Sabtu, 06 Oktober 2012

Pengalaman Mengikuti Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012


Pengalaman Mengikuti Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012
Oleh: Marjohan, M.Pd
(Peingkat 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional0
Guru SMAN 3 Batusangkar

Memilih Masa Depan
            Seperti yang dialami oleh kebanyakan siswa SLTA, maka penulis  juga cari info sana-sini tentang mau kuliah ke mana kuliah setelah tamat SMA Negeri 1 Payakumbuh. Meskipun dibesarkan oleh ayah  seorang prajurit polisi dan ibu seorang petani kecil, namun penulis merasa mantap untuk menjadi seorang guru.
            Akhirnya penulis mendaftar dan lulus sebagai mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris pada IKIP Padang. Sejak mahasiswa penulis sudah mencari tahu bahwa seorang mahasiswa harus kreatif dan inovatif. Penulis memperkaya pengalaman dengan mengikuti kegiatan seperti aktif di Mesjid kampus dan juga menjadi Pemandu Wisata Sumatra Barat serta menerima pesanan terjemah untuk melatih kemampuan akademik dan sekaligus bisa memperoleh sedikit uang untuk pembeli jajan.
            Sejak kuliah penulis sudah punya target dalam membaca dan melatih menulis. Penulis membuat target untuk membaca sekitar 100 halaman perhari, sementara memperdalam kemampuan bahasa Inggris, penulis membaca satu majalah bahasa inggris per minggu. Kemudian untuk mengasah kemampuan penulis adalah dengan cara membaca buku biografi tentang penulis terkenal dan kemudian membiasakan menuliskan pengalaman paling kurang 2 halaman folio per hari.
Akhirnya penulis mampu merampungkan pendidikan sarjananya sesuai dengan target. Penulis selanjutnya menjadi guru pada SMA Negeri 1 Lintau. Maka kembali penulis membuat refleksi diri “Bahwa aku harus menjadi guru yang berbeda- guru yang menguasai berbagai kemampuan”.

Ingin menjadi guru dengan keterampilan berganda
            Menjadi guru yang punya tekad untuk memiliki berbagai kemampuan, bukan berarti   menjadi guru yang anti sosial. Penulis cukup aktif melibatkan diri dalam pergaulan sosial- mengunjungi rumah/ orang tua siswa, ikut kegiatan mesjid, aktif dengan kegiatan sekolah dan mempersiapkan kegiatan mengajar serta melaksanakan tugas sebagai guru.
            Pada waktu luang apakah siang ataupun malam, penulis selalu menyempatkan membaca berbagai buku. Target bacaan tentu yang menjurus pada kompetensi sebagai guru, misal buku-buku tentang sosial, pedagogi, psikologi, buku-buku filsafat dan agama. Penulis sempat terinspirasi oleh biografi penulis besar dunia, maka penulis juga rajin berlatih atau membuat target dalam menulis, hingga akhirnya penulis bisa menulis artikel dan bisa dipublikasi pada koran-koran Sumatera Barat.
            Tulisan-tulisan yang terbit pada koran tentu harus dibuat klipingnya dan dijadikan sebagai dokumen atau portofolio. Pada lain kesempatan penulis juga sempat berkenalan dan berteman baik dengan sarjana Perancis (Dr. Louis deharveng, Dr. Anne Bedos dan Dr. Francois Brouquisse) dimana mereka adalah ahli bilogi dan tertarik melakukan riset di seputar Kabupaten Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Sawahlunto Sijunjung dan Kab. Lima Puluh Kota. Riset mereka adalah tentang serangga dan fenomena alam. Lewat mereka penulis juga tertarik untuk menguasai dan mendalami Bahasa Perancis. Juga lewat pengalaman berdsama mereka antara tahun 1995- 2005 terasa bahwa kemampuan menulis, membaca dan kemampuan Bahasa Perancis penulis semakin meningkat.
            Dalam tahun 1998 penulis sempat dianjurkan untuk mengikuti seleksi guru teladan. Penulis mengumpulkan berbagai dokumen hingga menjadi porto folio dan dikirim sebagai utusan kecamatan Lintau Buo untuk seleksi guru teladan tingkat Kab. Tanah Datar. Pada tahun tersebut penulis menang dan mewakili Kab. Tanah Datar untuk tingkat Propinsi Sumatera Barat. Penulis masuk ke dalam nominasi dan setelah tim juri turun ke lokasi akhirnya penulis berpuas hati sebagai peraih guru teladan nomor 2 untuk tingkat Sumatera Barat.

Hijrah Ke SMA Unggulan Kab. Tanah Datar
            Tidak terasa bahwa penulis telah mengabdi cukup lama (14 tahun) di sekolah lama yang berlokasi di daerah pedesaan. Untuk penyegaran penulis bermaksud untuk hijrah ke sekolah alumni di Payakumbuh, namun akhirnya penulis diizinkan untuk mengabdi di sekolah baru SMA Negeri 3 Batusangkar, sebuah sekolah unggulan di Kab. Tanah Datar.
            Bakat menulis dan bakat untuk menguasai bahasa asing yang lain penulis semakin bertambah. Penulis juga tertarik dalam mendalami bahasa Arab, karena bahasa ini akan memudahkan penulis dalam memahami bacaan sholat dan memahami kitab suci al-quran.
            Mengabdi di sekolah unggulan dengan rekruitmen guru berdasarkan skor TOEFL dan TPA (Test Potensi Akademik) tertinggi serta rekruitmen siswa yang cukup selektif- hingga terjaring para siswa yang berbakat bagus memberi peluang yang besar bagi penulis untuk mengembangkan profesionalisme sebagai seorang guru. Tantangan dari lingkungan membuat penulis mampu membaca banyak buku,  dan juga mampu menulis lebih banyak artikel. Anak didik juga lebih gampang untuk dibimbing hingga mereka mampu meraih juara sampai ke tingkat propinsi dan bahkan ke tingkat nasional.
            Kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang pascarjana lebih terbuka lebar bagi guru-guru sekolah unggulan (juga bagi sekolah non unggulan, dan penulis juga tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana UNP. Kebiasaan membaca dan menulis sangat membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah dan dalam merampungkan penulisan tesis. Akhirnya penulis mampu menyelesaikan perkuliahan pada pascasarjana sesuai dengan target waktu dengan IPK cum-laude. Setelah meraih pendidikan master, kemampuan penulis terasa lebih meningkat hingga penulis mampu menerbitkan 4 buku pada penerbit Yogyakarta dan beredar pada toko-toko buku di Indonesia.

Seleksi Guru Berprestasi
            Suatu ketika Kepala Sekolah penulis menyuruh penulis untuk ikut seleksi guru berprestasi. Pada mulanya penulis separoh ragu, karena dahulu sempat juara guru teladan 2 Sumatera Barat, namun itu dianggap sudah kadaluarsa apalagi waktunya sudah terpisah selama 14 tahun. Akhirnya penulis setuju untuk mengikuti seleksi, dahulu bernama “seleksi guru teladan” dan sekarang berubah nama menjadi “seleksi guru berprestasi”, ya mulai dari jenjang sekolah dan kecamatan.
            Karena penulis sebelumnya pernah meraih juara 2 Sumatera Barat, maka penulis merasa cukup percaya diri, apalagi dukungan portofolio sangat memadai- seperti jumlah sertifikat, penghargaan, karya tulis dan dokumen- dokumen yang lain. Agaknya penulis merasa cukup merasa mudah untuk menjadi guru berprestasi tingkat Kab. Tanah Datar.
            Kebijakan juri penseleksi guru berprestasi Kab. Tanah Datar untuk memberi pelatihan dan persiapan bagi peserta seleksi yang akan mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat propinsi. Penulis tahun berikutnya (2012) mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat Propinsi. Untuk tingkat propinsi sudah terasa persaingan dengan utusan dari 19 Kabupaten/ Kotamadya lain di Sumarera Barat.
            Lawan- lawan yang berat terasa bagi yang datang dari daerah Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Solok. Apalagi di daerah-daerah ini terdapat sekolah unggulan yang hebat di Sumatera Barat. Para juri cukup profesional dan bersikap netral dalam menilai. Penulis kemudian juga terjaring sebagai nominasi guru berprestasi Sumatera Barat dan dua nominasi lain berasal dari Bukittinggi dan Kab. 50 Kota.
            Para nominasi tingkat Sumatra mendapat penilaian lapangan- kondisi di sekolah dan di seputar rumah. Fokus yang menjadi penilaian tim juri adalah seputar keberadaan dan sumbangsih nominator terhadap sekolah dan terhadap anak didik. “Apakah penulis hanya pintar untuk diri sendiri saja”, demikian juga petranyaan dann investigasi tim juri terhadap nominator dengan lingkungan rumah “Apakah penulis tidak berperan terhadap lingkungan ?.
            Dari bukti portofolio- sertifikat dan surat keterangan- bahwa penulis cjuga memberi kontribusi yang signifikan terhadap sekolah, seperti rata-rata nilai UN Bahasa Inggris yang cukup bagus, kemudian dalam pembimbingan pada siswa hingga menang dalam perlombaan sampai ke level Propinsi malah hingga tingkat nasional. Kemudian peran penulis terhadap masyarakat seperti membina mesjid dan menjadi narasumber dalam lokakarya.
            Hal yang sangat signifikan sebagai pendukung bahwa penulis dipilih sebagai peringkat 1 (satu) Sumatera Barat adalah karena kenampuan menulis yang cukup banyak (lebih dari 120 judul artikel terbit pada koran), 5 judul tulisan terbit untuk tingkat internasional (perancis), empat buku dengan ISBN dan beredar secara nasional, beberapa penghargaan tingkat nasional dan dokumen kerjasama penerbitan dengan beberapa penerbit nasional, serta kemampuan menguasai 3 bahasa asing  ( Bahasa Inggris, Perancis dan Arab).
Meraih guru berprestasi tingkat 1 (satu) Sumatera Barat agaknya telah terasa sebagai prestasi sangat tinggi bagi penulis dan penulis tidak tahu kekuatan diri untuk melaju untuk persaingan di tingkat nasional di Jakarta, yang jelas penulis akan mewakili Propinsi Sumatera Barat untuk seleksi guru berprestasi tingkat nasional.

Persiapan diri menuju lomba tingkat nasional
Pada pertengahan bulan puasa (Ramadhan/  Agustus) seluruh guru dan tenaga kependidikan yang meraih peringkat 1 Sumatera Barat diundang untuk berkumpul di Padang. Semuanya ada 13 orang yang mewakili guru- guru pertingkat, kepala sekolah per tingkat dan juga pengawas sekolah. Agar utusan Sumatera Barat bisa berkiprah di tingkat nasional maka panitia Propinsi mengundang seorang ahli yang punya pengalaman dalam urusan seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
Dalam acara pembekalan yang dilaksanakan di Hotel Mariani Padang, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat- Bapak Syamsurizal-  memberi pencerahan kepada semua peserta. Beberapa uraian pencerahan yang masih teringat oleh penulis adalah sebagai berikut:
            Pendidikan sangat penting, maka pelajaran pertama yang ditekankan dan harus dibiasakan adalah “membaca”. Perintah membaca adalah  perintah pertama yang disampaikan oleh Sang Khalik kepada kita, melalui Nabi Muhammad SAW. Ayat yang pertama turun adalah “iqra’ bismirabbillazi khalak”, bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
            Membaca adalah salah satu strategi dalam belajar dan belajar itu sendiri diwajibkan bagi laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa musuh utama kita adalah kebodohan dan untuk melawan kebodohan tentu saja melalui pendidikan.  Pendidikan punya induk yaitu “membaca”.   Selain membiasakan diri dalam membaca dan belajar, maka kita juga perlu bearktifitas atau bekerja. Dalam ajaran agama Islam dikatakan bahwa “jika kamu bekerja, maka cukupkanlah, bila selesai dalam satu pekerjaan maka pindah pada pekerjaan yang lain”.
Selanjutnya dikatakan bahwa kita perlu untuk memiliki percaya diri yang baik. Seseorang yang memiliki percaya diri yang mantap maka ia boleh punya filsafat atau moto hidup yaitu “saya bisa”.
Dipesankan bahwa seorang guru mutlak untuk  memiliki karakter. Guru yang berkarakter harus  memiliki “kemandirian, profesional dan percaya diri’. Atau dalam program sertifikasi sekarang dikatakan bahwa setiapguru mutlak untuk memiliki 4 kompetensi , kompetensin tersebut yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
            Pakar/ ahli yang diundang oleh Dinas Pendidikan  Sumbar adalah ibu Dra. Farida Ariani, M.Pd, yang sering terlibat sebagai juri (juri yang adil/ juri yang netral). Beliau juga bertugas pada P4TK Bahasa Jakarta. Sekali lagi bahwa beliau  tentu saja tetap non blok, ia hanya memberikan wawasan secara umum- yaitu bagaimana agar setiap peserta (utusan Sumatera Barat) bisa mempersiapkan diri. Dari pengalaman setiap tahun bahwa peserta yang hebat  banyak datang dari “Jawa Timur, Jawa Tengan dan DKI Jakarta”.
 Namun utusan Sumatra Barat harus tetap optimis bahwa yang menentukan nasib kita- menang atau kalah- adalah kita sendiri, nasib kita kitalah yang menentukannya. Guru yang bakal mewakili Sumatra Barat untuk seleksi tingkat nasional harus memiliki motivasi yang tinggi. Biasanya orang yang memilki motivasi terlihat sehat- sehat dan yang kurang memiliki motivasa biasanya terlihat banyak penyakit.
Dipesankan bahwa  yang penting kita harus  mampu menjadi diri sendiri- be ourself- kita harus menjadi yang terbaik- ya menjadi yang terbaik dalam hidup kita.”Maka untuk itu selalulah  untuk menambah pengetahuan dan pengalaman”  
Agar utusan Sumatra Barat bisa meraih prestasi di Jakarta, maka semua peserta diberi pengetahuan dan pembekalan yang meliputi pengetahuan dan penyempurnaan portofolio. Bagian- bagian portofolio meliputi:
-         Kelengkapan bio data (seperti Nama, Surat keterangan dokter, dll)
-         Sertifikat –sertifikat dari suatu kegiatan,
-         Foto- foto kegiatan guru dan siswa yang dibimbing bisa sebagai dokumen.
-         Piagam penghargaan
-         Bukti fisik semua prestasi murid dan guru, misal dalam bentuk surat keterangan dari pihak yang berwenang.
-         Bukti fisik dalam bentuk buku, artikel, karya tulis dan juga karya inovatif.
-         Penulisan buku bisa dalam bentuk buku fiksi dan non fiksi dalam bidang pendidikan.
-         Juga bisa penulisan dalam bidang inovasi (pembaharuan) untuk tujuan peningkatan mutu pembelajaran.  Juga bisa dalam bentuk penemuan tekhnologi tepat guna dalam bidang pendidikan.    
Tema seleksi guru berprestasi dan berdedikasi adalah “ menjadi guru profesional, bermatabat dan sejahtera”. Secara sekilas susunan portofolio adalah sebagai berikut:
-         Kualifikasi akademik
-         Pendidikan dan pelatihan
-         Pengalaman mengajar
-         Perencanaan pembelajaran
-         Prestasi akademik yang meliputi lomba dan karya akademik
-         Sertifikat keahlian dan keterampilan
-         Pembinaan siswa
-         Karya tulis
-         Penelitian
-         Sertifikat forum ilmiah
-         Pengalaman pengurus organisasi dan sosial
-         Penghargaan
Pada prinsipsipnya bahwa bentuk kegiatan pembekalan bagi guru guru berprestasi untuk menuju nasional ada 2 macam yaitu, penyusunan kembali portofolio dan latihan presentasi karya ilmiah- langsung dibedah dimana kelebihan dan kekuranganya.  Tulisan yang juga  harus dipersiapkan untuk presentasi di Jakarta adalah tentang tulisan “best practice” yang judulnya adalah: Mengapa saya layak sebagai guru berprestasi. Namun  penulis  juga menyiapkan tulisan ilmiah yang lain yaitu tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas), kami semua menunggu tanggal pelaksanaan seleksi yaitu antara 4- 10 September 2012. Keberangkatan pada tanggal 3 September 2012.

Menghitung Kekuatan Diri
            Akhirnya tanggal 3 September 2012 yang kami tunggu pun tiba. 13 orang peserta utusan  Sumbar untuk seleksi PTK (Pendidik dan Tenaga Pendidik) yang berprestasi berkumpul di Bandara Minangkabau, Padang, mereka adalah:
-         Yeni Fitri Yenti (Guru TK)
-         Deswita (Guru SD)
-         Suyetmi (Guru SMP)
-         Marjohan (Guru SMA)
-         Netrowintis (Guru SMK)
-         Afrida Kasmawati (Guru SLB)
-         Lasmayeni (Kepala TK)
-         Artispen (Kepala SD)
-         Edison (Kepala SMP)
-         Dian Mulyati Syarfi (Kepala SMA)
-         Endryaty (Pengawas TK/SD)
-         Sudirman (Pengawas SMP)
-         Azwirman (Pengawas SMA/ SMK)   
Semua utusan ini terbang dengan pesawat Garuda dan di Jakarta mereka akan ditempatkan pada 3 hotel (Hotel Sahid, Hotel Century dan Hotel Milenium).
Selama dalam penerbangan penulis menghitung-hitung kekuatan dan potensi diri, tentu saja teman-teman yang berlain juga demikian. Popularitas kota kota dan orang orang di Pulau Jawa, kadang-kadang membuat rasa percaya diri tidak menentu, pendek kata penulis terbang tanpa beban dan sering berucap “menjadi juara 1 di Sumbar itu sudah bagus, aku terbang tanpa beban- andai peringkat 1 itu adalah miliku maka datanglah, bila tidak maka pergilah”.
Setelah berada di Hotel Millenium maka kegiatan seleksi guru berprestasi adalah seperti penerimaan peserta, penyerahan berkas- berkas dan check in kamar, kemudian dilanjutkan dengan persiapan peserta untuk menuju Puri Agung Hotel Sahid Jakarta untuk acara pembukaan. Kami semua memakai batik atau seragam propinsi masing- masing. Pembukaan PTK Berprestasi dilaksanakan oleh Bapak Menteri Muhammad Nuh dan juga perkenalan panitia dengan peserta.
            Seleksi guru berprestasi yang dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional diikuti oleh 642 guru berprestasi, yaitu  utusan dari 33 propinsi. Lomba guru berprestasi mempunyai tujuan   untuk memberi nilai appresiatif dan konstruktif bagi guru. Guru yang diberi appresiasi atas prestasunya diharapkan bisa memberi penghargaan pada prestasi seseorang- misal pada anak didik.
            Pidato pembukaan dilaksanakan oleh Menteri  Pendidikan- Prof. Dr. Mohammad Nuh. Banyak sekali ide ide cemerlang yang dapat dipungut dari ceramahnya. Misalnya dikatakan bahwa orang yang bisa memberi penghargaan biasanya adalah orang-orang yang juga berprestasi. Orang yang berprestasi akan mampu memberi appresiasi pada orang-orang yang berprestasi. Akibatnya orang lain juga gemar untuk mengejar prestasi. Prestasi juga perlu diraih oleh para pelajar. Agar berprestasi maka orang tua dan guru harus memasukan anak-anak ke dalam saluran besar yaitu saluran pendidikan.
Menteri juga menekankan agar di sekolah bisa dibentuk kultur atau iklim sekolah yang positif- iklim yang memperlihatkan kepedulian. Dalam kultur sekolah yang positif musti ada guru-guru dan staf sekolah yang memberikan perhatian dan rasa cinta, juga memiliki penuh inspirasi. Di sana musti berlaku pendidikan inklusif. Dan sekolah yang beriklim penuh kepedulian ini musti bebas dari budaya “bullying- menggertak dan mengancam sesama”.  
Orang tua dan guru adalah arsitek bagi otak dan pribadi anak. Semakin cepat anak berfikir ya semakin ktreatif  dia.  Selanjutnya dikatakan bahwa jangan biasakan membuat anak stress sebab kalau anak sering stress maka kreatifitasnya akan mengecil.          Mungkin anak butuh musik, sebab dengan musik ia bisa bergembira.      Kalau anak (siswa) stress gara-gara guru, PR yang banyak dan karakter teman-teman yang kurang bersahabat maka mental anak bisa tumbuh tidak sehat (terganggu mentalnya- seperti penggugup, mudah stress, mudah menarik diri dari pergaulan). , detak jantung anakpun juga kurang teratur.  Untuk itu kita perlu ingat “jangan pernah membuat anak-anak stress dan menangis.
Bila kita melihat ada  anak menangis karena stress maka bantulah dia (mengapa itu bisa terjadi). Dianjurkan bahwa musti dbiasakan banyak memberi reward- pujian (mengatakan very good, you are great” karena ini bisa membesarkan hatinya dan membuat hidup anak lebih bergairah, sebaliknya jauhkan mereka dari punisment/ hukuman karena budaya punisment bisa memutuskan ikatan batin.  
            Pak Menteri juga mengatakan bahwa  orang tua dan guru perlu memilki bonding emotion (ikatan emosi)  dengan anak, ini berguna agar anak merasa bahwa guru dan orang tua adalah milik mereka.       High spirit of learning (belajar dengan semangat tinggi) perlu dibentuk di rumah dan di sekolah. Ini dapat dibentuk melalui prinsip “loving, inspiring and encouraging”.
            Fenomena dalam masyarakat bahwa high spirit of learning berbeda kualitasnya diantara keluarga kaya, keluarga kelas pekerja dan keluarga miskin. Dalam keluarga miskin mungkin bisa terjadi miskinnya pemberian inspirasi dan dorongan semangat juang/ semangat kerja/ belajar mereka.           Di daerah yang banyak terdapat penduduk miskin, di sana mungkin banyak terjadi kekerasan, kebiasaan mematahkan semangat, juga miskin pujian, miskin sarana, miskin informasi, miskin aktivitas dan miskin pemberian pesan- pesan positif pada anggota keluarga.
            Pak Menteri menyarankan agar orang tua dan guru bisa memberikanlah hormon cinta buat anak dan siswa. “            Ternyata banyak orang mengidolakan guru-guru, saya berbahagia karena idola saya adalah guru-guru saya sejak di SD, SMP dan SMA. Maka guru adalah orang yang selalu bermartabat di mata anak- anak bangsa ini. Timpalnya mengakhiri pencerahan.

Menjalani Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional
            Pelaksanaan seleksi guru berprestasi tingkat nasional tidak seberat seleksi di tingkat propinsi. Namun yang terasa berat adalah perasaan atau beban mental. Saat itu harus berhadapan dengan utusan-utusan terbaik dari setiap propinsi dan jumlah mereka lebih besar dibanding saingan saat di Propinsi. Kita ibarat berada di antara bintang-bintang dan kita tidak bisa lagi melihat dan merasakan cahaya kita, karena bisa jadi kemilau diri kita kalau bersaing dari kemilau atau pesona teman-teman lain.
            Meskipun kami ditempatkan di Hotel Millenium dengan iklim yang nyaman namun fikiran tidak senyaman suasana, karena dalam fikiran terjadi psy-war- perang daslam fikiran, bagaimana menaklukan soal-soal ujian test tulis yang jumlah soalnya tidak sebanding dengan alokasi waktu. Kata juri “Karena anda adalah orang-orang pilihan maka tidak mungkin kami memberikan anda soal-soal yang mudah”.
            Selama dua hari kami dihujani oleh test tulis sepanjang hari, otak terasa lelah dan panitia ujian terlihat juga lelah. Dua hari berikutnya kami harus mempresentasikan karya ilmiah, dengan kuota 1 (satu) jam perorang. Ini adalah saat yang menegangkan menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari dewan juri dan bagaimana kita bisa merespon dan meyakinkan dewan juri dengan logika dan dengan penuh sopan santun.
            Penulis juga harus antri, menunggu memang membosankan. Jadwal tampil penulis adalah jam 09.00 atau 10.00 malam. Namun penulis tidak berada di tempat karena harus menunaikan sholat Isya. Jadwal tampil penulis ditunda pada pagi berikutnya.
            Peserta memakai pakaian PSL- memakai baju putih panjang lengan, memakai jas dan juga dasi. Setiap peserta mencari informasi tentang apa jenis pertanyaan dan bagaimana karakter dewan juri, “woww ada yang rada-rada galak”. Suasana seperti mengikuti kompre untuk tesis pada kuliah pascasarjana. Akhirnya tibalah jadwal bagi penulis untuk mempresentasikan karya ilmi dengan media power point. Yang kita perlukan adalah sikap tenang, santai dan penuh percaya diri.
            Ternyata suasana presentasi tidak menakutkan seperti yang dibayangkan. Alhamdulillah penulis bisa merespon semua pertanyaan dewan juru, malah penulis menerima ucapan selamat “mogas-moga anda sukses”. Selesai presentasi sebetulnya suasana fikran sedikit lega, kecuali harus menyiapkan mental untuk mendengar hasil pengumuman.
            Acara setelah usai presentasi adalah menuju Hotel Sahid untuk acara makan malam, acara ramah tamah dan pemberian hadiah dari Bank Mandiri oleh Direktur Bank Mandiri dan juga oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Pencerahan dari Bank Mandiri dan Menteri
            Seperti biasa, penulis mengikuti uraian pencerahan yang diberikan para tokoh dengan seksama (tekun), prenulis tidak lupa untuk menulis ide-ide yang bermanfaat. Ide-ide pencerahan dari Bapak  Anis Baswedan (Direktur Bank Mandiri) adalah seperti alinea berikut:
Bapak Direktur  juga memberi wejangan yang sangat menginspirasi.  Ia berpesan agar kita  menyiapkan anak-anak menjadi pemenang di era baru dan bukan menjadi orang yang kalah dengan ilmu, bahasa, agama, pergaulan, etika,  dan lain-lain.  Ia bertanya:
“Mengapa sih orang orang Indonesia cukup banyak bisa diterima di internasional ? Ya itu karena karakter dan integritas mereka yang baik, dan juga oleh kualitas kompetensi yang mereka milki”.
Usai pencerahan dari direktur Bank Mandiri diteruskan dengan pencerahan (ceramah)  dari Menteri Pendidikan nasional.           Menteri pendidikan (Prof. Dr. Mohammad Nuh)  telah hadir sebanyak dua kali. Ceramahnya sangat penulis suka. Bpk menteri mengawali ceramahnya dengan memaparkan defenisi kata “guru”, yang berasal dari  bahasa Sangskerta- gu= darkness (kegelapan) dan  ru= light (cahaya). Jadi guru adalah cahaya yang menerobos kegelapan, guru adalah orang yang memberi pencerahan.
            Guru itu seharusnya adalah orang-orang hebat maka untuk itu mereka perlu menyandang prestasi dan dedikasi. Seorang guru perlu memiliki cahaya (kecerdasan) dan energi (kompetensi) untuk menerobos kebodohan. Guru- guru adalah orang yang selalu menjaga kualitas bangsa, yaitu selalu membangun peradaban. Guru juga punya peran yaitu sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan generasi muda.
            Prestasi seseorang harus diapresiasi (dihargai). Namun yang bisa memberi apprresiasi adalah orang orang yang juga pernah berprestasi (yang yang punya pengalaman sukses). Sorang yang tidak punya prestasi- tidak memilki pengalaman sukses- ya susah untuk menghargai prestasi orang.         Guru itu adalah ibarat sumber air (sumur/ sungai) yang tidak pernah kering. Kehadirannya diperlukan untuk menyuburkan bangsa ini. Agar guru bisa selalu menjadi sumber air bagi kehidupan, maka selalulah belajar dan belajar.
            Kadang kadang ada guru yang mudah menjadi inferiority complex (rendah diri), karena merasa diri kurang- kurang ilmu, kurang kompeten. Untuk mengatasinya ya tumbuhkanlah sikap optimis.      Peran guru adalah untuk memberi sentuhan demi sentuhan buat generasi emas Indonesia.
            Dunia guru adalah dunia ilmu, maka ilmu itu punya induk yaitu kesabaran dan kebijakan. Orang yang berilmu musti penyabar- guru yang berilmu adalah bukan guru yang killer dan guru pemarah. Tidak mungkin orang yang berilmu ilmu itu seorang yang pemarah.  Maka aneh  ya....sekali lagi, kalau ada guru yang berilmu terkenal sebagai guru yang pemarah.
            Bapak  Menteri menambahkan bahwa perempuan berilmu sangat dicari-cari dan dicintai oleh orang kaya. Mau tahu ciri-ciri menantu orang kaya ? Yaitu cantik/ ganteng, pintar (berilmu) dan jelas turunannya (orang tuanya).  Masa orang kaya punya menantu jelek dan bodoh.          
            Usai ceramah menteri hari sudah beranjak larut malam. Kami semua bergegas menuju mobil untuk bisa sampai ke Hotel millenium kembali.


Jum’at Yang Mendebarkan
            Penulis rasa bahwa hari Jum’at tanggal 7 september 2012 adalah hari yang mendebarkan karena hari itu akan ada pengumuman pemenang guru berprestasi. Walau semua peserta terlihat ceria, namun satu atau dua orang terlihat sedikit gugup. Ada yang berzikir agar diberi Allah rasa tenang dalam hati.
Pagi-pagi setelah sarapan kami kembali bergegas menuju mobil untuk menuju Hotel Century. Hari itu kegiatan kami adalah mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Bapak Surya Dharma, M.A, Ph.D, dengan topik “tantangan guru tahun 2030”.  
Bapak Surya Dharma. Ph.D adalah Direktur pembina pendidik dan tenaga kependidikan Dikmen. Beliau terinspirasi oleh buku “Education for 21st  Century”. Menyatakan bahwa kualitas pendidikan tergantung pada kualitas dan kepedulian guru, kepala sekolah dan pengawas. Kalau ke tiga orang ini memiliki kompeten- meskipun gedung jelek- ya akan bisa diperoleh generasi yang bernas. Apalagi kalau sang anak juga berasal dari rumah/ orang tua yang juga peduli- memotivasi dan menyediakan fasilitas.
Guru musti bertekad dan berprinsip bahwa “cara mengajar kita  musti berbeda dari cara mengajar guru dalam generasi sebelumnya”. Kalau guru kita  killer, pemarah, membuat stress, ya kita  tidak harus demikin. Kalau guru kita  mengajar selalu monoton maka kita harus mengajar dengan model yang bervariasi”.
            Beliau menambahkan bahwa dunia sudah berubah dan cara kita bersikap juga berubah. Bagaimana implikasi dari perubahan dunia ini. Coba lihat bentuk hiburan- sudah berubah, cara dan alat komunikasi- sudah berubah, cara membayar dengan transaksi kartu ATM- sudah berubah, maka metode dalam mendidik- juga harus berubah. Jadi dunia memang berubah.
Dalam berkomunikasi dan mengakses informasi sekarang anak-anak muda banyak bersandar pada google (ada 620 juta orang), blogger (126 juta orang), you tube (2 juta orang) dan facebook (260 juta orang). Malah siswa sekarang tidak perlu banya tanya pada guru lagi, namun mereka bisa konsultasi dengan “mbah google”. Kalau mereka ingin belajar bahasa, fisika, itu bisa lewat you tube.
Jadi paradigma- cara memandang kita- juga harus berubah. Maka guru, kepala sekolah dan pengawas perlu tahu dan menguasai tentang google, blogger, you tube, facebook dan fitur yang lain.  Dahulu siswa amat percaya pada ucapan guru mereka. Namun sekarang mereka bisa cari tahu ke internet.
Siswa-siswa  kita bisa jadi sudah kaya dengan akses informasi, namun mayoritas mereka masih lemah dalam “problem solving dan critical thinking’. Sementara pendidikan di negara maju yang membuat negara tersebut bisa jadi maju adalah karena penduduknya sudah berorientasi pada problem solving dan critical thingking. Maka ini menjadi tantangan bagi individu guru dan orang tua di rumah.
Beliau menambahkan bahwa dalam zamat teknologi dan informatika ini, kehadiran internet juga telah mengubah cara kita belajar, bermain dan bekerja. Di Amerika Serikat kalau ada rapat dinas, maka tidak memakai undangan lagi, namun sudah dalam bentuk online. Maka orang di sana selalu perlu membuka/ mengakses situs (web) on line.
            Tanpa kita sadari bahwa belajar dan memesan tiket sekarang juga sudah serba online. Maka kalau boleh Kepala Sekolah jangan hanya terlalu rajin mengurus administrasi sekolah, namun mereka harus menjadi instructional leadership- ya fokus pada learning.     
            Kepala sekolah sangat urgen untuk rajin mengunjungi kelas- bukan untuk bikin stress guru dan siswa- namun mereka perlu tahu bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga sekolah. Jadi pembelajaran itu sangat utama.             Jangan mengajar berharap anak banyak memorizing (menghafal) tetapi dorong mereka untuk melakukan critical thingking- untuk itu bentuk ujiannya harus essay, bukan multiple choice (pilihan berganda). Guru sendiri juga perlu tahu bentuk mengajar dengan critical thingking dan problem solving.
Pokok pembelajaran dalam abad 21 adalah tentang life-skill, content, mata pelajaran utama/ pokok, learning and thingking skill serta ICT dan literacy. Mari kita didik anak dan siswa kita sesuai zamankalau kita mengajar anak atau siswa seperti pada zaman kita dahulu, berarti kita merampas masa depan mereka. Guru tidak hanya mengajar kognitif anak, namun juga mendidik (membentuk) karakter mereka melalui pemberian model dan menyebarkan pesan-pesan tentang betapa pentingnya menjadi orang yang baik (orang yang bijak).
Guru perlu selalu upgrade ilmunya. Upgrade itu berarti charging. Phone-cell saja juga perlu charging, Hp yang tidak dicharge bisa low battery.  Hidup kita ini unpredictable- kadang- kadang tidak bisa diprediksi, untuk itu kita selalu berubah melalui learning dan kalau boleh learning based society.
Sebagai guru- kita mengajar orang-orang baru, bukan generasi lama. Maka kita juga perlu mengubah cara mengajar kita.      Dahulu menempeleng siswa bisa jadi sah-sah saja, namun sekarang menempeleng siswa bisa berurusan dengan hukum dan melanggar undang-undang pelanggaran anak.
Selanjutnya juga dikatakan bahwa         Kepala Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang effektif bagi sekolah.              “If you don’t learn- you don’t change, if you don’t change- you die, so never stop learning. Jangan seperti dinosaurus yang malas bergerak dan akhirnya mati.

Pembelajaran abad 21
Pada saat itu juga disampaikan tentang bagaimana konten pembelajaran abad 21. Ciri-ciri pembelajaran dalam abad 21 adalah sebagai berikut:
-         Critical thingking dan problem solving
-         Creativity dan innovation
-         Communication
-         Collaboration
-         Global awareness (peduli terhadap keadaan financial, economy, bisnis dan kewirausahaan, civic literacy, healthy dan wealthiness).
Future classroom
            Kemudian bagaimana bagaimana bentuk sekolah/  kelas di masa depan ? ya kita akan lihat, guru-guru tidak galak dan tidak otoriter dan ruang kelas tidak sepreti pabrik lagi. Maka apa yang harus diketahui guru buat pendidikan abad 21, ya mereka harus tahu tentang:
-         Mengajar siswa lewat google
-         Menguasai/ mengetahui bahasa dunia
-         Membangun virtual technology (pendekatan pada tekhnologi) untuk membangun kualitas kognitif dan adaptive.
-         Guru musti mengajar tentang topik yang lebih spesifik.
-         Mampu memunculkan kesadaran siswa
-         Sistem mengajar bersifat personal, jadi memang butuh kesabaran guru.
-         Guru butuh alat/ media untuk menghadapi keterbatasan di luar dan di dalam sekolah.
-         Belajar bisa terjadi di dalam dan di luar kelas. Guru perlu tahu dan mampu menggunakan ICT (internet dan laptop).
-         Karir guru tentu dihargai sesuai dengan kualitas  kompetensi dan guru direkrut sesuai dengan keahlian mereka, misal ahli musik untuk mengajar kesenian.
-         Pemberdayaan dan pemberian reward pada guru yang punya inovasi dan keahlian. Menghargai guru atau orang yang accomplish- punya peran dalam masyarakat.

Kemudian juga ada ceramah dari tokoh pendidikan yang lain.  Pencerahan (ceramah) dari Prof. Alcaff (staff ahli Dikbud), tema pembicaraan adalah tentang kompetensi TIK untuk tenaga pendidik dan kependidikan dalam mendukung pendidikan abad 21. Pendidikan berbasis TIK sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa kita. Tema kompetensi pendidikan abad 21 adalah seputar kepedulian global, keuangan, kewirausahaan, civic literacy dan health literacy.
Sementara inovasi belajar difokuskan pada kreatifitas yaitu bagaimana menemukan ide-ide baru (melalui observasi, melihat, mendengar, dan membaca). Kemudian penekanan pada kritical thingking dan problem solving, selanjutnya pada komunikasi dan kollaborasi.
Guru masa depan musti memiliki information, media dan ICT literacy. Kemudian tentang bentuk model kehidupan dan pencarian karir, diharapkan siswa atau orang yang bersikap fleksibel dan mudah beradaptasi, mampu mengambil inisisatif dan self direction, memahami sosial dan lintas budaya. Orang untuk masa depan musti bersikap produktif dan akkuntabilitas, memiliki leadership dan bertanggung jawab.
Tentu saja anak tidak bisa mempelajari semuanya dari sekolah, untuk itu mereka perlu belajar sendiri, punya self directing, melakukan eksplorasi pada sumber-sumber belajar.  Sementara untuk kompetensi guru abad 21 meliputi kompetensi pedagogi, sosial, profesional, kepribadian dan plus dengan kompetensi ICT (mampu mengoperasikan ICT).

Pengumuman Pemenang Guru Berprestasi
            Usai sholat Jum’at pada sebuah mesjid di samping komplek gedung kementrian, semua peserta guru berprestasi menyempatkan diri untuk makan siang. Kemudian tibalah moment yang ditunggu-tunggu- yaitu pengumuman pemenang guru berprestasi dan berdedikasi. Semua peserta berkumpul di aula pada plaza kemendikbud gedung A di Senayan.
Sesuai arahan panitia bahwa semua peserta duduk sesuai grup mereka, mulai dari grup Guru TK, Kepala TK, Pengawas TK, hingga grup Guru SMA, Kepala Sma dan Pengawas SMA. Berarti total peserta ada sekitar 700 orang. Para eselon dan menteri Pendidikan sudah hadir dan tentu pengumuman pemenang segera digulirkan.
Sejak semula penulis membuat patokan bahwa untuk tingkat Guru SMA yang terbaik itu tentu berasal dari propinsi di Pulau Jawa. Sesuai dengan keberdaan Universitas dan Perguruan Tinggi yang populer, seperti: ITB, UI, UGM, UNDIP, UNIBRAW...maka guru guru hebat bakal datang dari Jawa Barat, DKI-Jakarta, Jogjakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur...kalaupun ada peringkat 6 atau juara harapan 3 “itu mungkin saya dari Padang/ Batusangkar”.
Ternyata saat itu tidak ada pengumuman untuk harapan 1, 2 dan 3 (juara 4, 5 dan 6), maka hilanglah harapan penulis untuk memperoleh juara harapan. Namun sekali-sekali terlintas dalam fikiran bahwa “jangan jangan yang juara satu itu adalah penulis sendiri, nasmun fikiran itu harus diusir, agar kalau tidak terbukti jadi tidak kecewa.
Maka juri/ panitia mengumumkan peringkat 1,2 dan 3 guru terbaik/ berprestasi tingkat nasional. Pemanggilan dimulai dari nomor 3....wah nama Sumatera Barat terlewatkan, untuk nomor 2 “wah untung ada nama Sumatera Barat tersenggol lewat “Suyetmi untuk tingkat Guru SMP dari Sijunjung”. Dan untuk tingkat 2 nama Sumbar masih lewat. Tinggal lagi untuk menunggu pengumuman pemuncak juara 1 Tingkat Nasional.
Penulis juga memperhatikan nama-nama pemenang. Dalam hati juga berharap untuk bisa jadi juara 1, namun tetap berprinsip bahwa yang the best datangnya dari Pulau Jawa. Penulis jadi terperanjat dan kaget...mungkin itu namanya surprised, begitu nama yang dipanggil adalah:
DRS. MARJOHAN, M.PD guru SMA Negeri 3 Batusangkar Sumatera Barat, penulis merasa senaaaang, terharuuuuu, tak terbayangkan, semua orang sekitar memberi ucapan selamat. Mereka yang merasa punya hubungan darah dengan ranah Minang juga datang menyodorkan tangan dan berucap: “Bapak saya orang Padang...Selamat ya Bapak atas Prestasi nomor satu”.
“Terima kasih...terima kasih, alhamdulillah ” Penulis melontarkan dan mengucapkan rasa syukur tanpa tiada henti. Hari itu hari Jum’at dan penulis merasa terlahir kembali sebagai orang baru yaitu sebagai seorang pemenang. Seorang pemenang dengan rasa percaya diri sangat tinggi. Penulis pun meluangkan waktu untuk mengambil moment dan mengabadikan diri sebagai dokumen buat sejarah. Penulis kemudian mencari tahu nama- nama para juara 1 guru berprestasi tingkat nasional, mereka adalah sebagai berikut:
Daftar Pemenang I  Guru dan Tenaga Pendidik Berprestasi tahun 2012
1. Guru TK Berprestasi: Iis Sumyati Shalihat (TK Darul Hikam Bandung/Jabar)
2. Kepala TK Beprestasi: Zahra (TK Raudhah Pasuruan/Jatim)
3. Guru SD Beprestasi: Dhebora Krisnowati S
    umarahingsih (SDN Kepahitan 06 Jember Kaliwates/Jatim)
4. Kepala SD Berprestasi Slamet (SDN Kalisari Sayung Demak/Jateng)
5. Pengawas SD Beprestasi: Dyah Budiarsih (UPK Purwekerto Utara/Jateng
6. Guru SMP Berprestasi: Subhan (SMPN 9 Pontianak/Kalbar)
7. Kepala SMP Beprestasi: Suyoso (SMP Meranti Mustika Seranau/Kalteng)
8. Pengawas SMP Berprestasi: Ganif Rojikin (Dinas Pendidikan Kab Probolinggo/Jatim)
9. Guru Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi: Dedeh Kurniasih (SLB Negeri 7     
     Jakarta/DKI Jakarta)
10. Kepala Sekolah Pendidikan Khusus Berdedikasi: Ratmartini (SLB Ulaka Penca/DKI
      Jakarta
11. Guru SMA Beprestasi: Marjohan (SMAN 3 Batusangkar/Sumbar)
12. Kepala SMA Berprestasi: Isdarmoko (SMA 1 Bantul/DIY)
13. Pengawas SMA Berprestasi: Budihardjo (Dinas Pendidikan Semarang/Jateng)
14. Guuru SMK Berprestasi: Ejon Sujana (SMKN 1 Cimahi/Jabar)
15. Kepala SMK Berprestasi: Ahmad Ishom (SMK Negeri 6 Semarang/Jateng)
16. Pengawas SMK Berprestasi: Riadi Nugroho (Dinas Pendidikan Pati/Jateng)
17. Tutor Paket C Berprestasi: Alif Rokhana Mukhromah (UPTD SKB Kota
      Salatiga/Jateng)
18. Lomba Kreativitas Pembelajaran Guru SMALB: Endang Sri Lestari (SLB A
      Yaketunis/DIY)
19. Lomba Guru Berdedikasi Pendidikan Menengah: Elmapida (SMA Mesuji
      Timur/Lampung) 
            Hari itu terasa amat indah dan menjelang maghrib kami semua naik mobil untuk menuju Hotel Millenium. Habis makan malam masih ada ceramah atau kuliah umu yang disampaikan  Prof. Indrajati Sidi- dosen senior ITB dan juga dari Dirjen Dikdasmen. Pencerahan itu setelah pengumuman pemenang, dimana penulis memperoleh peringkat 1 guru berprestasi untuk kategori guru SMA. Topik yang dibahas oleh Bapak Indrajati Sidi adalah seputar profesionalisme.
            Ia mengatakan bahwa kalau orang tidak bisa dipegang profesionalismenya maka ia bukan orang yang teladan. Hidup ini juga butuh proses, tidak mungkin seseorang bisa jadi hebat secara tiba-tiba, pasti itu semua lewat proses yang panjang.  Dia menambahkan nahwa secara makro negara kita belum begitu maju pada pendidikan, namun secara mikro sudah banyak orang-orang yang profesionalisme.
            Kalau bangsa mau maju maka diperlukan banyak para teladan atau profesionalisme. Mereka semua harus menjadi panutan, acuan (reference), ditiru, dikagumi dan dibanggakan.  Seorang teladan atau profesionalisme perlu menguasai substansi bidang profesinya, bersikap jujur, pekerja keras, mempunyai cita-cita yang tinggi, punya target/ tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan dan menikmati goal setting (tujuan hidup mereka). Profesionalisme adalah bagaimana kualitas sikap para anggota suatu profesi serta bagaimana derajat pengetahuannya.
            Profesional itu terlihat dalam tindakan atau action. Segita dari profesionalime itu adalah seperti:
-         Profesionalisme value and profesional commitmen- kommitmentnya adalah agar terus menerus belajar.
-         Profesional skill and abilities- punya kemampuan dalam mengatasi problem.
-         Profesionalism knowledge and understanding- memiliki kompetensi profesionalisme.
Prof. Indra Jati Sidi juga mengatakan bahwa orang yang teladan perlu menerapkan karakter hidup, yaitu sesuai antara perkataan dan perbuatan.           Seorang profesionalisme (teladan) – sekali lagi- perlu menguasai profesi. Seorang guru yang profesionalisme ia harus jago dalam mendidik. Ia tahu dengan substansi (bidang studi), tahu dengan psikologi, tahu cara memotivasi diri dan anak didik, tahu cara menilai, dll.  Orang yang suka mencontek, korupsi, dll, maka tak patut dikatakan sebagai orang yang profesionalisme.    
Masalah bangsa kita yang lain adalah dari segi kualitas dan kuantitas, untuk itu memang diperlukan para teladan.             Kita para pendidik bertanggung jawab dalam menyiapkan SDM bangsa ini. Prinsip dalam belajar dan berlatih bahwa “exercise makes perfect” atau latihan membuat sesuatu bisa sempurna. Tidak ada sustu kompetensi yang akan bisa diperoleh tanpa ada latihan. Karakter bagi para profesionalisme – guru berprestasi
-         Berkarakter gembira, berenergi, antusias, optimis, suka diajak kerja sama dan bekerja lebih lama.
-         Rendah hati, yakni tidak sombong, mau mendengar dan mau belajar.
-         Selalu berfikir dan berfikir untuk meningkatkan kemampuannya. Ia juga bersikap proaktif, manusiawi, pembelajar, pantang menyerah dan tidak mudah puas.
Dalam pertemuan/ kuliah itu juga dibahas tentang  trend kepemimpinan di dunia adalah dalam bentuk participative leadership. Gaya kepemimpinann ini kurang ada di Timur Tengah. Lihat apa sekarang yang terjadi- Suria, Mesir yang mudah bergejolak. Pesan bahwa profesionaliosme- para teladan- jangan lari dari medan tempur. Guru- guru jangan lari dari profesi.
Carilah lingkungan atau tempat yang hebat heterogennya atau hebat kebinekaanya. Contoh kekuatan ITB adallah ia memiliki intake yang bagus- anak- anak hebat se-Indonesia bergabung, dosen- dosen hebat juga bergabung. Musuh terbesar dalam upaya peningkatan mutu sendiri adalah diri sendiri, yaitu tidak ada kemampuan pada diri. Use your head and you will be teacher, guru berkualitas akan menjadi lebih terhormat.
Dunia memang juga telah berubah dari berbasis SDA (Sumber Daya Alam) menjadi berbasis pada ilmun pengetahuan. Cara mencari ekonomi berbeda, keterampilan juga berbeda dan cara belajar juga berbeda. Maka pembelajaran harus mampu beradaptasi pada perubahan.

West Sumatera...I Come
            Selain penuis sendiri, banyak pihak yang juga senang atas kemenangan penulis. Penulis pesan SMS bahwa “Alhamdulillah saya memperoleh nomor satu tingkat Indonesia” kepada Kepala Sekolah SMAN 3 Batusangkar- Bapak Drs. Rosfairil, MM dan kepada keluarga/ istri di Batusangkar dan pada beberapa orang yang penulis sempat kirimi SMS. Kemudian secara serempak penulis memperoleh puluhan atau ratusan ucapan selamat lewat telepon dan SMS dan lebih lebih lagi lewat FaceBook.
            Masih ada hari tersisa 3 hari menurut agenda kegiatan. Pihak Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat mengajurkan agar penulis segera pulang karena akan ada upaca penyambutan buat penulis dan juga buat Suyetmi- juara 2. Kegiatan kecil yang masih tersisa adalah seperti wisata budaya ke Taman Mini, penutupan dan ramah tamah dengan Dirjen Dikmen yaitu Bapak Surya Dharma.
Malam itu penulis juga ikut memaksa diri sesuaim kemampuan untuk ikut berdansa dan bernyanyi. Istimewanya lagi malam itu (Sabtu, 8 September 2012) semua peserta yang meraih nomor satu memperoleh bingkisa sebuah laptop dari perusahaan Intel- komputer Jakarta. Laptop tersebut sangat diidamkan oleh istri penulis untuk mengganti laptopnya yang sedang rusak.
Besoknya adalah acara bebas- penulis meluangkan waktu untuk mengunjungi famili dan setelah itu kembali ke Hotel Millenium buat menyelesaikan urusan administrasi, sertifikat dan penyerahan dokumen-dokumen dan termasuk uang hadiah. Senin- 10 September, penulis dijemput dan memperoleh perlakuan istimewa sejak dari hotel, ke bandara Sukarno Hatta hingga terbang lagi dengan pesawat Garuda. Penulis tahu bahwa bakal ada penyambutan dengan kalungan bunga di Bandara Internasional Minang Kabau.
Ternyata benar, penulis disambut seperti sang superstar, alasannya karena penulis memperoleh juara satu guru berprestasi tingkat Indonesia, yang telah mengangkat citra dan nama baik Propinsi Sumatera Barat dan juga Kabupaten Tanah Datar. Dalam sambutan penulis diberi reward yaitu ‘Kesempatan untuk pergi Hajji ke Makkah untuk tahun 2013 atau 2014”. Alhamdulillah...wayukurillah, dan juga ada penghargaan atau reward oleh Pemda Kab. Tanah Datar.
Hari berikutnya penulis kembali berada di sekolah SMAN 3 Batusangkar dan beberapa kegiatan seperti acara syukuran dan penulis meluangkan waktu buat wawancara dan liputan berita dengan berbagai wartawan. “Penulis bisa begini...bukan karena usaha pribadio, namun itu karena ridho Allah Swt, dukungan dan doa dari teman-teman, famili dan juga semua anak didik penulis”. Moga moga berkah  amiiin ya rabbal  ‘alamin.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...