Selasa, 09 Juli 2013

Mari Ciptakan Jembatan Ampera Yang Bebas Dari Kriminal



Mampir Ke Palembang

1. Study- Tour
            Siapa saja yang ingin berpergian ke luar negeri tentu harus menyiapkan dokumen seperti visa dan passport. Demikian juga halnya dengan aku. Aku menerima surat pemberitahuan untuk mengikuti program benchmarking ke negara kangguru ini. Ada dua lembar formulir yang disisipkan dalam amplop yang harus aku isi, yaitu formulir permohonan passport baru dan formulir perpanjangan passport.
            “Aku sudah punya passport dan masih berlaku untuk 3 tahun lagi, apa musti mengurus passport baru  atau perpanjangan passport lagi ?”. Aku bertanya pada istri atau juga pada beberapa teman, namun jawaban mereka tidak begitu memuaskan.
            Aku menelpon ibu Aat Rachminawati untuk memperoleh penjelasan tentang itu, ia bekerja di Dirjen pPendidikan Menengah. Aku tanya tentang apa beda passport biru dengan passport hijau ? Lebih baik bertanya daripada pura-pura sudah tahu. Katanya bahwa passport biru adalah passport dinas dan keberangkatan dibiayai negara, sementara passport hijau adalah passport umum dan biaya tanggung sendiri. O…begitu jadi aku harus juga ngurus passport biru.
            Sambil menunggu kelanjutan perkembangan dokumen aku mengikuti kegiatan harian di sekolah, meski dalam suasana libur. Aku mampir ke sekolah paling kurang untuk mengupdate informasi lewat layanan WiFi sekolah.
            Bulan Juni merupakan bulan terakhir untuk tahun akademik. Biasanya untuk menyambut kedatangan tahun akademik baru semua sekolah dan juga sekolah kami melaksanakan kegiatan lokakarya. Guru guru SMAN 3 Batusangkar- sekolahku- melakukan lokakarya separoh waktu di sekolah dan sisanya di luar sekolah.
            Ada 4 lokasi yang diusulkan untuk lokasi lokakarya yaitu di Bukittinggi, Medan, Pekan Baru atau Palembang. Keinginan teman teman sangat beragam menurut logika dan alasan masing- masing. Aku dalam hati lebih tertarik untuk memilih kota Palembang, karena pada tahun- tahun sebelumnya kami pernah berada di tiga kota sebelumnya.
            Untuk mengambil keputusan maka dilakukanlah voting. Maka mayoritas memilih lokasi lokakarya di Palembang. Akhirnya semua guru setuju dan amat senang untuk melakukan lokakarya dan sekaligus study banding, juga rekreasi di kota Palembang. Kami malah mengusulkan agar keluarga (istri/suami dan anak) bisa ikut.
            Semua setuju. Arjus Putra- sebagai ketua lokakarya- menjadi lebih sibuk mengurus rencana perjalanan dan juga akomodasi selama di Palembang. Kebetulan 4 minggu lalu aku berada di Palembang untuk tujuan memberi seminar- menjadi nara sumber- seminar guru menulis di IAIN Raden Fatah Palembang.
            Saat itu ketua acara seminar adalah Rini Wahyu Asih, maka aku juga menelpon tentang akomodasi. Namun akhirnya teman Arjus Putra bisa membantu segala sesuatu dengan baik. Kami diberitahu tentang dimana hotel kami dan sekolah mana yang bakal dikunjungi.    

2. Bertolak ke Palembang
            Kami sepakat untuk berangkat ke Palembang hari Sabtu, namun Emi Surya (istriku) batal untuk ikut karena ia harus mengikuti pelatihan manajemen laboratorium. Jadi hanya Fachru dan Nadhilla (ke dua anakku) yang ikut. Aku menyuruh mereka untuk menyiapkan pakaian dan kebutuhan lain- seperti sampo, sabun, buku cerita dan game buat mereka.
Yang aku tidak lupa adalah aku harus menyiapkan obat anti mabuk, makanan dan minuman ringan buat antisipasi selama perjalanan. Aku juga membeli 2 kg apple buat bertiga selama 5 hari.  Aku merasa bahwa mengkonsumsi buah seperti apple, jeruk dan buat yang kaya serat serta vitamin sangat bagus untuk menjaga kesegaran dan kesehatan pencernaan kita.
Perjalanan kali ini merupakan perjalanan terjauh dan terlama buat anak-anakku dan mereka hampir tidak sabar menunggu datangnya hari Sabtu. Tidak sabar tentu saja merupakan cirri khas anak-anak dan juga para remaja.
Akhirnya hari keberangkatan pun datang. Hari Sabtu jam 01.30 siang, semua peserta lokakarya dan juga keluarga telah berkumpul di depan gedung Indo Jolito(rumah dinas Bupati Tanah Datar). Saat itu mobil belum bisa berangkat kecuali kalau 2 orang yang kami tunggu sudah datang. Mereka adalah Muscandra dan Dian Hastuti. Keduanya adalah teman kami yang paginya harus ikut acara wisuda sebagai sarjana baru pada STIE Batusangkar.  
Setelah anggota rombongan lengkap akhirnya mobil kami berangkat menuju Palembang. Dari Batusangkar mobil mengambil arah ke Setangkai- Lintau, dan terus meluncur ke Sijunjung dan Dharmasraya. Suasana mobil cukup nyaman dengan AC dan bangku yang cukup luas. Namun kadang- kadang timbul juga rasa bosan, apalagi untuk menempuh jarak sekitar 700 km atau selama 18 jam. Sehingga anakkusering bertanya:
 “Apakah Palembang sudah dekat……berapa jam lagi mibilnya sampai ?”
Itulah enaknya kalau mobil bisa kami request untuk berhenti. Ada beberapa kali mobil berhenti. Setiap kali berhenti anak- anak bisa memulihkan mood (suasana hati) mereka dengan menikmati jajan- minuman dan makanan ringan. Kami juga berhenti pada tempat lain untuk melakukan sholat. Aku mengajak anak- anak untuk sholat, melakukan jamak dan qashar, karena ini biasa dilaksanakan oleh para musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan jauh.
Menjamak sholat berarti…… Meng-qashor sholat berarti……. Dengan cara demikian anak- anak juga memperoleh pengalaman langsung dalam menunaikan agama dalam hidup mereka.
Itulah harapan orang tua, yakni bagaimana anak juga memahami bahwa sholat itu sangat penting. Sholat sebagai media bagi kita untuk mendekatkan hati dan diri pada Allah SWT, Sang Pencipta jagad raya ini.        
Aku perhatikan bahwa tidak ada seorang penumpang pun yang bisa tertidur lelap dalam mobil- kecuali beberapa orang anak kecil. Untuk membuat anak-anak bisa betah, aku melihat mereka cukup pintar, mereka membawa makanan, minuman, game/ sarana hiburan dan bacaan. Benda- benda tersebut mampu mengusir kebosanan mereka.
Demikian pula dengan anakku, Fachrul sibuk bercanda dengan temannya anak Arjus Putra, sementara Nadhilla sibuk membaca atau menonton atau dengar musik lewat androitnya yang telah dibawa sejak dari rumah. Sekali- sekali ia ngobrol dengan Pak Alfian Jamrah. Anakku merasa kagum bisa ngobrol dengannya sehingga ia sempat bertanya:
“Ayah…, mengapa Pak Alfian luas wawasannya ?” Tanya Nadhilla dengan lugu- ya pertanyaan seorang anak SD.
“ Tentu…karena Pak Alfian adalah seorang mahasiswa program Doktor, sebelumnya sebagai Kepala Dinas Pariwisata, seorang penulis untuk koran-koran Sumatera Barat dan juga seorang pembaca”. Kataku menimpali. Suaraku sampai terdengar oleh Alfian Jamrah sehingga ia merasa geli mendengar percakapan kami.
Setelah menempuh jarak Batusangkar- Palembang selama 18 jam, akhirnya mobil kami berhenti di depan sebuah resto. Semua penumpang turun mencari makanan untuk mengisi perut yang sudah kelaparan. Beberapa saat kemudian Harpen Namaidi- adikku- menelpon ke hapeku. Aku segera merespon bahwa kira- kira 2 jam lagi kami sudah berada dalam kota Palembang dan kami semua menginap di Budi Hotel, yang lokasinya persis dalam kota metro Palembang.     

3. Kecopetan Hape di Palembang
            Tidak lama berselang setelah kami cek-in hi Hotel Budi, hapeku bordering. Rupanyan Harpen Namaidi dan Fitria (istrinya) mau datang segera ke hotel. Mereka telah berjanji buat mengajak kami buat ke resto- makan siang yang enak. Aku tahu resto atau rumah makan tersebut milik orang Padang. Kita akui bahwa naluri bisnis kuliner orang Padang terkenal sangat bagus.
            Usai makan siang di resto, Harpen membawa kami ke Kenten Laut buat berjumpa dengan Suwirman- kakak kami yang paling tua yang bertugas sebagai guru SMK di Metro Palembang ini. Pertjumpaan tersebut sangat berguna untuk mengakrapkan anak- anakku dengan paman mereka. Orang tua perlu mengajarkan pada anak bahwa silaturahmi perlu untuk dipelihara.
            Kami tidak bisa berlama- lama di Kenten Laut dan aku minta Harpen mengantarkan aku sekitar jam 04.00 sore ke pinggir jembatan Ampera karena rombongan kami bakal rekreasi di sana, jadi di sanalah rendezvousnya (tempat janjiannya). Harpen segera mengantarkan aku ke sana dan sebelum turun ia menitip pesan agar aku berhati hati karena kawasan seputar Jembatan Ampera rawan dengan copet atau pencurian.
            “Waspada dengan dompet, uang, hape, kartu kredit dan peralatan elektronik. Hindari memakai perhiasan di sana”. Demikian nasehat Harpen padaku. Aku mendengar nasehat tersebut sebagai sesuatu hal yang wajar saja dari seorang adik ke kakaknya.
            Nadhilla ikut denganku dan Fachrul ikut lagi dengan Pak De nya (harpen) untuk mengitari kota. Aku bergabung dengan grup/ rombongan kami yang sudah duluan melangkah ke pinggir jembatan Ampera. Dari kejauhan terlihat jembatan Ampera menjulang dengan anggunnya. Aku ingin agar pinggir jembatan Ampera bisa menjadi tempat turis yang menarik ibarat pinggir sungai di mana patung Merlion bertengger di negara Singapura.
            Aku juga melangkah melalui sebuah gang sempit dan ramai. Aku menjadi sadar saat ada tangan asing menyeret sisi celanaku. Ya ampun hapeku raib……!!! Aku segera menoleh kebelakang dengan secepat kilat dan aku jumpai Hendra Zuher (temanku) tengah memegang lengan seorang pemuda bertubuh ceking dan rambut dicat coklat. Kami segera memegang tangannya lebih kuat dan mengintoregasinya.
            “Kamu pencopet…, telah menyambar hapeku. Mohon serahkan…..???” Pintaku memaksa. Orang- orang datang berkerumun menyaksikan. Ada yang bersimpati padaku dan mereka juga memaksa pemuda pencopet itu untuk menyerahkan hapeku. Hape itu diperkirakan telah dioper ke temannya yang sempat melarikan diri.
            Pemuda pencopet itu bersumpah- sumpah bahwa ia bukan pencopet. Dia mengatakan bahwa ia adalah orang baik-baik, iahanya tukang ojek, kemudian pernyataannya berubah bahwa ia tukang parkir. Beberapa saat kemudia ada yang datang membelannya yang penampilannya serupa. Mereka juga meminta kami untuk membebaskan temannya, karena temannya bukan pencopet….temannya orang baik- baik… hanya sebagai tukang parkir.
Mood kami dan juga suasanahati teman- temanku yang lain juga jadi tidak enak. Karena pinggir Jembatan Ampera yang cantik itu adalah sarang pencopet. Dan aku berfikir bahwa aku bukan orang sana, kampungku jauh di Batusangkar. Aku khwatir kalau sesuatu yang lebih buruk terjadi maka kami semua bubar dari wilayah itu. Wilayah dimana aku jumpai banyak pemuda berwajah sangar.
Jembatan Ampera yang megah terlihat tidak megah lagi. Pantesan tidak banyak wisatawan manca negara yang berkunjung ke kawasn tersebut karena terdeteksi sebagai wilayah yang tidak aman. Temanku mengatakan bahwa daerah tersebut menjadi daerah empat besar di Indonesia sebagai daerah tidak aman.
“Aku tidak sedih kehilangan hape. Yang aku sedihkan bahwa aku kehilangan banyak dokumen dalamnya- ada catatan, ada nomor telepon penting, foto dan rekaman film yang bersejarah menurutku. Ambilah hape itu namun mohon kembalikan kartu simnya”. Demikian aku sempat bermohon pada sang pencopet. Namun sang pencopet membersihkan diri sebagai orang baik- baik.
Meskipun hapeku hilang di Palembang namun aku tetap mencintai kota Palembang, aku tetap mencintai Jembatan Ampera. Palembang adalah kotaku di negaraku tercinta. JembatanAmpera adalan Icon buat bangsaku. Namun aku bermohon kepada stakeholder dan masyarakat Palembang untuk membuat kota Palembang menjadi daerah yang palling aman di dunia, paling kurang daerah yang paling aman di Pulau Sumatra agar wisatawan mancanegara kangen buat bertandang ke sana.        
Menciptakan Jembatan Ampera bebas dari kriminal…….
 

Kamis, 20 Juni 2013

Resensi Melbourne Memang Dahsyat

Catatan Inspiratif Pelajar Melbourne
Australia merupakan salah satu negara yang memikat. Pasalnya benua kecil ini termasuk dalam kategori sepuluh negara terbaik di dunia dalah hal kesejahteraan. Menurut Heritage Foundations, Australia telah memnuhi kreteria yang ditetapkan, yaitu dinilai dari segi ekonomi, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, keamanan, kebebasan individu, dan modal sosial. Mimpi indah ini harus ditanamkan dalam-dalam. Dengan begitu, mimpi akan selalu tersimpan rapi dan termotivasi untuk selalu mengusahakan agar tiap hari semakin dekat dengan mimpi tersebut.
Mimpi kecil itulah yang membawa Marjohan ke negeri kanguru ini. Dengan semangat juangnya yang tanpa kenal putus asa, ia membentuk suatu lintasan yang berujung pada mimpi yang menjadi kenyataan. Prestasi sebagai pendidik terbaik nasional membawanya pada mimpi yang tertancap subur dalam dirinya. Negara cukup respek pada guru yang berprestasi. Telah banyak buktinya, seperti diberikan studi banding ke singapura, malaisia, dan australia.
Marjohan tidak sendirian mendapat hadiah studi banding ke Melbourne. Ia bertiga dengan  yang lain; Desi dan Inhedri. Awalnya, direncanakan sebanyak lima orang yang berangkat. Tetapi dengan alasan tertentu dua orang tidak bisa ikut. Penerbangan dari bandara sukarno-hatta ke sidney membutuhkan waktu selama enam jam. Penukaran uang rupiah ke dolar australia dilaksakan di sidney, karena saat di bandara bung karno-hatta tidak menyediakan dolar australia dengan maksimal. Setelah itu, transit pesawat lagi dari sidney menuju Melbourne.
Sesampainya di Melbourne mereka dikagetkan oleh penerima mereka. Profesor ismet dan istrinya menyambut dengan sangat ramah, bahkan rela mengangkatkan tas-koper milik Desi. Tetapi jawaban profesor hebat itu lebih mengagetkan “adalah biasa sorang profesor di sini menjadi sopit atau tukang angkat-angkat,”. Dalam perjalanan ke penginapan suasana berbeda mulai tampak. Jalanan begitu sepi dan beraspal mulus, padahal bukan jalan tol. Jalan raya juga dipagari tembok yang tinggi, katanya untuk menjaga agar kanguru tidak tertabrak mobil.
Walau dirinya telah tumbuh dewasa, Marjohan mengaku tetap merasa sedikit was-was dengan perjalanannya yang cukup jauh dari keluarga. Tetapi kedewasaannya telah berhasil dikuasai, sehingga tindak-gerak-geriknya tidak terlalu menampakkan bahwa ia baru pertama kali ke australia. Marjohan memilki strategi dalam mengatasi ini; yaitu memasang mata dan telinga. Artinya selalu melihat sekitar, siapa tahu ada petunjuk tujuan. Dan telinga untuk mendengar percakapan atau mendengar jawaban saat bertanya.
Mereka mulai menyusuri kota. Melihat statistik pendidikan juga unik. Jumlah siswa SMP, SMA, dan mahasiswa grafiknya sama. Artinya mereka semua terorgansir dengan baik. Sangat berbeda dengan pendidikan di indonesia. Grafik pendidikan seperti piramida, semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit pula pesertanya. Sepuluh perguruan tinggi terbaik merupakan pendidikan negeri. Artinya, mereka semua mendapat bantuan dari negara.
Sistem transportasinya jangan disamakan dengan di negeri seribu pulau ini. Selama di australia, Marjohan belum pernah menemukan jalan yang berlubang, begitu mulus dan lebar.  Di tiap pertigaan atau perempatan bertraffic light memiliki tempat sampah yang tidak kumuh. Kebanyakan yang dipakai adalah mobil. Walau begitu tidak ada yang ugal-ugalan. Karena ada banyak kamera pengintai. Jika over speed, beberapa hari berikutnya pasti datang penagih denda over speed d rumahnya.
Jangan dikira hidup di australia begitu mudah. Karena tidak ada yang gratis di sana. Di apartemen, melihat DVD harus membayar 6 dolar, internet 3 dolar perjam, hanya televisi yang tidak bayar. Marjohan mengaku, selama tinggal di sana, ia belum pernah sekali pun bertemu dengan serangga; lalat, nyamuk, kecoak, atau pun jangkrik. Kehidupan di australiah begitu mapan dan disiplin. Tidak ada jam karet di sana.
Tujuan utama mereka studi banding masalah pendidikan. Di Australia juga diadakan UN (ujuan nasional). Hanya saja tujuannya berbeda. Jika di indonesia dijadikan standar kelulusan, tetapi di australia hanya sebagai alat ukur pemahaman siswa. Sama dengan ujian sekolah biasa. Jika ada nilai yang kecil, ia akan diberikan pelajaran intensif sendiri. Atau bahkan UN dijadikan momentum mencari bidang pelajaran yang sesuai dengan pikirannya. Artinya bisa saja mereka tidak mengulang nilai yang jelek, tetapi menambah kualitas pendidikan yang disukainya.
Buku bertajuk Melbourne memang dahsyat ini menarik disimak. Banyak saran konstruktif yang terkandung di dalamnya. Yang patut dipetik ialah tentang alat transportasi dan metode pendidikannya. Banyak sekali hal yang dapat ditiru dari pelajaran buku ini. Walaupun cara penceritaannya datar-datar saja, ini tidak mengurangi nilai buku. Karena yang ditekankan dalam catatan harian ini adalah mendapatkan inspirasi dari buku ini, bukan fantasinya.
Data Buku
Judul: Melbourne Memang Dahsyat!
Penulis: Marjohan
Penerbit: Diva Press, Jogjakarta
Cetakan: Pertana, Mei 2013
Tebal:  193 halaman
Harga: Rp. 35.000,-
Peresensi: Achmad Marzuki, Pegiat Farabi Institute, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang
*Pernah tayang di Eramadina.com
http://eramadina.com/catatan-inspiratif-pelajar-melbourne/

Minggu, 09 Juni 2013

Kisah Dahsyat Guru Berprestasi Selangit


Kisah Inspiratif Guru Berprestasi

E-mail Print PDF
Resensi buku
Judul Buku  : Kisah Dahsyat Guru Berprestasi Selangit
Penulis  : Marjohan, M.Pd.
Penerbit  : Diva Press
Cetakan  : 1-2013
Tebal    : 187 Halaman
Peresensi   : Mutasiudin  
Pengelola Rumah Baca Litera Pusaka.

Bagi setiap guru, mampu familiar di mata siswa merupakan sebuah prestasi tersendiri. Terlebih lagi, apabila seorang guru dapat menarik simpati dan menawan hati siswa, dia pun akan menjadi sosok guru yang kehadirannya selalu dirindukan. Sikap menyenangkan tersebut sangat menguntungkan sebab dengan mudah dapat menyampaikan visi misi dan tujuan pendidikan secara komprehensif. Pengabdian mengajar dengan skill dan kemampuan mengayomi siswa, juga merupakan bagian yang erat dalam proses menjadi guru sejati.
Dialah Marjohan, seorang guru SMAN 3 Batusangkar, Sumatera Barat, yang berdedikasi tinggi dan meraih prestasi sebagai guru terbaik Nasional. Marjohan mengikuti seleksi guru berprestasi dan berdedikasi yang diselenggarakan oleh Mendikbud pada tahun 2012 lalu. Marjohan terpilih sebagai guru terbaik mengungguli semua peserta dari seluruh wilayah Indonesia. Keberhasilan tersebut, merupakan hasil dari perjuangan dan kerja keras, serta pengabdian total untuk membangkitkan, dan memajukan pendidikan di Indonesia.
Buku ini merupakan ceritera dan pengalaman hidup Marjohan dalam menapaki tangga keberhasilan. Kisah Marjohan kecil yang mengalami kehidupan berat, menjadi cambuk pelecut untuk menggerakkan semangatnya dalam mengejar impian. Broken home yang dialami oleh keluarganya di masa kecil, membuat dia menjalani hidup dengan pontang-panting. Gejolak batin dan konfik internal yang dia alami, membawanya pada proses kematangan mental dan membuatnya menjadi tahan banting.
Sikap terbuka dan suka berbagi yang dibiasakan Marjohan, membuatnya mudah bergaul dengan siapa saja. Kemampuannya menguasai Bahasa Inggris, Perancis, dan Arab di waktu mudanya, membuat dia memilih terjun sebagai guide di Dinas Kebudayaan setempat untuk membimbing turis dari manca negara. Dari sini, dia memperkenalkan tradisi dan budaya, serta eksotisme yang ada di Sumatera Barat. Walhasil, dengan keramahan dan sikap hangat pada turis asing, dia memiliki banyak relasi dari Australia, Perancis, dan Jerman, yang semuanya memberi pengalaman tersendiri.
Sejak 23 tahun lalu, Marjohan telah menjalani tugas sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris. Pada mulanya, di sekolah di mana dia mengajar, banyak siswa yang antipati terhadap pelajaran ini. Ketekunan dan ketabahan Marjohan mengajarkan Bahasa Inggris, serta dibarengi dengan strategi fun learning, lambat laun para murid di sekolah tersebut mulai mengerti dan antusias belajar Bahasa Inggris. Keunikan Marjohan dalam memahamkan Bahasa Inggris pada siswa, seringkali dia menyindir untuk memancing siswa bercakap dengan Bahasa Inggirs. Kendati demikian, para siswa lebih senang memanggil Marjohan dengan sebutan "Uncle Joe".
Sebagai peraih sertifikat guru terbaik Nasional, Marjohan selalu meningkatkan wawasan keilmuan dengan membaca 100 halaman buku setiap hari. Di antara buku yang paling digemari adalah buku genre biografi. Baginya, membaca buku biografi meninggalkan kesan untuk terus belajar dan berdedikasi bagi kehidupaan, serta mewariskan karya-karya untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Di samping keras membaca buku, Marjohan juga produktif menulis artikel untuk koran. Hasil dokumentasi artikel yang dipublikasi media massa telah mencapai 120 tulisan. Empat karyanya yang berbentuk buku, telah diterbitkan skala Nasional.

Perjuangan dan dedikasi
Usaha keras menjadi guru terbaik, pada mulanya berawal dari semangat mengajar dan menulakan ilmu kepada siswanya. Baginya, mengajar merupakan tugas mulia yang harus dihormati dengan cara mengabdikan diri untuk sepenuhnya bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Niat luhur ini akan menepis segala keinginan buruk dalam menjalani profesi guru. Pengabdian berarti melepaskan semua kepentingan individual dan egoisme untuk mencari keuntungan material, menuju pemanfaatan diri secara utuh demi keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan siswa terletak di tangan guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru juga mengemban tanggung jawab mengantar siswa menuju pintu kesuksesan.
Sikap konsisten dan jujur, selalu diterapkan Marjohan selama dia menjadi pengajar. Soal disiplin waktu, baginya merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Pendidikan disiplin sering dicontohkannya melalui ketertiban menyusun perangkat pembelajaran dan tidak pernah terlambat mengajar di kelas. Terkait kedisiplinan waktu, Marjohan memegang erat sebuah "filosofi kesuksesan", bahwa orang sukses adalah mereka yang berusaha menggunakan waktu untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu, sedangkan orang yang gagal adalah akibat dari menyia-nyiakan waktu.
Dalam proses pembelajaran di kelas, Marjohan terus berusaha total untuk siswa. Totalitas guru dalam mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada siswa, akan menciptakan suasana belajar mengarah pada kesenangan. Pada dasarnya, setiap siswa ingin diperhatikan secara khusus oleh guru. Dengan bekal keterampilan mengajar selama puluhan tahun, Marjohan dapat memahami karakter siswa yang berbeda-beda dan menampung keunikan mereka masing-masing. Sikap dedikasi seringkali lahir karena guru telah memahami haikat berinteraksi dengan siswa, serta menjadikan siswa sebagai bagian dari kehidupan guru.
Kehadiran buku ini memberi injeksi motivasi bagi semua guru, terutama bagi guru yang kurang berdedikasi, dan yang masih menganggap guru sebagai profesi untuk meraup materi. Penulis manyuguhkan kisah inspiratif yang layak untuk dipelajari guna menebalkan niat dedikatif dalam mengajar. Perjuangan dan dedikasi Marjohan dalam meniti karir sebagai guru berprestasi, patut menjadi teladan para guru sebagai upaya memajukan pendidikan di Indonesia. Guru sebagai titik sentral keberhasilan siswa, hendaknya mampu memberi yang terbaik dari yang dia miliki. Selain itu, spirit untuk tidak berhenti belajar, harus senantiasa dinyalakan dalam jiwa guru sehingga ghirah untuk menjadi yang terbaik selalu berkobar. ***








Inspirasi Sukses Guru Berprestasi


Inspirasi Sukses Guru Berprestasi

Minggu, 26 Mei 2013

Resensi: Kisah Dahsyat Guru Berprestasi Selangit


Kisah Dahsyat Guru Berprestasi Selangit
22 Mei 2013
Judul: Kisah Dahsyat  Guru Berprestasi Selangit
Penulis: Marjohan, M.Pd
Penerbit: Diva press (Anggota IKAPI)
Cetakan: Pertama, April 2013
Tebal: 187 halaman
ISBN: 978-602-255-117-1
 Menjadi Guru Berprestasi Selangit
dakwatuna.com - Peran guru dalam pendidikan suatu bangsa sangat penting sekali. Tanpa guru kita tidak bisa mendapatkan melakukan apa-apa baik itu perkara dunia maupun akhirat dan pada akhirnya manusia diliputi oleh kebodohan. Setiap kebodohan akan menghasilkan kehancuran.
Terkait pentingnya peran guru dalam kehidupan bangsa yaitu suatu ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh sekutu dengan bom atom yang diperintah oleh Presiden Amerika Harry S. Truman yaitu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Pada pristiwa tersebut banyak korban yang berjatuhan yaitu di Kota Hiroshima sebanyak 140.000 jiwa dan di kota Nagasaki sebanyak 80.000 jiwa. Namun dalam hal ini pemerintah Jepang lebih memperhatikan tentang berapa banyak jumlah guru yang meninggal pada waktu itu daripada yang lainnya. Karena menurutnya guru adalah modal penggerak  kemajuan suatu bangsa.
Adapun di Indonesia peranan guru juga sangat diperhatikan. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya tunjangan-tunjangan yang disediakan pemerintah baik itu tunjangan fungsional maupun sertfikasi. Hal itu berguna untuk kesejahteraan para guru dan untuk memotivasi mereka  agar lebih profesional menjadi seorang guru.
Untuk mengetahui sejauh mana keprofesionalan dan untuk menjaring guru yang terbaik  pemerintah juga mengadakan seleksi guru dan tenaga kependidikan berprestasi tingkat nasional. Menang dalam seleksi guru berprestasi tingkat nasional akan memberi rasa puas, kebahagiaan, dan percaya diri yang sangat tinggi. Hal inilah yang dialami oleh Marjohan, M.pd guru SMA berprestasi tingkat nasional di kantor Kemendikbud September 2012.
Dalam hal ini Marjohan, M.pd ingin berbagi kepada kita bagaimana cara memperoleh prestasi tingkat nasional yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul  Kisah Dahsyat Guru BerprestasiSelangit. Buku ini berisi tentang pengalaman hidup, pemikiran penulis, dan beberapa testimoni dari penulis kepada media masa. (hal. 9-182)
Sebelum menjadi guru berprestasi tingkat nasional tentunya Dia juga mengikuti seleksi guru berprestasi mulai dari tingkat  Kecamatan, Kabupaten, dan Provinsi di Sumatera Barat. Hasilnya dialah  yang ditetapkan jadi yang terbaik. (hal. 35-36)
Ada beberapa hal yang menjadikan Dia menjadi guru yang berprestasi yaitu selain sebagai guru Dia juga menjadi seorang penulis,  menguasai bahasa Inggris, Prancis, Arab dan Spanyol, dan dia juga aktif di bidang sosial dan kemanusiaan.  Menurutnya seorang guru harus memiliki kepintaran berganda. Guru yang menguasai bidang studi, seni berkomonikasi, bahasa asing dan terampil dalam menulis. (hlm. 37-42).
Ada tiga bentuk penilaian dalam seleksi guru berprestasi mulai tingkat kecamatan hingga tingkat nasional, yaitu tes tertulis (tentang kepribadian, wawasan dan empat kompentensi guru),  persentasi karya ilmiah, serta penilaian portofolio. Kelebihan persentasi karya ilmiah Marjohan pada waktu itu adalah ditulis dalam bahasa Inggris dicampur bahasa Prancis. Selain itu juga faktor kebaikan lingkungan,  do’a dan restu famili, teman dan anak didik dan rahmat Tuhan adalah menjadi kunci utama dalam kesuksesan. (hal. 96)
Di dalam buku ini juga ditulis tentang pemikirannya bahwa pentingnya memotivasi diri sendiri agar menjadi lebih baik. Karena motivasi adalah awal segala-galanya. Dan apabila seseorang itu lemah motivasi maka menjadi pertanda buruk serta berdampak negatif terhadap kemajuan diri dimasa depan.  Motivasi itu didapat dari membaca dari biografi-biografi orang hebat diantaranya dalam hal pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara dan dalam hal menulis dia termotivasi untuk menuliskan ide-ide guna mencerahkan hati dan pikiran orang-orang sekitar kita. Selain itu menurutnya bahwa prestasi besar membutuhkan karakter yang hebat seperti memiliki tekat baja, visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalau berpikir positif. (hal. 147-158)
Buku ini sangat cocok bagi para pendidik atau guru yang ingin mengetahui bagaimana cara menjadi guru yang berprestasi sampai tingkat nasional dan untuk mengetahui bagaimana cara menjadi guru teladan sehingga disukai oleh peserta didik tanpa dengan kekerasan atau paksaan.
Selamat membaca….
Resensi oleh : Muhammad Fahru Zaini (Pengajar di SD IT Tarbiatul Aulad, tinggal di Barabai, Kalimantan)



Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...