Sabtu, 20 Juni 2015

Mampir Ke Palembang: Study- Tour


Mampir Ke Palembang: Study- Tour
By: Marjohan, Guru SMAN 3 Batusangkar
 
            Siapa saja yang ingin berpergian ke luar negeri tentu harus menyiapkan dokumen seperti visa dan passport. Demikian juga halnya dengan aku. Aku menerima surat pemberitahuan untuk mengikuti program benchmarking ke negara kangguru ini. Ada dua lembar formulir yang disisipkan dalam amplop yang harus aku isi, yaitu formulir permohonan passport baru dan formulir perpanjangan passport.
            “Aku sudah punya passport dan masih berlaku untuk 3 tahun lagi, apa musti mengurus passport baru  atau perpanjangan passport lagi ?”. Aku bertanya pada istri atau juga pada beberapa teman, namun jawaban mereka tidak begitu memuaskan.
            Aku menelpon ibu Aat Rachminawati untuk memperoleh penjelasan tentang itu, ia bekerja di Dirjen Pendidikan Menengah. Aku tanya tentang apa beda passport biru dengan passport hijau ? Lebih baik bertanya daripada pura-pura sudah tahu. Katanya bahwa passport biru adalah passport dinas dan keberangkatan dibiayai negara, sementara passport hijau adalah passport umum dan biaya tanggung sendiri. Oo…begitu jadi aku harus juga ngurus passport biru.
            Sambil menunggu kelanjutan perkembangan dokumen aku mengikuti kegiatan harian di sekolah, meski dalam suasana libur. Aku mampir ke sekolah paling kurang untuk mengupdate informasi lewat layanan WiFi sekolah.
            Bulan Juni merupakan bulan terakhir untuk tahun akademik. Biasanya untuk menyambut kedatangan tahun akademik baru semua sekolah dan juga sekolah kami melaksanakan kegiatan lokakarya. Guru guru SMAN 3 Batusangkar- sekolahku- melakukan lokakarya separoh waktu di sekolah dan sisanya di luar sekolah.
            Ada 4 lokasi yang diusulkan untuk lokasi lokakarya yaitu di Bukittinggi, Medan, Pekan Baru atau Palembang. Keinginan teman teman sangat beragam menurut logika dan alasan masing- masing. Aku dalam hati lebih tertarik untuk memilih kota Palembang, karena pada tahun- tahun sebelumnya kami pernah berada di tiga kota sebelumnya.
            Untuk mengambil keputusan maka dilakukanlah voting. Maka mayoritas memilih lokasi lokakarya di Palembang. Akhirnya semua guru setuju dan amat senang untuk melakukan lokakarya dan sekaligus study banding, juga rekreasi di kota Palembang. Kami malah mengusulkan agar keluarga (istri/suami dan anak) bisa ikut.
            Semua setuju. Arjus Putra- sebagai ketua lokakarya- menjadi orang yang lebih sibuk mengurus rencana perjalanan dan juga akomodasi selama di Palembang. Kebetulan 4 minggu lalu aku berada di Palembang untuk tujuan memberi seminar- menjadi nara sumber- seminar dengan tema guru menulis di IAIN Raden Fatah Palembang.
            Saat itu ketua acara seminar adalah Rini Wahyu Asih, maka aku juga menelpon tentang akomodasi. Namun akhirnya teman Arjus Putra bisa membantu segala sesuatu dengan baik. Kami diberitahu tentang dimana hotel kami dan sekolah mana yang bakal dikunjungi.    

2. Bertolak ke Palembang
            Kami sepakat untuk berangkat ke Palembang hari Sabtu, namun Emi Surya (istriku) batal untuk ikut karena ia harus mengikuti pelatihan manajemen laboratorium. Jadi hanya Fachrul dan Nadhila (ke dua anakku) yang ikut. Aku menyuruh mereka untuk menyiapkan pakaian dan kebutuhan lain- seperti sampo, sabun, buku cerita dan game buat mereka.
Yang aku tidak lupa adalah aku harus menyiapkan obat anti mabuk, makanan dan minuman ringan buat antisipasi selama perjalanan. Aku juga membeli 2 kg apple buat bertiga selama 5 hari.  Aku merasa bahwa mengkonsumsi buah seperti apple, jeruk dan buat yang kaya serat serta vitamin sangat bagus untuk menjaga kesegaran dan kesehatan pencernaan kita.
Perjalanan kali ini merupakan perjalanan terjauh dan terlama buat anak-anakku dan mereka hampir tidak sabar menunggu datangnya hari Sabtu. Tidak sabar tentu saja merupakan cirri khas anak-anak dan juga para remaja.
Akhirnya hari keberangkatan pun datang. Hari Sabtu jam 01.30 siang, semua peserta lokakarya dan juga keluarga telah berkumpul di depan gedung Indo Jolito (rumah dinas Bupati Tanah Datar). Saat itu mobil belum bisa berangkat kecuali kalau 2 orang yang kami tunggu sudah datang. Mereka adalah Muscandra dan Dian Hastuti. Keduanya adalah teman kami yang paginya harus ikut acara wisuda sebagai sarjana baru pada STIE Batusangkar.  
Setelah anggota rombongan lengkap akhirnya mobil kami berangkat menuju Palembang. Dari Batusangkar mobil mengambil arah ke Setangkai- Lintau, dan terus meluncur ke Sijunjung dan Dharmasraya. Suasana mobil cukup nyaman dengan AC dan bangku yang cukup luas. Namun kadang- kadang timbul juga rasa bosan, apalagi untuk menempuh jarak sekitar 700 km atau selama 18 jam. Sehingga anak perempuaku sering bertanya:
 “Apakah Palembang sudah dekat……berapa jam lagi mibilnya sampai ?”
Itulah enaknya kalau mobil bisa kami request untuk berhenti. Ada beberapa kali mobil berhenti. Setiap kali berhenti anak- anak bisa memulihkan mood (suasana hati) mereka dengan menikmati jajan- minuman dan makanan ringan. Kami juga berhenti pada tempat lain untuk melakukan sholat. Aku mengajak anak- anak untuk sholat, melakukan jamak dan qashar, karena ini biasa dilaksanakan oleh para musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan jauh.
Menjamak sholat berarti sholat yg dilaksanakan dengan mengumpulkan dua sholat wajib dalam satu waktu, seperti sholat Zuhur dengan Asar dan sholat Magrib dengan sholat Isya (khusus dalam perjalanan) Adapun pasangan sholat yang bisa dijamak adalah sholat Dzuhur dengan Ashar atau sholat Maghrib dengan Isya . Sedangkan meng-qashor sholat adalah melakukan sholat dengan meringkas/mengurangi jumlah raka'at sholat yang bersangkutan. Sholat Qashar merupakan keringanan yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun sholat yang dapat diqashar adalah sholat dzhuhur, ashar dan isya, dimana raka'at yang aslinya berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja. Dengan cara demikian anak- anak juga memperoleh pengalaman langsung dalam menunaikan agama dalam hidup mereka.
Itulah harapan orang tua, yakni bagaimana anak juga memahami bahwa sholat itu sangat penting. Sholat sebagai media bagi kita untuk mendekatkan hati dan diri pada Allah SWT, Sang Pencipta jagad raya ini.        
Aku perhatikan bahwa tidak ada seorang penumpang pun yang bisa tertidur lelap dalam mobil- kecuali beberapa orang anak kecil. Untuk membuat anak-anak bisa betah, aku melihat mereka cukup pintar, mereka membawa makanan, minuman, game/ sarana hiburan dan bacaan. Benda- benda tersebut mampu mengusir kebosanan mereka.
Demikian pula dengan anakku, Fachrul sibuk bercanda dengan temannya anak Arjus Putra, sementara Nadhila sibuk membaca atau menonton atau dengar musik lewat androitnya yang telah dibawa sejak dari rumah. Sekali- sekali ia ngobrol dengan Pak Alfian Jamrah. Anakku merasa kagum bisa ngobrol dengannya sehingga ia sempat bertanya:
“Ayah…, mengapa Pak Alfian luas wawasannya ?” Tanya Nadhila dengan lugu- ya pertanyaan seorang anak SD.
“ Tentu…karena Pak Alfian adalah seorang mahasiswa program Doktor, sebelumnya sebagai Kepala Dinas Pariwisata, seorang penulis untuk koran-surat kabar Sumatera Barat dan juga seorang pembaca”. Kataku menimpali. Suaraku sampai terdengar oleh Pak Alfian Jamrah sehingga ia merasa geli mendengar percakapan kami.
Setelah menempuh jarak Batusangkar- Palembang selama 18 jam, akhirnya mobil kami berhenti di depan sebuah resto. Semua penumpang turun mencari makanan untuk mengisi perut yang sudah kelaparan. Beberapa saat kemudian Harpen Namaidi- adikku- menelpon ke hapeku. Aku segera merespon bahwa kira- kira 2 jam lagi kami sudah berada dalam kota Palembang dan kami semua menginap di Budi Hotel, yang lokasinya persis dalam kota Metro Palembang.     

3. Jembatan Ampera
            Tidak lama berselang setelah kami cek-in di Hotel Budi, hapeku berdering. Waahh..rupanyan dari Harpen Namaidi dan Fitria (istrinya) mau datang segera ke hotel. Mereka telah berjanji buat mengajak kami buat ke resto- makan siang yang enak. Aku tahu resto atau rumah makan tersebut milik orang Padang. Kita akui bahwa naluri bisnis kuliner orang Padang terkenal sangat bagus. Tentu saja aku harus pamit kepada ketua rombongan dan kami janjian jam 04.00 sore untuk bertemu atau rendezvous di pinggir sungai Musi, persis di sebelah jembatan Ampera.
Wow…jembatan Ampera, jembatan paling panjang dan paling cantik di pulau Sumatera. Jembatan Ampera[1] adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Panjang jembatan ini  1.117 m (lebih dari 1 km), lebarnya 22 m, tinggi menara 63 m, dan ada 2 menara yang mana jaraknya adalah 75 m. Wow….amazing !!!
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat  oleh Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.
Jembatan Amperae ini memiliki keistimewaan. Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya. Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.

4. Kecopetan Dekat Jembatan Ampera
            Usai makan siang di resto, Harpen membawa kami ke Kenten Laut buat berjumpa dengan Suwirman- kakak kami yang paling tua yang bertugas sebagai guru SMK di Metro Palembang ini. Perjumpaan tersebut sangat berguna untuk mengakrapkan anak- anakku dengan paman mereka. Orang tua perlu mengajarkan pada anak bahwa silaturahmi perlu untuk dipelihara.
            Kami tidak bisa berlama- lama di Kenten Laut dan aku minta Harpen mengantarkan aku sekitar jam 04.00 sore ke pinggir jembatan Ampera karena rombongan kami bakal rekreasi di sana, jadi di sanalah rendezvousnya (tempat janjiannya). Harpen segera mengantarkan aku ke sana dan sebelum turun ia menitip pesan agar aku berhati hati karena kawasan seputar Jembatan Ampera rawan dengan copet atau pencurian.
            “Waspada dengan dompet, uang, hape, kartu kredit dan peralatan elektronik. Hindari memakai perhiasan di sana”. Demikian nasehat Harpen padaku. Aku mendengar nasehat tersebut sebagai sesuatu hal yang wajar saja dari seorang adik ke kakaknya.
            Nadhila ikut denganku dan Fachrul ikut lagi dengan Pak De nya (Harpen) untuk mengitari kota. Aku bergabung dengan grup/ rombongan kami yang sudah duluan melangkah ke pinggir jembatan Ampera. Dari kejauhan terlihat jembatan Ampera menjulang dengan anggunnya. Aku ingin agar pinggir jembatan Ampera bisa menjadi tempat turis yang menarik ibarat pinggir sungai di mana patung Merlion bertengger di negara Singapura.
            Aku juga melangkah melalui sebuah gang sempit dan ramai. Aku menjadi sadar saat ada tangan asing menyeret sisi celanaku. Ya ampun hapeku raib……!!! Aku segera menoleh kebelakang dengan secepat kilat dan aku jumpai Hendra Zuher (temanku) tengah memegang lengan seorang pemuda bertubuh ceking dan rambut dicat coklat. Kami segera memegang tangannya lebih kuat dan mengintoregasinya.
            “Kamu pencopet…, telah menyambar hapeku. Mohon serahkan…..???” Pintaku memaksa. Orang- orang datang berkerumun menyaksikan. Ada yang bersimpati padaku dan mereka juga memaksa pemuda pencopet itu untuk menyerahkan hapeku. Hape itu diperkirakan telah dioper ke temannya yang sempat melarikan diri.
            Pemuda pencopet itu bersumpah- sumpah bahwa ia bukan pencopet. Dia mengatakan bahwa ia adalah orang baik-baik, iahanya tukang ojek, kemudian pernyataannya berubah bahwa ia tukang parkir. Beberapa saat kemudia ada yang datang membelannya yang penampilannya serupa. Mereka juga meminta kami untuk membebaskan temannya, karena temannya bukan pencopet….temannya orang baik- baik… hanya sebagai tukang parkir.
Mood kami dan juga suasanahati teman- temanku yang lain juga jadi tidak enak. Karena pinggir Jembatan Ampera yang cantik itu adalah sarang pencopet. Dan aku berfikir bahwa aku bukan orang sana, kampungku jauh di Batusangkar. Aku khwatir kalau sesuatu yang lebih buruk terjadi maka kami semua bubar dari wilayah itu. Wilayah dimana aku jumpai banyak pemuda berwajah sangar.
Jembatan Ampera yang megah terlihat tidak megah lagi. Pantesan tidak banyak wisatawan manca negara yang berkunjung ke kawasn tersebut karena terdeteksi sebagai wilayah yang tidak aman. Temanku mengatakan bahwa daerah tersebut menjadi daerah empat besar di Indonesia sebagai daerah tidak aman.
“Aku tidak sedih kehilangan hape. Yang aku sedihkan bahwa aku kehilangan banyak dokumen dalamnya- ada catatan, ada nomor telepon penting, foto dan rekaman film yang bersejarah menurutku. Ambilah hape itu namun mohon kembalikan kartu simnya”. Demikian aku sempat bermohon pada sang pencopet. Namun sang pencopet membersihkan diri sebagai orang baik- baik.
Meskipun hapeku hilang di Palembang namun aku tetap mencintai kota Palembang, aku tetap mencintai Jembatan Ampera. Palembang adalah kotaku di negaraku tercinta. JembatanAmpera adalan Icon buat bangsaku. Namun aku bermohon kepada stakeholder dan masyarakat Palembang untuk membuat kota Palembang menjadi daerah yang palling aman di dunia, paling kurang daerah yang paling aman di Pulau Sumatra agar wisatawan mancanegara kangen buat bertandang ke sana.   
Pencopet itu adalah profesi yang tidak terhormat, dan pencopet itu ada di banyak tempat di dunia. Cerita dari jemaah Haji yang pulang dari Mekkah juga sering bercerita tentang pencopet. Juga ditempat wisata di dunia seperti di Paris, Barcelona, dan kota besar lainnya juga sering terjadi peristiwa kehilangan yang dicuri oleh pencopet. Pendatang baru yang datang ke Palembang juga sering diingatkan atas kejahatan pencopet. Yang penting bagi kita adalah mengenal cara kerja pencopet yang akan mencopet kita[2].
Ini berdasarkan pengalaman memergoki copet beraksi di angkot atau saat di tempat ramai. Satu tangan di atas dan satu tangan lagi menyelinap dibalik tas atau jaket, copet satu lagi berjaga-jaga, mencoba mengalihkan perhatian atau mencopet penumpang/ pengunjung lainnya. Mari kita kenali cirri- cirri pencopet, misalnya kalau mereka ada dalam angkot:
1.      Biasanya terdiri dari dua orang, baik naiknya bersamaan maupun tidak, jika tidak biasanya copet kedua naik tidak jauh dari copet pertama, pura -pura tidak kenal antar satu copet dengan temannya tersebut. 
2.      Membawa jaket di tangan atau tas besar namun tidak ada isinya, terkadang tas besar namun keliatan ringan mungkin diisi busa, tas atau jaket disimpan dipangkuan semua itu untuk menutupi aksinya. 
  1. Bisa jadi mereka berpakaian rapi- pakai kemeja, pakai sepatu, ada juga yang pakai topi. 
  2. Umur mereka juga bisa bervariasi, mungkin umurnya sekitar 25 tahunan, 40 dan 45 tahunan, yang lebih muda bertampang kumal. 
  3. Gerak-geriknya mencurigakan, biasanya memperhatikan si korban terlebih dahulu dari ujung kaki sampai ujung rambut. 
  4. Duduk mereka suka mepet berdekatan walaupun disekitarnya tempat duduk masih kosong.
Selain kita mengenal cara kerja sang pencopet maka kita juga perlu tahu cara menghindari para pencopet atau bagaimana agar tidak kecopetan. Ini beberapa tips agar kita tidak menjadi korban kecopetan:
1.      Sisakan uang seperlunya untuk ongkos dikantong, simpan uang yang jumlahnya besar atau hape di tempat yang jauh dari jangkauan copet misalnya didalam lipatan baju didalam tas atau pecah-pecah uang dibeberapa tempat supaya jika salah satu hilang masih ada yang lain. 
2.      Curigai orang yang membawa tas besar atau jaket dipangkuan. 
  1. Curigai orang dengan gerak-gerik yang mencurigakan, duduk mepet-mepet, memperhatikan orang dari ujung kaki sampai ujung rambut. 
  2. Curigai orang yang salah satu tangannya tersembunyi dibalik tas atau jaket. 
  3. Jangan melamun dan usahakan tidak tertidur. 
  4. Jangan terpaku pada satu pandangan, cobalah sekali-kali melirik kearah lain. 
  5. Jangan coba-coba pamer hape, pake hape seperlunya dan simpan lagi ditempat yang aman. 
  6. Jika memakai tas dengan resleting ganda, ubah posisi resleting ke posisi atas supaya terlihat oleh penumpang lainnya. 
  7. Jika selama perjalanan, usahakan agar kita tidak akan mengambil apa-apa dari tas, alangkah baiknya jika tas kita dibungkus dengan rain cover atau bag cover. 
  8. Jika di dalam angkot hanya tersisa kita sendiri dan ada orang yang dicurigai sebagai pencopet, maka lebih baik kita turun dan mengganti anggota dengan angkot yang lain, lebih baik rugi nambah diongkos daripada nyawa dan harta anda terancam, tapi ingat agar kita bisa turun ditempat yang ramai.

5. Sekolah Unggulan Palembang
            Hari ketiga perjalanan kami adalah untuk mengunjungi sebuah sekolah unggulan di kota Palembang, yaitu SMAN plus 17 Palembang. Pagi- pagi aku mendesak agar kedua anakku segera berkemas- segera mandi, berpakaian yang bersih dan rapi dan segera turun ke lantai bawah buat sarapan pagi.
            Pagi ini kami semua harus cek-out semua dari Hotel Budi. Menjelang berangkat kami mengambil moment berfoto- foto di depan hotel, kemudian semua berkumpul ke dalam mobil wisata. Akhirnya mobil kami mampir di halaman depan sekolah yang kami tuju. Pekarangan sekolahnya hijau, aku merasakan suasana sejuk dan nyaman. Aku pikir apakah aku tengah berada di Bandung, Bogor, Brastagi atau di Bukittinggi. Ya karena kondisinya adem sekali.
            Aku juga jadi surprised karena kepala sekolah SMAN plus 17 Palembang, bapak Syamsul Bahri, adalah kenalanku saat kami sama- sama mengikuti seleksi guru dan kepala sekolah berprestasi nasional tahun lalu di Hotel Millenium Jakarta. Kepala sekolahku Pak Rosfairil akhirnya bergabung duduk bareng di depan untuk memimpin acara kunjungan dan bertukar pandangan antara 2 sekolah: SMAN 3 Batusangkar dan SMAN plus 17 Palembang.
SMA Plus Negeri 17 Palembang, atau dikenal dengan sebutan SMAN Jubel, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Sekolah ini telah mendapat pengakuan sebagai sekolah unggul/plus sejak tahun 2000 sehingga menjadikan sekolah ini sebagai pioneer ikon pendidikan unggul di kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan. Beberapa prestasi akademik, olimpiade, penelitian, seni musik, seni drama, dan fotografi telah mencapai tingkat nasional dan internasional. Outcome-nya tersebar di UI, ITB, UGM, Unpad, Undip, ITS, Unibraw, NTU, USU, Unand dan mendominasi di Universitas Sriwijaya. SMA Plus Negeri 17 Palembang juga dikenal sebagai Sekretariat Bina-Antar Budaya (Binabud), lembaga non-profit AFS Indonesia, Chapter Palembang. Saat ini, SMA Plus Negeri 17 Palembang menyediakan program reguler RSBI dan program Akselerasi serta program studi Ilmu Alam (PSIA) dan Ilmu Sosial (PSIS). Pada tahun ajaran 2012/2013, SMA Plus Negeri 17 Palembang telah menerima siswa hingga angkatan 16. Sekolah ini memiliki kegiatan kurikulum, yaitu seperti BUGEMM dan KK Senior.
BUGEMM (Budaya Gemar Membaca dan Menulis), setiap peserta didik diwajibkan membuat penelitian sederhana dalam bentuk laporan karya ilmiah setiap semester. Laporan dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara bergantian di tiap semester. Dalam penelitian, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing dibimbing oleh seorang guru. Pada akhir semester, setiap peserta didik yang telah memenuhi syarat akan melakukan kegiatan Evaluasi BUGEMM di hadapan penguji. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan ilmiah peserta didik dan membiasakan peserta didik pada kegiatan ilmiah.
KK Senior (Kegiatan Kurikulum Seni dan Olahraga), kegiatan ini dilaksanakan oleh peserta didik kelas X dan XI. Peserta didik kelas X dan XI di SMA Plus Negeri 17 Palembang tidak memiliki mata pelajaran Penjaskes dan Seni konvensional seperti yang diajarkan di sekolah lain. Untuk mengoptimalkan bakat peserta didik, sekolah menyediakan hari Sabtu sebagai waktu kegiatan KK Senior. Setiap siswa diperbolehkan untuk memilih satu cabang olahraga untuk mengisi jam olahraga (3-4) mereka dan satu cabang seni untuk mengisi jam seni (7-8). Cabang olahraga yang ada adalah basket, tenis, tenis meja, panahan, kempo, tekwondo, voli, karate, bulu tangkis, dll. Cabang seni yang ada adalah gitar akustik, angklung, alat musik tradisional, tari tradisional, teater, seni baca Al-Qur'an, seni rupa dua dimensi, seni rupa tiga dimensi, modelling, dll. Pilihan dapat diganti tiap semester, sehingga dapat menambah pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Selain itu, Senam dilakukan pada jam 1-2 dan paduan suara dua angkatan dilakukan di aula pada jam 5-6 setiap sabtu. Setiap peserta didik dilatih olah vokal dan teknik paduan suara dalam bagian KK Senior ini, sehingga peserta didik dapat digolongkan berdasarkan jenis suara masing-masing.
SMA Negeri 17 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, Keberhasilan pembimbingan Ekstrakurikuler yang komperhensif dan berkualitas telah mencetak generasi emas dengan prestasi hingga kancah Internasional. Karya tulis dan penelitian remaja yang dihimpun dalam KIRANA (Kelompok Ilmiah Remaja Andalan 17) telah membuktikannya melalui pencapaian prestasi hingga kancah Internasional. Tercatat prestasi Internasional di bawah ini:
1) Participant Intel International Enginieering Fair (IISEF 2009) di California, USA.
2) Medali Perak Internasional dalam 7th International Exhibition for Young Inventor di
     Hanoi-Vietnam pada Desember 2010.
3) Special Award as the Most Creative and Innovative Research dari Pemerintah
    Republik Filiphina untuk riset berjudul "Rotating Herbicide Sprayer."
4) Outstanding Students for The World (OSTW 2011) di Washington, New York,
    Pittsburgh, Boston, San Fransisco - USA 2011.
 Baik kegiatan kurikuler maupun kegiatan kurikuler amat bermanfaat membuat siswa memiliki kepintaran yang berganda. Bentuk- bentuk kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini adalalah seperti:
- Parisanda 17 (Pasukan Barisan Andalan 17), eksul Paskibraka.
- Perwira 17 (Palang Merah Wira 17), ekskul Palang Merah Remaja (PMR).
- Kirana 17(Kelompok Ilmiah Remaja Andalan 17), ekskul Kelompok Ilmiah Remaja
   (KIR).
- Pasmala 17, (Pasukan Utama Pengaman Sekolah 17) ekskul Polisi Keamanan Sekolah
   (PKS).
- Kodrat, (Kelompok Drama Anak 17), ekskul yang bergerak di bidang seni teater.
- Akustik 17, ekskul yang bergerak di bidang seni musik, meliputi: olah vokal, alat
   musik, musikalisasi puisi, dan pertunjukkan perkusi.
- Charlie Cheers, ekskul seni tari modern (modern dance) dan cheerleading.
- Focus 17 (Fotografi dan Sinematografi Unggulan 17), ekskul fotografi dan film.
- KGB 17 (Klub Gemar Berpikir), ekskul programming dan piranti sains teknologi-
- Rohis Nur Islami 17, ekskul rohani dan dakwah islam.
- Jurnalistik 17. ekskul yang bergerak di bidang kreasi mading (tropis) dan penerbitan
    majalah sekolah (Marela).
- Pramuka 17, ekskul kepramukaan.
- Shokura, klub bahasa dan budaya Jepang.



[2] http://www.farhan-bjm.web.id/2013/06/beginilah-cara-kerja-pencopet-mencopet.html

Kembali Menuju Australia: Sebuah Kesempatan



Kembali Menuju Australia: Sebuah Kesempatan
Marjohan, Guru SMAN 3 Batusangkar (085264340180)
1. Sepucuk Surat
            Dalam anganku ada keinginan untuk bisa menginjakan kaki  ke benua Eropa. Sejak zaman dulu hingga sekarang benua Eropa merupakan daerah yang sangat fenomena. Banyak kisah inspirasi dari tokoh dunia berasal dari daerah ini. Aku juga bisa menyatakan bahwa benua Eropa merupakan ibu dari 4 benua lainnya. Juga banyak bahasa dari bangsa- bangsa di Eropa- seperti bahasa Inggris, bahasa Portugis, bahasa Spanyol dan bahasa Perancis- dipakai oleh banyak orang di seluruh dunia. Itulah alasanku mengapa aku sangat mendambakan untuk bisa berkunjung ke benua ini.  
            Tiba-tiba Rani, salah seorang staf TU SMAN 3 Batusangkar- menyodorkan sepucuk surat yang baru diantarkan oleh petugas Pos. Ada tulisan “amat segera” tertera pada amplop surat. Rasa ingin tahuku hampir tidak bisa dibendung. Apa kabar baik yang bakal segera datang ?
            “Mungkin ada kabar untuk kunjungan ke Jepang, Korea atau salah satu negara di Eropa. Wah aku pengen bisa terbang ke Eropa, mungkin ke Findlandia yang terkenal dengan kualitas pendidikannya, atau ke Spanyol, atau mungkin ke Perancis agar aku bisa menaklukan puncak menara Eiffel (?). Ya aku pengen bisa ke Perancis aku bisa menggunakan bahasa negara ini- bahasa yang sudah aku pelajari sejak 15 tahun yang lalu. Sekalian aku bisa singgah di Eiffel Tour, Notre Dame atau La Muse de Tusseau”.
            Namun setelah amplop aku buka aku jumpai bahwa ternyata aku dapat undangan buat mengikuti “benchmarking program ke Australia”. Aku tidak kecewa, meskipun aku sudah terbang ke sana 4 bulan lalu, namun aku juga belum merasa puas karena benua kecil ini juga indah dan negaranya sangat bermutu di dunia. Dalam surat aku lihat ada 10 orang peserta program yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, mereka adalah seperti:

1.      Abdul Hajar (Makasar)
2.      Herfen Suryanti (Bontang)
3.      Euis Andriani (Sukabumi)
4.      Marjohan (Batusangkar)
5.      Nurhadi (Jayapura)
6.      Andi Robbi (Deli Serdang)
7.      Alfi Rokhana (Salatiga)
8.      H. Imron (Pasuruan)
9.      Suryanto (Temanggung)
10.  Nikmah Nurbaiti (Purworejo)
Benchmarking program berarti kegiatan belajar pada orang atau lembaga lain- kita akan mencari kelebihan dan kekurangannya, selanjutnya kita akan menyadur keunggulan/ kelebihan dari program yang mereka laksanakan. Lebih lanjut aku mencari defenisi tentang benchmarking.
Benchmarking adalah suatu aktivitas suatu organisasi (misal: sekolah) mengadakan evalusi diri secara kontinyu dengan membandingkan dirinya dengan organisasi (sekolah) yang kualitasnya dianggap lebih baik sehingga kelebihan yang ditemukan dapat diadopsi atau diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas diri[1]”.
 Sebelum berjumpa dengan teman- teman peserta benchmarking program, aku juga mencari tahu atas profil mereka. Tiga dari peserta bukan dari PNS, karena tidak tertera NIP-nya (Nomor Induk Pegawai), dengan demikian aku tahu bahwa non PNS juga bisa meraih prestasi dalam bidang pendidikan dan karya mereka diberi reward oleh pemerintah. Namun saat kami berkumpul di Hotel Kaisar- Kalibata Jakarta, 3 teman di atas berganti dengan 3 teman yang baru, mereka adalah: Herfen Suryanti (dari Bontang), Euis Andriani (dari Sukabumi) dan Andi Robi (dari Deli Serdang) berganti dengan Slamet Raharjo (dari Sumbawa), Isdarmoko (dari Yogyakarta) dan Sumarno (dari Medan).

2. Belajar dari Profil Teman
a) Cyber Classroom
            Aku menemui profil Nikmah Nurbaiti dalam buku Penjaga Mutu Sekolah (2012). Ia punya prestasi dalam memberdayakan melalui partisipasi dan potensi. Ia terlahir dari keluarga guru, mengakrapi dunia pendidikan sejak kecil. Kini ia menjadi kepala SMAN 5 Purworejo dan melakukan banyak pengembangan di sekolahnya.
Sebelum menjadi kepala sekolah, ia adalah seorang guru Bahasa Inggris. Ia pernah mewakili Indonesia ke Konferensi Guru Sedunia di Findlandia dan menjadi wakil Indonesia untuk cyber classroom. Saat itu ia ke Findlandia sendirian pada hal ke Jakarta saja sendiri belum pernah.
Ia terpilih ke ajang dunia bermula dari aktivitas Nikmah di berbagai forum di Purworejo. Ia dikenal lancar dan bagus saat mengutarakan pendapat dalam bahasa Inggris. Ia pernah mengikuti Konferensi Bahasa Inggris Nasional di Bogor tahun 2002, juga mendapat tugas ke Australia pada tahun yang sama, namun batal menimbang ia masih punya bayi yang sayang untuk ditinggalkan. Namun pada lain waktu ia punya kesempatan untuk terbang ke Findlandia.
Ada serangkaian tes yang ia lalui sebelum pergi ke Findlandia yaitu tes wawancara menggunakan bahasa Inggris. Dalam wawancara yang dibahas seputar penggunaan dan manfaat internet. Selain itu, bila nanti terpilih ia harus membuat suatu proyek.
Ia menjadi cemas atau entah shocked atau surprised pergi ke Findlandia sendirian. Bila tidak bersedia berangkat ya akan digantikan oleh finalis lain. Ia berfikir bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali maka ia pun dengan percaya diri berangkat ke Tampere, Findlandia.
Konferensi di Findlandia dihadiri 55 guru dari sekitar 17-18 negara Asia- Eropa, seperti Jepang, Swedia, Findlandia, Jerman, Belanda, Singapura dan lain-lain. Hasilnya adalah pembentukan cyber classroom (CC), yaitu wadah bagi siswa Asia- Eropa untuk bertukar segala sesuatu melalui internet. Dari hasil konferensi tersebut Nikmah dan kawan-kawan membentuk kelompok dan merancang suatu proyek, dengan ketentuan setiap kelompok terdiri dari campuran antar negara Asia dan Eropa. Ia satu kelompok dengan Ulla Dahlstorm, wakil dari Swedia dan mereka membuat proyek.
Pada proyek tersebut ia dan rekannya bertukar informasi kebudayaan, tata kehidupan, agama, dan lain- lain. Proyek mereka dalam bentuk situs cyber classroom. Dalam situs itu ia bercerita tentang beberapa elemen penting seperti everyday life, berisi cerita siswa kedua negara- termasuk dalamnya tentang teenager life.
Kita ada melihat perbedaan cara hidup seperti kebiasaan ke night club, makanan dan sekolah. Ada juga tentang pendidikan, olahraga, dan pelajaran favorit. Juga ada pertukaran cerita rakyat, tempat wisata dan cerita tentang agama. Inti dari cyber classroom adalah pertukaran pelajar via internet yang menekankan pada bidang seni, budaya, pendidikan dan tata kehidupan sehari-hari dengan bahasa pengantar bahasa Inggris.
Nikmah juga mengajak para guru untuk bisa mengajak guru bahasa Inggris bisa mengembangkan “dialog imajiner”, sebab selama ini murid kalau diminta berkomunikasi dengan bahasa Inggris sulit apa yang akan dibicarakan. Maka murid perlu diberi rangsangan kondisi yang diciptakan dengan sengaja untuk membuat anak didik dalam suatu situasi lain yang dibayangkan (imajiner).
Misalnya model belajar “role play- atau bermain peran. Tentu saja di sini  ada siswa yang dijadikan model sebagai siswa teladan, penyanyi dangdut, presiden Amerika Serikat dan lain-lain, sementara berperan menjadi wartawan. Murid yang berperan sebagai wartawan mengajukan pertanyaan kepada tokoh imajiner tersebut. Dengan cara demikian maka pelajaran speaking bahasa Inggris dapat berlangsung dengan lancar selama dua jam dalam situasi yang mereka ciptakan sendiri.
Contoh lain percakapan imajiner adalah berdasarkan karya sastra seperti bermain drama. Ada siswa yang berperan sebagai Cinderella, pangeran, ibu tiri, maupun saudara tiri Cinderella. Maka percakapannya akan berkisar seputar kehidupan Cinderella dan kisah Cinderella. Denga metode seperti ini maka kreativitas dan inovasi murid akan berkembang.

b) Suasana Belajar Yang Kontekstual
            Aku juga memperoleh pengalaman saat membaca profil Abdul Hajar (2012) dalam buku “Menebar Ispirasi Melalui Prestasi: Pengalaman Terbaik Guru SMA dan SMK Berprestasi Nasional”. Ia dikenal sebagai guru yang kreatif. Sikapnya ramah dan akrab dengan para siswa. Supaya para siswa lebih mudah memahami materi yang akan diberikan, sebelum memulai pembelajaran, maka kita harus mengajak siswa untuk membahas mengenai hal-hal yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Abdul Hajar mengatakan bahwa gambaran yang kita berikan haruslah kontektual. Artinya harus sesuai dengan kondisi dan keadaan yang terjadi di sekitar siswa. Jika pra-pembelajaran sudah dirasa menarik maka tentu siswa akan tertarik untuk mengetahui lebih dalam.  
            Ia berprinsip dalam hidup untuk “berusaha dahulu berprestasi kemudian”. Kemampuan untuk mandiri dan beradaptasi mutlak untuk dimiliki oleh orang modern. Ia sangat bersyukur memiliki karakter bisa mandiri dan kuat di lingkungan yang baru, demikian pula kemampuan beradaptasi dengan teman yang ada di lapangan.
            Sebagai seorang guru maka ia harus kreatif dalam menyampaikan materi. Ketika memberikan materi mengenai suksesi dalam pelajaran Biologi, ia meletakkan beberapa akuarium di kelas dan mengisinya dengan berbagai macam makhluk air. Akuarium kemudian diberi aerator sebagai penyuplai udara, dan dibiarkan tanpa diberi makanan, juga tanpa dibersihkan. Semua makhluk hidup dalamnya dibiarkan hidup apa adanya. Lalu ia menjelaskan kepada para siswa bahwa secara alami, makhluk- makhluk hidup dalam akuarium itu akan berusaha berjuang mempertahankan hidup dalam ekosistem barunya.    Para siswa bisa melihatnya, sehingga mereka bisa melihat proses kehidupan yang terjadi dalam akuarium, seperti persaingan mencari makanan, menguasai wilayah dan yang lainnya.    

c) Memacu Diri Untuk Berprestasi
            Orang yang ketiga yang aku temui profilnya adalah Herfen Suryati juga dalam buku “Menebar Ispirasi Melalui Prestasi: Pengalaman Terbaik Guru SMA dan SMK Berprestasi Nasional”. Ia sangat tekun dalam belajar dan terbiasa berdisiplin.
            Dalam menjalankan profesinya sebagai guru, Herfen selalu memacu dirinya untuk berbuat lebih baik dengan memegang filosofi bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin. Ia mengatakan bahwa seharusnya kita harus bisa berbuat lebih baik lagi di masa yang akan datang.
            Herfen mengabdikan seluruh potensi dirinya sebagai pengajar. Pada tahun 2009 ia mendapat penghargaan the best innovative teacher dalam event regional innovative teacher competition tingkat Asia Pasifik di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk memudahkan proses pembelajaran ia juga aktif menciptakan multi media pembelajaran.
            Ia mengatakan bahwa guru perlu selalu memanfaatkan tekhnologi TIK (Teknologi Informasi Komputer). Dalam pembelajarannya ia  selalu mencoba menciptakan media, termasuk  multimedia interaktif sebagai media pembelajaran. Ia juga menggunakan jaringan internet sebagai salah satu satana pembelajaran.    

d) Memajukan Pendidikan Anak- Anak Papua
            Profil menarik tentang Nurhadi (2012) diperoleh dari majalah “PTK Dikmen- Media Informasi  dan Komunikasi Pendidikan Menengah”. Mengikuti perlombaan menurut Nurhadi adalah sangat penting karena sangat berguna untuk mengukur kemampuan diri. Pelaksanaan perlombaan juga senada dengan firman Allah SWT di dalam Al-Quran: fastabiq al-khoirat yang artinya bersainglah dalam hal kebaikan. Tentu saja berlomba atau berkompetisi bukan untuk kemasyuran atau kebanggaan diri,namun lebih mengarah kepada upaya saling mengasah, saling memberi, dan saling memotivasi demi pemerataan kualitas.
            Perjalan karir Nurhadi sebagai guru dimulai di daerah khusus (daerah terpencil), tepatnya di perbatasan Indonesia- Papua Nugini, yaitu di SLTP Negeri Web. Perjalanan ke tempat tugas tidaklah mudah, untuk menuju daerah tersebut kita harus menyewa mobil kecil double garden untuk menempuh perjalanan berlumpur dari kota Jayapura ke desa Senggi sejauh 180 km. perjalanan ditempuh selama 8-9 jam dengan kondisi jalan rusak, berlumpur, longsor sepanjang hutan hujan tropis Papua.
            Setelah bermalam di SMPN Senggi, kita musti berjalan kaki menelusuri jalan setapak, melintasi hutan, gunung, sungai atau lembah menuju desa Web selama 2 hari. Rombongan harus bermalam di tepi Sungai Web, atau jika perjalanan kaki lebih cepat bisa sampai di kampung Yabanda. Perjalanan dilanjutkan pagi hari menuju kampung Yuruf dan tiba di SMPN Web sudah menjelang magrib pada hari ke dua.
            Sebagaimana kiprah guru lain ketika membuka sekolah baru di daerah terpencil, pada awalnya tentu dilalui dengan mencari dan menjemput calon siswa. Nurhadi juga demikian, ia mengunjungi keluarga- keluarga yang tersebar di kampung- kampung tua di wilayah Kecamatan Web radius jarak antara sekolah dengan kampung- kampung itu sekitar 15 km.
            Tahun pertama merupakan tahun ujian yang amat berat. Sebab hampir semua orang tua seperti tidak memiliki harapan masa depan yang cerah bagi anak- anak mereka. Hidup mereka hanya bersifat rutinitas seperti membuka lading, menanm ubi, pisang atau sayuran di kebun untuk kebutuhan sehari-hari.
            Lama usia sekolah bagi anak perempuan rata-rata hingga kelas IV SD (tentu saja usia mereka lebih tua dari usia anak SD rata-rata di metropolitan Indonesia), setelah itu dikawinkan dengan pria pilihan orang tuanya. Sedangkan anak laki-laki pada umumnya tamat SD kemudian kawin. Hanya anak-anak yang punya semangatlah yang tetap melanjutkan sekolah hingga ke SLTP dan SLTA di Sentani Jayapura.
            Nurhadi pernah menjumpai orang tua atau masyarakat yang menolak keras anaknya dibawa ke sekolah. Mereka berkata dengan nada keras bahwa pemerintah selama ini tidak mempedulikan mereka. Nurhadi memahami kalau mereka pesimis karena ia melihat langsung keadaan mereka yang sangat terbelakang dan kehidupan yang jauh dari kata layak.
            Nurhadi memberikan respon pada mereka: “Bahwa kondisi orang-orang tua saat ini memang sangat sulit. Tetapi kami adalah wakil pemerintah yang diutus untuk menolong masyarakat di kampung ini. Jika anak-anak diizinkan sekolah maka dalam 10 hingga 20 tahun ke depan mereka akan merubah kampung terisolir ini menjadi maju. Ada yang menjadi kepala distrik, mantri untuk melayani kesehatan, dan guru pendidikan”. Ada orangtua yang memahaminya dan mengizinkan anaknya dibawa ke sekolah.
            Tahun 2001 Nurhadi dimutasikan ke SLTP Negeri 6 Jayapura. Di sekolah ini permasalahan beda lagi- lagi, banyak siswa yang punya motivasi belajar rendah. Ada siswa yang melompat dari jendelahingga guru menangis karena merasa tidak dihormati. Terkadang ada kotoran manusia di dalam kelas. Guru guru merasa sudah maksimal dalam membina meskipun pada umumnya menggunakan metoda/ pendekatan punishment (hukuman).
            Namun Nurhadi mempunyai pendekatan lain. Ia mendekati siswa melalui olahraga favoritnya yaitu sepak bola dan mereka latihan sepak bola setiap Sabtu sore. Melalui cara tersebut iamengajak mereka berdiskusi dan berbicara dari hati ke hati tentang untung ruginya jika tidak serius dalam belajar dan mengikuti pembelajaran. Pentingnya menghormati orang yang  lebih tua, dan menjaga kebersihan dan keindahan sekolah demi kenyamanan belajar. Berkat usaha yang dikemas dengan olahraga favorit sepak bola tersebut, para siswa perlahan menjadi berubah baik.       
            Belum banya yang ia perbuat di sana, ia kemudian dimutasikan lagi ke SMU Negeri 5 Jayapura. Yaitu ke sebuah sekolah khusus didirikan untuk putera-puteri yang berbakat. Walikota mendirikan sekolah khusus tersebut untuk memproteksi anak-anak Papua berbakat agar mampu berprestasi secara nasional dan internasional. Harapannya agar 80 % anak Papua dapat diterima di perguruan tinggi ternama, baik di dalam maupun di luar negeri.
Tenaga guru yang dipilih dari berbagai sekolah tersebut memiliki semangat dan kebersamaan  yang kuat untuk kemajuan SMUN 5 Jayapura. Mereka menyumbangkan apa yang menjadi kelebihannya masing- masing. Misalnya dalam bidang olahraga, debat Bahasa Inggris, olimpiade sains, matematika, karya ilmiah remaja, cerdas cermat dan sebagainya. Semua menyayangi anak-anak Papua seperti terhadap anak sendiri yang harus diberdayakan.



[1] Amat Jaedun (2011). Benchmarking Standard Mutu Pendidikan- Makalah Seminar Nasional. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...