Minggu, 21 April 2013

Pengalaman Belajar di Amerika


Pengalaman Belajar di Amerika
Mengikuti proram pertukar pelajar ke manca negara adalah program yang banyak diminati oleh pelajar dari seluruh pelosok Indonesia. Program tersebut adalah AFS (American Field Service), Yes (Youth Exchange Studies), dan Jenesys (program ke Jepang) masing-masing untuk satu tahun, namun juga ada program Jenesys untuk dua minggu. Karena program ini terbatas untuk beberapa orang saja dan juga cukup bergengsi maka tentu saja setiap peminat harus punya persiapan yang matang untuk memenangkan seleksi penyisihan.     
Miftahul Khairi (17 tahun), siswa SMAN 1 Bukittinggi,  putra dari Bakri Harun (Kepsek SD 15 Matur, Agam) dan Rasmiati (Hakim Pengadilan Agama di Maninjau), dan juga sebagai keponakan Penulis,  telah beruntung bisa mengitu program pertukaran pelajar Yes (Youth Exchange Studies) di Amerika Serikat yang juga disebut dengan Negara “Uncle Sam” atau “Paman Sam”. Tentu saja Miftahul (Ari) terlebih dahulu melakukan persiapan yang cukup matang sehingga bisa mengikuti program Program Yes ini dan tinggal serta belajar di Amerika Serikat dengan orangtua angkat selama satu tahun.
Seperti remaja pada umumnya, Ari biasa-biasa saja, rajin tapi kadang-kadang juga malas. Suka membantu orang tua, suka belajar dan juga suka main game online.”Namun kenapa kamu tertarik mengikuti program pertukaran pelajar ?”. Itulah pentingnya bergaul dan bertukar cerita dengan banyak orang. Suatu hari kakak teman yang baru saja kembali mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri berbagi cerita dengan Ari sehingga rasa ingin tahu dan motivasi Ari juga muncul. Faktor lain yang mendorong Ari ingin mengikuti program ini adalah karena ingin melihat dan merasakan tentang bagaimana budaya orang lain dan juga ingin merasakan pengalaman baru tinggal di Amerika.
Ia memperoleh informasi bahwa peserta yang kemungkinan akan lulus dalam program American Field Service ini adalah mereka yang selain mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris juga memiliki pengalaman leadership dan aktif dalam organisasi. Ia pun juga aktif dalam organisasi di sekolah dan organisasi di sekitar rumah. Ia harus memiliki banyak wawasan, setiap hari mengikuti berita-berita dan mencatat semua issue berita pada buku catatan khusus. Kadang-kadang Ari juga pergi ke internet untuk melakukan browsing tentang berita terkini dari seluruh pelosok Indonesia dan dari seantaro dunia- tentang global warming, tentang proliferasi nuklir, tentang cloning, tentang kematian Michael Jackson, tentang perkawinan kaum homo seks, dan lain-lain. 
Ari melompat hampir setinggi langit, riang gembira karena dinyatakan lulus dalam mengikuti seleksi pertukaran pelajar tersebut. Ia mengatakan bahwa “preparation is mother of successfulness”. Tentu saja persiapan Ari yang lain, selain kemahiran dalam bahasa Inggris, adalah juga dalam hal berdebat, menguasai kesenian dan life skill lain- ia belajar memasak gulai dan rendang Padang. Ari juga belajar tari minang, silat minang, masakan minang, dan juga membaca buku-buku tetang budaya Indonesia secara keseluruhan karena Ari kelak adalah menjadi duta bangsa. Kebiasaaan berdebat sangat penting dalam membentuk mental yang kuat dan berani dan sebab program pertukaran pelajar tidak perlu menjadi anak manis yang serba penurut, patuh tapi susah dalam berkomunikasi.
Ari bebagi cerita bahwa saat itu ada sekitar 600-an peminat program pertukaran pelajar dari seluruh Sumatera Barat dan juga mungkin dari Riau. Yang ia ambil adalah program YES (Youth Exchange Studies) dan yang diambil dari seluruh pelamar hanya 5 orang. Ari termasuk satu dari lima orang yang beruntung. Seleksi program ini meliputi test tertulis, wawancara dalam bahasa Inggris, wawancara non Bahasa Inggris tentang pengetahuan umum, wawasan lain, kepribadian, penilaian individu tentang kerja kelompok atau team-work.
Tip dan trick agar menang dalam seleksi program pertukaran pelajar tersebut adalah “be your self”. Penilaian dengan skor rendah selama aktifitas team work adalah kalau seseorang memperlihatkan sikap hiperaktif, suka memonopoli, egois dan adanya kesan arrogant atau angkuh. Selanjutnya karakter yang tinggi skor penilaiannya adalah untuk  karakter cooperative, leadership, dan kreatif. Tipe “be yourself” yang disenangi oleh program pertukaran pelajar adalah untuk semua karakter orang- ada yang agak pendiam, suka usil, humoris. Yang dinilai tidak hanya cerdas, ramah, cooperative, leadership dan kreatif, tetapi juga harus bersifat “out going, easy going dan humoris”.
“Apa yang kamu rasakan begitu kamu dinyatakan lulus dalam seleksi ?”. kelima peserta yang lulus kemungkinan “feeling between belive or not believe” kalau mereka lulus, kemudian merasa excited dan mulai membuat seribu impian dan sejuta andai, “Kalau…. Kalau….kalau…., saya akan…..”. Mereka juga ingin tahu tentang seperti apa sih USA itu. Pokoknya ada harapan yang begitu tinggi dengan sejuta mimpi. Namun kemudian bercampur dengan emosi kesedihan. Sedih karena harus berpisah dengan keluarga, sedih berpisah dengan teman dan sedih kehilangan waktu- tertunda belajar  di sekolah selama satu tahun.
“Apa persiapan kamu menuju negara Paman Sam ?”. Selain faktor bahasa dan pengeahuan budaya juga harus menyiapkan logistik. Menyiapkan pakaian yang digunakan seperlunya, buku-buku yang diperlukan , paspor, visa dan souvenir. Sekali lagi karena pertukaran pelajar adalah juga berarti pertukaran budaya, maka peserta juga harus punya persiapan budaya- belajar tari, belajar seruling, belajar gitar dan lagu daerah.
Sebelum keberangkatan ke negara tujuan maka semua peserta yang lolos seleksi dari seluruh Indonesia berkumpul di Jakarrta, tentu saja diantarkan oleh orang tua. Mereka diberi program orientasi- pembekalan untuk mengenal negeri orang dan mengenal negeri sendiri. Mereka memperoleh materi pelajaran CCU atau “Cross Culture Understanding- pemahaman lintas budaya”. Dan setelah itu acara Talent Show- penampilan bakat- yang disuguhkan buat orang tua peserta yang baru saja mengantarkan anak-anak mereka untuk program pertukaran pelajar.
“Bagaimana perasaan kamu saat terbang melintasi samudra pasifik ?”. Peserta program AFS dan Yes tidak terbang melintasi samudra Pasifik. Itulah kondisi pesawat GIA (Garuda Indonesia Airways) tidak memperoleh izin untuk mendarat di bandara Eropa, karena diangap kurang memenuhi standard keselamatan dan mungkin karena pesawat sudah agak tua (maaf), maka peserta terbang dengan MAS (Malaysia Airline System) dari Jakarta ke Kuala Lumpur selama dua jam. Dari Kuala Lumpur terbang lama selama 12 jam dengan pesawat menuju Frankfurt. Hari terasa selalu siang selama 12 jam karena pesawat terbang menyonsong matahari. Agar bisa tidur maka pilot menyarankan agar menutup semua jendela pesawat dan sebagian penumpang bisa tidur.
Peserta transit di Frankfurt. Bandaranya sangat rapi, bersih dan udaranya bearoma harum sehingga setiap pengunjung merasa dimanja. Kemuian peserta terbang dengan pesawat United Airline menuju Washington, DC selama 7 jam melintasi samudra Atlantik. Peserta menjadi too excited karena sudah begitu dekat dengan negara Paman Sam, tetapi bercampur degan emosi kesedihan “ada yang menangis” karena sudah terasa begitu jauh dari tanah air dan dari mama dan papa tercinta.
“Apa kesan kamu melihat orang-orang dalam pesawat terbang moderen ?”. Bule-bule dalam pesawat umumnya tampak sibuk dengan diri sendiri, sibuk dengan laptop, sibuk dengan phone cell, sibuk membaca, atau tidur. Sementara orang-orang kita- peserta yang dinyataan menang dan lulus selesi pertukaran pelajar- terlihat sibuk dengan orang lain. Mengurus orang lain, sibuk ngobrol, sibuk tersenyum. Di sinilah beda kepribadian individualitas dan masyarakat social. Dalam masyarakat barat atau budaya individu terkesan bahwa “no personal space”.
Akhirnya pesawat United Airline mendarat di bandara Washington DC. Sebelum menyebar maka peserta YES diberi orientasi tentang way of life di USA. Program Yes adalah program scholarship penuh dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang disediakan buat pelajar atau pemuda dari negara muslim. Makanya kegiatan orientasi di Washington juga ada pelajar dari Malaysia, Arab, Mesir, Turki, dan negara-negara muslim lainnya. Program Yes didirikan setelah adanya tragedi peledakan gedung WTC (World Trade Centre) oleh teroris, dan rakyat USA saat ini memendam rasa marah pada masyarakat muslim dunia. Maka untuk mengenal agama Islam masyarakat muslim, USA mengundang para pelajar muslim melalui program Yes tersebut.
Semua peserta Yes disebar ke 50 negara bagian Amerika Serikat dan tidak ada pelajar yang sebangsa tinggal bersama dalam satu tempat. Ari ditempatkan di kota Mineappolis, negara bagian Minnessota. Minneapolis adalah juga termasuk kota pelajar, ibarat Yogyakarta. Kota ini termasuk kota menengah dan di sana ada Universitas St. Cloud dan di kota ini Ari tinggal dengan Host Family.
“Apa yang kamu lakukan Ari, pertama kali tinggal dengan host famiyy ?”. Semua peserta pasti melakukan adaptasi. Adaptasi dengan bahasa, budaya, makanan, pendidikan dan bagaimana supaya bisa “fit with new famiy and new culture”. Walaupun peserta sudah yakin memiliki bahasa Inggris yang baik namun kadang kala kurang mengerti dengan bahasa Inggris penduduk setempat, karena mereka berbicara cepat dan accent berbeda. Untuk memahami komunikasi maka peserta mengandalkan (memahami) eye contact dan body laguage. Tentang akanan, masakan Indonesia lebih mengutamakan taste and flavour, sementara masakan Amerika lebih mengutamakan nilai gizi, walau sering kurang pas menurut lidah orang Indonesia.
Sistem sekolah di sana juga berbeda dengan Indonesia. Di sana pelajar choose own class dan untuk tingkat SMA mereka tidak memakai seragam, tetapi free clothes. Dalam kelas terdapat banyak tempelan-tempelan yang memberi info kepada siswa/pelajar. Kertas yang ditempel selalu di-update, tidak dibiarkan terpajang selama berbulan-bulan, apa lagi tempelan selama bertahun-tahun. Pendidikan di sekolah kita “guru-guru terlalu banyak ngomong”, namun di USA gaya pembelajaran bersifat memberi “explanation, practicing, dan pemahaman concept”. Maka pembelajaran di Amerika bercirikan banyak simulasi, game dan pemberian reward pada siswa seperi permen dan coklat- walau materi sedikit. Di Indonesia materi terlalu padat dan siswa disuguhi dan harus menghafal banyak materi. Namun tugas-tugas sekolah di sana juga banyak.
Ari secara langsung melihat dan merasakan pebedaan pembelajaran di sana dengan di kampungnya sendiri (Sumatera Barat). Di kelas Amerika, guru-guru memajang nilai yang diperoleh siswa dan selalu mengupdatenya, tiap kali ada penilaian. Suasana pembelajaran kadang-kadang juga lewat menonton dan membahasnya, misalnya dalam kelas poloitik (atau KWN- kewarga negaraan). Dalam pembelajaran ini ada kalanya juga dengan bermain peran, sebagai presiden, anggota partlemen, sebagai pengacara, sebagai narapidana.
Pelajaran seni di Indonesia sudah berciri “praktek” dan di Amerika malah lebih banyak praktek, misal kelas memahat, kelas menjahit, kelas membuat keramik. Ada kesan dari kebisaaan pelajar di Indonesia, kalau pulang sekolah buru-buru pergi les, les matematik, les bahasa Inggris, kimia, fisika dan les komputer. Namun para pelajar Amerika pulang sekolah cenderung pergi berolah raga- mengikuti team basket, team bola kaki, atletik. Makanya tubuh pelajar di sana terbentuk lebih sehat dan kuat. Penduduk di sana sangat mencintai kegiatan olah raga, oleh karena itu mereka terkesan berani dan agresif dalam bekerja dan bersosial. Inilah dampak positif dari kebisaaan berolah raga bagi masyarakat Amerika.
Kemudian masih dalam hal olah raga,  bahwa selalu ada kompetisi antara sekolah. Tingginya semangat berolah raga dalam sekolah dan dalam masyarakat membuat self-believe, life skill, team work, hard work, dan self determination mereka sangat tinggi dan sudah menjadi karakter mereka. Di USA, orang tidak melihat status atau “kamu anak siapa”,  semua orang sama-sama punya kesempatan untuk maju, seorang guru tidak membandingkan latar belakang siswanya apakah dari orang tua miskin, kaya, kulit putih, kulit berwarna, katolik atau non katolik dalam peniaian dan dalam pelayanan (tentu ini juga bergantung pada karakter seseorang). Umumnya siswa di sana memiliki “self determination” menentukan sikap untuk masa depan mereka, makanya pelajar di sana sudah membayangkan apa yang akan mereka kerjakan kelak bila sudah dewasa. Kalau mereka tidak memiliki self determination- menentukan arah diri sendiri, maka itu berarti mereka “gagal dalam hidup”.
“Di negeri kita anak yang dipandang baik adalah sweet kid (anak manis) yaitu patuh, penurut dan rajin”. Di negara Paman Sam, jarang sekali karakter “sweet kid”,  semua orang berkarakter “assertive” yaitu say what you feel dan tidak ada istilah bahasa yang berbelit-belit atau berbasa basi. Tentang hal ini antara Indonesia dan Amerika tentu berlaku istilah  different fish different pond- lain lubuk lain ikannya”. Jadi pola berkomunikasi di Amerika adalah berkarakter clear, direct communication dan tidak berbelit-belit”.
Tentang appellation atau panggilan, Ari cukup memanggil nama saja untuk host family (orang tua angkat) dan pada gurunya. Bagi mereka ini menandakan closeness- kedekatan. Sementara di Sumatera Barat “Panggilan” disesuaikan dengan empat tingkat kata: kata mendaki, kata menurun, kata mendatar, dan kata melereng. Ada yang panggil adik, uni, uda, ibu, etek, sumando, menantu, dan lain-lain”.
Keluarga Amerika menerapkan berbagi kerja dalam mengurus tugas rumah. Walaupun di sana sudah serba mesin. Dan hukuman buat pelanggaran yang dilakukan oleh seorang anak yang diterapkan oleh host family atau orang-orang lain adalah “grounded punishment”. Misalnya seorang anak melanggar peraturan rumah maka selama seminggu  Phone Cellnya, Lap topnya, MP 3 nya disita, fasilitas buat dia dicabut, dan tidak boleh keluar rumah sehingga mendatangkan efek bosan dan jera. Sementara hukum spangking “melampang” pantat anak, apalagi sampai menempeleng kepala, mencambuk kaki anak, mencewer telinga dan hukuman fisik lain.  sudah lama ditinggalkan karena bisa dipandang bertetangan dengan hak azazi manusia. Pelaksanaan hukum tergantung pada karakter pribadi, karena juga ada orang tua yang menganiaya dan sampai menelantarkan anak mereka.
“Bagaimana teman-teman mu di Sekolah Amerika dalam memandang negerimu- Indonesia ?”. Ternyata banyak pelajar di sana yang buta dengan informasi budaya dan informasi geografi tentang negara lain, termasuk tentang Indonesia. Mereka masih memandang Indonesia sebagai negara yang jauh tertinggal atau primitive, sehingga muncul pertanyaan yang lucu-lucu. “Apa kamu pernah makan daging orang utan…? Apa kamu tinggal dalam goa atau di atas pohon kayu besar ?”
Orang di negara Paman Sam  memandang Indonesia sebagai negara yang indah apalagi orang di sana menyukai derah tropis, menyukai warna kulit yang terbakar matahari sebagai “sun tanned skin” sebagai lambang kulit yang sehat makanya orang di sana gemar berjemur saat musim panas. Orang di sana juga menyukai budaya Indonesia seperti tari dan kreasi seni, karena di sana tidak ada tari atau seni yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Mereka juga memandang orang Indonesia sebagai bangsa yang hospitality- ramah tamah.
Host family memandang Ari sebagai remaja yang riang, lucu, smart. Di sekolah Ari sangat jago dengan pelajaran matematika dan umumnya anak-anak Asia jago di sekolah. Ternyata pelajaran Indonesia lebih tinggi- Ari sering sering tampil dalam mata pelajaran matematika, namun kita cuma kaya dengan hafalan dan mereka kaya dengan praktek. Di mata mereka bahwa Ari adalah anak yang suka membantu, suka memotret-motret, hospitality dan clever. Walau Bahasa Inggris Ari terasa sudah bagus tetapi di telinga mereka bahasa Inggrisnya terkesan lucu dan enak untuk didengar, ibarat kita mendengar mereka berbahasa Indonesia dengan aksen yang cadel.
Suasana kehidupan sosial di daerah perkotaan terasa sangat individu, mungkin sama juga dengan kondisi di kota besar Indonesia. Namun di country side- di pedesaan agak sama dengan di desa Indonesia- juga ada suasana bersosial yang tinggi. Beda tentang berteman, kalau di Indonesia seorang remaja mengenal “a lot of close friend”, namun di sana remaja mengenal “few close friends”. Di mata mereka bahwa keramah tamahan itu hanya  sekedar memperlihatkan kebaikan saja. Di sana remaja active mencari teman yag memiliki minat yang sama, misal dalam bidang olah raga dan musik. .      
“Bagaimana tentang hubungan orang tua dan anak di Amrik ?”. Hubungan orang tua dan anak di sana, ya sama dengan kondisi keluarga demokrasi di Indonesia. Mereka memberi anak “freedom to choose” tetapi tetap selalu ada nasehat-nasehat. Anak-anak di sana diajar untuk mandiri dan banyak remaja melakukan kerja “part time”- kerja paroh waktu di swalayan, street construction, di restorant fast food. UMR (Upah Minimum Regional) di sana adalah 7.25 Dollar Amerika per jam,  atau setara dengan Rp. 72.000. Namun mereka dibatasi kerja perminggu oleh undang-undang. Untuk memperoleh kerja part time, mereka menulis resume atau lamaran. Hasil pendapatan part time mereka tabung untuk kepentingan berlibur, jalan-jalan ke luar negeri, untuk beli mobil, untuk membantu uang kuliah dan membeli barang yang mereka butuhkan. Part time diberikan untuk remaja minimal usia 16 tahun.
“Setelah kamu berada di Amerika, bagaimana kamu melihat Indonesia dari arah luar ?”. Ari merasa bangga sebagai bangsa Indonesia karena alamnya cantik apalagi Ari juga dipandang oleh orang sana termasuk remaja yang creative, dan kulitnya dianggap bagus. Apalagi ada persaan emosional, bangga atas nilai kebersamaan yang ada di Indonesia, kemudian Indonesia juga sangat kaya dengan budaya dan seni.
Orang Amerika kagum dengan anak-anak Indonesia karena kecil kecil sudah mahir berbahasa Inggris, mereka saja hanya bisa berbahasa Inggris (bahasa Ibu) dan mempelajari bahasa asing seperti bahasa Perancis, bahasa Spanyol dan bahasa Jerman hanya saat duduk di bangku SMA saja. Tentang jurusan favorite di universitas ya sama fenomenanya dengan di Indonesia, mereka menyukai jurusan ekonomi, jurusan kedokteran, bisnis, hukum dan tekhnik atau engineering.
Mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri, walau kehilagnan waktu belajar selama satu tahun, namun di sana Ari juga belajar di SMA Amerika dan juga memperoleh ijazah atau sertifikat tanda tamat belajar yang nilainya sama dengan diploma satu untuk Indonesia, dengan diploma tersebut Ari pun bisa melamar kuliah di jurusan yag menggunakan bahasa Inggris di universitas Indonesia. Saat sebelum mengikuti pertukaran pelajar, Ari terlihat sebagai anak yang manis- baik dan patuh. Namun setelah mengikuti program pertukaran pelajar selama setahun, rasa nasionalismenya bertambah, semangat bekerja dan belajar lebih progresif seperti anak anak di Amerika dan kemandirian dan self determinasi Ari juga lebih meningkat. 

Orang Tua Yang Ideal



Orang Tua Yang Ideal
Orangtua (ayah dan ibu) merupakan  figur  yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, karena merekalah sebagai pembentuk karakter dasar seorang anak setelah lahir. Mereka  juga sebagai guru pertama dalam kehidupan anak, karena perannya dalam memperkenalkan nama-nama, jenis-jenis kata, etika, sopan santun dan lain-lain,  bagi  mereka.
Barangkali dewasa ini masih banyak orang tua menumbuh-kembangkan anak-anak dengan cara  meniru konsep mendidik generasi sebelumnya. Apabila generasi sebelumnya  sukses sebagai orang tua pendidik maka pewarisan naluri mendidik tentu bisa berhasil namun bila yang ditiru adalah konsep mendidik yang sudah kadaluarsa, konsep mendidik yang tidak sesuai lagi- keras, kaku, dan  otoriter, maka akan melahirkan generasi yang karakternya rapuh , dan mudah. Namun dalam zaman informasi dan telekomunikasi yang begitu pesat, setiap orang tua diharapkan agar mampu untuk mengenal konsep parenting, yaitu bagaimana menjadi orang tua yang bijak – menerapkan konsep mendidik yang yang mendorong kreatifitas, inovasi serta memberi pemodelan pada anak.
1) Orang tua Sebagai Manajer Keluarga
Seperti yang dikatakan di atas bahwa ayah dan ibu punya peran dan tanggung jawab untuk menjadi pengasuh atau orang tua. Istilah ini dikenal dengan kata parenting. Orang tua dapat dikatakan sebagai manajer untuk rumah tangga, karena peran mereka sebagai pengelola situasi dan kondisi rumah. Oleh sebab itu bila semua orang tua ingin bahagia dan sejahtera maka  mereka perlu menerapkan parenting manajemen. Bagaimana konsep parenting manajemen itu ?
Rata-rata orang tua sekarang sudah banyak yang memperoleh pendidikan SLTA (SMA, Madrasah Aliyah dan SMK) mereka tentu mengenal unsyr-unsur organisasi dan dan malah tentu ada yang ikut berorganisasi di sekolah atau dalam masyarakat. Di sana tentu mereka mengenal kata perencanaan (planning), pelaksanaan, dan evaluasi. Maka konsep atau rumusan untuk menjalankan melaksanakan manajemen parenting cukup sederhana yaitu melakukan planning, organizing, actuating (pelaksanaan) dan kontrol.
Orang tua sebagai direktur atau manager dalam rumah tangga perlu untuk duduk bareng antara ayah dan ibu, dan bila anak anak sudah bisa diajak untuk bertukar pikiran maka mereka juga perlu dilibatkan dalam melakukan planning (perencanaan) untuk kemajuan keluarga, untuk menambah pendapatan dan menggunakan anggaran, demikian juga rencana untuk kesejahteraan keluarga dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Menurut teori bahwa ada planning jangka panjang, jangka menengah dan planning jangka pendek- yaitu hitungannya mungkin dalam bentuk harian, mingguan dan bulanan. Rumah tangga tanpa perencanaan yang jelas kerap membawa prahara (kegaduhan) dalam rumah tangga, ayah dan ibu cendrung saling menyalahkan, misalnya dalam hal keuangan atau dalam cara mendidik anak. “Kau keterluan mama, uang untuk satu bulan kau habiskan untuk membeli hal yang tidak berhuna…!”.
Hal-hal yang telah direncanakan tentu perlu dikelola atau diatur (organized) dan seterusnya  dilaksanakan (actuating)  dengan konsisten oleh semua anggota keluarga- sesuai dengan porsinya. Tentu saja ayah dan ibu musti menjadi pengontrol yang baik. Mereka perlu melakukan control. Kemudian berdasarkan waktu yang ditetapkan mereka melakukan evaluasi dalam pertemuan informal keluarga- mungkin saat makan malam atau habis shalat bejamaah dalam keluarga. Kedengaranya begitu ideal atau seperti cerita dalam sinetron. Namun setiap keluarga musti melakukan hal yang demikian.
Manurung[1]  mengatakan bahwa leadership is the key to management. Pernyataan ini berarti bahwa “ kepemimpina adalah kunci atas manajemen”. Di sini diharapkan agar ayah dan ibu juga memperlihatkan model atau suri teladan sebagai “tokoh ibu dan sebagai tokoh ayah yang ideal”bagi seluruh anggota keluarga mereka. Dalam kehidupan ini dapat dijumpai bahwa begitu banyak rumahtangga berjalan tanpa manajemen yang jelas- mereka berprinsip bahwa biarkan rumahtangga ini mengalir seperti air. Ini terjadi karena leadership (kepemimpinan) dan management (pengelolan) rumah tangga tidak ada dan tidak berjalan menurut semestinya. Akibatnya bahwa rumah tangga tanpa leadrrship dan tanpa manajemen yang jelas akan digerakan atau dipengaruhi oleh orang yang berada di luar keluarga.
Selain menerapkan fungsi sebagai leader atau manager bagi rumah tangga, orang tua juga perlu mengenal atau memperhatikan perkembangan watak anak-anak mereka. Idealnya mereka harus tahu tentang perkembangan jiwa anak. Bagaimana watak seseorang pada waktu anak-anak maka demikian pula wataknya setelah dewasa. Kita bisa memperhatikan bagaimana karakter anak-anak Sekolah Dasar- cukup beragam, ada yang lucu, serius, penganggu, yang tenang dan lain-lain. Anak yang suka melucu, setelah dewasa juga suka melucu. Anak-anak yang suka memimpin setelah dewasa juga akan berwatak pemimpin dan anak-anak yang pasif atau penurut setelah dewasa juga akan jadi pasif dan penurut.
Teori manajemen yang diterapkan oleh suatu organisasi agaknya perlu untuk diadopsi. Kesuksesan sebuah organisasi atau keharmonisan sebuah keluarga akan terjadi bila manajemennya mengutamakan people oriented atau family oriented. Unsur manusia memegang peran yang sangat penting. Oleh sebab itu orang tua perlu tahu dan memperhatikan kebutuhan anak (anggota keluarga).
Kebutuhan kebutuhan anak sebagai manusia adalah dalam bentuk kebutuhan fisik, kebutuhan keselamatan, kebutuhan sosial/berkelompok, kebutuhan dihormati dan kebutuhab atas kebangaan /aktualisasi diri. Dalam pengalaman hidup yang terlihat bahwa banyak orang tua yang sangat peduli dalam memenuhi kebutuhan fisik anak saja, yaitu seperti memenuhi kebutuhan makan atas makan, minum, pakaian, kesehatan, demikian terhadap  kebutuhan atas keselamatan dan kebutuhan sosial atau berkelompok. Namun bila masih ada orang tua yang terbisaa mendikte anak, serba mencampuri pribadi anak sampai detail, mencela anak atau mengejek anak maka ini berarti bahwa mereka tidak (atau kurang)  memenuhi kebutuhan anak dari segi penghormatan dan kebutuhan aktualisasi diri anak.
Sebagai manager bagi rumah tangga, maka orang tua juga harus peduli dalam menjaga kerukunan keluarga dan dengan kemajuan atau prestasi anak. Untuk mendorong anak agar lebih berprestasi dalam hidup- di sekolah dan di rumah- maka orang tua perlu memberi penghargaan dan penghormatan. “Ibu bangga dengan kerajinan mu dalam bekerja, ….ayah senang karena kamu sopan dalam berbahasa,……Ibu mau membelikan kamu sepeda karena kamu rajin dalam belajar dan dalam membantu ibu, …atau ayah akan membelikan kamu computer karena kamu sudah bisa sholat yang teratur”. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan orang tua bisa dalam bentuk kata-kata atau dalam bentuk reward (hadiah) yang konkrit.  
2) Orang tua ideal
Seperti yang telah dikatakan bahwa agaknya semua orang tua bisa menjadi manager keluarga. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan agar mereka bisa menjadi orang tua yang ideal. Orang tua yang ideal musti punya wibwa didepan anak-anak, melakukan  tindakan atau action positif. perlu bermasyarakat, punya sopan santun “tidak ngomong dan berpakaian seenak hati  saja”, punya disiplin, punya prinsip hidup, peduli dengan tanggung jawab, dan peduli dengan keutuhan keluarga. Kemudian mereka musti berbuat untuk mendapatkan prinsip-prinsip ini.
Wibawa lebih berharga dari tubuh yang besar. Memang memiliki tubuh yang besar dan kuat adalah modal pribadi dan menjadi kebanggaan tersendiri. Tetapi kalau hanya sekedar memiliki tubuh yang gagah atau fisik yang besar, bila tidak berwibwa,  karena karakter yang terpancar melalui kata-kata, perbuatan, dan fikiran, cara berpakaian tidak serasi dan kurang kualitas diri, maka tubuh besar yang ganteng atau cantik tidak ubah seperti patung yang diberi hiasan. Untuk itu, sekali lagi, orang tua perlu menjaga wibawa di depan anak-anak dan anggota keluarga yang lain. Wibawa juga dapat terbentuk melalui keserasian antara kata-kata dan perbuatan. Pribahasa mengatakan “action speaks louder than words” maksudnya bahwa perbuatan lebih nyaring bunyinya dari pada kata-kata semata.
Kebutuhan bersosial perlu dikembangkan. Sebagai konsekuen bahwa orang tua bertanggungjawab dalam mendidik anak untuk bergaul dengan masyarakat, karena anggota keluarga adalah juga sebagai makhluk sosial- yang juga perlu untuk hidup bermasyarakat. Sehingga kalau mereka hidup terpencil dari masyarakat, akan bisa memiliki jiwa yang kerdil. Maka keluarga yang memiliki pergaulan social yang luas akan menjadi keluarga yang cerdas, dan bahagia.
Peran orang tua sebagai guru utama  bagi anak karena mlalui mereka anak-anak belajar tentang sopan santun (tata karma). Pribahasa yang berbunyi “air atap akan jatuh ke tuturan” bisa berarti bahwa prilaku orang tua bisa jadi akan ditiru oleh anak-anaknya. Kebisaaan bertegur sapa dan tutur bahasa yang ramah tamah, sebagai contoh,  bisa ditiru anak dari orang tua nya. Orang tua yang terbisaa membentak-bentak anak akan cenderung melahirkan anak yang juga gemar membentak dan menghardik teman atau anggota keluarga yang lain. Pengaruh keluarga memang sangat membekas pada diri anak, seperti yang diungkapkan oleh Dorothy Law. Ia mengatakan bahwa:
-          Bila anak hidup dalam kecaman, dia belajar mengutuk
-          Bila dia hidup dalam permusuhan dia belajar berkelahi
-          Bila dia hidup dalam ketakutan, dia belajar menjadi penakut
-          Bila dia hidup dikasihani, dia belajar mengasihani dirinya
-          Bila dia hidup dalam toleransi, dia belajar bersabar
-          Bila dia hidup dalam kecemburuan, dia belajar merasa bersalah
-          Bila dia hidup diejek, dia belajar menjadi malu
-          Bila dia hidup dipermalukan, dia belajar tidak yakin akan dirinya
-     Bila dia hidup dengan pujian, dia belajar menghargai
-     Bila dia hidup dengan penerimaan, dia belajar menyukai dirinya
-     Bila dia memperoleh pengakuan, dia belajar mempunyai tujuan
-     Bila dia hidup dalam kebijaksanaan, dia belajar menghargai keadilan
-     Bila dia hidup dalam kejujuran, dia belajar menghargai kebenaran
-     Bila dia hidup dalam suasana aman, dia belajar percaya akan dirinya
            Dari ekspresi berdasarkan perlakuan orang tua terhadap anak tentu ada butir butir yang harus dihindari dan butir-butir yang perlu untuk dipertahankan. Kebisaaan menebar kecaman, permusuhan, ketakutan, kecemburuan, dan mempermalukan makan orang tua akan memperoleh anak yang juga gemar untuk mengutuk, berkelahi, menjadi penakut, merasa bersalah, dan tidak yakin akan dirinya. Sebaliknya orang tua yang membudayakan sikap toleransi, pujian, penerimaan, pengakuan, kebijaksanaan, kejujuran dan suasana aman makan akan diperoleh anak yang memiliki karakter suka bersabar, menghargai, menyukai dirinya, mempunyai tujuan, menghargai keadilan, menghargai kebenaran dan belajar percaya akan dirinya.
3) Beberapa hal yang perlu diketahui oleh orang tua
            Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh orang tua dalam hidup ini. Misalnya keluarga yang tidak bahagia cenderung mengeluarkan produk yang tidak bahagia pula. Memang kebahagiaan itu itu tidak datang dari langit, namun kebahagiaan itu perlu usaha untuk mendapatkanya. Orang bijak mengatakan bahwa orang yang bahagia adalah orang yang kaya hati dan fikirannya. Oleh sebab itu orang tua perlu melatih anggota keluarga agar kaya hati dan kaya fikiran. Ini diperoleh melalui banyak belajar secara otodidak atau secara terprogram.
Disiplin perlu ditegakan dalam keluarga. Melaksanakan disiplin dapat dilakukan melalui kegiatan keluarga. Tiap anggota keluarga perlu punya agenda kehidupan yang meliputi kegiatan belajar, bekerja, beribadah, bersosial, melakukan hobby, dan lain-lain. Ini smua perlu kontrol dalam pelaksanaanyya. Yang perlu untuk dihindarkan dalam pelaksaan displin adalah “cara-cara memaksa”. Karena banyak memaksa dapat mematikan kreasi anak. Kemudian orang tua juga perlu untuk  membudayakan kegiatan belajar dalam keluarga. Sudah kuno kalau masih ada orang tua yang berpendapat bahwa “pendidikan adalah tanggung jawab penuh dari sekolah saja”, karena sekolah bukanlah bengkel yang akan memperbaiki anak yang sudah rusak. Akhir kata bahwa pendidikan yang utma dalah dalam keluarga, sedangkan guru atau  sekolah hanya sebagai kelanjuta saja.


[1] Manurung, M.R dan Manurung, Hetty (1995). Manajemen Keluarga. Bandung: Indonesia Publishing House

Prestasi Membutuhkan Karakter Yang Hebat


Prestasi  Membutuhkan  Karakter Yang Hebat

            Ternyata orang-orang hebat tidak hanyak datang dari benua Eropa atau Amerika, atau tidak hanya datang dari Jepang atau Australia, namun juga bisa berasal dari Indonesia. Barangkali orang hebat tersebut bisa jadi kita sendiri. Markis Kido dan Hendra Setiawan[1] misalnya adalah dua tokoh berusia sangat muda berasal dari Indonesia. Mereka begitu kompak meraih medali emas pada olimpiade Beijing melalui olah raga bulu tangkis.
            Untuk mampu  meraih prestasi  hebat, apalagi untuk tingkat dunia, tentu tidaklah mudah. Semua harus melalui perjuangan yang berat dan  hebat. Mereka harus melewati hadangan permainan dunia yang lain, yang  juga sangat hebat dan tidak terkalahkan. Bagi Markis Kido dan Hendra Setiawan, saat meraih juara dunia, usia mereka barus berkisar 23 dan 24 tahun. Tentu titik awal sukses pada usia tersebut telah mereka rintis sejak dini. Mungkin pada masa anak-anak atau pada masa remaja- yaitu usia belajar di SD atau di SMP. Di mana pada masa anak-anak lain banyak bermanja-manja atau berhura-hura, mereka tekun merintis mimpi mereka. Yaitu berlatih dengan tingkat porsi belajar/ berlatih/ berkarya yang juga hebat untuk menuju prestasi yang besar.
            Dalam kenyataan bahwa orang Indonesia juga mampu meraih juara dunia dalam usia yang relatif muda. Gita Gutawa yang saat itu berusia 14 tahun (Nurhayati, 2008: 2-3[2]) mengikuti festival  music pada Nile Song Festival yang berlangsung di Cairo mampu mendapat penghargaan Grand Prix winner- penghargaan  tertinggi. Ia juga mendapatkan  predikat terbaik dari seluruh kelompok peserta hingga meraih juara umum. Ini merupakan seleksi dari 85 negara. Tim juri juga mengatakan bahwa mereka belum pernah menemukan penyanyi usia remaja yang berkualitas seperti Gita.
            Prestasi besar yang ia peroleh sebagai juara dunia bukan terjadi secara kebetulan. Prestasi tersebut diraih bukan secara instant- “sekarang berlatih, besok juara”- atau prestasi yang ia peroleh juga tidak jatuh dari langit. Namun ia peroleh melalui serangkaian persiapan dan proses yang hebat.
            Dunia musik bukanlah hal yang baru bagi Gita. Sejak kecil ia hidup dalam lingkungan pemusik. Faktor lingkungan sangat menentukan keberhasilan bagi seseorang. Ketika duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, ia sudah mulai belajar bermain piano klasik. Ia juga memperkuat ilmu musiknya dengan mempelajari music jazz, bahkan melengkapi dengan mengikuti privat piano dan gitar. Dukungan orang tua juga menentukan. sejak kecil orang tuanya menanamkan sistem belajar yang mandiri dan bekerja juga mandiri. Ia bukan tipe anak manja.
            Tulisan ini tidak terfokus tentang juara dunia asal Indonesia, tetapi tentang bagaimana seseorang bisa meraih prestasi level dunia. Ada artikel yang membahas tentang karakter yang perlu dimiliki bila seseorang ingin berprestasi yang hebat- ya seperti prestasi untuk level dunia[3]. Artikel tersebut menjelaskan bahwa tokoh olah raga yang ngetop di tahun 1970-an dan 1980-an, yaitu Muhammad Ali, adalah jago tinju sejati sedunia. Itu karena ia berkali-kali menang adu tinju kelas dunia. Kemudian Joe Girad adalah jago jual sedunia- world class achiever- karena selama 12 tahun berturut turut ia berhasil menjual puluhan ribu mobil sedunia.
            Ia juga tokoh hebat, namun dalam dunia bisnis,  yang bisa disejajarkan dengan Rudy Hartono (pemain bulu tangkis), Karpov (jago catur), Pele (jago sepak bola). Pengalaman Joe Girad menjadi jago dunia tentu karena ia memiliki karakter hebat. Karakter hebat ini mungkin bagus untuk disadur.
            Paling kurang ada sepuluh karakter hebat atau karakter positif yang dimiliki oleh seseorang yang berprestasi hebat tersebut. Karakter tersebut adalah seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.
            Siapa saja bisa berhasil apalagi sampai pada level dunia. Untuk itu ada beberapa kebiasaan negative yang perlu diusir yaitu mengatasi rasa malas, rasa takut, keterbatasan pengetahuan, dan keterbatasan relasi dengan manusia lain. Bahwa adakalanya orang yang berprestasi level dunia tidak lulus SMA dan bearasal dari keluarga yang miskin. Namun mereka punya tekad atau motivasi untuk berhasil  dan berjuang untuk melawan kelemahan diri  dengan mencari banyak pengalaman. .
            Untuk meraih sukses ternyata perlu mimpi atau visi. Visi tentu mempunyai manfaat. Manfaat terbesar dari visi adalah untuk memberi arah dan tuntutan. Dengan demikian upaya dan kegiatan menjadi efektif dan sekaligus juga efissien. Orang yang tidak punya visi tentu akan gampang teralihkan dan kemudian terombang ambing. Sebahagian remaja sekarang ada yang belum punya visi, sehingga mereka bingung tentang aktivitas apa yang akan mereka tekuni di masa depan.  Kalau demikian bahwa visi sangat perlu untuk dimiliki.
            Menjadi orang yang sukses, apalagi untuk level dunia, musti memiliki karakter tekun dan tabah. Bayangkan andai Zidane tiba-tiba malas berlatih bola kaki atau Lance Amstrong malas latihan balap, mereka tentu tidak akan jadi juara dunia. Bertekun dalam mengerjakan sesuatu tentu memerlukan pengorbanan. World class achiever sangat memahami arti ketekunan ini. Menunda sebuah pekerjaan yang penting demi nonton filem adalah contoh ketidak tekunan.
            Kemudian mereka juga perlu memiliki fikiran positif. Fikiran positif adalah sikap dasar yang harus dipertahankan. Sikap positif tentu berasal dari fikiran yang positif. Mereka perlu berfikir bahwa bekerja itu sehat, kejujuran adalah modal hidup, komitmen sangat diperlukan dalam kerja, kerjasama dan ketabahan sangat penting dan juga perlu memiliki sikap pemaaf. Poin-poin yang kita sebutkan tadi adalah bagian dari karakter positif untuk memperkuat pikiran positif. Selalu berfikir positif dapat menyehatkan jiwa menjadi pribadi yang positif. 
            Para jago dunia dan orang-orang sukses selalu bersemangat dan antusias.  Antusias sendiri berarti “kegairahan, semangat yang besar dan kegembiraan yang besar (Echols dan Shadilly, 2006[4]). Gaya bersemangat dan antusia dari Joe Girard terlihat saat ia memberikan seminar. Ia berlari, melompat dan berteriak. Suaranya melengking, bergetar dan membahana. Lain kali suaranya mengecil dan berbisik sambil menangis. Ia berbicara dengan hati dan emosinya. Tentu saja tiap orang punya karakter antusias dan semangat yang berbeda. Namun  paparan karakter tadi adalah deskripsi emosi antusia dari  Joe Girard.
            Jago dunia yang bergerak dalam bidang bisnis, seperti pemiliki merek dagang Philip, Samsung, Carrefour, Pizaa Hut, dan lain-lain mutlak perlu berhubungan dengan banyak orang. Semakin maju bisnis mereka maka semakin banyak mereka harus berhubungan dengan orang lain. Pemilik merek dagang yang kita sebutkan tadi tentu telah melayani puluhan atau ratusan juta orang di dunia. Dapat ditebak bahwa kunci sukses mereka dalam bisnis karena mampu menangi kebutuhan manusia. Tentu mereka harus mengiklan diri dan menjumpai banyak orang, mendengar keluhan dan memperkecil keluhan tadi. Prinsip human relation mereka adalah mereka menyukai orang dengan sungguh-sungguh. – love customers honestly, genuinely and sincerely.
            Jangan biarkan otak ngawur atau blank. Karena sukses level dunia harus kreatif otaknya. Menjadi jago dunia tentu dambaan banyak orang. Untuk itu mereka musti punya energi, semangat, antusias, keterampilan dan percaya diri yang gede. Bila ini sudah dimiliki namun belum punya strategi maka akan sia-sia. Strategi adalah tugasnya otak yang kreatif atau kognitif yang kreartif.  Ide-ide yang baru berasal dari otak yang kreatif- yang kaya dengan imajinasi.  Otak yang kreatif tidak mutlak monopoli dari pendidikan formal atau dari universitas. Otak yang kreatif tergantung kepada pemilik otak tersebut dalam merawat dan menumbuhkan kembangkan kekuatan imajinasi dan keberanian.
            Juga perlu diingat bahwa kejujuran adalah kunci suskses. Ada orang yang  beranggapan bahwa kejujuran itu tidak penting, namun begitu seseorang tahu bahwa ia telah dibohongi maka pelaku kecurangan (orang yang tidak jujur tadi akan ditinggalkan).  Kejujuran adalah landasan kepercayaan dan kepercayaan adalah basis dari hubungan baik. Selanjutnya hubungan baik sarana dalam berbisnis. Maka kalau ingin berbisnis yang selalu langgeng maka kita perlu berlaku jujur pada pelanggan.
            Ada pribahasa berbunyi : hewan diikat dengan tali dan manusia diikat dengan kata. Manusia diikat dengan kata berarti bahwa kata-kata sebagai alat berkomunikasi itu sangat penting. Menjadi sukses untuk level apa saja- apalagi untuk level nasional dan level dunia maka perlu memiliki kemampuan berkomunikasi. Orang yang ingin sukses tidak perlu pasif dalam berkomunikasi- dengan arti kata harus mampu berkomunikasi. Musti aktif bertanya, aktif  menyapa, aktif memuji, aktif mensugesti dan aktif mendengar akhirnya kita terbawa aktif. Tidak hanya menggunakan mulut, tapi juga bahasa tubuh, mata, tangan dan senyuman. Pokonya musti menjadi orang yang aktif, positif dan dinamis dalam berkomunikasi.  Rasa takut dan jarak antar manusia tidak perlu ada dalam berkomunikasi. Namun yang perlu ada adalah suasana fun- menyenangkan- ada rasa menerima, menyenangi dan mendengar dengan siapa kita berkomunikasi.  Kalau begitu orang  jago musti  pintar mengkomunikasikan isi hati dan isi fikiran kepada teman bicaranya.
            Terakhir bahwa orang yang ingin menjadi jago atau suksesd perlu mempunyai karakter konsisten. Kalau aktif dalam bidang bisnis dan  berhubungan dengan orang banyak maka mereka harus bersikap ramah, baik, melayani, menolong, memberi perhatian, menghormati  dan berusaha memuaskan klien. Tentang hal ini sudah diketahui oleh banyak orang. Tapi mereka hanya sebatas tahu saja- idealnya menerapkan secara sungguh-sungguh dan konsisten.  
            Ya benar bahwa untuk meraih prestasi hebat maka dibutuhkan persiapan besar. Orang hebat tidak mutlak monopoli dari benua Eropa dan Amerika, atau juga bukan monopoli Negara maju atau lembaga pendidikan yang maju. Siapa saja bisa jadi jago atau sukses. Untuk menjadi jago maka perlu persiapan, latihan dan proses usaha yang posrsinya cukup besar. Mereka perlu lingkungan kondusif- yang memberikan rangsangan dan tantangan serta dukungan dari guru dan orang tua. Selanjutnya mereka perlu memiliki karakter dan sikap positif seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten. 


[1] Bobo, tahun XXXVI, 11 September 2008
[2] Nurhayati Tafsir (2008). Meniti Karir Masa Depan. Jakarta: Pt. Tunas Melati.
[4] Echols, John M dan Hassan Shadily .(2006). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Pt Gramedia

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...