio yang saya persiapkan cukup memdai. Kekuatan saya saat berkompetisi dengan guru-guru hebat dari propinsi lain adalah dalam hal menulis dan penguasaan bahasa serta wawasan. Namun menjadi guru teladan nasional bukan disebab oleh unsur itu saja, namun juga oleh faktor kebaikan lingkungan, doa dan restu dari famili, teman dan siswa saya, juga berkah dari Allah Swt.
Pada mulanya tidak ada niat untuk menjadi guru teladan, dan menjadi guru teladan juga bukan secara kebetulan. Namun menjadi guru teladan adalah akibat akumulasi dari proses hebat melalui jalan yang sangat panjang.

Sekarang ini banyak yang menuding sistem pendidikan di Indonesia kacau dan gagal. Setiap tahun ganti kebijakan yang tak jelas ujung pangkalnya. RSBI, SBI, sertifikasi, dan kebijakan lainnya tidak berhasil mengubah wajah pendidikan Indonesia dan meningkatkan mutu pendidikan. Bagaimana pandangan anda tentang hal ini- Siapa yang salah? Pemerintah, guru, siswa, orangtua, sistem, atau memang waktu yang masih berjalan?
Saya rasa konsep pendidikan Indonesia sudah benar. Namun fenomena yang terjadi adalah bahwa bangsa kita (baca: orang tua) terlalu menyerahkan urusan mendidik anak pada pemerintah- pada sekolah. Maaf- bahwa banyak orang tua yang berlepas tangan dalam urusan mendidik.
“Mendidik anak itu urusan sekolah dan urusan mesjid”. Itu berarti yang perlu dikembangkan adalah “Program Parenting- yaitu menciptakan program pelatihan bagaimana menjadi orang tua yang benar bagi putra-putri mereka”.
Sekarang banyak orang tua yang belum paham bagaimana menumbuh kembangkan anak. Dalam mendidik mereka cenderung meniru generasi sebelumnya. Kalau mereka dulu sering dibentak, dihardik...maka mereka juga akan membentak dan menghardik dalam mendidik anak. Yang diperlukan oleh generasi muda adalah “reward atau penghargaan” bukan punisment yang berkepanjangan.
Saya menghimbau pada orang tua dan guru agar banyak mengucapkan “Thank you......., very good......dan I am very sorry..!”Pada anak anak dan siswa mereka. Maksudnya mereka musti mampu menjadi model untuk bisa mengucapkan “terima kasih, memuji dan minta maaf- bukan lagi menunggu terima kasih, mencela dan kikir untuk minta maaf”. Ini agar generasi muda kita tidak menjadi bangsa yang kehilangan karakter.
            Setiap tahun ganti kebijakan...”, ohhh tentu perlu, inikan bentuk dari revisi untuk perbaikan suatu program dan para stakeholder yang mengambil kebijakan adalah orang-orang hebat tentu demi kebaikan bangsa yang besar ini.   
            Kebijakan membentuk RSBI, dan SBI itu bagus, karena sekolah sekolah di Indonesia tidak seharusnya lagi berskala lokal dan terfokus pada pemikiran  lokal. Dalam pelaksanaan tentu butuh orang yang bisa berlari dengan cepat- yaitu ikut mendukung program ini. Namun apa yang terjadi bahwa ada sebagian yang suka hanya sekedar mengeritik tanpa memberi way- out. Tentu saja setelah program RSBI dan SBI ini launching (berjalan) tentu saja butuh evaluasi dan revisi bersama sama.
            Kebijakan tentang sertifikasi itu juga bagus yaitu untukm menilai seberapa jauh persiapan dan kompetensi guru- apakah sudah layak sebagai guru profesioinal (?). Kalau sudah layak yang perlu diberi label sertifikasi. Lagi lagi dalam pelaksanaanya perlu dukungan dan bimbingan dari semua pihak, maklum kita kan bangsa yang besar- banyak manusianya dan banyak pula ulah (prilaku) nya.  

Seperti apa sebaiknya guru, siswa, orangtua dan pemerintah agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan membentuk manusia berilmu dan berkarakter.
            Oh ya....tentu saja guru dan orang tua sebaiknya menjadi motivator sejati buat membangkit semangat hidup dan semangat belajar anak- anak (juga anak didik) mereka. Bukankah pada sekolah sekolah yang hebat dan berkualitas...itu bisa terbentuk oleh energi motivasi yang hebat, dimana di sana terdapat ungkapan penghargaan dan dorongan. Selanjutnya orang tua dan guru juga harus jadi model (atau uswatul hasanah). Tidak ada gunanya kalau orang tua dan tua hanya pintar menyuruh dan berceramah namun tidak melakukan action yang hebat dalam hidup.
            Kalau bagi pemerintah...tentu saja sebagai penyedia fasilitas (facilitator)- membuat program pelatihan dan pengembangan diri bagi guru, siswa, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Namun kalau boleh juga ada program parenting- bagaimana menjadi orang tua yang ideal bagi anak. Negara negara maju punya banyak program parenting, sehingga orang tua dan guru mereka bisa bersinergi dalam mendidik. Kalau bagi kita peran orang tua  terlihat pasif dan guru terlihat merasa lebih tahu dari orang tua.

Banyak juga pihak yang menuding bahwa pendidikan indonesia saat ini hanya mementingkan hasil (nilai), bukan proses, bukan nilai-nilai usaha, kerja keras dan kejujuran untuk mendapatkan nilai itu? Menurut anda ?
            Dalam konsep yang dibikin oleh stake-holder pastilah sangat bagus. Namun dalam pelaksanaannya (dalam menterjemahkan kebijakan) bagi praktisi pendidik di lapangan ya.....memang terlihat mengejar nilai. Maka terjadilah kerjasama bimbel dengan sekolah untuk melatih anak didik dalam memahami konsep lewat sistem cepat (belajar dengan sistem karbitan) dan kemudian memberi latihan.... latihan...mengolah soal soal...membuat passing grade dan meramalkan karir yang cocok bagi mereka. Kadang kadang karir atau jurusan/ Perguruan Tinggi yang direkomendasikan oleh pemilik bimbel terhadap anak didik bertolak belakang dengan keinginan orang tua.
            Bukankah setiap semester genap untuk kelas 12 bagi sekolah sekolah SMA, dan kelas 9 bagi tingkat SMP  berubah menjadi “SMA Negeri bimbel dan SMP Negeri bimbel” dan mata pelajaran yang diajarkan hanya mata pelajaran yang masuk dalam UN. Sebagai konsekuensi anak anak amat menghormati dan menghargai mata pelajaran (dan guru guru) yang di-UN-kan. Memang membina dan mengembangkan mutu pendidikan tidak semudah membalik telapak tangan. Ini butuh kiontribusi semua pihak, jangan hanya sebatas pintar mengeritik tetapi juga ikut memberi problem solving.    

Kamis, 29 Maret 2012

Bimbel dan SNMPTN hanya dongkrak Popularitas Perguruan Tinggi Pulau Jawa

Bimbel dan SNMPTN hanya dongkrak Popularitas Perguruan Tinggi Pulau Jawa

Oleh : Marjohan
(Guru SMAN 3 Batusangkar)

Penulis masih ingat pengalaman masa kecil bahwa tiap-tiap Propinsi memiliki PT (Perguruan Tinggi) yang cukup populer. Dahulu IAIN Imam  Bonjol, IKIP Padang (sekarang UNP) dan UNAND termasuk PT favorite untuk Sumatera Barat. Malah Universitas Bung Hatta sempat menjadi PT swasta yang disegani karena kualitas lulusannya, terutama untuk jurusan Arsitektur dan Perikanan. Sekarang entahlah (?)

Penulis dahulu ketika remaja sempat berbibcang-bincang debat kusir bahwa PT favorite untuk pulau Sumatera adalah USU (Universitas Sumatera Utara), UNAND (Universitas Andalas) dan UNSRI (Universitas Sriwijaya). Untuk wilayah Sulawesi, PT yang populer adalah universitas Hasanuddin. Pada Saat itu universitas di pulau Jawa yang dikenal adalah seperti UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD, dan UGM memang cukup populer. Namun animo calon mahasiswa untuk ke sana sesuai dengan kemampuan ekonomi dan semangat juangnya, bukan seperti sekarang calon mahasiswa menyerbu PT-PT di pulau Jawa seolah-olah membabi buta dan cenderung memaksakan diri. “Yang penting aku bisa kuliah di Pulau Jawa, urusan uang ke sana aku tidak peduli ?” Seolah olah demikian pemikiran calon mahasiswa sekarang- tugasku hanya belajar dan mengurus diriku adalah tanggung jawab pemerintah, paling kurang orang tua mereka jungkir balik mengumpulkan dana. Wah calon sarjana separoh egoist.

Ada kalanya seorang calon sarjana yang hanya sekedar cerdas saja tetapi buta dengan kondisi nyata orang tua telah memilih PT di pulau Jawa. Dan ternyata lulus (?). Namun dana tidak ada dan akibatnya membuat sibuk orang tua, sanak famili berhutang kesana ke mari untuk mencari uang, menjual harta buat mencukupi dana transport dan ongkos akomodasi yang sangat mahal, sampai sampai pergi ke wartawan untuk diberitakan di koran “Kasihan siswa cerdas terancam putus sekolah….!”
 
Malah kini Pemda (pemerintah daerah) juga ikut kelimpungan mengalokasikan dana buat putra daerah untuk studi di PT favorite di pulau Jawa. Pada hal bila sang anak memilih studi dalam propinsi sendiri kondisinya tidak separah itu. Anggaran yang dialokasikan tidak tanggung-tanggung sampai miliaran rupiah.
 
Apa untungnya buat daerah ? Ya hanya sekedar prestise untuk dianggap menjadi daerah yang mampu mencetak generasi yang cerdas. Pada hal dibalik itu menyuruh siswa siswa cerdas dan termasuk siswa cerdas yang lemah ekonomi untuk berkumpul di PT-PT pulau Jawa hanya membuat popularitas Perguruan Tinggi di sana dan juga popularitas kota-kota di sana, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Bogor dan Yogya ya semakin ngetren. Manfaatnya buat daerah sendiri …mungkin kecil sekali ya… hanya sebuah fatamorgana ?

Kenapa ? Karena rata rata siswa cerdas yang kuliah di PT-PT pulau Jawa kelak bila sukses atau tamat dari PT di sana, umumnya mereka jadi enggan pulang kampung. “Ya mengapa saya pulang kampong….tidak ada fasilitas pendidikan dasn hiburan ?”. Inilah alasannya Pada hal dahulu Pemda (pemerintah setempah) setempat sudah mengucurkan dana –buat beasiswa- yang jumlahnya sampai miliaran. Malah ada sarjana yang susah dibantu oleh Pemda dan setelah berhasil ternyata mengabdi di daerah lain ya menjadi sarjana “Malin Kundang”.

Penulis tidak alergi melihat calon sarjana yang bisa kuliah ke PT-PT favorite di pulau Jawa asal tidak menyusahkan banyak pihak dan mereka mampu mengukur bayang bayang sepanjang badan. Pergilah kuliah tanpa membuat orang tua harus jual sawah, ladang dan jual ternak kerbau demi mewujudkan mimpi yang egois-hanya memuaskan mimpi cognitif pribadi. Pada hal kuliah kan tidak perlu jauh jauh, namun kalau mampu silahkan kalau perlu sampai ke Eropa (?).

Lazimnya bahwa seolah-olah Pemda memprioritaskan kucuran dana bagi mereka yang mau studi jauh jauh ke PT-PT pulau Jawa dengan jumlah yang gede. Pemerintah juga mengkampanyekan agar siswa yang terbaik untuk menyerbu  PT-PT pulau Jawa. PT-PT dalam propinsi sendiri seolah-olah kurang memperoleh promosi. “Ya mengucurkan alokasi dana yang cuma sekedar prestise buat calon mahasiswa cerdas.

Sebenarnya kalau mereka cerdas di sekolah mereka (SMA dan MAN) mereka boleh melanjutkan studi ke PT-PT pulau Jawa itu adalah hak azazi mereka. Namun bila mereka tidak mampu secara finansial untuk membiayai kuliah “ya pilihlah PT-PT dalam Propinsi sendiri, seperti pada UNANd, UNP dan IAIN untuk PT negeri dan PT-PT swasta,.karena sukses juga bisa dirintis dari daerah. Lagi pula bila siswa siswa cerdas selalu dibujuk untuk studi ke luar Sumbar “Ya…itu hanya mendongkrak popularitas PT-PT di kota-kota orang lain. Kapan lagi kita warga Sumbar mendongkrak popularitas PT-PT di kampung sendiri.
 
Kalau di runut ke belakang bahwa yang membuat populernya UI, ITB, IPB, UNPAD, UNDIP dan UGM adalah karena mereka curi star. Mereka punya program merekrut siswa-siswa cerdas dari berbagai SLTA dari pelosok Indonesia lebih dahulu. Maka anak anak berbobot berkumpul di sana, setelah itu mereka juga program jitu yang lain yang selalu berpihak dalam membesarkan nama Perguruan Tinggi mereka..

Sistem masuk PT melalui SNMPT atau dahulu namanya adalah SIPENMARU (sistem penerimaan mahasiswa baru) hanya menguntungkan PT-PT pulau Jawa. Selalu saja anak anak mematok  jurusan pada PT-PT di pulau Jawa sebagai “Jurusan the best”. Sementara PT-Pt di Sumatera sebagai PT kelas dua dan ada lagi PT-PT yang tidak favorite. Kemudian yang mematok popularitas PT pulau jawa adalah juga sebagai efek dari menjamurnya Bimbel (Bimbingan Belajar). Mereka memang punya manajemen yang bagus, merekrut instruktut atau tentor yang gagah dan SMART dan kemudian juga membuat promosi yang mendebarkan. “Pengen sukses dijamin sukses…tidak sukses uang kembali…!”

Namun secara psikologis bahwa Bimbel itu hidup dan tumbuh hanyalah di atas rasa cemas dan tidak percaya diri siswa SLTA atas masa depannya. “Anda ingin kuliah dan pastikan masa depan anda bersama Bimbel Kami…!” Tiap tahun pemilik Bimbel berkolaborasi dengan sekolah favorite. Aneh…kok hanya dengan sekolah favorite, kalau misinya untuk mencerdaskan anak bangsa ya…kenapa tidak melirik sekolah pinggiran ? Ya karena anak -anak dari sekolah favorite gampang dimotivasi dan orang tua mereka sudi untuk mengucurkan dana buat Bimbel yang dananya sampai jutaan rupiah. Aneh ada siswa cerdas yang cuma sekedar mendaftar terlebih dahulu dan tahu-tahu lulus dalam seleksi undangan dan Bimbel sudah mencatut nama  sang anak sebagai alumni bimbelnya, ini namanya pembohongan publik- “Si anu lulus ke fakultas Kedokteran UI lewat bimbel kami…!”

Bimbel ini bagus, karena bagus buat program pengayaan atau buat program remedial. Namun bimbel membuat siswa cerdas secara instant. Ada siswa karena rajin mengolah-olah soal ujian dan bisa  lulus masuk PT di Pulau Jawa. Setelah kuliah di sana namanya menghilang karena nilainya hasncur lebur, ya gara gara cerdas secara instsant.

Bimbel setiap waktu tertentu juga memberi ujian dan memberikan passing grade. Dan selalu passing grade tersebut menujukkan bahwa passing grade yang tinggi hanya untuk PT-PT favorite di Pulau Jawa. Terlihat bahwa ada indikasi popularitas PT-PT pulau Jawa juga ikut didongkrak oleh keberadaan bimbel-bimbel yang menjamur.
 
Tidak itu saja…Pemda juga gencar mempromosikan siswa-siswa pada sekolah favorite untuk melanjutkan studi ke PT-PT favorite di pulau Jawa, “pilih lah Perguruan Tinggi pulau Jawa….dana jangan khawatir….ada bea siswa dari Pemda !”. Demikian slogan dari Pemda Wah lagi-lagi slogan Pemda mendongkrak popularitas PT-PT di Pulau Jawa namun seolah olah kurang peduli untuk meningkatklan popularitas dan kualitas PT-PT di negeri sendiri. 
 
Tidak sampai di situ bahwa setiap tahun bila liburan panjang datang …para alumni PT pulau Jawa pulang Kampung dan dengan antusias untuk mengajak adik adik kelas untuk ikut studi di UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD dan UGM…seolah olah hanya itulah universitas yang ada. Mengapa alumni yang berasal dari UNRI, USU, UNP, UNJA, UNSRI….juga tidak datang buat mengkampanyekan kuliah di Perguruan Tinggi tersebut-  dengan alas an memotivasi siswa- adik kelas. “Wah kami malu…kami minder, karena Perguruan kami tidak ngetop dan tidak popular ?”. Mereka memang jarang atau tidak pernah dingetopkan oleh berbagai pihak secara terselubung.

Dan malangnya bahwa ratusan calon mahasiswa ekonomi lemah juga tergiur untuk kuliah dalam kesengsaraan di sana. Kalau mampu mengatasi problem hidup di pulau Jawa..ya oke, tetapi kalau tidak mampu dalam hal keuangan dan hanya sekedar cerdas ya pilih saja lah PT-PT yang ada di propinsi sendiri. Hitung hitung ikut membuat ngetopnya PT-PT di kampung sendiri. 
 
Sekali lagi bahwa popularitas PT-PT pulau Jawa seolah-olah dikondsikan dengan cara exodus (mendatang) calon-calon mahasiswa yang cerdas ke sana. Kalau PT-PT favorite di luar negeri seperti di Jepang, Jerman atau tempat lain bisa ngetop  “ya karena mahasiswanya kreatif. Ada yang kreatif menciptakan mesin, robot, menemukan bahan bakar alternatif…sementara kalau pada  PT-PT di pulau Jawa sekarang yang terlihat pada foto foto facebook bahwa  mahasiswa- mahasiswa pada PT- PT favorite pulau jawa hanya cerdas secara karbitan- cerdas hanya untuk menjawab soal soal ujian saja. “Ya karya kreatif mereka hamper hamper belum terlihat …mereka hanya akan menjadi sarjana  pencari kerja”  Mereka kalah populer atau kalah kreatif oleh  pendiri mobil KIAT-ESEMKA.

Malah mobil nasional KIAT-ESEMKA hanya merupakan inisistif bapak Kiat yang merekrut tenaga siswa SMK. Sementara para mahasiswa dari Perguruan Tinggi Favorite pulau Jawa terkesan belum begitu kreatif, hobinya cuma sekedar konser musik, tournamen olah raga, sibuk pergi wisata kuliner, chatting di internet, bicara tentang model HP dan pakaian  dan sebahagian besar sibuk dengan game online.
 
Sekali bahwa penulis mencintai semua Perguruan Tinggi di Indonesia dan penulis tidak antipati dengan PT-PT favorite di pulau Jawa. UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD, ITS dan UGM itu  memang sangat bagus. Namun ada sebuah pemikiran dari diri penulis bahwa  semua PT (Perguruan Tinggi) di Indonesia harus bisa tumbuh secara adil dan mandiri maka ganti sistem penerimaan mahasiswa yang bersifat sentralistik (seperti SNMPTN) dan campur tangan pemerintah untuk ikut mengkampanyekan PT-PT di negeri orang dan mengabaikan kampanye buat PT di kota sendiri. Pemikiran ini bukan untuk disintegrasi tetapi ingin agar PT- PT tumbuh dan berkembang secara adil dan bijaksana- bukan popular karena dikondisikan oleh berbagai pihak.  Maka sekarang mari kita berfikir yang jernih

Selasa, 03 Januari 2012

Istana Maimun di Medan semraut......


Jalan-Jalan Tiga Propinsi:
Batusangkar, Danau Toba, Medan dan Pekan Baru
(Istana Maimun di Medan semraut......)

Oleh: Marjohan, M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)

Wah  akhirnya  perjalanan  tour  atau  studi  tour kami  selama  seminggu  ke Medan Propinsi Riau  berakhir.  Aku  harus  merecall  semua  memoriku. Pasti  rencana  studi  tour ini  juga sudah  direncanakan  oleh  setiap  guru dan diberitahu  kepada  anggota  keluarga masing- masing.  Aku  juga  memberitahu  pada  istri  dan  kedua  anakku.
Tour  kami  dimulai  tanggal  25 Desember 2011 dan kami berkumpul di kampus SMAN 3 Batusangkar. Sopir kami adalah  Pak  Tom  dan  co-driver adalah Pak Datuk dari Simpurut  akan  mengendarai  mobil Pemda  dengan  merek “Tuah Sepakat”  sampai tanggal 31 Desember 2011. Pas sekali dengan  hari perrnikahan Sense Ayu  dengan soulmatenya Om Ridwan di kampungnya Padang Panjang.
Akhirnya   mobil  kami  melaju  menuju  Sungai Ttarab, Salimpaung, belok kiri menuju  jalan  ke-Bukittinggi. Belum  lama  berjalan  kami   sudah rebutan untuk memperoleh  snack yang dibawa oleh para guru. Abi Marta  memperkenalkan  lapek durian masakan  Buk Sumri Marta. Buk Retno  membawa duku manis. Miss Dini  membawa kue, Buk Yani, Buk  Dona, Miss  Messy  juga  membawa  snack  yang lain. Begitu  pula dengan Bu  Arifna  dan Bu  Dona menunggu dengan karupaknya dari kampungnya di Biaro Bukitinggi. Bayinya dititip pada nenek  sang bayi.
Guru  laki- laki  boleh  tidak  membawa  tentangan  dan  tidak bawa apa apa....eh kami  hanya jadi   juru  makan. Iya ini kan atas nama persahabatan. Belum  jauh  melaju, mr Ay   sudah mempersiapkan tempat duduk dan tempat istirahat yang enak di bangku belakang.
Kelak tempat  itu bakal  jadi  rebutan  antara  Pak Osrimal, Pak Editi, Abi Marta,  Pak Yal, Pak  Datuk, Pak  Datuk Stokar  dan Pak kepala Sekolah- Rosfairil.
Masuk  nagari Baso  hujan  lebat  turun dan pemandangan jadi kelabu. Sementara itu sebagian guru  masih aktif  makan  dan  minum  dan  akhirnya  mereka juga butuh toilet untuk pembuangan. Kami  berhenti di Mesjid Raya  Muara Manggung,  Lubuk  Sikapiang untuk kebutuhan tolilet dan sholat. Lepas batas Lubuk Sikaping hari  sudah di  rembang sore. Melewati  taman di kota panti, kami  melihat pohon dengan akar nafas.
Kami  berada dalam mobil  cukup lama hingga mobil kami berhenti di rumah makan “Duta Selera”  di depan kantor  Dinas Bina Marga- Kota Nopan. Kami selalu butuh toilet, sholat jamak magrib dan isya dan juga dinner. Ada temaqn yang membawa nasi dan aku dinner  bareng dengan  Pak Rosfairil, juga ada Mr. Ay serta Pak Adriyon/ ketua komite. 
Jam 2.30 dini hari kami berhenti lagi di resto di kota Sipirok- Restoran Minang Maimbau, ini memang kedai nasi Islam. Tentu saja  Pak sopir perlu melepas ngantuk dan lelah dengan segelas kopi. Lagi lagi kami melaju. Kami sholat subuh di kota kecil Porsea, mesjid  kecil,  karena  susah  cari mesjid buat sholat subuh dan kami sholat subuh sudah lewat pukul 6.00 pagi. Porsea adalah pusat Kristen yang besar di Tanah Batak.
 Jalan  yang   kami  lewati  cukup  jelek, jalan propinsi banyak lobangnya. Aku baru melihat keindahan  alam di kota ini ,  ya ibarat di Sumbar  atau Tanah Datar saja. Bedanya di sana ada  budaya gereja dan nama mobil serta kota juga beda. Kami kemudian  melewati kota kecil “Lumban Julu” sebuah  kota pertanian. Lagi-lagi   jalan  rayanya  kurang terawat berlobang- lobang. Kok bisa begini ya, pada hal Sumatera Utara itu kaya dengan industry pertanian sawit dan karet. Nanun jalan raya saja kurang terurus.
Akhirnya kami berhenti  di  SPBU (pom bensin) di kota Prapat, di pinggir Danau Toba. Kami  memasuki  gerbang Danau Toba dan kami dihentikan oleh petugas untuk retribusi. Kalau boleh di sana ada aba- aba atau papan pengumuman. Kami kemudian  menuju pelabuhan Tigaraja karena kami sudah booking di sana untuk menyeberang ke pulau Samosir.  Suasana bisnis seputar pinggir danau terlihat.
Kami mencari areal parkir dan kami di sini makan pagi di kota kecil Tiga Raja. Daerahnya  kurang bersih...pada hal seharusnya daerah  ini  dijadikan  sebagai  daerah “tourist destination” dengan kyualitas kebersihan yang berstandar  internasional- namun ya ampun....sampah dan kualitas  jalan yang jelek.
 Pulau Samosir adalah pulau kecil yang  berbukit- bukit  dalam Danau Toba. Makan pagi....”ya ampun selera kami jadi hilang, suasana dikelilingi oleh makanan yang tidak halal”. Untung kami bawa goreng ayam, goreng kacang...dan kami  coba  mencari  restoran halal, namun tetap kurang   yakin kehalalannya.  
Habis  makan pagi, Mr Ay kasih tahu bahwa “orang motor boat” sudah  datang dan kami harus  menurunkan bagasi dari mobil. Aku  berfikir  kalau ada ferry yang bisa membawa  mobil  ke pulau  ternyata  mobil  kami  diparkir...dan kami menyeberang pakai kapal motor dengan merek caterina.  Kami membawa  tas/ bagasi dan mengambil foto foto di dermaga  dan masuk boat, aku juga  naik ke boat lantai dua.  Aku  melihat nakhoda stir kapal. Terasa Danau Toba begitu mempesona  dan memang luas.  Kami keliling Pulau Samosir  dengan  kapal motor  carolina milik dari carolina  cottage. Boat kami kemudian berlayar membawa kami ke desa Simanindo...kami juga belajar tari tor tor.
 Kami terus   ke hotel ... , aku  ngomong- ngommong dengan  bule dari Sweden. Nama mereka Eva dan ullamo.  Aku jadi asyik ngobrol dan Pak Datuk Edimaizul juga agak lama di kamar mandi sehingga  aku tidak sempat sholat zuhur, kecuali mandi dan ganti baju..kami mengunjung desa di pulau Samosir aku lupa namanya. Kami melihat souvenir
Disuguhi keterangan tentang  budaya Batak, wah  aku dikelilingi anak-anak  mungkin karena aku pencinta  anak anak. Inang-inang penjual souvenir merayuku dan  aku beli t- shirt  4 helai buat dibawa pulang.
“Aku  hampir  tak  bisa menghindari  rayuan  penjual souvenir”
Kami terus berlayar  ke desa Tomok...aku  tidak  turun  dari  kapal motor Carolina dan aku memutuskan untuk merlakukan sholat- jamak zuhur dengan sholat ashar di atas kapal dan nakhoda yang beragama nasrani tersebut mempersilahkan dan ia turun ke bawah. Kalau  turun aku  pasti  shopping lagi dan I have  no money. Aku lama menunggu, nakhoda pasti juga sudah bosan menunggu.
“Lama  juga  menunggu teman yang pergi shopping   dan  matahari terbenam. di ufuk barat. Nakhoda  sudah separoh kesal.... Come back ke  lekjon cottage di desa Tuk Tuk “
Hari ke dua, kami berada dalam pulau Samosir. Semalaman aku  tidur cepat, teman-teman yang lain main bilyar dan yang perempuan berkumpul sesama mereka. Aku bangun  jam  2 dini hari (tengah  malam)  buat sholat  isya dan kemudian aku  tidur lagi. Wah bangun di waktu  subuh aku merasa bugar- terus sholat dan menulis  pengalaman melalui note pada phonecel-ku.
 Aku  tak  bisa  menikmati  makanan. Walau  kami hanya  makan sayur, ikan , ayam namun  kami  terbayang  ada  babi  guling di atas piring kami pada  hari-hari  sebelumnya. Ya kalau  boleh  makanan halal juga menggunakan piring halal. Kemudian  daging ayam walau halal, namun kalau penyembelihannya tidak benar juga bisa jadi tidak halal.
“Makan pagi  kami  sudah dihidangankan oleh  mom  Mulyanis ya....ludes semua”. Aku melepaskan pandangan ke danau Toba dan aku  jadi   tahu bahwa ada  boat sebagai motor  ojek air. Kapal muara  yang  lewat  pake  klakson untuk  cari  penompang.  Aku berdialog dengan  dengan seorang  wisatawan berwajah India, namanya  “Kunal”.  Temannya from  USA  tidak suka dengan cuaca  di sana yang dingin dan berawan , mmaklum lagi musim dingin di USA. Itulah alasan mereka  memutuskan berlibur di  Danau Toba yang tropis ini. Aku sempat bertukar account facebook dan accountnya “Kunal Ramu Murti”.
Aku melihat wisman barat 2 pasang berkemas “say goodbye”. Pak  Editi memajang kopernya...dan  nakhoda  kapal motor  meniupkan  klakson...no kami punya kapal muara  yang  ditunggu. Akhirnya  kami juga “say good bye juga pada 2 teman asal Sweden , Eva dan Ullamo.  Mereka berdua  keluar to give warm goodbye...”.
Teman teman bercanda. “Mr joe pacarmu nenek-nenek say good bye”.
“Iya no probleme...aku cari pacar bule, cari satu dapat dua”. Semua jadi tertawa. “Ya penting bule ya....nenek-nenek no probleme”. Sambungku lagi.
Kami semua on board. Kami take foto. Dari kejauhan teman swediaku yang sudah berusia nenek-nenek masih setia melambaikan tangannya dan tidak terasa kami berlabuh lagi di pelabuha tiga raja. Kami melanjutkan perjalanan. Jam 10 pagi kami tiba lagi di Prapat, aku lihat banyak restoran milik orang Minang sepanjang jalan di daerah non muslim itu. Aku juga melihat kramba ikan milik nelayan dan banyak gereja  yang  bertengger di kaki bukit. Ya Pemandangannya  mirip di Danau Maninjau.
Semboyan lingkungan Danau Toba adalah “Toba go green”. Dan bukit sekitar Danau Toba memang jadi green. Keberaan banyak danau di Pulau Sumatera ya berkah Allah bagi Pulau Sumatra. Kami beruntung selama berlayar di danau Toba kemaren cuaca begitu  cerah. Setelah ke luar Danau Toba hujan turun cukup lerbat.
“Jalan kami menanjak entah kemana. Aku tidak tahu karena ini kali pertama aku melalui daerah ini. Di pinggir kami jurang cukup dalam”.
Kami berada di Kabupaten Simalungun. Pohon kayu terlihat sudah besar besar. Tak lama kemudian kami tiba di sektor  Aek Nauli dengan  lingkungan alam yang begitu hijau.
Terasa enak laju mobil kami  melewati jalan berhutan dengan pohon- pohon yang  tinggi. Sayang di jalan raya di kota ini  tidak banyak rambu-rambu lalu lintas  dan  tulisan buat pengguna jalan di sepanjang jalan raya.
Kami sdh jauh dari danau. Aku tak punya snack untuk dikudap dalam  perjalanan. But oke..tapi untung tadi pagi aku sempat makan apple untuk  kesehatan pencernaan. O... ya aku jadi ingat bahwa  listrik di  Pulau Ssamosir berasal dari PLTA Sigura-Gura...yang kabelnya lewat dasar danau Toba.
Aku lihat di kota kecil  TigaBbalata di Simmalungun  suasananya  mirip di Sumbar saja. Aku lihat ada moto: i shame if am late- moto pada gerbang sekolah. Wah pemandangannya  boring dalam hutan sawit melulu. Aku juga melihat pekerja sibuk menyemprot  rumput dengan  round up di seputar pohon sawit dan juga menumpukan pelepah  sawit untuk disingkirkan.
Akhirnya kami keluar dari wilayah Danau Toba.  Kami berada di Pematang Siantar. Ya jarang tampak mesjid, dan banyak gereja dan kuburan keluarga khas hkbp- huriah kriten batak protestan.  Lucun ya di  jalan Sisingamangaraja Siantar  ada perempatan jalan yang tanpa traffic light.
Lepas  dari daerah  Pematang Siantar aku  melihat laang  jagung yang luas dan lahan ubi buat tepung gaplek, juga lahan karet. Semua dikelola oleh perusahaan. Kebun karet begitu luas dari pinggir kota Siantar terus  ke daerah Tebing Tinggu. Lepas dari daerah Tebingtinggi juga terbentang kebun karet yg luas.
O...disana  juga ada rel kereta api di Tebingtinggi. Kota Tebing Tinggi cukup besar. Aku tahu bahwa karet diolah pada babrik latek di Tebing Tinggi.
Kami kemudian  berhenti di rumah makan dalam  kota Tebing Tinggi. Di sini aku merasakan  makan siang enak yang pertama dalam  tour kami. Aku tidak ikut makan di rumah makan. Meskipun  rumah makan  milik orang Pariaman, namun aku makan siang dalam mobil bareng  dengan Abi Marta dan guru guru wanita. Wah ternyata untuk  sampai ke kota Medan kami butuh waktu satu  dan  setengah  jam  lagi.
Kami berada kemudian di kota kecil Sungai Rampah, suasana muslim makin terasa, banyak mesjid sepanjang jalan. Kebun sawit juga luas. Kami sampai di daerah Sungai Si Jenggi – yaitu di daerah Perbaungan dimana terasa suasana Melayunya. Jalan kereta api sepanjang jalan raya Perbaungan.  Kotanya  cukup besar. Ketika melintasi daerah ini hujan begitu lebat.
Di kota Perbaungan terdapat daerah sawah yang cukup luas. Setelah itu kami pun berada di Lubuk Pakam- wilayah Deli Serdang. Kemudian  terus Tanjung Morawa. Al last kami semua tiba di kota Medan. Medan sebagai kota besar punya banyak  beca ojek.
Jadi dari Danau Toba ke Medan, kami membutuhkan waktu selama  5 jam perjalanan.
Kami cek in di hotel Garuda Citra. Aku  sekamar dengan Osrimal di kamar nomor 102 . Sebelah kamar ada room buat meeting, namun tidak bising.  Habis magrib Abi Marta mengajak  ke Medan Plaza, kami naik beca dayung sewanya RP.  15 ribu untuk berdua. Aku melihat lihat pakaian, dan terakhir aku membeli dua buku belajar bahasaa  Inggris lewat cerita lucu dan humor. Harganya ringan dan buku ini bermanfaat buat anakku dan murid muridku. Pulang ke hotel dan aku kemudia bayar beli pulsa dan ongkos beca pada Marta.
Perut jadi keroncongan dan kami keluar lagi buat beli bandrek. Aku baru tahu kalau bandrek itu minuman susu  pakai jahe dan bagus untuk menghangatkan tubuh.  Kami kembali ke hotel, ngumpul ngumpul di kamar Marta. Ada yang  datang, Buk Arifna membawa goreng ikan. Mr Ay dan dan pak Hendun menjemput magic com dari mobil and  we have a dinner.

Wah tidak terasa sudah hari ke tiga kami berada dalam grande voyage ini, yaitu tanggal 28 Desember 2011. Jadi daerah   yang  aku  lalui  dari  Sumatera Barat ke Medan cukup banyak yaitu  “Penyabungan- Kabupaten  Mandailing Nnatal  (Muara Sipongi,  Kota Nopan), Padang  Sidempuan  (Tapanuli Selatan), Tarutung  (Tapanuli Utara), Balige (Toba- Samosir), dan kami berhenti   di Porsea  untuk   sholat subuh walau sudah pukul 6.00 pagi....”ha..ha...sulit kami mencari mesjid”. Terus ke Lumban Luju, Parapat  dan terus ke pantai ... (Ya bermalam di Pulau Samosir). Parapat belok kanan di Aek Naoli- Pematang Siantar - Kab Simalungun, Tebing  Tinggi- Lubuk Pakam- Kab Deli  Serdang.  Kotamadya Medan  juga besar...kita juga bisa menuju ke utara ke kota kecil “Labuhan Deli”  dan Belawan.
Kami disediakan sarapan oleh hotel. Aku segera bergabung sarapan dan ngobrol bareng dengan Pak Datuk- bus  konduktor. Aku menyukai nasi goreng, makan buah melon papaya dan juga morning tea. Pagi ini kami jalan-jalan  ke Istana Maimun.. Cukup jalan kaki.
Usai  melihat-lihat di Istana Maimoon, aku jumpa dengan Wibowo Saptari, seorang volunteer Kangguru Radio English yang  pernah datang  ke acara kangguru di Batusangkar.
Kami kemudian ke pusat pasar...kami menyebar..dan aku pergi lagi dengan Abi Marta berkeliling...ya cari minuman dan makanan. Aku letih dan aku  istirahat dekat mobill sampai datang teman teman.
Pak Rosfairil datang bawa goreng pisang buat sopir. Aku selunjuran di emperan toko di sebelah mobil di pusat belanja kota Medan. Kami belum sholat... Ya kami cari mesjid. “Oh ada mesjid di atas pertokoan namanya “Mesjid Istiqomah” dan kami sholat jamak taqdim zuhur dan ashar- maklum kamikan masih musyafir.
Habis sholat aku bincang bincang dengan penjual parfum dan aku beli dua botol parfum. Satu botol 10.000 IDR, kalau 2 botol  ya 16.000 IDR. Selanjutnya kami menuju bus dan siap menuju Pekan Baru. Mobil ke luar kota Medan untuk menuju Tanjung Morawa lewat jalan toll....ya  sudah seperti jalan toll di Malaysia saja . Ternyata dalam  peta tanda jalan  putih....jalan toll dan juga jalur baru.
Di jalan toll Tanjung Morawa...belok kiri itu ke Tebing Tinggi.. Kota Tanjung Morawa sedang  berbenah , ekonominya menggeliat. Jalan raya di sini  beda dengan  jalur barat yg aku lalui sejak dari Pasaman ke Toba- banyak jalan berlobang.
“Lubuk pakam....ya”
Kami berhenti  di Pasar Bengkel untuk shopping bika ambone dan snack dan numpang sholat ashar.  Kami melaju lagi hingga perbatasan dengan  Deliserdang  ya turun lagi ke selatan....Kab Serdang Bedagai...juga luas dengan kotanya bernama Sungai Rampah.
Kami memasuki kota Tebing Tinggi menjelang waktu  maghrib. Arus lalu lintas tetap ramai. Tebing tinggi berada di Kab. Binjai,di sana  kebun sawit cukup luas, oh  yaaa  juga ada kebun rambutan dan kebun karet yg luas.  Juga ada kebun pisang dan coklat milik penduduk. Kami melewati kabupaten Batu Bara...ada Kecamatan Indrapura.
Larut magrib kami lewat di pasar Asahan/ kota Kisaran, sebuah  kota pertanian. Kota ini juga dilalui jalan kereta api. Wah sudah gelap tidak ada pemandangan yang  bisa dinikmati kecuali...silhoute kebun sawit. Kami melintasi Sungai Asahan ya cukup luas.
Mobil kami berhenti lagi dan kami sholat di Mesjid Al-Hilal di kota kecil Simpang Kawat. Lokasinya di  bengkolan dengan kalu lintas yang cukup ramai. Go on lagi dan setelah beberapa menit kami berhenti di rumah makan Gunung Sari Dua, Simpang Kawat.
Aku makan malam, aku pilih gulai ikan karena ini lebih sehat untuk dikosumsi dibandingkan daging. Aku bergabung dengan Pak Hendra Zuher dan Pak Editi. Total harga nya hampir 70.000 IDR  untuk bertiga.
“Then I am talking  with Mr Ai, saat  mobil melewati kecamatan Pulau  Raja. Lagu dangdut Bang Thoib menghiasi telinga kami”.
Dimana kita sekarang .....oh di  Aek loba. Terlihat kebun  sawiiiit.
Jam 12.00  malam kami berada di daerah  Kabupaten Rantau- Prapat. Terasa kemajuan kota ini  dari lampu jalan yang lebih terang benderang. Jalan  raya lebih anggun. Kotanya  besar ada  orang jual makanan sampai malam  sehingga aku jadi enggan untuk  tidur. Aku merasa rugi kalau  tidak melihat  kehidupan  kota ini di malam hari.
Aku tidak lagi melihat kebun sawit luas yang  bisa menjemukan mata. Sekarang pemandangan  berganti dengan pohon semacam cemara, mungkin bisa untuk industri kertas. Kami berada di kota Aek Nabara dan kotanya besar juga. Disini kami butuh toilet dan kami berhenti di  SPBU Aek Nabara yang sangat, bersih dan  rapi seperti standard Singapura dan Malaysia.
Ternyata tanaman sawit juga mendominasi wilayah ini. O.... ternyata wilayah ini masih masuk Sumatera Utara. Cukup  maju mungin pengaruh kemajuan Propinsi Riau. Kami berada di kota Pinang saat lewat tengah malam.

            Ooo sudah hari yang keempat kami pada tanggal  29 Desember 2011 ini. “Ah sudah pukul 1.00  dinihari. Ini berarti hari baru dan aku menulis untuk hari baru ini. Iya jam 2.00  dini hari kami masuk kota Dumai.  Aku tidak memperhatikan  nama- nama dan suasana negeri yang dilalui. Mataku  betul- betul mengantuk.
Mr Ay  sendiri yang membuat inisitif untuk menyusun bagasi pada bangku belakang agar ia bisa duduk dan tidur dengan nyaman, ternyata juga  rebutan dengan guru guru lain- seperti  Pak Yal, Pak  Editi, Pak Henzu,  malah juga dengan Pak kepsek (Pak Rosfairil). Sehingga bila butuh  istirahat Mr  Ay selalu  waspada agar bangku nya tidak ditempati (dikudeta) oleh yang lain.
Ini adalah kali kedua kami tidur dalam bis dalam rute perjalanan yang panjang. Pertama dari  Lubuk  Sikaping menuju Danau  Toba. Dan  yang sekarang dari  Medan menuju Pakan baru. Memang kurang nyaman tidur dalam mobil. Dan tiba tiba mobilku melintas lobang dan kami semua terlambung dari bangku....aku tak tahu kalau  ada wanita yang sedang hamil....ya semoga tidak ada yang keguguran.
Aku bicara tentang tidur dan istirahat yang susah selama perjalanan malam. Aku harus malu dengan Pak Tom (sang sopir)  yang tidak pernah mengeluh sebagai sang sopir. Mr Ay mengakui pak Tom  yang usianya 61 tahun adalah sopir yang hebat.
Kami berhenti lagi di mushola “Al  Amin”, desa Balai Makam, jalan  raya Duri-Dumai, 5 km dari Kulim. aku jadi mengerti dengan daerah Kulim yang dulu pernah dibaca-baca oleh bibiku. Mushola ini kekurangan air buat wudlu hanya mengandalkan air tangki dan susah untuk urusan kakus. Aku pada mulanya separoh hati untuk ikut sholat ...ya kalau-kalau ada alternatif buat sholat di tempat lain. Tampaknya ini daerah baru. Mushola ini dibangun oleh proyek wakaf perkebunan seluas 14 hektar, juga untuk pondok pesantren.
“Kalau pesantren pengelolaannya total oleh masyarakat, jadi tidak ribet seperti mendirikan SMA atau SMK”.
Buk Mulyanis memutuskan untuk cari mobil lain menuju Pakanbaru, sebagaimana kita ada rencana untuk mengunjungan ke sebuah  sekolah di Duri. Buk mulyanis tidak bisa lagi berkonsentrasi karena Rindang anaknya yang kuliah di jurusan kesehatan Universitas Riau  baru saja diopname di rumah sakit karena kena DBD (deman berdarah).
Kami berhenti di Duri, karena Buk Mulyanis harys mencari mobil- travel- menuju Pakan Baru.  Kami berhenti di rumah keluarga Pak Rosfairil. Kami bisa rileks-  minum teh dan coffe,  kemudian juga bisa mandi karena badan terasa sangat kotor dan juga untuk menukar pakaian.
Aku sempat merasa kehilangan kopor karena Pak Datuk Erdi Maizul yang peralatan mandinya aku simpan dalam koperku. Ternyata aku kurang mengenal koper sendiri. Mandi ah...., aku  pinjam  kamar  kakak Pak Rosfairil untuk ganti pakaian. Wah seger aku bisa gosok gigi dan mandi. Semua keringat dan kotoran tubuh jadi minggat.
Teman- teman guru  membantu tuan  rumah buat masak...ada isyarat bahwa kami akan sarapan pagi di sini. Mr Ai menemani Buk Mulyanis menuju rumah sakit tempat anaknya Rindang diopname. Mungkin ia dapat penyakit dbd- demam berdarah. Kita beuntung punya teman, Mr Ay, orangnya  quick response dan quiick action- cepat response nya dan cepat tindakannya.
Ternyata setiap orang harus bersiap siap dengan pakaian rapi, pakai dasi, karena kami akan mengunjungi sebuah sekolah di kota Duri ini., jaraknya kira kkira 10 menit saja.
Kami memakai seragam  sekolah dan sedang menuju sekolah yang kami maksud. Bus sekarang  kekurangan 2 penumpang, yaitu  buk Yyani dan Mr Ay.  Pembangunan kota Duri sangat pesat. Sekarang  mereka berbenah. Aku perkirakan dalam   waktu  singkat daerah  ini sudah  sebagus daerah Malaysia.
Daerah  ini pernah aku lewati sebulan lalu saat pulang dari Singapura dan Malaysia melalui Malaka dan Dumai, tentu melewati Kandis dan Duri terus ke Pekanbaru.  Kami mengunjungi SMA  Islam  Terpadu  Mutiara  YLPI (yayasan lembaga pendidikan Islam) Duri. Aku terasa berasa di lokasi Nilai College University, jauh dari kota dan lingkungannya hijau dan bersih. Kami disambut dalam aula atau meeting roomnya yang cukup bersih.
Tuan rumah bernuansa Islam, berakhlak islam, cerdas dan tawadhu (rendah hati). Ada satu yang terlihat bahwa guru SMA Mutiara memakai konkarde selama bertugas. SMAN 3 Batusangkar  juga bisa mengadopsinya. Situs  SMAN 3 Batusangkar  harus juga punya situs.
“Ternyata kota Duri masuk ke Kabupaten Bengkalis.  Referensi pendidikan kita adalah pulau Jawa utk level Indonesia”.
Karena berlokasi lingkunan dari Chevron- perusahaan  minyak- ada bantuan  Chevron, namun sekolah ini juga punya bisnis sapi untuk kebutuhan Bengkalis. Kunjungan antar sekolah dan saling silaturrahmi bermanfaat buat menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk itu setiap orang harus bersilaturrahmi yang positif.
“Barangsiapa yang ingin banyak rizki dan panjang umurnya maka lakukanlah silaturahmi”.
Aku bisa bertemu dengan Ppak Sardinal yang bekerja sebagai tenaga ahli di Chevron Duri ini. Ia menelponku dan kami berfoto sebagai bukti pernah  jumpa. Namun temanku Ben Syaiful bertugas di Chevron  Minas, ya tidak bisa jumpa.  Aku juga bertukar fikiran dengan guru bhs  Inggris di sekolah ini, kami berbagi kontak number. Aku kelamaan ngobrol dan aku ditelpon  karena teman teman sudah dalam mobil siap menuju Pakanbaru.
Kami meninggalkan Kab. Bengkalis. Daerahnya rawa rawa. Sepajang jalan  terbentang pipa minyak bertekanan tinggi. Tentu saja orang dilarang untuk mendirikan bangunan di sana. Kebun kelapa sawit juga terbentang luas.  Agaknya aku melihat adanya gerakan kristenisasi di daerah Kandis, sepanjang perkebunan sawit, aku melihat banyak berdiri gereja. Di sela sela wilayah tampak pengagasnya Partai Damai Sejahtera. Kandis masuk kabupaten Bengkalis ya.
Target Ppartai Damai Sjahtera adalah membangun gereja sebanyak mungkin. Meski jamaatnya sepi. Wah ini tantangan bagi orang Melayu Rau di daerah Kandis untuk menjaga keislaman anak anak melayu.
Sejak dari Sumatra bagian timur juga Riau  buminya penuh dengan tanaman sawit. Kalau dahulu Sumatra bernama Pulau Andalas, apa sekarang bisa berrnama Pulau Sawit ? Kami berhenti buat sholat zuhur dan jamak untuk  sholat ashar di mesjid Nurul  Islam, Kelurahan Telaga Sam sam, kecamatan Kandis. Air sumurnya agak keputihan pengaruh tanah liat.
Tadi kami berhenti di rumah makan di Minas buat makan siang, habis itu terus dan kami memasuki kota Rumbai.. Juga daerah perkebunan. Guru guru kantuknya udah hilang dan perutnya kenyang, maka saling ngobrol tentang hal hal ringan. Kami melewati Sungai Siak. Cukup luas. Dalam musim hujan sedikitt meluap. Kami masuk kota Pekanbaru dan kami akan meenginap di Hotel Nilam Sari, milik  SMKN  3 Pekanbaru, lokasinya  di jalan Sutomo.
Sebelum pergi ke hotel kami melihat  anak Bu Yani, aku lupa  nama  rumah sakitnya. Namun kami tak boleh semuanya melihat, naik lift, ke lantai atas, kecuali hanya bertiga- Pak Rosfairil, Pak Adrion ( komite)  dan  Pak Datuk Erdi Mmaizul. Namun setelah mereka di atas. Buk Yani dan Rindang turun....mau pindah rumah sakit ke Awal Bros.
Sore ini...kami jala ke mall SKA. Shopping lagi.  Kami  jalan- jalan ke mall SKA. Aku memang tidak ada niat buat membeli jadi tidak tertarik buat menyentuh nya. Ketika masuk ke toko kacamata Pak Datuk Periksa mata gratis, kemudian melihat dan menawar berbagai kacamata tanpa membeli dan aku merasa ashamed dan duluan ke luar ruangan. Dan aku cari makanan.
Aku memisahkan diri, karena dua teman masih ingin pergi shopping. Aku makan sate dan beli air bottle.  Aku sholat di mesjid Nnamira, mesjidnya bagus dan bersih sudah sesuai dengan standard bersihnya mesjid di Singapura. Aku berjemaah  sholat  isya dan habis sholat isya aku  sholat jamak magrib dan isya. Saat berakhir sholat aku lihat Mr Ai juga sholat dn akhirnya aku temani Mr ai ke mall SKA buat beli sandal bagus.
30 Desember 2011 . Bangun dan  sholat subuh. Aku keluar, teman teman yang lain ada yang tidur. Aku jalan jalan berkeliling sambil menandai  jalan  agar aku  tidak salah  jalan dan sesat. Oh ada yang jual makanan  jauh di pojok jalan perumahan. Aku beli ketoprak, nama makanan- ada lontongnya, tahu goreng setengah mateng, ada toge, kuah kacang pake cabe rawit dan  gula aren. Harganya  cuma . 8.000 IDR. Pedagangnya dulu pernah kena PHK dari kerjanya  di ekspedisi perdagangan  pelayaran Jakarta. Ia dapat pesangon, trauma hidup di  Jakarta  ya  hijrah ke Pakan baru. Ia membeli tempat kecil dan ia membuka warung.
“Hidup musti  tabah dan  ceria selalu . Ya ada datang  pelanggan dan ia bisa menyambung hidup. Aku dapat pelajaran darinya bahwa hidup harus berjuang, tidak memelas kasih berlebihan.
Setelah kenyang ya aku kembali ke hotel, berkemas karena hari ini adalah hari terakhir. Kami semua off menuju Batusangkar lagi. Jam  9.00  pagi kami semua cek out dari Hotel Nilam Sari- hotel murah namun cukup nyaman.
Wah ternyata kami tidak  langsung pulang, mobil  diparkir di kawasan pelabuhan Sungai Siak Pakan Baru. Teman teman pergi shopping ke pertokoaan wisata. Aku juga masuk toko untuk lihat lihat dan aku tidak tertarik dan aku pergi ke luar untuk menyelesaikan ketikan ku tentang pengalaman tour ini.
Oh ternyata pelabuhan yang di Pakan Baru khusus untuk barang antar pulau di Indonesia.  Aku  makan  snack ringan di bawah pohon dekat pintu gerbang pelabuhan. Tampak gedung dan lokasi pelabuhan yang tidak begitu terawat dengan baik. Ini fenomena negeriku selalu mudah semraut.
Agak jauh dalam  kapal  aku dengar suara bising, suara last danb  suara palu, mungkin ada perbaikan pada kapal. Di sana sini besi besi bertumpukan.  Aku bergabung dengan Pak Rosfairil dan Pak ketua komite (adrion). Rencananya kami mau sholat Jumat, tetapi belum waktunya sehingga kami mampir makan siang dulu.
“Alhamdulillah  makan siang yang enak”.
Tentu saja setelah ini kami harus sholat jumat.  Ya mesjidnya lagi direnovasi dan kami  ikut jumatan  yang  khusuk. Beberapa saat kemudian semua anggota kami  berkumpul dalam mobil akhirnya “au revoir et a bientot” Pekanbaru.
Keluar dari Ppanam, berarti goodbye Pakan Baru dan kami memasuki Kabupaten Kampar. Daerah  ini kaya dengan  laang nenas. Sehingga juga ada industry kerupuk nenas. Ada sugai lebar dan namanya Sungai Danau Bingkuang.
Naluri  penduduk untuk berbisnis kuliner cukup bagus. Ada bisnis lepat bugis, lepat pulut hitam, lepat pulut putih, roti jala, kue talam   yang mereka kemas datam bungkusan yang bagus untuk dibawa sebagai buah tangan menuju Sumatera Barat.
“Namun istriku kurang suka dengan beras rendang yang aku beli di Kampar, alasannya beras rendang yang dibuat di Payakumbuh jauh lebih enak”
Kami berada di kawasan  kota  Bangkinang  saat ashar. Suasana kota Bangkinang seperti berada di daerah Kabupaten 50 Kota. Oh  aku  melihat  ada mesjid sangat megah dan luas dalam kota ini.  Bangkinang adalah ibu kota Kabupaten Kampar.  Kami sholat ashar di masjid Attaqwa di Salo- Bangkinang. Masjid ini miliki infantri tni. Cuaca panas begitu menyengat dan setiap orang ingin mencari keteduhan.
Dimana ada  keramaian disana ada aktivitas dagang, termasuk dekat masjid  Attaqwa ini. Namun bagaimana dengan sampah ? Yang membuangnya banyak dan yang mengumpulkannya tak ada. Aku menyimpan sampah permen ke dalam tasku dulu. Anak-anak ku tidak boleh buang sampah seenaknya. Mereka tidak boleh meniru orang kebanyakan yang cuma pintar buang sampah.
Mereka itu adalah “dirty maker” atau tukang buat sesuatu jadi kotor.
Daerah  Rantau  Berangin  mulai  terasa  suasana daerah yang berbukit dan di sini juga mengalir Sungai Rantau Berangin  atau  mungkin  namanya  Sungai  Koto  Panjang yang di sana ada waduk gede.  
Sebelum ada waduk koto panjang di sini ada perkampungan, atas nama pembangunan negara, Rezim  Orde Baru membuat waduk buat  PLTA  Koto Panjang, warga yang tidak sudi hijrah ya tenggelam dalam genangan waduk ini. Kini listrik Propinsi Riau berasal dari PLTA Koto Panjang yang berlokasi di Kabupaten Kampar ini.
Pasti Pak  Tom,  sopir kami merasa capek, maka mobil berhenti di rumah makan Kelok Indah. . Aku juga turun dan melihat ikan lele jumbo dalam  kolam  kecil persis di depan  resto ini. Terlihat bagiku bahwa naluri bisnis kuliner nasi orang  Minang/ Padang memang hebat di dunia.
 “Rugi ya bila ada pemuda Padang yang jadi pengangguran.....buat saja rumah makan. Sarjana orang Padang yang mengganggur harus malu dong ...sama pemilik rumah makan”
Wah.... the last big  party...semua anggota rombongan masuk rumah makan pake goreng  ayam  lado  mudo, jengkol  batokok. Beda  dengan  makan di Pulau Samosir...dimana hampir semuanya  tidak berselera, khawatir dengan makanan yang tidak halal. Di rumah makan Kelok Indah , di perbatasan  Sumbar-Riau,  semua  makanan jadi  ludes. Wah masih belum maghrib..... maka kami melanjutkan perjalahan go home.
Saat  rembang  sore kami  melewati  daerah Pangkalan  Koto Baru. Rona matahari bakal lenyap habis magrib.  Daerah  Pangkalan  merupakan  daerah  indah  pertama  setelah ke luar dari Propinsi Riau.  Hamparan  sawah nan  hijau menyejukan mata. Kami berhenti di pom bensin Pangkalan dan sekaligus melakukan sholat magrib.  Gelap gulita melewati jalan Pangkalan  padahal aku  ingin  melihat pemandangan dan Kelok  Sembilan dengan jembatan menakjubkan.
Kami  melewati jembatan kelok sambilan, amazing ...dua jembatan toll begitu tinggi.
Setelah itu kami melewati lubuk bangku dan harau. Payakumbuh  menyusul. Wah kami rasa dalam mimpi saja. Aku segera menjepit kulitku.....outch sakit. Ternyata aku tidak menghayal dan bukan mimpi namun ini adalah sebuah unforgetable experience. Welcome back in Batusangkar. Kota sejuk dan berbudaya yang telah menyatu dengan  kalbuku. 

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...