Jumat, 19 Mei 2017

Buatlah Dirimu “Attraktif” Agar Sukses Segera Datang



Buatlah Dirimu “Attraktif” Agar Sukses Segera Datang
Oleh: Marjohan, M.Pd

            Keinginan untuk meraih sukses sudah menjadi kebutuhan banyak orang, mulai dari yang berusia muda hingga berusia dewasa. Demikian juga di kalangan pelajar, terutama bagi yang sudah duduk di kelas 12- atau kelas akhir- tingkat SMA/MA, maka mereka mendaftarkan diri pada bimbel (bimbingan belajar). Buat apa ?
            Mereka mengatakan agar mereka bisa sukses- jebol di perguruan tinggi favorit di pulau Jawa atau pada jurusan- jurusan favorit di perguruan tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia. Jadinya begitu banyak anak- anak muda yang berjibaku dalam belajar hingga bisa memperoleh kejuaraan dalam suatu perlombaan, prestasi akademik, hingga lulus dengan nilai yang gemilang. Namun apakah mereka betul- betul bisa meraih sukses 5 tahun atau 10 tahun setelah itu ?   
            Saya tiba-tiba menjadi lebih sadar akan makna mencari sukses setelah saya membaca sebuah artikel, yang ditulis oleh Melisa Stanger, dengan judul “Attractive people are simply more successful”, bahwa orang- orang yang terlihat attraktif (lebih menarik) akan lebih mudah untuk meraih sukses. Dia mengatakan bahwa orang- orang yang terlihat attraktif akan lebih cepat buat mendapatkan pekerjaan dan memperoleh bayaran yang lebih tinggi.  
            Mereka juga memperoleh promosi lebih cepat dan mereka juga dibayar lebih banyak dari pada orang-orang yang bekerja pada bidang yang sama, namun penampilannya kalah attraktif. Dengan demikian betapa penting menjadi orang-orang yang penampilannya terlihat attraktif, karena mereka yang terlihat attraktif akan mampu memperoleh nafkah sedikit lebih baik dari pada orang-orang yang penampilannya biasa-biasa saja.
            Daniel Hamermesh, seorang profesor ilmu ekonomi dari Universitas Texas- Amerika Serikat, juga meyakini tentang fenomena bahwa orang yang terlihat attraktif akan bisa menjadi lebih sukses. Ia menulis tentang fenomena ini menjadi sebuah buku yang berjudul “Beauty pays: why attractive people are more successful”.
            Kemudian, Melisa Stanger juga mengatakan bahwa ada sejumlah penelitian yang mempelajari tentang konsep kecantikan/ ketampanan sebagai sebuah faktor dalam meraih kesuksesan seseorang secara berkali-kali. Terbukti bahwa orang- orang yang cantik memang cenderung mampu membawa lebih banyak uang ke dalam perusahaan dimana mereka bekerja. Sehingga mereka terlihat sebagai karyawan yang sangat bernilai dan sebagai orang yang bekerja lebih keras.
            Dalam pengalaman lain bahwa para salesmen yang beroperasi- menjajakan dagangan- secara door to door ternyata para salesmen yang penampilannya lebih attraktif akan mampu menjual dagangan lebih laris kepada pelanggan mereka. Karena pelanggan mereka memang lebih suka untuk berhubungan dengan orang-orang yang memiliki wajah yang good looking.
            Dario Maestripiene, seorang professor neurobiology dari Universitas Chicago, mengatakan bahwa orang- orang yang memiliki penampilan “good looking” atau attraktiv memang memiliki daya tarik sehingga banyak orang yang tertarik untuk berinteraksi dengannya. Mereka senang menghabiskan banyak waktu untuk ngobrol dan melakukan kebersamaaan dan juga. Banyak orang yang juga senang untuk membeli produk dari mereka yang memiliki wajah good looking tersebut, sehingga perusahaan juga akan membayarkan upah dengan bonus yang lebih tinggi pada mereka.
            Daniel Hamermesh mengatakan bahwa faktor good looking tidak hanya faktor utama pembentuk daya tarik tersebut. Namun juga ditentukan oleh faktor karakter- karakter positif yang mereka miliki- seperti keberanian, sopan santun, ramah tamah, dll.       Jadi bukan suatu hal yang sia-sia kalau banyak orang sangat peduli dengan penampilan. Menghabiskan dana ekstra buat perawatan tubuh, hingga mereka bisa tampil lebih attraktiv.
            Kecantikan dan ketampanan dapat memantulkan rasa percaya diri seseorang. Memang rasa percaya diri tersebut terlihat pada prilaku, sehingga mereka yang memiliki penampilan good looking dan rasa percaya diri akan mampu menghargai diri mereka (self esteem) yang lebih tinggi. Mereka menjadi orang yang disenangi dan cenderung lebih mudah diterima oleh banyak kalangan.
            Riset tentang efek faktor kecantikan/ketampanan juga pernah dilakukan di Universitas Rice dan Universitas Houston. Mereka membatasi studi tentang bagaimana penampilan wajah mempengaruhi keungguan seseorang dalam melakukan wawancara.ditemukan bahwa orang-orang yang wajahnya kurang terawat- bernoda, jerawatan, ada goresan luka dan komedo- ini semua bisa mempengaruhi kualitas wawancara dan penurunan kuaitas rasa percaya diri. Ada kesan bahwa mereka kehilangan daya tarik, sehingga banyak informasi penting yang ada pada mereka yang kurang tergali.
            Juan Madesa, professor dari Universitas Houston, mengatakan bahwa semakin sering pewawancara memperhatikan noda-noda pada wajah maka semakin sedikit dia mengingat tentang konten (isi) dari topik yang dibahas selama wawancara berlangsung. Akhirnya kualitas materi wawancara juga ikut jadi menurun.
            Sehubungan dengan uraian di atas tentang kesuksesan dalam belajar, bekerja, dan faktor noda pada wajah yang merusak daya tarik penampilan. Saya juga teringat pada pengalaman sendiri. Bahwa ada teman masa remaja saya yang sangat rajin dan disiplin dalam belajar sehingga setiap dia ujian, dia mampu meraih nilai ujian yang lebih tinggi. Dalam ujian harian, ujian tengah semester, dan ujian kenaikan kelas, dia juga mampu meraih angka- angka yang fantastis. Sehingga pada rapornya tertera nilai- nilai yang mengagumkan. Bagaimana reaksi teman- teman kepadanya ?
            Sebagian merasa kagum pada kemampuan akademik dan merasa biasa-biasa saja, apalagi melihat performance nya yang sedikit kaku, kurang ramah, kurang suka berkomunikasi sehingga banyak orang yang kurang tertarik buat ngobrol dengannya. Juga dia sendiri juga kurang peduli dengan penampilannya. Dia membiarkan wajahnya kurang terawat sehingga membuat lawan jenis juga malas banyak ngobrol dengannya atau ngobrol hanya sebatas basa-basi saja.
            Sehubungan dengan judul tulisan ini, bahwa orang-orang yang memiliki attraktif akan lebih sukses. Daya tarik atau attraktif sangat dipengaruhi oleh faktor good looking- wajah yang tampan atau wajah yang cantik. Namun itu semua merupakan anugerah dari Tuhan (Allah Swt).
            Daniel Hamermesh juga menambahkan bahwa bagi mereka yang memiliki faktor wajah yang kurang beruntung, tentu akan juga bisa membuat keberuntungan yang lebih. Mereka masih memiliki tempat- tempat untuk mewujudkan kesuksesan.
            “Jangan mencari pekerjaan dimana faktor wajah menjadi penentu keberhasilan. Maka jangan putuskan untuk menjadi pembawa acara di TV, namun bisa bekerja sebagai penyiar radio. Jangan menjadi aktor film, namun carilah tempat pekerjaan yang anda senangi dimana wajah bukan sebagai faktor penentu yang utama,” demikian nasehat Daniel Hamermesh.
            Apa daya tarik (attraktif) semata- mata hanya terfokus pada faktor good looking ? Saya pernah membaca artikel tentang Sri Owen, seorang perempuan yang berasal dari Sumatra Barat. Dia memperoleh pendidikan bahasa Inggris dan kemudian bekerja sebagai penyiar radio BBC London. Sri berkenalan dengan seorang pemuda Inggris yang punya nama Owen.
            Owen adalah pemuda Inggris yang tinggi dan tampan dan Owen adalah wanita Asia (asal Sumatra Barat/ Indonesia) yang wajahnya  biasa- biasa saja. Namun kecantikan yang dimiliki oleh Sri bukan semata-mata ditentukan oleh faktor good looking. Pribadi Sri yang menarik, wawasannya yang luas dan daya tarik dari dalam diri Sri membuatnya punya punya pesona tersendiri di mata Owen. Akhirnya Owen memutuskan untuk menikah dengan Sri dan setelah menikah nama Sri lebih akrab disapa dengan “Sri Owen”. Hingga sekarang mereka masih menetap di Inggris dengan bahagia dan mereka berdua mengembangkan usaha dalam bidang kuliner Indonesia.
            Jadi bagaimana implikasi dari judul artikel ini ? Bahwa orang dengan penampilan yang attraktif akan lebih mudah buat meraih sukses. Namun kualitas kepribadian juga menjadi penentu dari daya tarik lainnya. Mereka yang memiliki pribadi yang menarik juga akan lebih cepat buat sukses.
            Wajah yang hanya sekedar good looking- cantik atau ganteng- saja belum bisa memberikan jaminan bahwa dia punya daya tarik bagi orang lain. Kecuali kecantikan atau ketampanannya didukung oleh faktor yang lain seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan beradaptasi, kemampuan bergaul, mengambil keputusan, kemampuan bersimpati dan kemampuan sosial lainnya.
            Sejak dahulu banyak orang sangat yakin bahwa untuk sukses sangat ditentukan oleh faktor kompetensi. Maka ramailah orang berusaha untuk menjadi lebih cerdas dalam bidang akademik. Dan mereka bisa memproleh kesuksesan, namun sebagian kesuksesan tersebut hanya berjalan di tempat. Agar sukses bisa lebih ditingkatkan maka- seperti yang saya paparkan pada bagian atas artikel ini-  maka milikilah daya tarik (attraktif) pada pribadi kita. Mari perhatikan penampilan diri, rawatlah wajah kita, rambut dan cara berbusana kita yang lebih elegan. Kemudian miliki pula kecantikan yang terpancar dari dalam diri yang terbentuk karena nilai karakter kita.
            Juga taatlah pada Allah Swt, karena Dia lah yang membolak balikan hati kita dan yang mampu memberi kesejukan dan ketenangan pada hati kita. Peliharalah hubungan baik dengan sesama dan jadilah pendengar yang baik yang mampu bersimpati. Kemampuan berkomunikasi dan bersosial juga sangat menentukan. Moga- moga kesuksesan segera berpihak kepada kita. (Marjohan, M.Pd adalah Guru SMAN 3 Batusangkar- Sumatra Barat)      

Menyingkirkan Sejuta Alasan Buat Maju



Menyingkirkan Sejuta  Alasan Buat Maju
Oleh: Marjohan, M.Pd

            Umumnya orang ingin menjadi maju dan mereka senang untuk dimotivasi. Namun motivasi yang diberikan pada seseorang ada yang bertahan lama dan cukup banyak tidak begitu dipedulikan. Motivasi yang diberikan oleh orangtua pada anak atau dari guru buat murid banyak yang kurang mujarab. Banyak orang yang ingin sukses namun ketika mau melangkah mereka buru-buru berarguen dengan seribu alasan.
            “Saya ingin maju tetapi..., saya ingin pandai tetapi..., saya ingin seperti anda tetapi..., tetapi saya nggak punya waktu”. Demikianlah bagaimana banyak orang gemar berlindung dibalik kata “tetapi”. Kata-kata penuh alasan selalu membenamkan banyak orang dalam kemunduran dan ketidak berdayaan. Pada hal untuk bisa sukses dan berjaya kita harus mampu menyingkirkan seribu satu alasan yang telah menjadi kerikil penyandung pada langkah kaki kita.
Benar sekali bahwa untuk bisa maju kita harus menyingkirkan semua alasan yang membelenggu mental dan semangat kita. alasan yang bertumpuk tumpuk ini telah membuat kita untuk memilih jalan yang stagnan- jalan di tempat.
Kondisi secara umum bahwa orang yang berasal dari keluarga besar dan didera oleh kemiskinan yang berkepanjangan akan susah untuk sukses. Namun tidak semuanya yang demikian, sebagian juga ada yang mampu untuk melompati kondisi ini. Juga menjadi fenomena bahwa orang-orang yang berasal dari daerah terpencil dan jauh dari sentuhan teknologi akan susah buat menjadi maju. Juga sebagian ada yang mampu melompati kondisi ini.
Saya memperoleh wawasan baru setelah membaca artikel yang ditulis oleh Alison Bert, editor in chief dari www.elsevier.com. Dia memaparkan tentang perjuangan lima ilmuwan wanita yang merangkak untuk menggapai sukses dalam artikelnya yang berjudul: five women scietis tell their stories of hard-earned success.
Para wanita tersebut berasal dari negara-ngara yang tidak begitu tersohor di dunia, yaitu Vietnam, Sudan dan Nigeria. Mereka membuktikan bahwa sukses bisa datang dari mana saja, tidak harus datang dari Jepang, Eropa, Amerika atau Australia, namun juga bisa dari Vietnam, Sudan dan Nigeria.
Para wanita yang yang diekspos oleh Alison Bert adalah Rabia Sa’id, Mojisola Usikalu dan Mojisola Adeniyi yang berasal dari Nigeria, Nashwa Eassa dari Sudan, dan Dang Thi Oanh dari Vietnam. Mereka semua berasal dari dunia ketiga- alias dari negara yang sedang berkembang. Secara terperinci bahwa mereka tidak berasal dari kota besar. Mereka malah berasal dari daerah pinggiran atau kota kecil, berasal dari keluarga besar, juga ada yang berasal dari keluarga broken home. Dengan keadaan ekonomi pas-pasan dan malah cenderung mendekati garis kemiskinan.
The Elsevier Foundation merupakan yayasan di bidang kemanusiaan dengan tujuan non profit, dan setiap tahun menyelenggarakan kompetisi untuk menjaring ilmuwan wanita terkemuka di dunia. Yayasan ini lebih mengutamakan untuk menyeleksi  para ilmuwan wanita dari dunia ke tiga, seperti negara- nagara dari Asia dan Afrika. Profil ilmuwan yang terpilih akan diekspos guna memotivasi para wanita lainnya di dunia untuk bisa bangkit dan berperan lebih banyak.               
Para wanita pemenang yang telah diseleksi oleh The Elsevier Foundation untuk tahun 2015 yaitu seperti yang telah kita paparkan di atas (Alison Bert adalah Rabia Sa’id, Mojisola Usikalu dan Mojisola Adeniyi yang berasal dari Nigeria, Nashwa Eassa dari Sudan, dan Dang Thi Oanh dari Vietnam). Berikut profil sikat mereka yang berguna buat menginspirasi kita:
1). Dang Thi Oanh, Ph.D (Vietnam)
Sebagaimana banyak orang yang tumbuh dan dibesarkan dalam kesusahan, ini juga dialami oleh Dang Thi Oanh. Ia dibesarkan di sebuah di pedalaman Vietnam. Ia dan orangtuanya hidup dalam rumah yang sangat bersahaja. Atap rumah terbuat dari anyaman daun kelapa dan tanpa ada penerangan listrik. Motivasinya tumbuh oleh semangat belajar yang tinggi, meskipin di malam hari ia belajar hanya dengan penerangan lampu minyak tanah. Buat memasak makanan, keluarganya belum mengenal bahan bakar minyak, apalagi tabung gas, namun menggunakan kayu bakar yang ia kumpulkan dari hutan di belakang rumahnya untuk memasak.
“Saya harus berjuang agar lolos dari kelaparan dan kemiskinan”. Demikian tekad Dang Thi Oanh, dan sering kesusahan hidup, sebagai uncomfort zone, membuat orang memiliki semangat dan motivasi hidup yang tinggi. Sebaliknya banyak orang yang bearasal dari keluarga sangat berkecukupan- comfort zone- namun memiliki motivasi dan semangat belajar yang rendah. Ya karena mereka kurang merasakan adanya tantangan dalam hidup, sebab apa saja yang mereka mau, semua tersedia dalam lingkungan rumah.      
 Dang Thi Oanh dibesarkan di Vietnam Utara dari suku masyarakat Tay. Dia bersaudara 12 orang dan 7 orang yang masih hidup. Dia mengatakan bahwa dalam meraih sukses ada mentor dalam kehidupannya. Mentor itu adalah seseorang yang selalu memberinya semangat dan bimbingan hidup. Maka mentornya Dang Thi Oanh adalah kakak perempuannya yang berprofesi sebagai guru matematika di sebuah SMA. Dang Thi Oanh memperoleh pendidikan dalam bidang teknologi informatika di sebuah universitas di kota Hanoi.
2). Nashwa Eassa, Ph.d
Nashwa Eassa lahir dan dibesarkan di luar kota Khartoum, ibukota Sudan. Ayahnya seorang guru dengan 6 orang anak, dan semuanya lulus perguruan tinggi. Sering cita-cita nyata seseorang lebih terbentuk saat dia bersekolah di tingkat SLTA. Nashwa minatnya dalam bidang sains tumbuh karena rasa ingin tahunya tentang dunia saat belajar di sebuah SLTA. Ia tertarik dengan alam semesta. Di sekolah dia termasuk siswa yang cerdas, namun untuk pilihan karir ia memilih jurusan yang berbeda dari teman-temannya.
‘Dimana-mana di dunia ini sama saja, terutama di negara berkembang. Kalau seseorang memiliki nilai yang bagus, maka ia akan memilih jurusan kedokteran atau engineering (teknik). Kalau nilai agak rendah maka mereka memilih bidang sains. Banyak yang memilih kedokteran dan teknik karena memberikan pekerjaan yang lebih baik”, kata Nashwa.
Ia sendiri mendalami bidang fisika dan memperoleh pendidikan master dalam bidang sains untuk bidang fisika material dan nano teknologi dari Universitas Linkoping di Swedia. Kemudian ia meraih pendidikan doktoral dalam bidang dari Universitas Metropolitan Nelson Mandela di Afrika Selatan.
3). Mojisola Usikalu, Ph.D
     Mojisola Usikalu dilahirkan di kota kecil di daerah barat daya Nigeria. Dia seorang anak yatim karena saat berusia 6 tahun ayahnya meninggal dunia. Dia dibesarkan oleh ibunya seorang guru dengan gaji yang sangat kecil, sehingga perlu dukungan keuangan dari saudaranya yang lain.
Mojisola Usikalu menjadi tertarik dalam bidang sains ketika ia belajar di SLTA. Dia memperoleh untuk meraih sukses dari mentornya, yaitu gurunya sendiri- seorang guru fisika yang memotivasinya untuk mendalami bidang fisika. Hampir semua orang sukses terjadi karena mereka puya mentor dalam belajar dan bekerja.
“Saya yakin bahwa apa yang ita berikan kepada lingkungan kita adalah apa yang kita peroleh”, kata Mojisola Usikalu. Untuk menopang kuliah dan kehidupan maka ia juga bekerja sambilan, yaitu sebagai tenaga guru honorer.
Angka putus sekolah cukup tinggi di negara-negara yang SDMnya tergolong rendah, demikian pula halnya dengan Nigeria. Sehingga Mojisola Usikalu sering berbagi motivasi (sebagai seorang motivator) terutama buat pelajar perempuan dan juga bagi siswa/ mahasiswa perempuan yang berniat untuk berhenti bersekolah/ kuliah.
“Begitu kita berjumpa dengan seorang tokoh yang sukses, maka nasehat-nasehat yang ia tuangkan sangat berpengaruh untuk membangkitkan kesuksesan kita”, demikian papar Mojisola Usikalu.
4). Rabia Sa’id, Ph.D
   Rabia Sa’id dibesarkan dalam sebuah keluarga polygami dan ini dilegalkan di Nigeria. Ayahnya yang berkarir sebagai tentara punya dua orang istri dengan 10 orang anak, namun meninggal 3 orang. Pada mulanya Rabia Sa’id sempat bersekolah di tingkat SLTA saja. Dia kemudian menikah, namun setelah punya 3 orang anak ia terpikir lagi untuk melanjutkan pendidikan. Saat dia jadi mahasiswi baru di sebuah universitas, teman-temannya sudah pada bekerja dan ia hanya berstatus sebagai mahasiswi dan seorang ibu rumah tangga. Dia memotivasi dirinya sehingga dia mampu memperoleh prestasi terbaik di kampus.
Bila ingin sukses maka semua rintangan tentu harus dilalui. Untuk itu motivasi diri yang kuat adalah modal untuk memacu diri. Sekarang Rabia Sa’id menjadi dekan pada Universitas Bayero, di Kano- Sudan.
5). Mojisola Oluwayemisi Adeniyi, Ph.D
            Mojisola Oluwayemisi Adeniyi dibesarkan dalam keluarga di kota kecil Iwo di Nigeria Tenggara. Dia anak kedua dari 8 bersaudara. Dia menyenangi pelajaran sains. Salah seorang guru SMA-nya membuatnya tertarik dengan mata pelajaran fisika.
            Great teacher makes great student. Seorang guru yang baik dan bisa memberi inspirasi akan mempengaruhi masa depan para muridnya. Mojisola Oluwayemisi Adeniyi menemukan guru yang hebat, yang mampu membuat pelajaran fisika menarik dan terasa lebih mudah.
            Dalam memilih cita-cita atau karir buat anak, umumnya orangtua mengarahkan anak agar mereka menjadi dokter saja. Kedua orangtua Mojisola juga demikian, menyarankan dia untuk bisa jadi dokter, karena gajinya lebih banyak. Nilainya terlalu bagus untuk mata pelajaran fisika, sehingga ia memutuskan untuk kuliah pada bidang fisika di Universitas Ibadan. Ia juga memperoleh pendidikan dari Universitas Birmingham Inggris.
            Demikian cuplikan profil lima ilmuwan wanita dalam menggapai karirnya. Bahwa lokasi daerah yang jauh dari ibu kota dan kondisi keluarga, sekalipun dari keluarga kurang berada juga bisa meraih cita-cita mereka. Malah orang yang demikian juga dikatakan sebagai orang yang berasal dari keluarga uncomfort zone- wilayah atau rumah yang kurang nyaman, biasanya memiliki tekad dan motivasi yang jauh lebih tinggi dari orang yang dibesarkan dalam keluarga comfort zone- yaitu keluarga yang berada.    

Sukses Berasal Dari Rumah Yang Hebat



 Sukses Berasal Dari Rumah Yang Hebat
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

            Banyak orang menulis secara iseng iseng dan memposting di medsos (media sosial) yang jarang orang kurang menanggapi begitu fokus. Lebih baik menulis satu fokus, kupas dan jelaskan problem, penyebab, contoh- contoh dan tawarkan solusinya dengan bahasa yang ringan menarik, santun dan tidak terkesan menggurui. Persis seperti yang ditulis oleh pemilik blogger “ayahkita.blogspot.co.id”.
            Merasa penasaran dengan blogger ini maka menulis pun mencarinya. Ternyata nama blogger ini sangat menginspirasi dan banyak orang tua serta guru-guru lainnya di Indonesia, yaitu “Indonesia Strong From Home”. Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yang tersebar di lebih dari 12.000 pulau yang ada di nusantara. Apabila keluarga-keluarga ini kuat dengan sendirinya tanpa perlu konsep yang berbelit- belit dan biaya yang membebani negara. Pastikan keluarga dan sanak saudara kita di seluruh tanah air pedulidengan membangun Indonesia yang kuat dan keluarga, maka Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang juga kuat.
            Pada mulanya penulis agak skeptis- maksudnya merasa kurang percaya dan ragu-ragu terhadap konten blogger ini. Tentu saja penulis mencari tahu tentang seberapa jauh manfaat konten blogger ini bagi kita.
            Ternyata blogger ini sangat menginspirasi dan juga sangat patut buat dibaca oleh masyarakat- utamanya para guru dan orang tua- karena artikel-artikelnya tidak dibentangkan dengan bahasa-bahasa retorika penuh teori, yang kadang kala kita sendiri harus mengerutkan jidat untuk menangkap maknanya.
Ayah Edi, sebagaimana nama bekennya, memaparkan judul- judul artikelnya seputar pengalaman harian kita. Yaitu seputar masalah parenting yang sering dijumpai oleh orang tua di rumah, para guru dan masyarakat dalam kehidupan sehari- hari.
Ayah Edi telah menjadi salah seorang tokoh di antara ratusan tokoh parenting yang ada di tanah air ini. Ada beberapa faktor yang menguatkan bahwa profilnya begitu penting. Karena ia pernah diundang buat talk show oleh Metro TV, radio dan media massa lainnya. Juga ia telah diundang oleh lebih dari 106 lembaga pendidikan, bisnis/ perusahaan, dan parenting untuk berbagi pengalaman tentang parenting dengan keluarga besar lembaga- lembaga tersebut.
Semua bangsa besar- bangsa yang maju SDM –nya bermula tumbuh dari rumah- rumah warga negaranya. Tidak lagsung serta merta jadi bagus dalam hitungan waktu melalui bengkel yang bernama seminar, pelatihan, workshp atau simposium. Tidak hal kualitas besar muncul lewat usahaan dadakan, semua melalui proses dan berevolusi sepanjang waktu.
Survey tentang the best and the worst countries to be a mother dilakukan oleh Rick Noack dan Lazaro Ganio. Mereka mengatakan bahwa suatu kejutan tentang negara yang terbaik parenting-nya adalah Norwegia, Findlandia dan Eslandia (www.washingtonpost.com). Tiga buah negara Skandinavia yang sering memiliki suhu yang sangat dingin yang terletak dekat kutub utara. Namun anak-anak di negara- negara tersebut memiliki orang tua  dengan hati dan pribadi yang hangat.
Masalah pendidikan merupakan hal yang sangat banyak mempengaruhi kehidupan sosial. Pendidikan juga berpengaruh pada well-being (kesehatan dan kesejahteraan) para wanita dan anak.
Joanna Goddard menulis tentang “the secret of Norway parenting” umumnya orang tua di negara ini memperhatikan hal-hal kecil termasuk soal jam tidur anak. Anak-anak Norwegia harus tidur lebih cepat agar tidur bisa pulas dan badan serta fikiran mereka menjadi segar. Tidur mereka sekitar jam 7 atau jam 8 malam, cocok untuk ukuran di negara ini dan untuk ukuran Indonesia mungkin sekitar jam 9 atau 10 malam.
Namun hal yang kontra adalah bahwa sangat banyak anak- anak Indonesia yang kekurangan tidur. Mereka mengikuti pola tidur orang tua. Dari wawancara ringan bahwa cukup banyak anak yang baru tidur pukul 11 hingga jam 12 malam. Mereka kemudia bangun  di pagi berikutnya dengan mata mengantuk Dan perg ke sekolah dengan fikiran dan fisik yang jauh dari bugar. Rasa mengantuk bisa menjadi sumber pertama mengapa anak menjadi bosan dan resah di sekolah.        
Kemudian orang tua di Norwegia sangat memperhatikan kualitas pendidikan anak sejak dari pra-sekolah, juga memperhatikan pakaian serta makanan anak yang berkualitas. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, namun di Indonesia banyak orang tua hanya memperhatikan gizi saat anak masih bayi dan berusia balita. Saat anak lebih besar hingga remaja orang tua sudah berlepas tangan, sehingga cukup banyak ditemui kurang terbiasa mengkonsumsi makanan berserat (sayuran) dan buah-buahan. Yang malah sering ditemukan bahwa anak anak lebih merasa percaya diri dan moderen dengan rajin megkonsumsi makanan cepat saji, minuman yang kaya soda, penyedap dan bahan kimia lainnya. Sering cukup banyak ditemui anak anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Umumnya iba-iba dari balita Norway adalah wanita karir. Maka balita-balita merekasejak usia dini sudah ditip pada penitipan yang biayanya perbulan sekitar $ 300 atau sekitar Rp. 3.900. 000, dan tergolong sangat murah. Karena harga harga kehidupan di Eropa adalah sekitar 10 kali harga Indonesia. Harga tersebut menjadi ringan karena ada subsidi dari pemerintah.
Para balita berada di pusat pusat penitipan dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Para balita punya banyak waktu buat bermain dan tidak banyak berada dalam ruangan, kecuali bila cuaca tidak mendukung. Di sana mereka bereksplorasi dan bermain secara alami. Ada permainan sepeda, pelosotan, ayunan, jungkat-jangkit, termasuk juga permain dengan balok- balok hingga merangkai bangunan.
Para balita lebih diperkenalkan dengan benda- benda alami- bukan melulu mdia- media elektronik. Benda alam lebih memungkin bagi mereka untuk berkooperatif dengan teman dan tubuh mereka lebih banyak bergerak hingga mereka jadi sehat dan kuat.
Pola hubungan suami dan istri (ayah dan ibu) adalah partnership, dimana mereka punya peran 50 %: 50% dalam mengurus dan mengasuh anak serta mengelola rumah tangga. Adalah hal yang alami bagi suami juga terlibat memasak, mencuci, merapikan rumah hingga memandikan dan menggendong bayi. Mereka punya waktu kebersamaan dan utamanya saat makan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari juga terlihat banyak para ayah yang menggendong balita menuju penitipan hingga lembaga pra-sekolah, ya lazimnya dilakukan oleh para ibu.
Kalau di Amerika, kulturnya mempromosikan “individual” dan kemandirian, sementara di negara Skandinavia, seperti di Findlandia, mempromosikan “janteloven- atau nilai kebersamaan dalam grup/ kelompok’. Di sana tidak ada orang merasa hebat sendirian, yang ada adalah hebat atau sukses bersama.
Jadinya orang Skandinavia- juga mirip dengan orang Timur- tidak pernah berfikir merasa lebih baik dibanding teman dalam suatu kelompok. Jadinya tidak boleh ada “sense of boasting”- rasa menyombongkan diri.
Bgaimana tentang kualitas pendidikan anak di Findlandia ? Sheila Wayman mengatakan bahwa di Findlandia umumnya anak-anak belum bersekolah di SD hingga mereka berumur 7 tahun. Sebelum usia 7 para orang tua juga menitipkan mereka pada “Day Care Centre” yaitu penitipan balita. Penitipan ini beroperasi dari jam 6.30 hingga jam 5.30 sore, jadi sekitar 12 jam atau full day care. Di sana para balita diberi sarapan dan makan siang dan juga makanan ringan.    
Ruang penitipan cukup besar dan di luar juga ada halaman buat bermain dan ada fasilitas buat bereksplorasi seperti ayunan, mainan, mobil-mobilan, trem, balok- balok, dll. Para pengasuh (staff) menemani dan memotivasi. Mereka juga membuat catatan kemajuan tumbuh-kembang fisik dan mental untuk laporan mingguan dan laporan bulanan. Tiap minggu para balita juga diajak untuk jalan ke alam terbuka, ke alam bebas selama 2 jam.
Tentang bentuk pedagogi di negara ini, punya ciri yaitu “playful learning”. Di Universitas Helsinki terdapat sebuah “playful learning centre”. Pusat bermain dan belajar ini dirancang untuk meningkatkan kreativitas anak. Permainannya dalam bentuk green fabric canopy dengan pohon pohon besar. Ada matras dan bantal-bantal warna warni, perabot kecil (kursi dan meja kecil) yang berwarna cerah, kotak kotak yang berisi buku dan pencil warna warni, dan juga ada lemari dengan rak-rak. Pusat bermain ini merancang lingkungan yang berguna untuk “self directed learning” agar balita bisa tumbuh mandiri.
Umumnya anak-anak Findlandia diasuh dan didik agar bisa tumbuh mandiri sejak usia dini. Makanya anak anak dikondisikan agar bisa pergi jalan kaki ke sekolah (karena kondisi jalan juga cukup aman).
Pendidikan juga peduli untuk meyediakan waktu buat kegiatan fisik (berolahraga). Kebugaran fisik dan kesehatan mental selalu menjadi prioritas utama. Pemerintah merekomendasi agar kegiatan pedagogi juga peduli pada kegiatan fisik selama 3 jam setiap hari. Karena aktivitas fisik tiap hari akan bermanfaat buat kebugaran fisik dan mental. Sebagai konsekuen setiap sekolah harus membuat siswa banyak bergerak. Orang tua juga diminta untuk mendukung agar anak juga melakukan olah raga di rumah.  
Joanna Goddard menjelaskan tentang bagaimana bentuk parenting di negara Eslandia. Anak- anak Eslandia tidak banyak terkungkung di dalam rumah. Mereka diberi waktu untuk banyak bereksplorasi di luar rumah.
Orang tua Eslandia memperkenalkan alam pada anak sejak usia bayi. Para balita diperkenalkan bagaimana berenang, danau, sungai dan laut. Jadi para balita telah terbiasa bermain di alam terbuka.
Orang tua dengan ilmu parenting yang minim adalah kasus yang banyak terjadi di negara kita. Banyak orang tua di negara ini yang memperlakukan anak ibarat robot. Sebagaimana dikatakan Jeff Yang bahwa karakter anak-anak Asia adalah “cerdas tetapi tidak jelas arah, rajin tetapi rapuh semangat, mampu tetapi kurang kreatif”. Itu akibat mereka terbiasa dilatih berorientasi “kognitif”- mereka banyak dilatih untuk banyak menyalin, mematuhi, dan menghafal. Ungkapan yang keluar dari mulut orang tua pada anaknya sering kurang memotivasi. Dimana orang tua kerapkali mengungkapkan “kasian....kasian” yang berarti “poor he is....poor he is. Jadinya anak kurang percaya diri untuk mengambil aksi atau tindakan.”.
Syifa Andina mengatakan bahwa minimnya ilmu parenting sering terjadi pada keluarga dengan tingkat ekonomi lemah dan juga tingkat pendidikan rendah. Mereka juga miskin denan wawasan umum- kurang paham tentang bagaimana makanan yang bergizi, bagaimana memperkuat kognitif anak, bagaimana menghidupkan literacy keluarga, dan bagaimana membentuk pola prilaku anak yang yang berani dan bertanggung jawab.  
Di tanah air yang indah dan tercinta ini, sebetulnya ada bayak keluarga- keluarga dan juga lembaga sekolah yang sehebat di negara Australia, Singapur, Findlandia dan Amerika Serikat. Namun umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota Pulau Jawa dan Bai, serta beberapa kota lain di luar kedua pulau ini. Maka tugas dan tanggung jawab kita untuk saling berbagi dan saling menyebarkan tentang ilmu- ilmu parenting. Utamanya adalah agar orang tua mengkodisikan anak dengan ilmu untuk memahami agama, kemudian proses berfikir yang mandiri. Mereka juga dilibatkan dalam aktivitas rumah dan masyarakat- agar mereka punya tanggung jawab. Disamping itu mereka juga perlu mengenal bagaimana tentang kemandiran, rasa sopan santun, tanggung jawab, serta hidup yang sehat. Memang Indonesia yang hebat berasal dari rumah-rumah yang juga hebat.
Bibliografi:
Jeff Yang.(2015). Asian Parents: Your Kids are Not Robot. New York: Wall Street

Joanna Goddard.(2013). 10 Surprising things About Parents in Norway. Oslo: Cup of
parenting-in-norway/).

Rick Noack and Lazaro Ganio. (2015). Map: The Best (and The Worst) Countries to
be a Mother. Washington: The Washington Post

Sheila Wayman. (2016). Let The Children Play: The Secret to Finnish Education.
Helsinki: Irish Times (www.iristimes.com)

Syifa Andina. (2016). Five Ways to Improve Parenting Education in Indonesia.
Washington: The World Bank (blogs.worldbank.org)

Kamis, 04 Mei 2017

Mahyeldi Ansharullah dalam Memory saya

Saya (Marjohan) sekitar tahun 1984- 1988 tercatat sebagai mahasiswa FPBS jurusan Bahasa Inggris
Saat itu tidak banyak variasi ekskul seperti sekarang

Saya memutuskan untuk menjadikan Mesjid AlAzhar sebagai rumah ke dua di kampus
dan saya merasa sangat nyaman berada di mesjid.

di samping mesjid ada perpusatakaan mesjid. Di sanalah saya mangkal hampir sepanjang hari
bergaul dengan banyak mahasiswa dan terutama saya suka membaca banyak buku.
di samping itu saya juga sering pergi ke Yayasan Amal Shaleh yg dikelola oleh Dr. Muchtar Naim. dan beliau punya banyak ide.

Di kedua tempat ini saya sering berjumpa dengan teman saya dari jurusan pertanian...Mahyeldi Ansharullah
Mahyeldi tinggal di Musholla Parupuak Tabiang...setiap minggu malam ..saya sering pergi ke mushola...buat menambah ilmu agama

dan juga saling berbagi pengalaman dakwah.
Saya paling suka bergurau...kadang kadang juga di luar kontrol. saya juga bergurau pada Mahyeldi...saya ingin dia bisa jadi marah...atau berubah emosi. maksudnya membully kecil kecilan...

Dan yang saya lihat bahwa Mahyeldi tetap istiqamah...sejak dulu berkarakter humble atau qanaah....rasanya tak pernah saya melihat dia tampak gaul dengan celana levis...atau celana cutebury..

Agaknya pemuda yang istiqamah ya seperti dia....sejak dulu leadership Mahyeldi selalu terlihat...suka pegang mikropon...suka berbagi tausiah...dia pemuda yang gagah dan saat itu tidak ada punya kekasih....baginya kekasih itu...adalah wanita yang dipilih...dinikahi dan jadi istri..pendamping hidup buat menuju mardhatillah...

ini foto saya, saat saya ikut upaca 17 agustus di gubernuran...pak Mahyeldi sebagai walikota ..tahun 2012
Dan saya karena izin Allah baru saja "Menang dalam seleksi guru berprestasi nasional, peringkat 1"

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...