Jumat, 19 Mei 2017

Menyingkirkan Sejuta Alasan Buat Maju



Menyingkirkan Sejuta  Alasan Buat Maju
Oleh: Marjohan, M.Pd

            Umumnya orang ingin menjadi maju dan mereka senang untuk dimotivasi. Namun motivasi yang diberikan pada seseorang ada yang bertahan lama dan cukup banyak tidak begitu dipedulikan. Motivasi yang diberikan oleh orangtua pada anak atau dari guru buat murid banyak yang kurang mujarab. Banyak orang yang ingin sukses namun ketika mau melangkah mereka buru-buru berarguen dengan seribu alasan.
            “Saya ingin maju tetapi..., saya ingin pandai tetapi..., saya ingin seperti anda tetapi..., tetapi saya nggak punya waktu”. Demikianlah bagaimana banyak orang gemar berlindung dibalik kata “tetapi”. Kata-kata penuh alasan selalu membenamkan banyak orang dalam kemunduran dan ketidak berdayaan. Pada hal untuk bisa sukses dan berjaya kita harus mampu menyingkirkan seribu satu alasan yang telah menjadi kerikil penyandung pada langkah kaki kita.
Benar sekali bahwa untuk bisa maju kita harus menyingkirkan semua alasan yang membelenggu mental dan semangat kita. alasan yang bertumpuk tumpuk ini telah membuat kita untuk memilih jalan yang stagnan- jalan di tempat.
Kondisi secara umum bahwa orang yang berasal dari keluarga besar dan didera oleh kemiskinan yang berkepanjangan akan susah untuk sukses. Namun tidak semuanya yang demikian, sebagian juga ada yang mampu untuk melompati kondisi ini. Juga menjadi fenomena bahwa orang-orang yang berasal dari daerah terpencil dan jauh dari sentuhan teknologi akan susah buat menjadi maju. Juga sebagian ada yang mampu melompati kondisi ini.
Saya memperoleh wawasan baru setelah membaca artikel yang ditulis oleh Alison Bert, editor in chief dari www.elsevier.com. Dia memaparkan tentang perjuangan lima ilmuwan wanita yang merangkak untuk menggapai sukses dalam artikelnya yang berjudul: five women scietis tell their stories of hard-earned success.
Para wanita tersebut berasal dari negara-ngara yang tidak begitu tersohor di dunia, yaitu Vietnam, Sudan dan Nigeria. Mereka membuktikan bahwa sukses bisa datang dari mana saja, tidak harus datang dari Jepang, Eropa, Amerika atau Australia, namun juga bisa dari Vietnam, Sudan dan Nigeria.
Para wanita yang yang diekspos oleh Alison Bert adalah Rabia Sa’id, Mojisola Usikalu dan Mojisola Adeniyi yang berasal dari Nigeria, Nashwa Eassa dari Sudan, dan Dang Thi Oanh dari Vietnam. Mereka semua berasal dari dunia ketiga- alias dari negara yang sedang berkembang. Secara terperinci bahwa mereka tidak berasal dari kota besar. Mereka malah berasal dari daerah pinggiran atau kota kecil, berasal dari keluarga besar, juga ada yang berasal dari keluarga broken home. Dengan keadaan ekonomi pas-pasan dan malah cenderung mendekati garis kemiskinan.
The Elsevier Foundation merupakan yayasan di bidang kemanusiaan dengan tujuan non profit, dan setiap tahun menyelenggarakan kompetisi untuk menjaring ilmuwan wanita terkemuka di dunia. Yayasan ini lebih mengutamakan untuk menyeleksi  para ilmuwan wanita dari dunia ke tiga, seperti negara- nagara dari Asia dan Afrika. Profil ilmuwan yang terpilih akan diekspos guna memotivasi para wanita lainnya di dunia untuk bisa bangkit dan berperan lebih banyak.               
Para wanita pemenang yang telah diseleksi oleh The Elsevier Foundation untuk tahun 2015 yaitu seperti yang telah kita paparkan di atas (Alison Bert adalah Rabia Sa’id, Mojisola Usikalu dan Mojisola Adeniyi yang berasal dari Nigeria, Nashwa Eassa dari Sudan, dan Dang Thi Oanh dari Vietnam). Berikut profil sikat mereka yang berguna buat menginspirasi kita:
1). Dang Thi Oanh, Ph.D (Vietnam)
Sebagaimana banyak orang yang tumbuh dan dibesarkan dalam kesusahan, ini juga dialami oleh Dang Thi Oanh. Ia dibesarkan di sebuah di pedalaman Vietnam. Ia dan orangtuanya hidup dalam rumah yang sangat bersahaja. Atap rumah terbuat dari anyaman daun kelapa dan tanpa ada penerangan listrik. Motivasinya tumbuh oleh semangat belajar yang tinggi, meskipin di malam hari ia belajar hanya dengan penerangan lampu minyak tanah. Buat memasak makanan, keluarganya belum mengenal bahan bakar minyak, apalagi tabung gas, namun menggunakan kayu bakar yang ia kumpulkan dari hutan di belakang rumahnya untuk memasak.
“Saya harus berjuang agar lolos dari kelaparan dan kemiskinan”. Demikian tekad Dang Thi Oanh, dan sering kesusahan hidup, sebagai uncomfort zone, membuat orang memiliki semangat dan motivasi hidup yang tinggi. Sebaliknya banyak orang yang bearasal dari keluarga sangat berkecukupan- comfort zone- namun memiliki motivasi dan semangat belajar yang rendah. Ya karena mereka kurang merasakan adanya tantangan dalam hidup, sebab apa saja yang mereka mau, semua tersedia dalam lingkungan rumah.      
 Dang Thi Oanh dibesarkan di Vietnam Utara dari suku masyarakat Tay. Dia bersaudara 12 orang dan 7 orang yang masih hidup. Dia mengatakan bahwa dalam meraih sukses ada mentor dalam kehidupannya. Mentor itu adalah seseorang yang selalu memberinya semangat dan bimbingan hidup. Maka mentornya Dang Thi Oanh adalah kakak perempuannya yang berprofesi sebagai guru matematika di sebuah SMA. Dang Thi Oanh memperoleh pendidikan dalam bidang teknologi informatika di sebuah universitas di kota Hanoi.
2). Nashwa Eassa, Ph.d
Nashwa Eassa lahir dan dibesarkan di luar kota Khartoum, ibukota Sudan. Ayahnya seorang guru dengan 6 orang anak, dan semuanya lulus perguruan tinggi. Sering cita-cita nyata seseorang lebih terbentuk saat dia bersekolah di tingkat SLTA. Nashwa minatnya dalam bidang sains tumbuh karena rasa ingin tahunya tentang dunia saat belajar di sebuah SLTA. Ia tertarik dengan alam semesta. Di sekolah dia termasuk siswa yang cerdas, namun untuk pilihan karir ia memilih jurusan yang berbeda dari teman-temannya.
‘Dimana-mana di dunia ini sama saja, terutama di negara berkembang. Kalau seseorang memiliki nilai yang bagus, maka ia akan memilih jurusan kedokteran atau engineering (teknik). Kalau nilai agak rendah maka mereka memilih bidang sains. Banyak yang memilih kedokteran dan teknik karena memberikan pekerjaan yang lebih baik”, kata Nashwa.
Ia sendiri mendalami bidang fisika dan memperoleh pendidikan master dalam bidang sains untuk bidang fisika material dan nano teknologi dari Universitas Linkoping di Swedia. Kemudian ia meraih pendidikan doktoral dalam bidang dari Universitas Metropolitan Nelson Mandela di Afrika Selatan.
3). Mojisola Usikalu, Ph.D
     Mojisola Usikalu dilahirkan di kota kecil di daerah barat daya Nigeria. Dia seorang anak yatim karena saat berusia 6 tahun ayahnya meninggal dunia. Dia dibesarkan oleh ibunya seorang guru dengan gaji yang sangat kecil, sehingga perlu dukungan keuangan dari saudaranya yang lain.
Mojisola Usikalu menjadi tertarik dalam bidang sains ketika ia belajar di SLTA. Dia memperoleh untuk meraih sukses dari mentornya, yaitu gurunya sendiri- seorang guru fisika yang memotivasinya untuk mendalami bidang fisika. Hampir semua orang sukses terjadi karena mereka puya mentor dalam belajar dan bekerja.
“Saya yakin bahwa apa yang ita berikan kepada lingkungan kita adalah apa yang kita peroleh”, kata Mojisola Usikalu. Untuk menopang kuliah dan kehidupan maka ia juga bekerja sambilan, yaitu sebagai tenaga guru honorer.
Angka putus sekolah cukup tinggi di negara-negara yang SDMnya tergolong rendah, demikian pula halnya dengan Nigeria. Sehingga Mojisola Usikalu sering berbagi motivasi (sebagai seorang motivator) terutama buat pelajar perempuan dan juga bagi siswa/ mahasiswa perempuan yang berniat untuk berhenti bersekolah/ kuliah.
“Begitu kita berjumpa dengan seorang tokoh yang sukses, maka nasehat-nasehat yang ia tuangkan sangat berpengaruh untuk membangkitkan kesuksesan kita”, demikian papar Mojisola Usikalu.
4). Rabia Sa’id, Ph.D
   Rabia Sa’id dibesarkan dalam sebuah keluarga polygami dan ini dilegalkan di Nigeria. Ayahnya yang berkarir sebagai tentara punya dua orang istri dengan 10 orang anak, namun meninggal 3 orang. Pada mulanya Rabia Sa’id sempat bersekolah di tingkat SLTA saja. Dia kemudian menikah, namun setelah punya 3 orang anak ia terpikir lagi untuk melanjutkan pendidikan. Saat dia jadi mahasiswi baru di sebuah universitas, teman-temannya sudah pada bekerja dan ia hanya berstatus sebagai mahasiswi dan seorang ibu rumah tangga. Dia memotivasi dirinya sehingga dia mampu memperoleh prestasi terbaik di kampus.
Bila ingin sukses maka semua rintangan tentu harus dilalui. Untuk itu motivasi diri yang kuat adalah modal untuk memacu diri. Sekarang Rabia Sa’id menjadi dekan pada Universitas Bayero, di Kano- Sudan.
5). Mojisola Oluwayemisi Adeniyi, Ph.D
            Mojisola Oluwayemisi Adeniyi dibesarkan dalam keluarga di kota kecil Iwo di Nigeria Tenggara. Dia anak kedua dari 8 bersaudara. Dia menyenangi pelajaran sains. Salah seorang guru SMA-nya membuatnya tertarik dengan mata pelajaran fisika.
            Great teacher makes great student. Seorang guru yang baik dan bisa memberi inspirasi akan mempengaruhi masa depan para muridnya. Mojisola Oluwayemisi Adeniyi menemukan guru yang hebat, yang mampu membuat pelajaran fisika menarik dan terasa lebih mudah.
            Dalam memilih cita-cita atau karir buat anak, umumnya orangtua mengarahkan anak agar mereka menjadi dokter saja. Kedua orangtua Mojisola juga demikian, menyarankan dia untuk bisa jadi dokter, karena gajinya lebih banyak. Nilainya terlalu bagus untuk mata pelajaran fisika, sehingga ia memutuskan untuk kuliah pada bidang fisika di Universitas Ibadan. Ia juga memperoleh pendidikan dari Universitas Birmingham Inggris.
            Demikian cuplikan profil lima ilmuwan wanita dalam menggapai karirnya. Bahwa lokasi daerah yang jauh dari ibu kota dan kondisi keluarga, sekalipun dari keluarga kurang berada juga bisa meraih cita-cita mereka. Malah orang yang demikian juga dikatakan sebagai orang yang berasal dari keluarga uncomfort zone- wilayah atau rumah yang kurang nyaman, biasanya memiliki tekad dan motivasi yang jauh lebih tinggi dari orang yang dibesarkan dalam keluarga comfort zone- yaitu keluarga yang berada.    

Sukses Berasal Dari Rumah Yang Hebat



 Sukses Berasal Dari Rumah Yang Hebat
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

            Banyak orang menulis secara iseng iseng dan memposting di medsos (media sosial) yang jarang orang kurang menanggapi begitu fokus. Lebih baik menulis satu fokus, kupas dan jelaskan problem, penyebab, contoh- contoh dan tawarkan solusinya dengan bahasa yang ringan menarik, santun dan tidak terkesan menggurui. Persis seperti yang ditulis oleh pemilik blogger “ayahkita.blogspot.co.id”.
            Merasa penasaran dengan blogger ini maka menulis pun mencarinya. Ternyata nama blogger ini sangat menginspirasi dan banyak orang tua serta guru-guru lainnya di Indonesia, yaitu “Indonesia Strong From Home”. Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yang tersebar di lebih dari 12.000 pulau yang ada di nusantara. Apabila keluarga-keluarga ini kuat dengan sendirinya tanpa perlu konsep yang berbelit- belit dan biaya yang membebani negara. Pastikan keluarga dan sanak saudara kita di seluruh tanah air pedulidengan membangun Indonesia yang kuat dan keluarga, maka Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang juga kuat.
            Pada mulanya penulis agak skeptis- maksudnya merasa kurang percaya dan ragu-ragu terhadap konten blogger ini. Tentu saja penulis mencari tahu tentang seberapa jauh manfaat konten blogger ini bagi kita.
            Ternyata blogger ini sangat menginspirasi dan juga sangat patut buat dibaca oleh masyarakat- utamanya para guru dan orang tua- karena artikel-artikelnya tidak dibentangkan dengan bahasa-bahasa retorika penuh teori, yang kadang kala kita sendiri harus mengerutkan jidat untuk menangkap maknanya.
Ayah Edi, sebagaimana nama bekennya, memaparkan judul- judul artikelnya seputar pengalaman harian kita. Yaitu seputar masalah parenting yang sering dijumpai oleh orang tua di rumah, para guru dan masyarakat dalam kehidupan sehari- hari.
Ayah Edi telah menjadi salah seorang tokoh di antara ratusan tokoh parenting yang ada di tanah air ini. Ada beberapa faktor yang menguatkan bahwa profilnya begitu penting. Karena ia pernah diundang buat talk show oleh Metro TV, radio dan media massa lainnya. Juga ia telah diundang oleh lebih dari 106 lembaga pendidikan, bisnis/ perusahaan, dan parenting untuk berbagi pengalaman tentang parenting dengan keluarga besar lembaga- lembaga tersebut.
Semua bangsa besar- bangsa yang maju SDM –nya bermula tumbuh dari rumah- rumah warga negaranya. Tidak lagsung serta merta jadi bagus dalam hitungan waktu melalui bengkel yang bernama seminar, pelatihan, workshp atau simposium. Tidak hal kualitas besar muncul lewat usahaan dadakan, semua melalui proses dan berevolusi sepanjang waktu.
Survey tentang the best and the worst countries to be a mother dilakukan oleh Rick Noack dan Lazaro Ganio. Mereka mengatakan bahwa suatu kejutan tentang negara yang terbaik parenting-nya adalah Norwegia, Findlandia dan Eslandia (www.washingtonpost.com). Tiga buah negara Skandinavia yang sering memiliki suhu yang sangat dingin yang terletak dekat kutub utara. Namun anak-anak di negara- negara tersebut memiliki orang tua  dengan hati dan pribadi yang hangat.
Masalah pendidikan merupakan hal yang sangat banyak mempengaruhi kehidupan sosial. Pendidikan juga berpengaruh pada well-being (kesehatan dan kesejahteraan) para wanita dan anak.
Joanna Goddard menulis tentang “the secret of Norway parenting” umumnya orang tua di negara ini memperhatikan hal-hal kecil termasuk soal jam tidur anak. Anak-anak Norwegia harus tidur lebih cepat agar tidur bisa pulas dan badan serta fikiran mereka menjadi segar. Tidur mereka sekitar jam 7 atau jam 8 malam, cocok untuk ukuran di negara ini dan untuk ukuran Indonesia mungkin sekitar jam 9 atau 10 malam.
Namun hal yang kontra adalah bahwa sangat banyak anak- anak Indonesia yang kekurangan tidur. Mereka mengikuti pola tidur orang tua. Dari wawancara ringan bahwa cukup banyak anak yang baru tidur pukul 11 hingga jam 12 malam. Mereka kemudia bangun  di pagi berikutnya dengan mata mengantuk Dan perg ke sekolah dengan fikiran dan fisik yang jauh dari bugar. Rasa mengantuk bisa menjadi sumber pertama mengapa anak menjadi bosan dan resah di sekolah.        
Kemudian orang tua di Norwegia sangat memperhatikan kualitas pendidikan anak sejak dari pra-sekolah, juga memperhatikan pakaian serta makanan anak yang berkualitas. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, namun di Indonesia banyak orang tua hanya memperhatikan gizi saat anak masih bayi dan berusia balita. Saat anak lebih besar hingga remaja orang tua sudah berlepas tangan, sehingga cukup banyak ditemui kurang terbiasa mengkonsumsi makanan berserat (sayuran) dan buah-buahan. Yang malah sering ditemukan bahwa anak anak lebih merasa percaya diri dan moderen dengan rajin megkonsumsi makanan cepat saji, minuman yang kaya soda, penyedap dan bahan kimia lainnya. Sering cukup banyak ditemui anak anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Umumnya iba-iba dari balita Norway adalah wanita karir. Maka balita-balita merekasejak usia dini sudah ditip pada penitipan yang biayanya perbulan sekitar $ 300 atau sekitar Rp. 3.900. 000, dan tergolong sangat murah. Karena harga harga kehidupan di Eropa adalah sekitar 10 kali harga Indonesia. Harga tersebut menjadi ringan karena ada subsidi dari pemerintah.
Para balita berada di pusat pusat penitipan dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Para balita punya banyak waktu buat bermain dan tidak banyak berada dalam ruangan, kecuali bila cuaca tidak mendukung. Di sana mereka bereksplorasi dan bermain secara alami. Ada permainan sepeda, pelosotan, ayunan, jungkat-jangkit, termasuk juga permain dengan balok- balok hingga merangkai bangunan.
Para balita lebih diperkenalkan dengan benda- benda alami- bukan melulu mdia- media elektronik. Benda alam lebih memungkin bagi mereka untuk berkooperatif dengan teman dan tubuh mereka lebih banyak bergerak hingga mereka jadi sehat dan kuat.
Pola hubungan suami dan istri (ayah dan ibu) adalah partnership, dimana mereka punya peran 50 %: 50% dalam mengurus dan mengasuh anak serta mengelola rumah tangga. Adalah hal yang alami bagi suami juga terlibat memasak, mencuci, merapikan rumah hingga memandikan dan menggendong bayi. Mereka punya waktu kebersamaan dan utamanya saat makan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari juga terlihat banyak para ayah yang menggendong balita menuju penitipan hingga lembaga pra-sekolah, ya lazimnya dilakukan oleh para ibu.
Kalau di Amerika, kulturnya mempromosikan “individual” dan kemandirian, sementara di negara Skandinavia, seperti di Findlandia, mempromosikan “janteloven- atau nilai kebersamaan dalam grup/ kelompok’. Di sana tidak ada orang merasa hebat sendirian, yang ada adalah hebat atau sukses bersama.
Jadinya orang Skandinavia- juga mirip dengan orang Timur- tidak pernah berfikir merasa lebih baik dibanding teman dalam suatu kelompok. Jadinya tidak boleh ada “sense of boasting”- rasa menyombongkan diri.
Bgaimana tentang kualitas pendidikan anak di Findlandia ? Sheila Wayman mengatakan bahwa di Findlandia umumnya anak-anak belum bersekolah di SD hingga mereka berumur 7 tahun. Sebelum usia 7 para orang tua juga menitipkan mereka pada “Day Care Centre” yaitu penitipan balita. Penitipan ini beroperasi dari jam 6.30 hingga jam 5.30 sore, jadi sekitar 12 jam atau full day care. Di sana para balita diberi sarapan dan makan siang dan juga makanan ringan.    
Ruang penitipan cukup besar dan di luar juga ada halaman buat bermain dan ada fasilitas buat bereksplorasi seperti ayunan, mainan, mobil-mobilan, trem, balok- balok, dll. Para pengasuh (staff) menemani dan memotivasi. Mereka juga membuat catatan kemajuan tumbuh-kembang fisik dan mental untuk laporan mingguan dan laporan bulanan. Tiap minggu para balita juga diajak untuk jalan ke alam terbuka, ke alam bebas selama 2 jam.
Tentang bentuk pedagogi di negara ini, punya ciri yaitu “playful learning”. Di Universitas Helsinki terdapat sebuah “playful learning centre”. Pusat bermain dan belajar ini dirancang untuk meningkatkan kreativitas anak. Permainannya dalam bentuk green fabric canopy dengan pohon pohon besar. Ada matras dan bantal-bantal warna warni, perabot kecil (kursi dan meja kecil) yang berwarna cerah, kotak kotak yang berisi buku dan pencil warna warni, dan juga ada lemari dengan rak-rak. Pusat bermain ini merancang lingkungan yang berguna untuk “self directed learning” agar balita bisa tumbuh mandiri.
Umumnya anak-anak Findlandia diasuh dan didik agar bisa tumbuh mandiri sejak usia dini. Makanya anak anak dikondisikan agar bisa pergi jalan kaki ke sekolah (karena kondisi jalan juga cukup aman).
Pendidikan juga peduli untuk meyediakan waktu buat kegiatan fisik (berolahraga). Kebugaran fisik dan kesehatan mental selalu menjadi prioritas utama. Pemerintah merekomendasi agar kegiatan pedagogi juga peduli pada kegiatan fisik selama 3 jam setiap hari. Karena aktivitas fisik tiap hari akan bermanfaat buat kebugaran fisik dan mental. Sebagai konsekuen setiap sekolah harus membuat siswa banyak bergerak. Orang tua juga diminta untuk mendukung agar anak juga melakukan olah raga di rumah.  
Joanna Goddard menjelaskan tentang bagaimana bentuk parenting di negara Eslandia. Anak- anak Eslandia tidak banyak terkungkung di dalam rumah. Mereka diberi waktu untuk banyak bereksplorasi di luar rumah.
Orang tua Eslandia memperkenalkan alam pada anak sejak usia bayi. Para balita diperkenalkan bagaimana berenang, danau, sungai dan laut. Jadi para balita telah terbiasa bermain di alam terbuka.
Orang tua dengan ilmu parenting yang minim adalah kasus yang banyak terjadi di negara kita. Banyak orang tua di negara ini yang memperlakukan anak ibarat robot. Sebagaimana dikatakan Jeff Yang bahwa karakter anak-anak Asia adalah “cerdas tetapi tidak jelas arah, rajin tetapi rapuh semangat, mampu tetapi kurang kreatif”. Itu akibat mereka terbiasa dilatih berorientasi “kognitif”- mereka banyak dilatih untuk banyak menyalin, mematuhi, dan menghafal. Ungkapan yang keluar dari mulut orang tua pada anaknya sering kurang memotivasi. Dimana orang tua kerapkali mengungkapkan “kasian....kasian” yang berarti “poor he is....poor he is. Jadinya anak kurang percaya diri untuk mengambil aksi atau tindakan.”.
Syifa Andina mengatakan bahwa minimnya ilmu parenting sering terjadi pada keluarga dengan tingkat ekonomi lemah dan juga tingkat pendidikan rendah. Mereka juga miskin denan wawasan umum- kurang paham tentang bagaimana makanan yang bergizi, bagaimana memperkuat kognitif anak, bagaimana menghidupkan literacy keluarga, dan bagaimana membentuk pola prilaku anak yang yang berani dan bertanggung jawab.  
Di tanah air yang indah dan tercinta ini, sebetulnya ada bayak keluarga- keluarga dan juga lembaga sekolah yang sehebat di negara Australia, Singapur, Findlandia dan Amerika Serikat. Namun umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota Pulau Jawa dan Bai, serta beberapa kota lain di luar kedua pulau ini. Maka tugas dan tanggung jawab kita untuk saling berbagi dan saling menyebarkan tentang ilmu- ilmu parenting. Utamanya adalah agar orang tua mengkodisikan anak dengan ilmu untuk memahami agama, kemudian proses berfikir yang mandiri. Mereka juga dilibatkan dalam aktivitas rumah dan masyarakat- agar mereka punya tanggung jawab. Disamping itu mereka juga perlu mengenal bagaimana tentang kemandiran, rasa sopan santun, tanggung jawab, serta hidup yang sehat. Memang Indonesia yang hebat berasal dari rumah-rumah yang juga hebat.
Bibliografi:
Jeff Yang.(2015). Asian Parents: Your Kids are Not Robot. New York: Wall Street

Joanna Goddard.(2013). 10 Surprising things About Parents in Norway. Oslo: Cup of
parenting-in-norway/).

Rick Noack and Lazaro Ganio. (2015). Map: The Best (and The Worst) Countries to
be a Mother. Washington: The Washington Post

Sheila Wayman. (2016). Let The Children Play: The Secret to Finnish Education.
Helsinki: Irish Times (www.iristimes.com)

Syifa Andina. (2016). Five Ways to Improve Parenting Education in Indonesia.
Washington: The World Bank (blogs.worldbank.org)

Kamis, 04 Mei 2017

Mahyeldi Ansharullah dalam Memory saya

Saya (Marjohan) sekitar tahun 1984- 1988 tercatat sebagai mahasiswa FPBS jurusan Bahasa Inggris
Saat itu tidak banyak variasi ekskul seperti sekarang

Saya memutuskan untuk menjadikan Mesjid AlAzhar sebagai rumah ke dua di kampus
dan saya merasa sangat nyaman berada di mesjid.

di samping mesjid ada perpusatakaan mesjid. Di sanalah saya mangkal hampir sepanjang hari
bergaul dengan banyak mahasiswa dan terutama saya suka membaca banyak buku.
di samping itu saya juga sering pergi ke Yayasan Amal Shaleh yg dikelola oleh Dr. Muchtar Naim. dan beliau punya banyak ide.

Di kedua tempat ini saya sering berjumpa dengan teman saya dari jurusan pertanian...Mahyeldi Ansharullah
Mahyeldi tinggal di Musholla Parupuak Tabiang...setiap minggu malam ..saya sering pergi ke mushola...buat menambah ilmu agama

dan juga saling berbagi pengalaman dakwah.
Saya paling suka bergurau...kadang kadang juga di luar kontrol. saya juga bergurau pada Mahyeldi...saya ingin dia bisa jadi marah...atau berubah emosi. maksudnya membully kecil kecilan...

Dan yang saya lihat bahwa Mahyeldi tetap istiqamah...sejak dulu berkarakter humble atau qanaah....rasanya tak pernah saya melihat dia tampak gaul dengan celana levis...atau celana cutebury..

Agaknya pemuda yang istiqamah ya seperti dia....sejak dulu leadership Mahyeldi selalu terlihat...suka pegang mikropon...suka berbagi tausiah...dia pemuda yang gagah dan saat itu tidak ada punya kekasih....baginya kekasih itu...adalah wanita yang dipilih...dinikahi dan jadi istri..pendamping hidup buat menuju mardhatillah...

ini foto saya, saat saya ikut upaca 17 agustus di gubernuran...pak Mahyeldi sebagai walikota ..tahun 2012
Dan saya karena izin Allah baru saja "Menang dalam seleksi guru berprestasi nasional, peringkat 1"

Sabtu, 15 April 2017

Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar



Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar
Oleh: Marjohan, M.Pd

            Menuntut ilmu dan mendapatkan pengalaman sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Dewasa ini banyak pelajar yang memburu sekolah dan perguruan tinggi yang bergengsi (karena kualitasnya). Mereka menuntut ilmu dan berburu perguruan tinggi: pergi kuliah  ke pulau jawa, universitas yang berlokasi di ibu kota Propinsi sampai kepada tempat kuliah di kota-kota kecil melalui universitas, sekolah tinggi, politeknik atau akademi. Sukses kuliah itu ada di mana-mana dan cara untuk memperoleh kualitas  kulitas tentu saja tergantung pada pribadi kita.
Namun ada juga sebagian yang berkarakterkuliah orang kuliah kita- atau kuliah secara ikut-ikutan”. Sebahagian dari mereka  pergi kuliah hanya sekedar  datang, duduk, dengar  dan diam saja di dalam kelas. Sementara itu  di tempat kost kerja mereka hanya makan, minum, menghafal, menghayal, hura-hura, main game, sampai begadang tidak karuan.  Padahal sang dosen di kampus mungkin pernah berkata:
“Anda sebagai seorang  mahasiswa telah menjadi kaum intelektual dan berfungsi sebagai “agent of change” atau agen perubahan social”.
Tapi kalau  demikian gaya belajar dan gaya hidup  mereka apakah  pantas disebut sebagai agent of change ? O tentu saja belum pantas.
Namun tentang prilaku mahasiswa dalam belajar atau kuliah juga bermacam-macam.Tentu saja ada yang rajin kuliah.Semua waktu mereka curahkan untuk kegiatan akademik. Namun ada juga  yang hanya sebatas kutu-buku hingga tidak punya kesempatan untuk bergaul. Mereka yang malas bergaul pada akhirnya akan memiliki karakter yang kaku , dingin, serta kurang peka terhadap orang lain. Kelak walau mereka bisa meraih prestasi tinggi dalam pekerjaan namun  mereka akan menjadi orang yang kaku.
            Sebagaimana yang telah kita nyatakan bahwa gaya belajar siswa dan mahasiswa sangat bervariasi. Misal, ada yang bergaya study oriented atau academic oriented. Masa muda mereka dihabiskan hanya untuk berkutat dengan diktat dan buku-buku pelajaran, tujuannya agar bisa memperoleh nilai sempurna pada setiap mata pelajaran.Ada pula yang hanya senang berorganisasi, namun masa bodoh dengan urusan belajar.Ya ujung-ujungnya jadi gagal dalam bidang akademik.
            Selanjutnya  ada  yang telah berkarakter produktif. Yaitu bagi mereka yang telah memiliki agenda hidup- punya banyak aktifitas, mulai dari membaca buku, kuliah/ bersekolah, berolahraga, beribadah sampai merencanakan agenda-agenda hidup lainnya. Namun juga ada yang bengong saja sehingga tidak tahu apa yang mau dikerjakan. Mereka hanya pandai  menghabiskan waktu dalam box warnet-  di depan komputer untuk bermain game atau kecanduan nonton TV selama ber jam-jam. 
            Memang terasa bahwa saat kita tidak punya aktivitas maka akan sulit bagi kita untuk memulai sebuah aktivitas yang bermanfaat, misalnya mengerjakan tugas sekolah, mencuci pakaian, atau membantu orang tua. Ada gejala penyakit yang sering melanda remaja (pelajar dan mahasiswa), yaitu banyak tidur, boros (buang buang uang terhadap hal  yang tidak perlu),  menganggap sepele terhadap tugas- tugas sekolah, kecanduan talk mania (gila ngobrol pake HP), gila main game,  dan senang hura-hura.  Namun kita harus berhati-hati, bahwa kebiasaan ini kalau selalu kita biasakan maka akan berubah menjadi karakter kita.
            Gejala yang kita jelaskan tadi bisa menjadi indikasi bahwa seseorang sedang mengalami demotivasi (merosotnya motivasi seseorang). Dan sebetulnya ada beberapa tips untuk mengcounter (mencegah) gejala-gejala demotivasi tersebut:
a). Segera melakukan silaturahmi kepada sahabat dan orang orang yang memiliki
inspirasai dan motivasi hidup.
b)  Kemudian, bacalah buku-buku untuk penambah semangat hidup atau motivasi.
c) Kalau ingin sukses, maka cobalah membuat agenda hidup- target kegiatan harian,
mingguan dan bulanan.
d) Juga perlu melakukan hijrah (andai lingkungan menjadi penyebab kemalasan
kita),
karena  lingkungan teman yang santai akan juga membuat kita santai.
Untuk itu  kita perlu mencari teman yang smart dalam hidupnya. Kalau demikian, kita perlu mencari komunitas di mana berkumpulnya orang-orang yang punya semangat hidup, produktif dan suka berbagi pengalaman.
            Sebenarnya hidup ini juga dipengaruhi oleh hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak hanya ada dalam pelajaran sains, tetapi juga ada dalam pribahasa: siapa yang menanam dia yang akan menuai (memetik). Cepat atau lambat maka  setiap kebaikan yang kita lakukan akan membuahkan hasil.
Kejelekan yang sering kita kerjakan juga akan kembali pada kita. Oleh sebab itu kita perlu  banyak-banyak menanam kebaikan. Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya. Ya seperti pepatah dalam bahasa Arab yang berbunyi :man jadda wa jadda- barang siapa yang bersungguh-sunggu akan berhasil.
Dan semua kebiasaan atau karakter yang kita miliki, penyebabnya adalah kita sendiri. Siklus pembentukan karakter tersebut adalah sebagai berikut: Bermula dari pola berfikir, pikiran akan jadi perkataan, perkataan jadi perbuatan, perbuatan jadi kebiasaan, kebiasaan akan menjadi karakter, dan karakter menjadi budaya”.
Tentang kebarhasilan, bahwa kadang-kadang keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh faktor kesempatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa  itu kadang kala hanya datang sekali saja. Jadi kalau ada datang kesempatan, maka kita harus memanfaatkannya.Contohnya, ada orang yang sangat jenius, namun mendapatkan nasib yang tidak terlalu bagus.Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak punya antusias dan usaha yang besar untuk mengambil kesempatan yang datang.Untuk itu kita harus mencari kesempatan dan peluang.Kita sendiri juga harus rajin mencari informasi.
            Sekali lagi bahwa di negara kita banyak orang yang cerdas dan memiliki nilai akademik, namun mengapa menjadi pengangguran ?  Penyebabnya adalah akibat gaya belajar yang hanyasekedar  study oriented- pintarnya hanya belajar melulu.Idealnya mereka harus cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam kehidupan.Total learning bisa menjadi solusi bagi kita.
Total learningdapat  kita lakukan  dengan mengembangkan potensi atau kekuatan yang ada pada diri kita. Tulisan yang saya tulis ini terinspirasi oleh training yang diberikanSetia Furqon (2010) untuk memotivasi banyak anak muda- terutama pelajar dan mahasiswa- catatan training tersebut dijadikannya buku  yang berjudul “Jangan kuliah kalau gak sukses”.
Ia sendiri adalah seorang penulis dan motivator berusia muda. Ia mengatakan bahwa untuk sukses dalam belajar, maka kita memerlukan  lima fondasi dasar sebagai kekuatan kita,  yaitu : kekuatan spiritual, kekuatan emosional, kekuatan finansial, kekuatan intelektual dan kekuatan aksi. Istilah  lima kekuatan tersebut dalam bahasa Inggris adalah  spiritual power, emotional power, financial power, intellectual power dan actional power”. Saya merefleksi pemikirannya tentang kiat sukses dalam belajar, dengan judul: Lima Kekuatan Untuk Menunjang Sukses Dalam Belajar. Pembahasannya sebagai berikut:
            1) Spiritual power
Ini berarti kekuatan spiritual.Bahwa kesuksesan sejati adalah saat kita merasa dekat dengan sumber kesuksesan itu sendiri, yaitu Allah- Sang Khalik.Untuk itu ada beberapa kiat yang dapat kita lakukan agar hidayah/ petunjuk bisa datang. Bahwa hidayah (petunjuk hidup) itu sendiri  harus dijemput, bukan ditunggu. Kemudian kita harus mencari lingkungan yang kondusif, karena sangat sulit bagi kita untuk keluar dari lingkaran kemalasan jika lingkungan itu sendiri mendorong kita untuk jadi pemalas. Untuk mengatasinya, maka  kita bisa hijrah atau pindah kost ke tempat yang mendukung. Kalau sulit untuk pindah kost, maka kita bisa melakukan hijrah melalui perobahan sikap dan fikiran.
            Untuk memperoleh hidayah,  kita bisa menemukan guru-guru dalam kehidupan. Guru tersebut adalah orang-orang yang akan  memberi  kita inspirasi agar bisa  bangkit setelah kita terjatuh. Sang inspirator kita tidak harus jago dalam ngomong, orang tersebut  bisa jadi sedikit bicara, namun karya dan prilakunya membuat kita termotivasi.
            2) Emotional power
Kekuatan ini (kekuatan emosi) juga dapat kita sebut dengan istilah  kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan ini juga sebagai penentu kesuksesan seseorang.Di dunia ini ada banyak orang-orang cerdas atau jenius dengan IQ di atas rata-rata namun pekerjaanya selalu pada level bawah.Itu terjadi karena kepribadiannya yang kurang disukai atau sulit bersosialisasi. Kecerdasan emosional bisa berkembang, karena ia merupakan akumulasi dari karakter individu, dan dukungan dari faktor lingkungan. Sikap atau karakter sangat penting  dalam membentuk kecerdasan emosi seseorang. Apakah ia berkarakter ramah, gigih dan ulet- adalah contoh dari bentuk emosional power. 
            Karakter adalah ibarat sebuah perjalanan yang panjang.Sebagaimana telah dijelaskan bahwa karakter adalah akumulasi dari bentuk fikiran, ide yang kita ekspresikan lewat ucapan dan tindakan, kemudian dipoles dengan suasana emosi. Orang lainlah yang  akan melihat kualitas emosional  kita tadi- apakah disana ada unsur “ jujur, peduli, ikhlas, disiplin, dan berani”, atau malah yang terlihat banyak unsure “suka berkhianat, angkuh, boros, cepat bosan dan malas”.
            Emosi itu sendiri dapat dilatih. Beberapa cara untuk melatihnya adalah seperti : tersenyum dengan tulus, bila berjumpa teman ya jabat tangannya dengan penuh antusias. Kalau ngobrol mari kita biasakan untuk mendengar orang terlebih dahulu. Kita perlu ingat bahwa tidak bijak untuk membuat orang tersinggung. Kalau kita sedang ngobrol maka kita usahakan untuk  menatap mata lawan bicara sebagai tanda bahwa kita sedang serius dan ia juga akan  merasa dihargai. Kita juga harus ingat dan tahu dengan nama lawan bicara kita.
            3) Financial power
Financial power  berarti kekuatan dalam hal keuangan. Bahwa kita harus memiliki kekuatan keuangan agar bisa sukses dalam studi.Namun  banyak orang  menganggap bahwa uang bukanlah hal yang  utama- mereka takut dikatakan sebagai orang yang matre (mata duitan).  Paling kurang ada dua karakter orang berdasarkan pendekatan ekonomi atau keauangan.Ada  orang bermental miskin dan orang bermental kaya.
Karakter orang bermental miskin adalah mereka yang menginginkan hasil sesuatu yang serba instan, lebih banyak membeli barang yang konsumtif, tidak mau berubah, dan senang mengandalkan bantuan orang lain. Mereka juga  berkarakter  suka  menerima,dan kalau belajar hanya untuk mengejar nilai yang bagus. Sementara itu orang yang bermental kaya adalah mereka yang karakter terbiasa menyukai  proses. Dalam shopping ya lebih suka membeli barang yang produktif. Selanjutnya ia (mereka) bersifat kreatif, mandiri, senang memberi, dan dalam belajar/ kuliah bertujuan  untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
            4) Intelectual Power
Kemudian lain yang harus kita miliki adalah “intelektual power”. Bahwa otak kita sedikit banyak juga harus memahami tentang keberadaan otak. Otak kita  membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar ia  bisa beroperasi secara optimal. Maka kita perlu untuk bisa memperoleh tidur yang nyenyak, karena  sangat berguna untuk kesehatan otak. Salah satu fungsi otak adalah membantu kita dalam memahami apa yang kita amati dan yang kita tiru.
5) Actional Power
Ini berarti kekuatan bertindak. Seorang pemuda (siswa atau mahasiswa) yang menjadi atlit sepak bola menghabiskan puluhan jam untuk membaca buku sepak bola, tentu saja susah baginya untuk menjadi sepak bola yang sejati. Kecuali kalau ia memang sangat rajin dalam latihan menendang bola. Karena praktek menendang bola lebih berarti dari pada hanya membaca buku teori tentang bermain sepak bola.
Dikatakan bahwa orang Jepang menjadi cerdas karena punya kebiasaan mengamati, meniru dan memodifikasi. Bangsa Jepang bukanlah bangsa yang menemukan  kendaraan roda dua dan roda empat. Namun mereka adalah bangsa yang  gigih dalam meniru-melakukan action power- dan memodifikasi penemuan bangsa lain. Budaya senang meniru dan senang memodifikasi tersebut  telah membuat Jepang sebagai negara produsen mobil terbesar di dunia. Negara Jepang pada mulanya mengamati dan  meniru serta  memodifikasi mobil Ford buatan Amerika dan mobil buatan negara lainnya. Jepang  memodifikasinya  hingga bisa menjadi mobil yang cantik, seksi dan hemat bahan bakar.
            Jadi dapat dikatakan bahwa sekarang kita perlu menjadi cerdas, cerdas dalam belajar dan juga cerdas dalam hidup.Untuk  bisa cerdas atau  berhasil dalam  hidup ini maka kita memiliki dan memperdayakan lima kekuatan yaitu action power, financial power, spiritual power, intellectual power, dan emotional power. Dengan demikian pelajar dan mahasiswa yang bakal sukses itu adalah mereka yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi, kecerdasan dalam bersikap/ aksi dan memiliki dukungan keuangan- biar pas-pasan namun bisa menunjang studi.(Note: Setia Furqon Khalid (2010). Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses. Sumedang: Rumah Karya).



Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...