Sabtu, 06 Oktober 2012

Pengalaman Mengikuti Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012


Pengalaman Mengikuti Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012
Oleh: Marjohan, M.Pd
(Peingkat 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional0
Guru SMAN 3 Batusangkar

Memilih Masa Depan
            Seperti yang dialami oleh kebanyakan siswa SLTA, maka penulis  juga cari info sana-sini tentang mau kuliah ke mana kuliah setelah tamat SMA Negeri 1 Payakumbuh. Meskipun dibesarkan oleh ayah  seorang prajurit polisi dan ibu seorang petani kecil, namun penulis merasa mantap untuk menjadi seorang guru.
            Akhirnya penulis mendaftar dan lulus sebagai mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris pada IKIP Padang. Sejak mahasiswa penulis sudah mencari tahu bahwa seorang mahasiswa harus kreatif dan inovatif. Penulis memperkaya pengalaman dengan mengikuti kegiatan seperti aktif di Mesjid kampus dan juga menjadi Pemandu Wisata Sumatra Barat serta menerima pesanan terjemah untuk melatih kemampuan akademik dan sekaligus bisa memperoleh sedikit uang untuk pembeli jajan.
            Sejak kuliah penulis sudah punya target dalam membaca dan melatih menulis. Penulis membuat target untuk membaca sekitar 100 halaman perhari, sementara memperdalam kemampuan bahasa Inggris, penulis membaca satu majalah bahasa inggris per minggu. Kemudian untuk mengasah kemampuan penulis adalah dengan cara membaca buku biografi tentang penulis terkenal dan kemudian membiasakan menuliskan pengalaman paling kurang 2 halaman folio per hari.
Akhirnya penulis mampu merampungkan pendidikan sarjananya sesuai dengan target. Penulis selanjutnya menjadi guru pada SMA Negeri 1 Lintau. Maka kembali penulis membuat refleksi diri “Bahwa aku harus menjadi guru yang berbeda- guru yang menguasai berbagai kemampuan”.

Ingin menjadi guru dengan keterampilan berganda
            Menjadi guru yang punya tekad untuk memiliki berbagai kemampuan, bukan berarti   menjadi guru yang anti sosial. Penulis cukup aktif melibatkan diri dalam pergaulan sosial- mengunjungi rumah/ orang tua siswa, ikut kegiatan mesjid, aktif dengan kegiatan sekolah dan mempersiapkan kegiatan mengajar serta melaksanakan tugas sebagai guru.
            Pada waktu luang apakah siang ataupun malam, penulis selalu menyempatkan membaca berbagai buku. Target bacaan tentu yang menjurus pada kompetensi sebagai guru, misal buku-buku tentang sosial, pedagogi, psikologi, buku-buku filsafat dan agama. Penulis sempat terinspirasi oleh biografi penulis besar dunia, maka penulis juga rajin berlatih atau membuat target dalam menulis, hingga akhirnya penulis bisa menulis artikel dan bisa dipublikasi pada koran-koran Sumatera Barat.
            Tulisan-tulisan yang terbit pada koran tentu harus dibuat klipingnya dan dijadikan sebagai dokumen atau portofolio. Pada lain kesempatan penulis juga sempat berkenalan dan berteman baik dengan sarjana Perancis (Dr. Louis deharveng, Dr. Anne Bedos dan Dr. Francois Brouquisse) dimana mereka adalah ahli bilogi dan tertarik melakukan riset di seputar Kabupaten Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Sawahlunto Sijunjung dan Kab. Lima Puluh Kota. Riset mereka adalah tentang serangga dan fenomena alam. Lewat mereka penulis juga tertarik untuk menguasai dan mendalami Bahasa Perancis. Juga lewat pengalaman berdsama mereka antara tahun 1995- 2005 terasa bahwa kemampuan menulis, membaca dan kemampuan Bahasa Perancis penulis semakin meningkat.
            Dalam tahun 1998 penulis sempat dianjurkan untuk mengikuti seleksi guru teladan. Penulis mengumpulkan berbagai dokumen hingga menjadi porto folio dan dikirim sebagai utusan kecamatan Lintau Buo untuk seleksi guru teladan tingkat Kab. Tanah Datar. Pada tahun tersebut penulis menang dan mewakili Kab. Tanah Datar untuk tingkat Propinsi Sumatera Barat. Penulis masuk ke dalam nominasi dan setelah tim juri turun ke lokasi akhirnya penulis berpuas hati sebagai peraih guru teladan nomor 2 untuk tingkat Sumatera Barat.

Hijrah Ke SMA Unggulan Kab. Tanah Datar
            Tidak terasa bahwa penulis telah mengabdi cukup lama (14 tahun) di sekolah lama yang berlokasi di daerah pedesaan. Untuk penyegaran penulis bermaksud untuk hijrah ke sekolah alumni di Payakumbuh, namun akhirnya penulis diizinkan untuk mengabdi di sekolah baru SMA Negeri 3 Batusangkar, sebuah sekolah unggulan di Kab. Tanah Datar.
            Bakat menulis dan bakat untuk menguasai bahasa asing yang lain penulis semakin bertambah. Penulis juga tertarik dalam mendalami bahasa Arab, karena bahasa ini akan memudahkan penulis dalam memahami bacaan sholat dan memahami kitab suci al-quran.
            Mengabdi di sekolah unggulan dengan rekruitmen guru berdasarkan skor TOEFL dan TPA (Test Potensi Akademik) tertinggi serta rekruitmen siswa yang cukup selektif- hingga terjaring para siswa yang berbakat bagus memberi peluang yang besar bagi penulis untuk mengembangkan profesionalisme sebagai seorang guru. Tantangan dari lingkungan membuat penulis mampu membaca banyak buku,  dan juga mampu menulis lebih banyak artikel. Anak didik juga lebih gampang untuk dibimbing hingga mereka mampu meraih juara sampai ke tingkat propinsi dan bahkan ke tingkat nasional.
            Kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang pascarjana lebih terbuka lebar bagi guru-guru sekolah unggulan (juga bagi sekolah non unggulan, dan penulis juga tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana UNP. Kebiasaan membaca dan menulis sangat membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah dan dalam merampungkan penulisan tesis. Akhirnya penulis mampu menyelesaikan perkuliahan pada pascasarjana sesuai dengan target waktu dengan IPK cum-laude. Setelah meraih pendidikan master, kemampuan penulis terasa lebih meningkat hingga penulis mampu menerbitkan 4 buku pada penerbit Yogyakarta dan beredar pada toko-toko buku di Indonesia.

Seleksi Guru Berprestasi
            Suatu ketika Kepala Sekolah penulis menyuruh penulis untuk ikut seleksi guru berprestasi. Pada mulanya penulis separoh ragu, karena dahulu sempat juara guru teladan 2 Sumatera Barat, namun itu dianggap sudah kadaluarsa apalagi waktunya sudah terpisah selama 14 tahun. Akhirnya penulis setuju untuk mengikuti seleksi, dahulu bernama “seleksi guru teladan” dan sekarang berubah nama menjadi “seleksi guru berprestasi”, ya mulai dari jenjang sekolah dan kecamatan.
            Karena penulis sebelumnya pernah meraih juara 2 Sumatera Barat, maka penulis merasa cukup percaya diri, apalagi dukungan portofolio sangat memadai- seperti jumlah sertifikat, penghargaan, karya tulis dan dokumen- dokumen yang lain. Agaknya penulis merasa cukup merasa mudah untuk menjadi guru berprestasi tingkat Kab. Tanah Datar.
            Kebijakan juri penseleksi guru berprestasi Kab. Tanah Datar untuk memberi pelatihan dan persiapan bagi peserta seleksi yang akan mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat propinsi. Penulis tahun berikutnya (2012) mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat Propinsi. Untuk tingkat propinsi sudah terasa persaingan dengan utusan dari 19 Kabupaten/ Kotamadya lain di Sumarera Barat.
            Lawan- lawan yang berat terasa bagi yang datang dari daerah Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Solok. Apalagi di daerah-daerah ini terdapat sekolah unggulan yang hebat di Sumatera Barat. Para juri cukup profesional dan bersikap netral dalam menilai. Penulis kemudian juga terjaring sebagai nominasi guru berprestasi Sumatera Barat dan dua nominasi lain berasal dari Bukittinggi dan Kab. 50 Kota.
            Para nominasi tingkat Sumatra mendapat penilaian lapangan- kondisi di sekolah dan di seputar rumah. Fokus yang menjadi penilaian tim juri adalah seputar keberadaan dan sumbangsih nominator terhadap sekolah dan terhadap anak didik. “Apakah penulis hanya pintar untuk diri sendiri saja”, demikian juga petranyaan dann investigasi tim juri terhadap nominator dengan lingkungan rumah “Apakah penulis tidak berperan terhadap lingkungan ?.
            Dari bukti portofolio- sertifikat dan surat keterangan- bahwa penulis cjuga memberi kontribusi yang signifikan terhadap sekolah, seperti rata-rata nilai UN Bahasa Inggris yang cukup bagus, kemudian dalam pembimbingan pada siswa hingga menang dalam perlombaan sampai ke level Propinsi malah hingga tingkat nasional. Kemudian peran penulis terhadap masyarakat seperti membina mesjid dan menjadi narasumber dalam lokakarya.
            Hal yang sangat signifikan sebagai pendukung bahwa penulis dipilih sebagai peringkat 1 (satu) Sumatera Barat adalah karena kenampuan menulis yang cukup banyak (lebih dari 120 judul artikel terbit pada koran), 5 judul tulisan terbit untuk tingkat internasional (perancis), empat buku dengan ISBN dan beredar secara nasional, beberapa penghargaan tingkat nasional dan dokumen kerjasama penerbitan dengan beberapa penerbit nasional, serta kemampuan menguasai 3 bahasa asing  ( Bahasa Inggris, Perancis dan Arab).
Meraih guru berprestasi tingkat 1 (satu) Sumatera Barat agaknya telah terasa sebagai prestasi sangat tinggi bagi penulis dan penulis tidak tahu kekuatan diri untuk melaju untuk persaingan di tingkat nasional di Jakarta, yang jelas penulis akan mewakili Propinsi Sumatera Barat untuk seleksi guru berprestasi tingkat nasional.

Persiapan diri menuju lomba tingkat nasional
Pada pertengahan bulan puasa (Ramadhan/  Agustus) seluruh guru dan tenaga kependidikan yang meraih peringkat 1 Sumatera Barat diundang untuk berkumpul di Padang. Semuanya ada 13 orang yang mewakili guru- guru pertingkat, kepala sekolah per tingkat dan juga pengawas sekolah. Agar utusan Sumatera Barat bisa berkiprah di tingkat nasional maka panitia Propinsi mengundang seorang ahli yang punya pengalaman dalam urusan seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
Dalam acara pembekalan yang dilaksanakan di Hotel Mariani Padang, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat- Bapak Syamsurizal-  memberi pencerahan kepada semua peserta. Beberapa uraian pencerahan yang masih teringat oleh penulis adalah sebagai berikut:
            Pendidikan sangat penting, maka pelajaran pertama yang ditekankan dan harus dibiasakan adalah “membaca”. Perintah membaca adalah  perintah pertama yang disampaikan oleh Sang Khalik kepada kita, melalui Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama turun adalah “iqra’ bismirabbillazi khalak”, bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
            Membaca adalah salah satu strategi dalam belajar dan belajar itu sendiri diwajibkan bagi laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa musuh utama kita adalah kebodohan dan untuk melawan kebodohan tentu saja melalui pendidikan.  Pendidikan punya induk yaitu “membaca”.   Selain membiasakan diri dalam membaca dan belajar, maka kita juga perlu bearktifitas atau bekerja. Dalam ajaran agama Islam dikatakan bahwa “jika kamu bekerja, maka cukupkanlah, bila selesai dalam satu pekerjaan maka pindah pada pekerjaan yang lain”.
Selanjutnya dikatakan bahwa kita perlu untuk memiliki percaya diri yang baik. Seseorang yang memiliki percaya diri yang mantap maka ia boleh punya filsafat atau moto hidup yaitu “saya bisa”.
Dipesankan bahwa seorang guru mutlak untuk  memiliki karakter. Guru yang berkarakter harus  memiliki “kemandirian, profesional dan percaya diri’. Atau dalam program sertifikasi sekarang dikatakan bahwa setiapguru mutlak untuk memiliki 4 kompetensi , kompetensin tersebut yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
            Pakar/ ahli yang diundang oleh Dinas Pendidikan  Sumbar adalah ibu Dra. Farida Ariani, M.Pd, yang sering terlibat sebagai juri (juri yang adil/ juri yang netral). Beliau juga bertugas pada P4TK Bahasa Jakarta. Sekali lagi bahwa beliau  tentu saja tetap non blok, ia hanya memberikan wawasan secara umum- yaitu bagaimana agar setiap peserta (utusan Sumatera Barat) bisa mempersiapkan diri. Dari pengalaman setiap tahun bahwa peserta yang hebat  banyak datang dari “Jawa Timur, Jawa Tengan dan DKI Jakarta”.
 Namun utusan Sumatra Barat harus tetap optimis bahwa yang menentukan nasib kita- menang atau kalah- adalah kita sendiri, nasib kita kitalah yang menentukannya. Guru yang bakal mewakili Sumatra Barat untuk seleksi tingkat nasional harus memiliki motivasi yang tinggi. Biasanya orang yang memilki motivasi terlihat sehat- sehat dan yang kurang memiliki motivasa biasanya terlihat banyak penyakit.
Dipesankan bahwa  yang penting kita harus  mampu menjadi diri sendiri- be ourself- kita harus menjadi yang terbaik- ya menjadi yang terbaik dalam hidup kita.”Maka untuk itu selalulah  untuk menambah pengetahuan dan pengalaman”  
Agar utusan Sumatra Barat bisa meraih prestasi di Jakarta, maka semua peserta diberi pengetahuan dan pembekalan yang meliputi pengetahuan dan penyempurnaan portofolio. Bagian- bagian portofolio meliputi:
-         Kelengkapan bio data (seperti Nama, Surat keterangan dokter, dll)
-         Sertifikat –sertifikat dari suatu kegiatan,
-         Foto- foto kegiatan guru dan siswa yang dibimbing bisa sebagai dokumen.
-         Piagam penghargaan
-         Bukti fisik semua prestasi murid dan guru, misal dalam bentuk surat keterangan dari pihak yang berwenang.
-         Bukti fisik dalam bentuk buku, artikel, karya tulis dan juga karya inovatif.
-         Penulisan buku bisa dalam bentuk buku fiksi dan non fiksi dalam bidang pendidikan.
-         Juga bisa penulisan dalam bidang inovasi (pembaharuan) untuk tujuan peningkatan mutu pembelajaran.  Juga bisa dalam bentuk penemuan tekhnologi tepat guna dalam bidang pendidikan.    
Tema seleksi guru berprestasi dan berdedikasi adalah “ menjadi guru profesional, bermatabat dan sejahtera”. Secara sekilas susunan portofolio adalah sebagai berikut:
-         Kualifikasi akademik
-         Pendidikan dan pelatihan
-         Pengalaman mengajar
-         Perencanaan pembelajaran
-         Prestasi akademik yang meliputi lomba dan karya akademik
-         Sertifikat keahlian dan keterampilan
-         Pembinaan siswa
-         Karya tulis
-         Penelitian
-         Sertifikat forum ilmiah
-         Pengalaman pengurus organisasi dan sosial
-         Penghargaan
Pada prinsipsipnya bahwa bentuk kegiatan pembekalan bagi guru guru berprestasi untuk menuju nasional ada 2 macam yaitu, penyusunan kembali portofolio dan latihan presentasi karya ilmiah- langsung dibedah dimana kelebihan dan kekuranganya.  Tulisan yang juga  harus dipersiapkan untuk presentasi di Jakarta adalah tentang tulisan “best practice” yang judulnya adalah: Mengapa saya layak sebagai guru berprestasi. Namun  penulis  juga menyiapkan tulisan ilmiah yang lain yaitu tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas), kami semua menunggu tanggal pelaksanaan seleksi yaitu antara 4- 10 September 2012. Keberangkatan pada tanggal 3 September 2012.

Menghitung Kekuatan Diri
            Akhirnya tanggal 3 September 2012 yang kami tunggu pun tiba. 13 orang peserta utusan  Sumbar untuk seleksi PTK (Pendidik dan Tenaga Pendidik) yang berprestasi berkumpul di Bandara Minangkabau, Padang, mereka adalah:
-         Yeni Fitri Yenti (Guru TK)
-         Deswita (Guru SD)
-         Suyetmi (Guru SMP)
-         Marjohan (Guru SMA)
-         Netrowintis (Guru SMK)
-         Afrida Kasmawati (Guru SLB)
-         Lasmayeni (Kepala TK)
-         Artispen (Kepala SD)
-         Edison (Kepala SMP)
-         Dian Mulyati Syarfi (Kepala SMA)
-         Endryaty (Pengawas TK/SD)
-         Sudirman (Pengawas SMP)
-         Azwirman (Pengawas SMA/ SMK)   
Semua utusan ini terbang dengan pesawat Garuda dan di Jakarta mereka akan ditempatkan pada 3 hotel (Hotel Sahid, Hotel Century dan Hotel Milenium).
Selama dalam penerbangan penulis menghitung-hitung kekuatan dan potensi diri, tentu saja teman-teman yang berlain juga demikian. Popularitas kota kota dan orang orang di Pulau Jawa, kadang-kadang membuat rasa percaya diri tidak menentu, pendek kata penulis terbang tanpa beban dan sering berucap “menjadi juara 1 di Sumbar itu sudah bagus, aku terbang tanpa beban- andai peringkat 1 itu adalah miliku maka datanglah, bila tidak maka pergilah”.
Setelah berada di Hotel Millenium maka kegiatan seleksi guru berprestasi adalah seperti penerimaan peserta, penyerahan berkas- berkas dan check in kamar, kemudian dilanjutkan dengan persiapan peserta untuk menuju Puri Agung Hotel Sahid Jakarta untuk acara pembukaan. Kami semua memakai batik atau seragam propinsi masing- masing. Pembukaan PTK Berprestasi dilaksanakan oleh Bapak Menteri Muhammad Nuh dan juga perkenalan panitia dengan peserta.
            Seleksi guru berprestasi yang dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional diikuti oleh 642 guru berprestasi, yaitu  utusan dari 33 propinsi. Lomba guru berprestasi mempunyai tujuan   untuk memberi nilai appresiatif dan konstruktif bagi guru. Guru yang diberi appresiasi atas prestasunya diharapkan bisa memberi penghargaan pada prestasi seseorang- misal pada anak didik.
            Pidato pembukaan dilaksanakan oleh Menteri  Pendidikan- Prof. Dr. Mohammad Nuh. Banyak sekali ide ide cemerlang yang dapat dipungut dari ceramahnya. Misalnya dikatakan bahwa orang yang bisa memberi penghargaan biasanya adalah orang-orang yang juga berprestasi. Orang yang berprestasi akan mampu memberi appresiasi pada orang-orang yang berprestasi. Akibatnya orang lain juga gemar untuk mengejar prestasi. Prestasi juga perlu diraih oleh para pelajar. Agar berprestasi maka orang tua dan guru harus memasukan anak-anak ke dalam saluran besar yaitu saluran pendidikan.
Menteri juga menekankan agar di sekolah bisa dibentuk kultur atau iklim sekolah yang positif- iklim yang memperlihatkan kepedulian. Dalam kultur sekolah yang positif musti ada guru-guru dan staf sekolah yang memberikan perhatian dan rasa cinta, juga memiliki penuh inspirasi. Di sana musti berlaku pendidikan inklusif. Dan sekolah yang beriklim penuh kepedulian ini musti bebas dari budaya “bullying- menggertak dan mengancam sesama”.  
Orang tua dan guru adalah arsitek bagi otak dan pribadi anak. Semakin cepat anak berfikir ya semakin ktreatif  dia.  Selanjutnya dikatakan bahwa jangan biasakan membuat anak stress sebab kalau anak sering stress maka kreatifitasnya akan mengecil.          Mungkin anak butuh musik, sebab dengan musik ia bisa bergembira.      Kalau anak (siswa) stress gara-gara guru, PR yang banyak dan karakter teman-teman yang kurang bersahabat maka mental anak bisa tumbuh tidak sehat (terganggu mentalnya- seperti penggugup, mudah stress, mudah menarik diri dari pergaulan). , detak jantung anakpun juga kurang teratur.  Untuk itu kita perlu ingat “jangan pernah membuat anak-anak stress dan menangis.
Bila kita melihat ada  anak menangis karena stress maka bantulah dia (mengapa itu bisa terjadi). Dianjurkan bahwa musti dbiasakan banyak memberi reward- pujian (mengatakan very good, you are great” karena ini bisa membesarkan hatinya dan membuat hidup anak lebih bergairah, sebaliknya jauhkan mereka dari punisment/ hukuman karena budaya punisment bisa memutuskan ikatan batin.  
            Pak Menteri juga mengatakan bahwa  orang tua dan guru perlu memilki bonding emotion (ikatan emosi)  dengan anak, ini berguna agar anak merasa bahwa guru dan orang tua adalah milik mereka.       High spirit of learning (belajar dengan semangat tinggi) perlu dibentuk di rumah dan di sekolah. Ini dapat dibentuk melalui prinsip “loving, inspiring and encouraging”.
            Fenomena dalam masyarakat bahwa high spirit of learning berbeda kualitasnya diantara keluarga kaya, keluarga kelas pekerja dan keluarga miskin. Dalam keluarga miskin mungkin bisa terjadi miskinnya pemberian inspirasi dan dorongan semangat juang/ semangat kerja/ belajar mereka.           Di daerah yang banyak terdapat penduduk miskin, di sana mungkin banyak terjadi kekerasan, kebiasaan mematahkan semangat, juga miskin pujian, miskin sarana, miskin informasi, miskin aktivitas dan miskin pemberian pesan- pesan positif pada anggota keluarga.
            Pak Menteri menyarankan agar orang tua dan guru bisa memberikanlah hormon cinta buat anak dan siswa. “            Ternyata banyak orang mengidolakan guru-guru, saya berbahagia karena idola saya adalah guru-guru saya sejak di SD, SMP dan SMA. Maka guru adalah orang yang selalu bermartabat di mata anak- anak bangsa ini. Timpalnya mengakhiri pencerahan.

Menjalani Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional
            Pelaksanaan seleksi guru berprestasi tingkat nasional tidak seberat seleksi di tingkat propinsi. Namun yang terasa berat adalah perasaan atau beban mental. Saat itu harus berhadapan dengan utusan-utusan terbaik dari setiap propinsi dan jumlah mereka lebih besar dibanding saingan saat di Propinsi. Kita ibarat berada di antara bintang-bintang dan kita tidak bisa lagi melihat dan merasakan cahaya kita, karena bisa jadi kemilau diri kita kalau bersaing dari kemilau atau pesona teman-teman lain.
            Meskipun kami ditempatkan di Hotel Millenium dengan iklim yang nyaman namun fikiran tidak senyaman suasana, karena dalam fikiran terjadi psy-war- perang daslam fikiran, bagaimana menaklukan soal-soal ujian test tulis yang jumlah soalnya tidak sebanding dengan alokasi waktu. Kata juri “Karena anda adalah orang-orang pilihan maka tidak mungkin kami memberikan anda soal-soal yang mudah”.
            Selama dua hari kami dihujani oleh test tulis sepanjang hari, otak terasa lelah dan panitia ujian terlihat juga lelah. Dua hari berikutnya kami harus mempresentasikan karya ilmiah, dengan kuota 1 (satu) jam perorang. Ini adalah saat yang menegangkan menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari dewan juri dan bagaimana kita bisa merespon dan meyakinkan dewan juri dengan logika dan dengan penuh sopan santun.
            Penulis juga harus antri, menunggu memang membosankan. Jadwal tampil penulis adalah jam 09.00 atau 10.00 malam. Namun penulis tidak berada di tempat karena harus menunaikan sholat Isya. Jadwal tampil penulis ditunda pada pagi berikutnya.
            Peserta memakai pakaian PSL- memakai baju putih panjang lengan, memakai jas dan juga dasi. Setiap peserta mencari informasi tentang apa jenis pertanyaan dan bagaimana karakter dewan juri, “woww ada yang rada-rada galak”. Suasana seperti mengikuti kompre untuk tesis pada kuliah pascasarjana. Akhirnya tibalah jadwal bagi penulis untuk mempresentasikan karya ilmi dengan media power point. Yang kita perlukan adalah sikap tenang, santai dan penuh percaya diri.
            Ternyata suasana presentasi tidak menakutkan seperti yang dibayangkan. Alhamdulillah penulis bisa merespon semua pertanyaan dewan juru, malah penulis menerima ucapan selamat “mogas-moga anda sukses”. Selesai presentasi sebetulnya suasana fikran sedikit lega, kecuali harus menyiapkan mental untuk mendengar hasil pengumuman.
            Acara setelah usai presentasi adalah menuju Hotel Sahid untuk acara makan malam, acara ramah tamah dan pemberian hadiah dari Bank Mandiri oleh Direktur Bank Mandiri dan juga oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Pencerahan dari Bank Mandiri dan Menteri
            Seperti biasa, penulis mengikuti uraian pencerahan yang diberikan para tokoh dengan seksama (tekun), prenulis tidak lupa untuk menulis ide-ide yang bermanfaat. Ide-ide pencerahan dari Bapak  Anis Baswedan (Direktur Bank Mandiri) adalah seperti alinea berikut:
Bapak Direktur  juga memberi wejangan yang sangat menginspirasi.  Ia berpesan agar kita  menyiapkan anak-anak menjadi pemenang di era baru dan bukan menjadi orang yang kalah dengan ilmu, bahasa, agama, pergaulan, etika,  dan lain-lain.  Ia bertanya:
“Mengapa sih orang orang Indonesia cukup banyak bisa diterima di internasional ? Ya itu karena karakter dan integritas mereka yang baik, dan juga oleh kualitas kompetensi yang mereka milki”.
Usai pencerahan dari direktur Bank Mandiri diteruskan dengan pencerahan (ceramah)  dari Menteri Pendidikan nasional.           Menteri pendidikan (Prof. Dr. Mohammad Nuh)  telah hadir sebanyak dua kali. Ceramahnya sangat penulis suka. Bpk menteri mengawali ceramahnya dengan memaparkan defenisi kata “guru”, yang berasal dari  bahasa Sangskerta- gu= darkness (kegelapan) dan  ru= light (cahaya). Jadi guru adalah cahaya yang menerobos kegelapan, guru adalah orang yang memberi pencerahan.
            Guru itu seharusnya adalah orang-orang hebat maka untuk itu mereka perlu menyandang prestasi dan dedikasi. Seorang guru perlu memiliki cahaya (kecerdasan) dan energi (kompetensi) untuk menerobos kebodohan. Guru- guru adalah orang yang selalu menjaga kualitas bangsa, yaitu selalu membangun peradaban. Guru juga punya peran yaitu sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan generasi muda.
            Prestasi seseorang harus diapresiasi (dihargai). Namun yang bisa memberi apprresiasi adalah orang orang yang juga pernah berprestasi (yang yang punya pengalaman sukses). Sorang yang tidak punya prestasi- tidak memilki pengalaman sukses- ya susah untuk menghargai prestasi orang.         Guru itu adalah ibarat sumber air (sumur/ sungai) yang tidak pernah kering. Kehadirannya diperlukan untuk menyuburkan bangsa ini. Agar guru bisa selalu menjadi sumber air bagi kehidupan, maka selalulah belajar dan belajar.
            Kadang kadang ada guru yang mudah menjadi inferiority complex (rendah diri), karena merasa diri kurang- kurang ilmu, kurang kompeten. Untuk mengatasinya ya tumbuhkanlah sikap optimis.      Peran guru adalah untuk memberi sentuhan demi sentuhan buat generasi emas Indonesia.
            Dunia guru adalah dunia ilmu, maka ilmu itu punya induk yaitu kesabaran dan kebijakan. Orang yang berilmu musti penyabar- guru yang berilmu adalah bukan guru yang killer dan guru pemarah. Tidak mungkin orang yang berilmu ilmu itu seorang yang pemarah.  Maka aneh  ya....sekali lagi, kalau ada guru yang berilmu terkenal sebagai guru yang pemarah.
            Bapak  Menteri menambahkan bahwa perempuan berilmu sangat dicari-cari dan dicintai oleh orang kaya. Mau tahu ciri-ciri menantu orang kaya ? Yaitu cantik/ ganteng, pintar (berilmu) dan jelas turunannya (orang tuanya).  Masa orang kaya punya menantu jelek dan bodoh.          
            Usai ceramah menteri hari sudah beranjak larut malam. Kami semua bergegas menuju mobil untuk bisa sampai ke Hotel millenium kembali.


Jum’at Yang Mendebarkan
            Penulis rasa bahwa hari Jum’at tanggal 7 september 2012 adalah hari yang mendebarkan karena hari itu akan ada pengumuman pemenang guru berprestasi. Walau semua peserta terlihat ceria, namun satu atau dua orang terlihat sedikit gugup. Ada yang berzikir agar diberi Allah rasa tenang dalam hati.
Pagi-pagi setelah sarapan kami kembali bergegas menuju mobil untuk menuju Hotel Century. Hari itu kegiatan kami adalah mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Bapak Surya Dharma, M.A, Ph.D, dengan topik “tantangan guru tahun 2030”.  
Bapak Surya Dharma. Ph.D adalah Direktur pembina pendidik dan tenaga kependidikan Dikmen. Beliau terinspirasi oleh buku “Education for 21st  Century”. Menyatakan bahwa kualitas pendidikan tergantung pada kualitas dan kepedulian guru, kepala sekolah dan pengawas. Kalau ke tiga orang ini memiliki kompeten- meskipun gedung jelek- ya akan bisa diperoleh generasi yang bernas. Apalagi kalau sang anak juga berasal dari rumah/ orang tua yang juga peduli- memotivasi dan menyediakan fasilitas.
Guru musti bertekad dan berprinsip bahwa “cara mengajar kita  musti berbeda dari cara mengajar guru dalam generasi sebelumnya”. Kalau guru kita  killer, pemarah, membuat stress, ya kita  tidak harus demikin. Kalau guru kita  mengajar selalu monoton maka kita harus mengajar dengan model yang bervariasi”.
            Beliau menambahkan bahwa dunia sudah berubah dan cara kita bersikap juga berubah. Bagaimana implikasi dari perubahan dunia ini. Coba lihat bentuk hiburan- sudah berubah, cara dan alat komunikasi- sudah berubah, cara membayar dengan transaksi kartu ATM- sudah berubah, maka metode dalam mendidik- juga harus berubah. Jadi dunia memang berubah.
Dalam berkomunikasi dan mengakses informasi sekarang anak-anak muda banyak bersandar pada google (ada 620 juta orang), blogger (126 juta orang), you tube (2 juta orang) dan facebook (260 juta orang). Malah siswa sekarang tidak perlu banya tanya pada guru lagi, namun mereka bisa konsultasi dengan “mbah google”. Kalau mereka ingin belajar bahasa, fisika, itu bisa lewat you tube.
Jadi paradigma- cara memandang kita- juga harus berubah. Maka guru, kepala sekolah dan pengawas perlu tahu dan menguasai tentang google, blogger, you tube, facebook dan fitur yang lain.  Dahulu siswa amat percaya pada ucapan guru mereka. Namun sekarang mereka bisa cari tahu ke internet.
Siswa-siswa  kita bisa jadi sudah kaya dengan akses informasi, namun mayoritas mereka masih lemah dalam “problem solving dan critical thinking’. Sementara pendidikan di negara maju yang membuat negara tersebut bisa jadi maju adalah karena penduduknya sudah berorientasi pada problem solving dan critical thingking. Maka ini menjadi tantangan bagi individu guru dan orang tua di rumah.
Beliau menambahkan bahwa dalam zamat teknologi dan informatika ini, kehadiran internet juga telah mengubah cara kita belajar, bermain dan bekerja. Di Amerika Serikat kalau ada rapat dinas, maka tidak memakai undangan lagi, namun sudah dalam bentuk online. Maka orang di sana selalu perlu membuka/ mengakses situs (web) on line.
            Tanpa kita sadari bahwa belajar dan memesan tiket sekarang juga sudah serba online. Maka kalau boleh Kepala Sekolah jangan hanya terlalu rajin mengurus administrasi sekolah, namun mereka harus menjadi instructional leadership- ya fokus pada learning.     
            Kepala sekolah sangat urgen untuk rajin mengunjungi kelas- bukan untuk bikin stress guru dan siswa- namun mereka perlu tahu bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga sekolah. Jadi pembelajaran itu sangat utama.             Jangan mengajar berharap anak banyak memorizing (menghafal) tetapi dorong mereka untuk melakukan critical thingking- untuk itu bentuk ujiannya harus essay, bukan multiple choice (pilihan berganda). Guru sendiri juga perlu tahu bentuk mengajar dengan critical thingking dan problem solving.
Pokok pembelajaran dalam abad 21 adalah tentang life-skill, content, mata pelajaran utama/ pokok, learning and thingking skill serta ICT dan literacy. Mari kita didik anak dan siswa kita sesuai zamankalau kita mengajar anak atau siswa seperti pada zaman kita dahulu, berarti kita merampas masa depan mereka. Guru tidak hanya mengajar kognitif anak, namun juga mendidik (membentuk) karakter mereka melalui pemberian model dan menyebarkan pesan-pesan tentang betapa pentingnya menjadi orang yang baik (orang yang bijak).
Guru perlu selalu upgrade ilmunya. Upgrade itu berarti charging. Phone-cell saja juga perlu charging, Hp yang tidak dicharge bisa low battery.  Hidup kita ini unpredictable- kadang- kadang tidak bisa diprediksi, untuk itu kita selalu berubah melalui learning dan kalau boleh learning based society.
Sebagai guru- kita mengajar orang-orang baru, bukan generasi lama. Maka kita juga perlu mengubah cara mengajar kita.      Dahulu menempeleng siswa bisa jadi sah-sah saja, namun sekarang menempeleng siswa bisa berurusan dengan hukum dan melanggar undang-undang pelanggaran anak.
Selanjutnya juga dikatakan bahwa         Kepala Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang effektif bagi sekolah.              “If you don’t learn- you don’t change, if you don’t change- you die, so never stop learning. Jangan seperti dinosaurus yang malas bergerak dan akhirnya mati.

Pembelajaran abad 21
Pada saat itu juga disampaikan tentang bagaimana konten pembelajaran abad 21. Ciri-ciri pembelajaran dalam abad 21 adalah sebagai berikut:
-         Critical thingking dan problem solving
-         Creativity dan innovation
-         Communication
-         Collaboration
-         Global awareness (peduli terhadap keadaan financial, economy, bisnis dan kewirausahaan, civic literacy, healthy dan wealthiness).
Future classroom
            Kemudian bagaimana bagaimana bentuk sekolah/  kelas di masa depan ? ya kita akan lihat, guru-guru tidak galak dan tidak otoriter dan ruang kelas tidak sepreti pabrik lagi. Maka apa yang harus diketahui guru buat pendidikan abad 21, ya mereka harus tahu tentang:
-         Mengajar siswa lewat google
-         Menguasai/ mengetahui bahasa dunia
-         Membangun virtual technology (pendekatan pada tekhnologi) untuk membangun kualitas kognitif dan adaptive.
-         Guru musti mengajar tentang topik yang lebih spesifik.
-         Mampu memunculkan kesadaran siswa
-         Sistem mengajar bersifat personal, jadi memang butuh kesabaran guru.
-         Guru butuh alat/ media untuk menghadapi keterbatasan di luar dan di dalam sekolah.
-         Belajar bisa terjadi di dalam dan di luar kelas. Guru perlu tahu dan mampu menggunakan ICT (internet dan laptop).
-         Karir guru tentu dihargai sesuai dengan kualitas  kompetensi dan guru direkrut sesuai dengan keahlian mereka, misal ahli musik untuk mengajar kesenian.
-         Pemberdayaan dan pemberian reward pada guru yang punya inovasi dan keahlian. Menghargai guru atau orang yang accomplish- punya peran dalam masyarakat.

Kemudian juga ada ceramah dari tokoh pendidikan yang lain.  Pencerahan (ceramah) dari Prof. Alcaff (staff ahli Dikbud), tema pembicaraan adalah tentang kompetensi TIK untuk tenaga pendidik dan kependidikan dalam mendukung pendidikan abad 21. Pendidikan berbasis TIK sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa kita. Tema kompetensi pendidikan abad 21 adalah seputar kepedulian global, keuangan, kewirausahaan, civic literacy dan health literacy.
Sementara inovasi belajar difokuskan pada kreatifitas yaitu bagaimana menemukan ide-ide baru (melalui observasi, melihat, mendengar, dan membaca). Kemudian penekanan pada kritical thingking dan problem solving, selanjutnya pada komunikasi dan kollaborasi.
Guru masa depan musti memiliki information, media dan ICT literacy. Kemudian tentang bentuk model kehidupan dan pencarian karir, diharapkan siswa atau orang yang bersikap fleksibel dan mudah beradaptasi, mampu mengambil inisisatif dan self direction, memahami sosial dan lintas budaya. Orang untuk masa depan musti bersikap produktif dan akkuntabilitas, memiliki leadership dan bertanggung jawab.
Tentu saja anak tidak bisa mempelajari semuanya dari sekolah, untuk itu mereka perlu belajar sendiri, punya self directing, melakukan eksplorasi pada sumber-sumber belajar.  Sementara untuk kompetensi guru abad 21 meliputi kompetensi pedagogi, sosial, profesional, kepribadian dan plus dengan kompetensi ICT (mampu mengoperasikan ICT).

Pengumuman Pemenang Guru Berprestasi
            Usai sholat Jum’at pada sebuah mesjid di samping komplek gedung kementrian, semua peserta guru berprestasi menyempatkan diri untuk makan siang. Kemudian tibalah moment yang ditunggu-tunggu- yaitu pengumuman pemenang guru berprestasi dan berdedikasi. Semua peserta berkumpul di aula pada plaza kemendikbud gedung A di Senayan.
Sesuai arahan panitia bahwa semua peserta duduk sesuai grup mereka, mulai dari grup Guru TK, Kepala TK, Pengawas TK, hingga grup Guru SMA, Kepala Sma dan Pengawas SMA. Berarti total peserta ada sekitar 700 orang. Para eselon dan menteri Pendidikan sudah hadir dan tentu pengumuman pemenang segera digulirkan.
Sejak semula penulis membuat patokan bahwa untuk tingkat Guru SMA yang terbaik itu tentu berasal dari propinsi di Pulau Jawa. Sesuai dengan keberdaan Universitas dan Perguruan Tinggi yang populer, seperti: ITB, UI, UGM, UNDIP, UNIBRAW...maka guru guru hebat bakal datang dari Jawa Barat, DKI-Jakarta, Jogjakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur...kalaupun ada peringkat 6 atau juara harapan 3 “itu mungkin saya dari Padang/ Batusangkar”.
Ternyata saat itu tidak ada pengumuman untuk harapan 1, 2 dan 3 (juara 4, 5 dan 6), maka hilanglah harapan penulis untuk memperoleh juara harapan. Namun sekali-sekali terlintas dalam fikiran bahwa “jangan jangan yang juara satu itu adalah penulis sendiri, nasmun fikiran itu harus diusir, agar kalau tidak terbukti jadi tidak kecewa.
Maka juri/ panitia mengumumkan peringkat 1,2 dan 3 guru terbaik/ berprestasi tingkat nasional. Pemanggilan dimulai dari nomor 3....wah nama Sumatera Barat terlewatkan, untuk nomor 2 “wah untung ada nama Sumatera Barat tersenggol lewat “Suyetmi untuk tingkat Guru SMP dari Sijunjung”. Dan untuk tingkat 2 nama Sumbar masih lewat. Tinggal lagi untuk menunggu pengumuman pemuncak juara 1 Tingkat Nasional.
Penulis juga memperhatikan nama-nama pemenang. Dalam hati juga berharap untuk bisa jadi juara 1, namun tetap berprinsip bahwa yang the best datangnya dari Pulau Jawa. Penulis jadi terperanjat dan kaget...mungkin itu namanya surprised, begitu nama yang dipanggil adalah:
DRS. MARJOHAN, M.PD guru SMA Negeri 3 Batusangkar Sumatera Barat, penulis merasa senaaaang, terharuuuuu, tak terbayangkan, semua orang sekitar memberi ucapan selamat. Mereka yang merasa punya hubungan darah dengan ranah Minang juga datang menyodorkan tangan dan berucap: “Bapak saya orang Padang...Selamat ya Bapak atas Prestasi nomor satu”.
“Terima kasih...terima kasih, alhamdulillah ” Penulis melontarkan dan mengucapkan rasa syukur tanpa tiada henti. Hari itu hari Jum’at dan penulis merasa terlahir kembali sebagai orang baru yaitu sebagai seorang pemenang. Seorang pemenang dengan rasa percaya diri sangat tinggi. Penulis pun meluangkan waktu untuk mengambil moment dan mengabadikan diri sebagai dokumen buat sejarah. Penulis kemudian mencari tahu nama- nama para juara 1 guru berprestasi tingkat nasional, mereka adalah sebagai berikut:
Daftar Pemenang I  Guru dan Tenaga Pendidik Berprestasi tahun 2012
1. Guru TK Berprestasi: Iis Sumyati Shalihat (TK Darul Hikam Bandung/Jabar)
2. Kepala TK Beprestasi: Zahra (TK Raudhah Pasuruan/Jatim)
3. Guru SD Beprestasi: Dhebora Krisnowati S
    umarahingsih (SDN Kepahitan 06 Jember Kaliwates/Jatim)
4. Kepala SD Berprestasi Slamet (SDN Kalisari Sayung Demak/Jateng)
5. Pengawas SD Beprestasi: Dyah Budiarsih (UPK Purwekerto Utara/Jateng
6. Guru SMP Berprestasi: Subhan (SMPN 9 Pontianak/Kalbar)
7. Kepala SMP Beprestasi: Suyoso (SMP Meranti Mustika Seranau/Kalteng)
8. Pengawas SMP Berprestasi: Ganif Rojikin (Dinas Pendidikan Kab Probolinggo/Jatim)
9. Guru Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi: Dedeh Kurniasih (SLB Negeri 7     
     Jakarta/DKI Jakarta)
10. Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi: Ratmartini (SLB Ulaka Penca/DKI
      Jakarta
11. Guru SMA Beprestasi: Marjohan (SMAN 3 Batusangkar/Sumbar)
12. Kepala SMA Berprestasi: Isdarmoko (SMA 1 Bantul/DIY)
13. Pengawas SMA Berprestasi: Budihardjo (Dinas Pendidikan Semarang/Jateng)
14. Guuru SMK Berprestasi: Ejon Sujana (SMKN 1 Cimahi/Jabar)
15. Kepala SMK Berprestasi: Ahmad Ishom (SMK Negeri 6 Semarang/Jateng)
16. Pengawas SMK Berprestasi: Riadi Nugroho (Dinas Pendidikan Pati/Jateng)
17. Tutor Paket C Berprestasi: Alif Rokhana Mukhromah (UPTD SKB Kota
      Salatiga/Jateng)
18. Lomba Kreativitas Pembelajaran Guru SMALB: Endang Sri Lestari (SLB A
      Yaketunis/DIY)
19. Lomba Guru Berdedikasi Pendidikan Menengah: Elmapida (SMA Mesuji
      Timur/Lampung) 
            Hari itu terasa amat indah dan menjelang maghrib kami semua naik mobil untuk menuju Hotel Millenium. Habis makan malam masih ada ceramah atau kuliah umu yang disampaikan  Prof. Indrajati Sidi- dosen senior ITB dan juga dari Dirjen Dikdasmen. Pencerahan itu setelah pengumuman pemenang, dimana penulis memperoleh peringkat 1 guru berprestasi untuk kategori guru SMA. Topik yang dibahas oleh Bapak Indrajati Sidi adalah seputar profesionalisme.
            Ia mengatakan bahwa kalau orang tidak bisa dipegang profesionalismenya maka ia bukan orang yang teladan. Hidup ini juga butuh proses, tidak mungkin seseorang bisa jadi hebat secara tiba-tiba, pasti itu semua lewat proses yang panjang.  Dia menambahkan nahwa secara makro negara kita belum begitu maju pada pendidikan, namun secara mikro sudah banyak orang-orang yang profesionalisme.
            Kalau bangsa mau maju maka diperlukan banyak para teladan atau profesionalisme. Mereka semua harus menjadi panutan, acuan (reference), ditiru, dikagumi dan dibanggakan.  Seorang teladan atau profesionalisme perlu menguasai substansi bidang profesinya, bersikap jujur, pekerja keras, mempunyai cita-cita yang tinggi, punya target/ tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan dan menikmati goal setting (tujuan hidup mereka). Profesionalisme adalah bagaimana kualitas sikap para anggota suatu profesi serta bagaimana derajat pengetahuannya.
            Profesional itu terlihat dalam tindakan atau action. Segita dari profesionalime itu adalah seperti:
-         Profesionalisme value and profesional commitmen- kommitmentnya adalah agar terus menerus belajar.
-         Profesional skill and abilities- punya kemampuan dalam mengatasi problem.
-         Profesionalism knowledge and understanding- memiliki kompetensi profesionalisme.
Prof. Indra Jati Sidi juga mengatakan bahwa orang yang teladan perlu menerapkan karakter hidup, yaitu sesuai antara perkataan dan perbuatan.           Seorang profesionalisme (teladan) – sekali lagi- perlu menguasai profesi. Seorang guru yang profesionalisme ia harus jago dalam mendidik. Ia tahu dengan substansi (bidang studi), tahu dengan psikologi, tahu cara memotivasi diri dan anak didik, tahu cara menilai, dll.  Orang yang suka mencontek, korupsi, dll, maka tak patut dikatakan sebagai orang yang profesionalisme.    
Masalah bangsa kita yang lain adalah dari segi kualitas dan kuantitas, untuk itu memang diperlukan para teladan.             Kita para pendidik bertanggung jawab dalam menyiapkan SDM bangsa ini. Prinsip dalam belajar dan berlatih bahwa “exercise makes perfect” atau latihan membuat sesuatu bisa sempurna. Tidak ada sustu kompetensi yang akan bisa diperoleh tanpa ada latihan. Karakter bagi para profesionalisme – guru berprestasi
-         Berkarakter gembira, berenergi, antusias, optimis, suka diajak kerja sama dan bekerja lebih lama.
-         Rendah hati, yakni tidak sombong, mau mendengar dan mau belajar.
-         Selalu berfikir dan berfikir untuk meningkatkan kemampuannya. Ia juga bersikap proaktif, manusiawi, pembelajar, pantang menyerah dan tidak mudah puas.
Dalam pertemuan/ kuliah itu juga dibahas tentang  trend kepemimpinan di dunia adalah dalam bentuk participative leadership. Gaya kepemimpinann ini kurang ada di Timur Tengah. Lihat apa sekarang yang terjadi- Suria, Mesir yang mudah bergejolak. Pesan bahwa profesionaliosme- para teladan- jangan lari dari medan tempur. Guru- guru jangan lari dari profesi.
Carilah lingkungan atau tempat yang hebat heterogennya atau hebat kebinekaanya. Contoh kekuatan ITB adallah ia memiliki intake yang bagus- anak- anak hebat se-Indonesia bergabung, dosen- dosen hebat juga bergabung. Musuh terbesar dalam upaya peningkatan mutu sendiri adalah diri sendiri, yaitu tidak ada kemampuan pada diri. Use your head and you will be teacher, guru berkualitas akan menjadi lebih terhormat.
Dunia memang juga telah berubah dari berbasis SDA (Sumber Daya Alam) menjadi berbasis pada ilmun pengetahuan. Cara mencari ekonomi berbeda, keterampilan juga berbeda dan cara belajar juga berbeda. Maka pembelajaran harus mampu beradaptasi pada perubahan.

West Sumatera...I Come
            Selain penuis sendiri, banyak pihak yang juga senang atas kemenangan penulis. Penulis pesan SMS bahwa “Alhamdulillah saya memperoleh nomor satu tingkat Indonesia” kepada Kepala Sekolah SMAN 3 Batusangkar- Bapak Drs. Rosfairil, MM dan kepada keluarga/ istri di Batusangkar dan pada beberapa orang yang penulis sempat kirimi SMS. Kemudian secara serempak penulis memperoleh puluhan atau ratusan ucapan selamat lewat telepon dan SMS dan lebih lebih lagi lewat FaceBook.
            Masih ada hari tersisa 3 hari menurut agenda kegiatan. Pihak Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat mengajurkan agar penulis segera pulang karena akan ada upaca penyambutan buat penulis dan juga buat Suyetmi- juara 2. Kegiatan kecil yang masih tersisa adalah seperti wisata budaya ke Taman Mini, penutupan dan ramah tamah dengan Dirjen Dikmen yaitu Bapak Surya Dharma.
Malam itu penulis juga ikut memaksa diri sesuaim kemampuan untuk ikut berdansa dan bernyanyi. Istimewanya lagi malam itu (Sabtu, 8 September 2012) semua peserta yang meraih nomor satu memperoleh bingkisa sebuah laptop dari perusahaan Intel- komputer Jakarta. Laptop tersebut sangat diidamkan oleh istri penulis untuk mengganti laptopnya yang sedang rusak.
Besoknya adalah acara bebas- penulis meluangkan waktu untuk mengunjungi famili dan setelah itu kembali ke Hotel Millenium buat menyelesaikan urusan administrasi, sertifikat dan penyerahan dokumen-dokumen dan termasuk uang hadiah. Senin- 10 September, penulis dijemput dan memperoleh perlakuan istimewa sejak dari hotel, ke bandara Sukarno Hatta hingga terbang lagi dengan pesawat Garuda. Penulis tahu bahwa bakal ada penyambutan dengan kalungan bunga di Bandara Internasional Minang Kabau.
Ternyata benar, penulis disambut seperti sang superstar, alasannya karena penulis memperoleh juara satu guru berprestasi tingkat Indonesia, yang telah mengangkat citra dan nama baik Propinsi Sumatera Barat dan juga Kabupaten Tanah Datar. Dalam sambutan penulis diberi reward yaitu ‘Kesempatan untuk pergi Hajji ke Makkah untuk tahun 2013 atau 2014”. Alhamdulillah...wayukurillah, dan juga ada penghargaan atau reward oleh Pemda Kab. Tanah Datar.
Hari berikutnya penulis kembali berada di sekolah SMAN 3 Batusangkar dan beberapa kegiatan seperti acara syukuran dan penulis meluangkan waktu buat wawancara dan liputan berita dengan berbagai wartawan. “Penulis bisa begini...bukan karena usaha pribadio, namun itu karena ridho Allah Swt, dukungan dan doa dari teman-teman, famili dan juga semua anak didik penulis”. Moga moga berkah  amiiin ya rabbal  ‘alamin.

Kamis, 20 September 2012

Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar Raih Guru Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional


Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar  Raih Guru Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional 

            Seleksi guru berprestasi telah dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3 – 10 September 2012 kemaren. Sumatra Barat mengirim 13 orang dari setiap jenjang pendidikan (guru, kepala sekolah dan pengawas) untuk mewakili propinsi ini dan berkompetisi dengan 33 propinsi lain di tingkat nasional. Marjohan, M.Pd- guru SMA Negeri 3 Batusangkar-  berhasil meraih peringkat Pertama (1) guru berprestasi tingkat nasional, sekaligus menyisihkan guru guru hebat lain yang berasal dari 32 propinsi. Berikut percakapan antara Padang Ekspres dengan Marjohan M.Pd di rumahnya- Komplek Griya Alam Segar, Bukitgombak, Batusangkar.
    
“ Apa yang membedakan anda dengan guru lainnya ?”
Saat remaja- waktu sekolah di SMA- saya sibuk mencari-cari karir masa depan yang pas buat saya. Saat itu belum lagi zamannya internetan, maka untuk mencari info pekerjaan ya lewat banyak orang- tanya sini- tanya sana. Kadang- kadang guru di sekolah bercerita tentang pengalamannya dan itu adalah info karir bagi saya. Tentang prospek dan bentuk karir lain saya peroleh dari lingkungan. Saat lulus SMA, saya bingung mau kuliah di mana ?. Ya pilihan yang mantap adalah menjadi guru. Maka saya ikut test masuk Perguruan Tinggi- saat itu bernama Sipenmaru (Sistem Penerimaan Siswa Baru). Saya lulus pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Padang- sekarang bernama UNP.
Saya mengikuti perkuliahan dengan tekun. Saya paling senang  duduk di depan agar bisa berinteraksi dan mendengar suara dosen lebih jelas. Namun saya tidak suka menjadi mahasiswa pasif- bertipe rumahan atau mahasiswa 4D (duduk, datang, dengar, diam). Saya ikut kegiatan di kampus dan di luar kampus- sebagai remaja mesjid. Malah saya juga ikut mendaftar sebagai guide (pemandu wista) Sumatra Barat, memandu bule-bule keliling Sumatra Barat. Ada manfaatnya buat saya “memperlancar bahasa Inggris dan sekaligus bisa peroleh dollar buat menambah uang jajan. Manfaat lain adalah untuk melatih keberanian dan menumbuhkan karakter mandiri- tidak menjadi mahasiswa yang cengeng- ini berguna buat menghadapi masa depan.
Untuk menambah wawasan tentang profesi sebagai pendidik- paedagogik dan kualitas bahasa Inggris- maka tidak cukup hanya menghafal catatan kuliah, namun saya juga banyak membaca buku referensi dan membaca koran dan majalah berbahasa Inggris. Saya juga mencari kesempatan agar bisa bertukar fikiran dengan dosen-dosen bahasa Inggris warga asing atau langsung berkomunikasi dengan native speaker.
Saya tidak suka menunda-nunda pe-er perkuliahan. Ada tugas ya langsung kerjakan dengan baik- tidak asal-asalan. Saya menjadi mahasiswa yang aktif- saya digelari teman saat itu sebagai “kamus berjalan” karena kosa kata (vocabulary) saya sangat banyak, itu berguna bagi mereka untuk lomba scrabble. Saya bisa wisuda tepat waktu...langsung ikut tes PNS untuk menjadi guru melalui beberapa tahapan. Saya lulus dan saya ditempat menjadi guru di di SMA Negeri 1 Lintau- Kabupaten Tanah Datar, sekarang menjadi guru di SMA Negeri 3 Batusangkar.    
Saya berprinsip bahwa saya harus menjadi guru yang berbeda dari guru lain- guru yang pintarnya berganda- “multiply- inteligence” seperti menurut De Porter. Saya perlu tahu dan menguasai empat kompetensi guru- yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Jadi, saya harus belajar lagi- bukan berarti setelah tamat kuliah harus tutup buku- ya saya perlu meminjam buku dari perpustakaan, dari teman atau beli sendiri buku-buku psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. Juga buku tentang dunia sekolah, tentang lingkungan dan sosial. Saya banyak membaca buku berbahasa Inggris dan berbahasa indonesia, juga berbahasa Perancis dan Arab.
Saya membaca 100 halaman per hari, saya targetkan membaca buku pagi- siang- sore dan sebelum tidur, masing masing 25 halaman. Tetapi itu  juga bukan target yang kaku. Yang penting saya bisa menamatkan baca satu buku per-minggu. Bukan berarti kutu buku- saya juga bergaul dengan teman teman, masyarakat dan orang tua murid.       

“Bagaimana sistem yang anda pakai dalam mengajar ?”
Wow ada banyak teori dalam mengajar, seperti kontektual, teori direct method, namun saya perlu ingat bahwa dalam mengajar kita harus melaksanakan prinsip “pengajaran terfokus pada siswa, bukan teacher centered juga bukan plesetan dari CBSA- catat buku sampai habis. Yang penting guru itu bukan lagi sebagai sumber ilmu satu satunya namun lebih berperan sebagai motivator, facilitator, counselor buat anak didiknya di sekolah.
Saya tertarik mengajar dengan pendekatan PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenang). Agar pembelajaran itu menyenangan maka guru dan siswa perlu punya jembatan hati. Guru harus membuka diri terlebih dahulu dan perlu memberikan excellent service- pelayanan prima selama mengajar. Agar siswa senang dalam belajar maka guru perlu sering say hello, memuji, minta maaf “very good....very excellent”. Guru perlu hafal nama siswa dan menyebut namanya agar siswa merasa dirinya sangat spesial bagi gurunya.  
InsyaAllah selama menjadi guru- sudah 23 tahun- rasanya saya tidak ada membentak siswa. Buat apa siswa dibentak dan apa gunanya melukai hati mereka. Membentak anak didik bisa membuat hati mereka terluka, jembatan hati antara kita dan mereka bisa ambruk. Sebaik apapun kita mengajar...namun kalau jembatan hati rusak...mereka akan menolak kehadiran kita atau mereka terpaksa mengikuti PBM kita.
Kalau ada siswa yang bandel ? Itu pertanda mereka butuh menjadi nomor satu, butuh touching- sentuhan hati....datang saja pada mereka say hello....sapa nama mereka dan ajukan bantuan “what can I do for you” Biasanya mereka berubah baik...bandel itu cuma sekedar cari perhatian.
  
“Bagaimana motivasi anda dalam mengajar, menulis dan lainnya yang membuat anda bisa menjadi guru teladan. Apakah anda berniat menjadi guru teladan, atau karena kebetulan ?”
            Memilih profesi sebagai guru adalah sangat mulia, karena guru bisa mengubah orang jadi kurang pintar hingga menjadi pintar, dari mkurang berdaya hingga menjadi orang yang berdaya. Sebelum dan sesudah menjadi guru saya membaca banyak biografi para pendidik ulung, termasuk biografi Kihajar Dewantoro, Paul Freire, Mohammad Syafei- pendiri INS Kayu Tanam, juga Dorothy Law.
            Bukankah Kihajar Dewantoro memperkenalkan pada kita tentang prinsip menjadi guru yaitu “Ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo, tut wuri handayani”, atau konsep pendidikan ala Mohammad, Syafei agar guru bisa membantu anak didik memiliki “Head, heart and hand” maksudnya otaknya cerdas, hatinya beriman dan tangannya terampil. Maka saya termotivasi untuk bisa berperan menjadi sebuah sekerup dalam bangsa ini untuk ikut memajukan dan menjerdasan generasi muda bangsa Indonesia.
            Motivasi dalam menulis......bahwa populasi bangsa Indonesia sangat besar di dunia. Mereka semua butuh bacaan dan mereka adalah para pembaca dan kalau boleh musti ada segelintir orang Indonesia yang sudi jadi penulis- menulis ide-ide untuk mencerahkan hati dan pikiran orang orang kita. Saya sering merasa sedih “mengapa buah pikiran bangsa Indonesia belum begitu dikenal luas di dunia, itu karena kita jarang menulis dan malah malas menulis. Orang luar malah menjadi tahu setelah ada tokoh hebat yang tersembunyi dibalik awan Indonesia diekspos ke luar. Sebetulnya ada hal yang dahsyat kalau kita-kita bersemangat dalam menulis. Maka menulis dalam bahasa-bahasa dunia (bahasa Inggris, Arab, Perancis, dll) agar orang tahu dengan kita dan Indonesia bisa mendidik dunia.
Inilah obsesi saya dalam menulis. Untuk menambah inspirasi menulis, saya butuh energi dan itu bisa saya peroleh melalui membaca biografi penulis hebat dunia, bertukar fikiran dengan teman-teman penulis dan menambah wawasan setiap hari. Menulis butuh latihan dan pembiasaan. Kini saya lebih fokus untuk menulis seputar masalah pendidikan yang meliputi tema tentang motivasi, semangat hidup, kisah sukses dan hal- hal yang menginspirasi.    
Menjadi guru berprestasi nomor satu di Indonesia (dahulu disebut dengan guru teladan) ya...tidak bisa diperoleh dalam sekejap mata namun melalui proses dan jalan yang sangat panjang. Saya pada mulanya tidak bermimpi untuk menjadi seorang Teacher of The Year. Itu terjadi hanya diawali oleh prinsip untuk menjadi guru yang berbeda dan melakukan proses “longlife education- belajar sepanjang masa”.
Bagi guru di Sumatera Barat dan juga di Indonesia yang perlu mereka lakukan adalah pengembangan diri, salah satunya melalui menulis. Saya sendiri melakukan dan membuktikanya. Saya menulis dan menulis, pada mulanya menulis artikel yang banyak dan dipublikasi pada koran-koran daerah (Sumbar dan Sumsel). Kemudian saya tingkatkan- memberanikan diri- untuk menulis naskah buku. Entah bagus-entah tidak...saya tawarkan ke penerbit dan ternyata direspon. Saya tulis lagi buku- buku yang lain. Selain menulis saya juga aktif dalam kemasyarakatan- sebagai nara sumber bagi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), mengurus mushola/ mesjid dan juga membimbing siswa dalam perlombaan hingga bisa meraih juara tingkat propinsi dan nasional, dokumen mereka menjadi portofolio bagi saya.
Dari kumpul berbagai aktifitas di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, ditambah dengan pengalaman lain- menulis, menjadi pemandu wisata dan kemampuan berbahasa asing yang agak lebih (Perancis dan Inggris)  membuat portofolio saya semakin berarti.
Ada 3 bentuk penilaian dalam seleksi guru berprestasi, mulai dari tingkat Kecamatan hingga tingkat Nasional, yaitu test tertulis (tentang kepribadian, wawasan dan tentang empat kompetensi guru), kemudian presentasi karya tulis ilmiah atau best practice, serta penilaian portofolio. Presentasi karya ilmiah saya dalam bahasa Inggris dan campur bahasa Perancis, kemudian kualitas portofolio yang saya persiapkan cukup memdai. Kekuatan saya saat berkompetisi dengan guru-guru hebat dari propinsi lain adalah dalam hal menulis dan penguasaan bahasa serta wawasan. Namun menjadi guru teladan nasional bukan disebab oleh unsur itu saja, namun juga oleh faktor kebaikan lingkungan, doa dan restu dari famili, teman dan siswa saya, juga berkah dari Allah Swt.
Pada mulanya tidak ada niat untuk menjadi guru teladan, dan menjadi guru teladan juga bukan secara kebetulan. Namun menjadi guru teladan adalah akibat akumulasi dari proses hebat melalui jalan yang sangat panjang.

Sekarang ini banyak yang menuding sistem pendidikan di Indonesia kacau dan gagal. Setiap tahun ganti kebijakan yang tak jelas ujung pangkalnya. RSBI, SBI, sertifikasi, dan kebijakan lainnya tidak berhasil mengubah wajah pendidikan Indonesia dan meningkatkan mutu pendidikan. Bagaimana pandangan anda tentang hal ini- Siapa yang salah? Pemerintah, guru, siswa, orangtua, sistem, atau memang waktu yang masih berjalan?
Saya rasa konsep pendidikan Indonesia sudah benar. Namun fenomena yang terjadi adalah bahwa bangsa kita (baca: orang tua) terlalu menyerahkan urusan mendidik anak pada pemerintah- pada sekolah. Maaf- bahwa banyak orang tua yang berlepas tangan dalam urusan mendidik.
“Mendidik anak itu urusan sekolah dan urusan mesjid”. Itu berarti yang perlu dikembangkan adalah “Program Parenting- yaitu menciptakan program pelatihan bagaimana menjadi orang tua yang benar bagi putra-putri mereka”.
Sekarang banyak orang tua yang belum paham bagaimana menumbuh kembangkan anak. Dalam mendidik mereka cenderung meniru generasi sebelumnya. Kalau mereka dulu sering dibentak, dihardik...maka mereka juga akan membentak dan menghardik dalam mendidik anak. Yang diperlukan oleh generasi muda adalah “reward atau penghargaan” bukan punisment yang berkepanjangan.
Saya menghimbau pada orang tua dan guru agar banyak mengucapkan “Thank you......., very good......dan I am very sorry..!”Pada anak anak dan siswa mereka. Maksudnya mereka musti mampu menjadi model untuk bisa mengucapkan “terima kasih, memuji dan minta maaf- bukan lagi menunggu terima kasih, mencela dan kikir untuk minta maaf”. Ini agar generasi muda kita tidak menjadi bangsa yang kehilangan karakter.
            Setiap tahun ganti kebijakan...”, ohhh tentu perlu, inikan bentuk dari revisi untuk perbaikan suatu program dan para stakeholder yang mengambil kebijakan adalah orang-orang hebat tentu demi kebaikan bangsa yang besar ini.   
            Kebijakan membentuk RSBI, dan SBI itu bagus, karena sekolah sekolah di Indonesia tidak seharusnya lagi berskala lokal dan terfokus pada pemikiran  lokal. Dalam pelaksanaan tentu butuh orang yang bisa berlari dengan cepat- yaitu ikut mendukung program ini. Namun apa yang terjadi bahwa ada sebagian yang suka hanya sekedar mengeritik tanpa memberi way- out. Tentu saja setelah program RSBI dan SBI ini launching (berjalan) tentu saja butuh evaluasi dan revisi bersama sama.
            Kebijakan tentang sertifikasi itu juga bagus yaitu untukm menilai seberapa jauh persiapan dan kompetensi guru- apakah sudah layak sebagai guru profesioinal (?). Kalau sudah layak yang perlu diberi label sertifikasi. Lagi lagi dalam pelaksanaanya perlu dukungan dan bimbingan dari semua pihak, maklum kita kan bangsa yang besar- banyak manusianya dan banyak pula ulah (prilaku) nya.  

Seperti apa sebaiknya guru, siswa, orangtua dan pemerintah agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan membentuk manusia berilmu dan berkarakter.
            Oh ya....tentu saja guru dan orang tua sebaiknya menjadi motivator sejati buat membangkit semangat hidup dan semangat belajar anak- anak (juga anak didik) mereka. Bukankah pada sekolah sekolah yang hebat dan berkualitas...itu bisa terbentuk oleh energi motivasi yang hebat, dimana di sana terdapat ungkapan penghargaan dan dorongan. Selanjutnya orang tua dan guru juga harus jadi model (atau uswatul hasanah). Tidak ada gunanya kalau orang tua dan tua hanya pintar menyuruh dan berceramah namun tidak melakukan action yang hebat dalam hidup.
            Kalau bagi pemerintah...tentu saja sebagai penyedia fasilitas (facilitator)- membuat program pelatihan dan pengembangan diri bagi guru, siswa, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Namun kalau boleh juga ada program parenting- bagaimana menjadi orang tua yang ideal bagi anak. Negara negara maju punya banyak program parenting, sehingga orang tua dan guru mereka bisa bersinergi dalam mendidik. Kalau bagi kita peran orang tua  terlihat pasif dan guru terlihat merasa lebih tahu dari orang tua.

Banyak juga pihak yang menuding bahwa pendidikan indonesia saat ini hanya mementingkan hasil (nilai), bukan proses, bukan nilai-nilai usaha, kerja keras dan kejujuran untuk mendapatkan nilai itu? Menurut anda ?
            Dalam konsep yang dibikin oleh stake-holder pastilah sangat bagus. Namun dalam pelaksanaannya (dalam menterjemahkan kebijakan) bagi praktisi pendidik di lapangan ya.....memang terlihat mengejar nilai. Maka terjadilah kerjasama bimbel dengan sekolah untuk melatih anak didik dalam memahami konsep lewat sistem cepat (belajar dengan sistem karbitan) dan kemudian memberi latihan.... latihan...mengolah soal soal...membuat passing grade dan meramalkan karir yang cocok bagi mereka. Kadang kadang karir atau jurusan/ Perguruan Tinggi yang direkomendasikan oleh pemilik bimbel terhadap anak didik bertolak belakang dengan keinginan orang tua.
            Bukankah setiap semester genap untuk kelas 12 bagi sekolah sekolah SMA, dan kelas 9 bagi tingkat SMP  berubah menjadi “SMA Negeri bimbel dan SMP Negeri bimbel” dan mata pelajaran yang diajarkan hanya mata pelajaran yang masuk dalam UN. Sebagai konsekuensi anak anak amat menghormati dan menghargai mata pelajaran (dan guru guru) yang di-UN-kan. Memang membina dan mengembangkan mutu pendidikan tidak semudah membalik telapak tangan. Ini butuh kiontribusi semua pihak, jangan hanya sebatas pintar mengeritik tetapi juga ikut memberi problem solving.    

Kamis, 29 Maret 2012

Bimbel dan SNMPTN hanya dongkrak Popularitas Perguruan Tinggi Pulau Jawa

Bimbel dan SNMPTN hanya dongkrak Popularitas Perguruan Tinggi Pulau Jawa

Oleh : Marjohan
(Guru SMAN 3 Batusangkar)

Penulis masih ingat pengalaman masa kecil bahwa tiap-tiap Propinsi memiliki PT (Perguruan Tinggi) yang cukup populer. Dahulu IAIN Imam  Bonjol, IKIP Padang (sekarang UNP) dan UNAND termasuk PT favorite untuk Sumatera Barat. Malah Universitas Bung Hatta sempat menjadi PT swasta yang disegani karena kualitas lulusannya, terutama untuk jurusan Arsitektur dan Perikanan. Sekarang entahlah (?)

Penulis dahulu ketika remaja sempat berbibcang-bincang debat kusir bahwa PT favorite untuk pulau Sumatera adalah USU (Universitas Sumatera Utara), UNAND (Universitas Andalas) dan UNSRI (Universitas Sriwijaya). Untuk wilayah Sulawesi, PT yang populer adalah universitas Hasanuddin. Pada Saat itu universitas di pulau Jawa yang dikenal adalah seperti UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD, dan UGM memang cukup populer. Namun animo calon mahasiswa untuk ke sana sesuai dengan kemampuan ekonomi dan semangat juangnya, bukan seperti sekarang calon mahasiswa menyerbu PT-PT di pulau Jawa seolah-olah membabi buta dan cenderung memaksakan diri. “Yang penting aku bisa kuliah di Pulau Jawa, urusan uang ke sana aku tidak peduli ?” Seolah olah demikian pemikiran calon mahasiswa sekarang- tugasku hanya belajar dan mengurus diriku adalah tanggung jawab pemerintah, paling kurang orang tua mereka jungkir balik mengumpulkan dana. Wah calon sarjana separoh egoist.

Ada kalanya seorang calon sarjana yang hanya sekedar cerdas saja tetapi buta dengan kondisi nyata orang tua telah memilih PT di pulau Jawa. Dan ternyata lulus (?). Namun dana tidak ada dan akibatnya membuat sibuk orang tua, sanak famili berhutang kesana ke mari untuk mencari uang, menjual harta buat mencukupi dana transport dan ongkos akomodasi yang sangat mahal, sampai sampai pergi ke wartawan untuk diberitakan di koran “Kasihan siswa cerdas terancam putus sekolah….!”
 
Malah kini Pemda (pemerintah daerah) juga ikut kelimpungan mengalokasikan dana buat putra daerah untuk studi di PT favorite di pulau Jawa. Pada hal bila sang anak memilih studi dalam propinsi sendiri kondisinya tidak separah itu. Anggaran yang dialokasikan tidak tanggung-tanggung sampai miliaran rupiah.
 
Apa untungnya buat daerah ? Ya hanya sekedar prestise untuk dianggap menjadi daerah yang mampu mencetak generasi yang cerdas. Pada hal dibalik itu menyuruh siswa siswa cerdas dan termasuk siswa cerdas yang lemah ekonomi untuk berkumpul di PT-PT pulau Jawa hanya membuat popularitas Perguruan Tinggi di sana dan juga popularitas kota-kota di sana, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Bogor dan Yogya ya semakin ngetren. Manfaatnya buat daerah sendiri …mungkin kecil sekali ya… hanya sebuah fatamorgana ?

Kenapa ? Karena rata rata siswa cerdas yang kuliah di PT-PT pulau Jawa kelak bila sukses atau tamat dari PT di sana, umumnya mereka jadi enggan pulang kampung. “Ya mengapa saya pulang kampong….tidak ada fasilitas pendidikan dasn hiburan ?”. Inilah alasannya Pada hal dahulu Pemda (pemerintah setempah) setempat sudah mengucurkan dana –buat beasiswa- yang jumlahnya sampai miliaran. Malah ada sarjana yang susah dibantu oleh Pemda dan setelah berhasil ternyata mengabdi di daerah lain ya menjadi sarjana “Malin Kundang”.

Penulis tidak alergi melihat calon sarjana yang bisa kuliah ke PT-PT favorite di pulau Jawa asal tidak menyusahkan banyak pihak dan mereka mampu mengukur bayang bayang sepanjang badan. Pergilah kuliah tanpa membuat orang tua harus jual sawah, ladang dan jual ternak kerbau demi mewujudkan mimpi yang egois-hanya memuaskan mimpi cognitif pribadi. Pada hal kuliah kan tidak perlu jauh jauh, namun kalau mampu silahkan kalau perlu sampai ke Eropa (?).

Lazimnya bahwa seolah-olah Pemda memprioritaskan kucuran dana bagi mereka yang mau studi jauh jauh ke PT-PT pulau Jawa dengan jumlah yang gede. Pemerintah juga mengkampanyekan agar siswa yang terbaik untuk menyerbu  PT-PT pulau Jawa. PT-PT dalam propinsi sendiri seolah-olah kurang memperoleh promosi. “Ya mengucurkan alokasi dana yang cuma sekedar prestise buat calon mahasiswa cerdas.

Sebenarnya kalau mereka cerdas di sekolah mereka (SMA dan MAN) mereka boleh melanjutkan studi ke PT-PT pulau Jawa itu adalah hak azazi mereka. Namun bila mereka tidak mampu secara finansial untuk membiayai kuliah “ya pilihlah PT-PT dalam Propinsi sendiri, seperti pada UNANd, UNP dan IAIN untuk PT negeri dan PT-PT swasta,.karena sukses juga bisa dirintis dari daerah. Lagi pula bila siswa siswa cerdas selalu dibujuk untuk studi ke luar Sumbar “Ya…itu hanya mendongkrak popularitas PT-PT di kota-kota orang lain. Kapan lagi kita warga Sumbar mendongkrak popularitas PT-PT di kampung sendiri.
 
Kalau di runut ke belakang bahwa yang membuat populernya UI, ITB, IPB, UNPAD, UNDIP dan UGM adalah karena mereka curi star. Mereka punya program merekrut siswa-siswa cerdas dari berbagai SLTA dari pelosok Indonesia lebih dahulu. Maka anak anak berbobot berkumpul di sana, setelah itu mereka juga program jitu yang lain yang selalu berpihak dalam membesarkan nama Perguruan Tinggi mereka..

Sistem masuk PT melalui SNMPT atau dahulu namanya adalah SIPENMARU (sistem penerimaan mahasiswa baru) hanya menguntungkan PT-PT pulau Jawa. Selalu saja anak anak mematok  jurusan pada PT-PT di pulau Jawa sebagai “Jurusan the best”. Sementara PT-Pt di Sumatera sebagai PT kelas dua dan ada lagi PT-PT yang tidak favorite. Kemudian yang mematok popularitas PT pulau jawa adalah juga sebagai efek dari menjamurnya Bimbel (Bimbingan Belajar). Mereka memang punya manajemen yang bagus, merekrut instruktut atau tentor yang gagah dan SMART dan kemudian juga membuat promosi yang mendebarkan. “Pengen sukses dijamin sukses…tidak sukses uang kembali…!”

Namun secara psikologis bahwa Bimbel itu hidup dan tumbuh hanyalah di atas rasa cemas dan tidak percaya diri siswa SLTA atas masa depannya. “Anda ingin kuliah dan pastikan masa depan anda bersama Bimbel Kami…!” Tiap tahun pemilik Bimbel berkolaborasi dengan sekolah favorite. Aneh…kok hanya dengan sekolah favorite, kalau misinya untuk mencerdaskan anak bangsa ya…kenapa tidak melirik sekolah pinggiran ? Ya karena anak -anak dari sekolah favorite gampang dimotivasi dan orang tua mereka sudi untuk mengucurkan dana buat Bimbel yang dananya sampai jutaan rupiah. Aneh ada siswa cerdas yang cuma sekedar mendaftar terlebih dahulu dan tahu-tahu lulus dalam seleksi undangan dan Bimbel sudah mencatut nama  sang anak sebagai alumni bimbelnya, ini namanya pembohongan publik- “Si anu lulus ke fakultas Kedokteran UI lewat bimbel kami…!”

Bimbel ini bagus, karena bagus buat program pengayaan atau buat program remedial. Namun bimbel membuat siswa cerdas secara instant. Ada siswa karena rajin mengolah-olah soal ujian dan bisa  lulus masuk PT di Pulau Jawa. Setelah kuliah di sana namanya menghilang karena nilainya hasncur lebur, ya gara gara cerdas secara instsant.

Bimbel setiap waktu tertentu juga memberi ujian dan memberikan passing grade. Dan selalu passing grade tersebut menujukkan bahwa passing grade yang tinggi hanya untuk PT-PT favorite di Pulau Jawa. Terlihat bahwa ada indikasi popularitas PT-PT pulau Jawa juga ikut didongkrak oleh keberadaan bimbel-bimbel yang menjamur.
 
Tidak itu saja…Pemda juga gencar mempromosikan siswa-siswa pada sekolah favorite untuk melanjutkan studi ke PT-PT favorite di pulau Jawa, “pilih lah Perguruan Tinggi pulau Jawa….dana jangan khawatir….ada bea siswa dari Pemda !”. Demikian slogan dari Pemda Wah lagi-lagi slogan Pemda mendongkrak popularitas PT-PT di Pulau Jawa namun seolah olah kurang peduli untuk meningkatklan popularitas dan kualitas PT-PT di negeri sendiri. 
 
Tidak sampai di situ bahwa setiap tahun bila liburan panjang datang …para alumni PT pulau Jawa pulang Kampung dan dengan antusias untuk mengajak adik adik kelas untuk ikut studi di UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD dan UGM…seolah olah hanya itulah universitas yang ada. Mengapa alumni yang berasal dari UNRI, USU, UNP, UNJA, UNSRI….juga tidak datang buat mengkampanyekan kuliah di Perguruan Tinggi tersebut-  dengan alas an memotivasi siswa- adik kelas. “Wah kami malu…kami minder, karena Perguruan kami tidak ngetop dan tidak popular ?”. Mereka memang jarang atau tidak pernah dingetopkan oleh berbagai pihak secara terselubung.

Dan malangnya bahwa ratusan calon mahasiswa ekonomi lemah juga tergiur untuk kuliah dalam kesengsaraan di sana. Kalau mampu mengatasi problem hidup di pulau Jawa..ya oke, tetapi kalau tidak mampu dalam hal keuangan dan hanya sekedar cerdas ya pilih saja lah PT-PT yang ada di propinsi sendiri. Hitung hitung ikut membuat ngetopnya PT-PT di kampung sendiri. 
 
Sekali lagi bahwa popularitas PT-PT pulau Jawa seolah-olah dikondsikan dengan cara exodus (mendatang) calon-calon mahasiswa yang cerdas ke sana. Kalau PT-PT favorite di luar negeri seperti di Jepang, Jerman atau tempat lain bisa ngetop  “ya karena mahasiswanya kreatif. Ada yang kreatif menciptakan mesin, robot, menemukan bahan bakar alternatif…sementara kalau pada  PT-PT di pulau Jawa sekarang yang terlihat pada foto foto facebook bahwa  mahasiswa- mahasiswa pada PT- PT favorite pulau jawa hanya cerdas secara karbitan- cerdas hanya untuk menjawab soal soal ujian saja. “Ya karya kreatif mereka hamper hamper belum terlihat …mereka hanya akan menjadi sarjana  pencari kerja”  Mereka kalah populer atau kalah kreatif oleh  pendiri mobil KIAT-ESEMKA.

Malah mobil nasional KIAT-ESEMKA hanya merupakan inisistif bapak Kiat yang merekrut tenaga siswa SMK. Sementara para mahasiswa dari Perguruan Tinggi Favorite pulau Jawa terkesan belum begitu kreatif, hobinya cuma sekedar konser musik, tournamen olah raga, sibuk pergi wisata kuliner, chatting di internet, bicara tentang model HP dan pakaian  dan sebahagian besar sibuk dengan game online.
 
Sekali bahwa penulis mencintai semua Perguruan Tinggi di Indonesia dan penulis tidak antipati dengan PT-PT favorite di pulau Jawa. UI, ITB, IPB, UNDIP, UNPAD, ITS dan UGM itu  memang sangat bagus. Namun ada sebuah pemikiran dari diri penulis bahwa  semua PT (Perguruan Tinggi) di Indonesia harus bisa tumbuh secara adil dan mandiri maka ganti sistem penerimaan mahasiswa yang bersifat sentralistik (seperti SNMPTN) dan campur tangan pemerintah untuk ikut mengkampanyekan PT-PT di negeri orang dan mengabaikan kampanye buat PT di kota sendiri. Pemikiran ini bukan untuk disintegrasi tetapi ingin agar PT- PT tumbuh dan berkembang secara adil dan bijaksana- bukan popular karena dikondisikan oleh berbagai pihak.  Maka sekarang mari kita berfikir yang jernih

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...