Selasa, 20 Maret 2018

Sukses Edukasi Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia


https://www.express.co.uk/life-style/top10facts/740124/Top-ten-facts-Finland-trivia-Finnish-Independence-Day

Sukses Edukasi Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia
Oleh: Marjohan, M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)

Lynnell Hancock menulis tentang mengapa pendidikan Findlandia bisa sukses. Dia menceritakan sebuah peristiwa kecil pada hari-hari terakhir di semester kedua di Sekolah Komprehensif Kirkukjarvi (Kirkukjarvi Comprehensive School) di Espoo, sebuah kota kecil di pinggiran  kota Helsinki. Seorang guru, Kari Louhivuori, memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda menurut standar pendidikan Finlandia. Yang mana salah seorang muridnya di SD yang telah lama putus sekolah di ajak lagi untuk datang ke sekolah. Hatinya terpanggil untuk melayani siswa yang kurang beruntung tersebut dan dengan tulus memberi bimbingan belajar secara khusus.
Siswa tersebut bisa diberi julukan (label) sebagai anak yang pemalas. Namun tentu saja kita tidak boleh mencela anak yang punya masalah dalam belajar sebagai anak yang pemalas. Maka apa yang di lakukan oleh Kari Louhivuori merupakan karakter ideal dan ketulusan seorang guru. Dia selalu tergugah untuk mendidik, membimbing dan menemani sang siswa untuk bisa tumbuh secara wajar dan berkembang kualitas pribadinya. Karakter positif begini ternyata dilakukan oleh banyak guru Findlandia hingga berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan negara ini.  
Di tahun 1980-an, saya (penulis) belum banyak mendengar tentang Findlandia sebagai negara yang unggul dalam bidang pendidikan. Saat itu negara yang menonjol dalam bidang edukasi adalah seperti Perancis, Inggris, Jepang, Amerika, Kanada, dan beberapa negara lain. Sementara Findlandia lebih terkesan sebagai sebuah negara kecil, dekat kutub utara yang pasti selalu memiliki suhu yang dingin. Namun sekarang negara ini telah menjadi sebuah negara yang sangat terkemuka dalam bidang pendidikan di dunia.  
Kualitas akademik Finlandia telah jauh meningkat, terutama dalam kemampuan membaca, matematika dan literasi sains. Ini terjadi karena para guru dipercaya untuk melakukan apa pun untuk mengubah kehidupan generasi mudanya. Kalau begitu bagaima strategi sukses negara ini dalam meningkat kemampuan literasi membaca para siswa mereka?
Pirjo Sinko  yang bekerja pada Badan Pendidikan Nasional Findlandia (Finnish National Board of Education) memaparkan tentang faktor-faktor utama mengapa skor reading literacy Findlandia begitu bagus. Masyarakat Findlandia sangat mendukung aktivitas membaca, jadinya sekolah dan guru tidak sendirian.
Perpustakaan Findlandia memiliki sistem perpustakaan terbaik di dunia. Perpustakaan merupakan lembaga kebudayaan yang paling disukai oleh masyarakat, warga merasa dekat dengan Perpustakaan. Ibarat kedekatan hati orang Islam dengan mesjid, atau pemeluk agama lain dengan rumah ibadah mereka. Karena itu jumlah buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan umum dan juga jumlah buku-buku baru buat anak-anak dan para remaja begitu tinggi. Kaum wanita sendiri merupakan pembaca buku yang sangat antusias dan mereka begitu memahami pentingnya membaca buku.
Umumnya rumahtangga Findlandia berlangganan, paling kurang, satu koran. Nah bagaimana dengan rumahtangga di negara kita ? Jelas bahwa kita belum punya budaya dan rasa butuh untuk berlangganan koran. Kemudian bahwa program TV asing tidak didubbing dengan bahasa melainkan menggunakan subtitles. Ini berguna dalam meningkatkan rutinitas membaca anak-anak.
Di Findlandia, bahwa selalu ada kegiatan menceritakan kisah-kisah menjelang tidur (bed-time stories) buat anak-anak. Kegiatan ini sangat penting hadir dalam keluarga. Dengan demikian warga Findlandia sangat menilai tinggi pada aktivitas membaca dan sekaligus dalam mencintai bahasa nasional. Beginilah cara-cara mereka dalam membuat literatur tersebut selalu hidup.
Bahwa menjadi guru di negara Findlandia merupakan profesi yang sangat diminati oleh banyak warga negara. Para siswa dan mahasiswa terbaik banyak yang memutuskan untuk menjadi guru. Sehingga sekarang banyak guru yang berbuat ekstra untuk kemajuan pendidikan. Mereka bekerja sebagai guru bukan karena ingin dipantau dan dinilai oleh kepala sekolah dan supervisor pendidikan. Kebaikan dan keikhlasan yang mereka lakukan di luar agenda resmi mengajar sudah dilakukan oleh banyak orang.
Bagaimana gambaran tentang pendidikan di Findlandia? Kesempatan yang sama- tanpa memandang gender, status sosio ekonomi, bahasa, agama, budaya, dan domisili- diberikan untuk semua orang dalam memperoleh pendidikan. Sekolah yang terdekat adalah sekolah yang terbaik bagi seorang anak, jadi warga Findlandia tidak mengenal istilah sekolah elit atau sekolah berlabel unggul.
Prinsip pendidikan Findlandia bahwa setiap sekolah memiliki wilayah geografisnya sendiri, tidak ada sekolah elit, tidak ada sekolah swasta. Pendidikan dasar bersifat komprehensif dan tidak ada pilih-pilih sekolah. Tidak ada ujian nasional (ini bisa jadi terwujud karena Findlandia adalah negara kecil dengan populasi yang juga kecil).
Menjadi guru adalah profesi impian bagi kaum muda, terutama anak perempuan yang mana punya prestasi lebih baik di sekolah daripada anak laki-laki. Namun status profesi guru juga dipandang cukup tinggi, sebagaimana profesi dokter dan pengacara.
Pendidikan Findlandia agaknya sangat bercorak inklusif, bukan eksklusif, maksudnya tidak pilih-pilih murid. Anak-anak difabel (siswa cacat) dengan prosedur mudah diterima sebagai siswa. Begitu pula dengan anak-anak para immigran, sebagaimana Eropa telah menjadi destinasi immigrasi banyak bangsa di dunia. Maka anak-anak para immigran dari Somalia, Iraq, Russia, Bangladesh, Estonia and Ethiopia juga bisa dijumpai di sekolah Findlandia.
Tentu saja anak-anak immigran merupakan siswa yang punya problem dengan keuangan. Namun walau mereka kurang mampu dalam hal finansial dan lemah SDM-nya, pelayanan guru-guru tetap profesional dan berkualitas sebagaimana mereka mendidik warga negara Findlandia secara umum.   
Sebagai contoh, bahwa Louhivuori yang berprofesi sebagai guru mendapatkan Besart Kabashi yang berusia 13, anak pengungsi dari Kosovo. Tidak seperti anak-anak lain, bahwa siswa ini punya kendala dalam belajar, sehingga Louhivuori memberi perhatian khusus yang sangat tulus. Dia membawa Besart Kabashi ke kantornya dan memberi bimbingan ekstra dan mempersilahkan Besart Kabashi membolak-balik buku-buku milik Louhivuori dengan rasa aman hingga minat literasi Besart Kabashi tumbuh dan berkembang. Akhirnya dia mampu menaklukan (membaca) banyak literatur secara aktif dan mandiri. Membaca secara aktif dan mandiri merupakan budaya belajar anak-anak di negara maju. Dan ini menjadi rahasia mengapa para siswa Findlandia sangat menonjol dalam bidang pendidikan.
Beberapa belas tahun kemudian Besart Kabashi telah tumbuh dewasa dan telah memiliki usaha sendiri. Ia membuka usaha bengkel resmi mobil dan sebuah usaha lain. Dia menyempatkan waktu untuk mengunjungi Louhivuori yang telah menjadi mentor terbaik dalam kehidupannya.
Kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, gurunya, bukanlah sebuah cerita dongeng, namun kisah nyata dan juga mungkin dilakoni oleh banyak guru-guru lain. Kisah-kisah sukses dan kebaikan hubungan guru dan murid, tanpa pilih-pilih latar belakang mereka, telah menjadi fenomena positif bagi kemajuan pendidikan Findlandia.
Lynnell Hancock menambahkan bahwa kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, yaitu kisah kebaikan dan ketulusan dalam mendidik tidak hanya terjadi pada mereka dan di sekolah mereka, namun juga terjadi pada 62.000  guru Finlandia di 3.500 sekolah. Mengapa bisa terjadi ?
Karena yang direkrut menjadi guru adalah 10 persen dari lulusan terbaik dan kemudian melanjutkan pendidikan ke level master dalam bidang pendidikan. Rata-rata ukuran sekolah kecil-kecil dan populasi siswa di kelas juga relatif kecil, sehingga memungkinkan bagi setiap guru buat mengenal dan memahami setiap anak didik mereka.   
Tentu saja dalam mengajar para guru menerapkan bervariasi metode dan model pembelajaran. Jika satu metode gagal, maka sang guru berkonsultasi dengan rekan kerja untuk mencoba metode yang lain. Mereka tampaknya menikmati tantangan. Hampir 30 persen anak-anak Finlandia menerima semacam bantuan khusus selama sembilan tahun, yaitu dari kelas satu hingga kelas sembilan.
Selama bertahun-tahun banyak negara, termasuk Indonesia, terinspirasi dengan kemajuan Amerika. Apalagi negara ini dipandang sebagai negara adidaya, yang mana kuat peranan ekonomi, militer, media massa dan pendidikannya. Bahwa Amerika Serikat memperkenalkan persaingan pasar ke sekolah umum. Dalam beberapa tahun terakhir, sekelompok pemodal Wall Street telah menempatkan uang di balik  sektor  pendidikan. Kemudian uang sudah menjadi standar ukuran dalam test dan dalam mengukur kualitas seorang guru, akhirnya muncul semboyan “money is everything”.
Sementara hal begini tidak terjadi dalam pendidikan Findlandia.  Timo Heikkinen, seorang pendidik Findlandia mengatakan bahwa “If you only measure the statistics (money), you miss the human aspect.” Tidak ada tes standar yang diamanatkan di Finlandia, selain satu ujian di akhir tahun terakhir  di sekolah menengah. Tidak ada rangking, tidak ada perbandingan atau persaingan antara siswa. Tidak ada persaingan  antar sekolah atau daerah. Setiap sekolah memiliki tujuan nasional yang sama. Hasilnya adalah bahwa anak Finlandia memiliki kesempatan untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama tidak peduli apakah dia tinggal di desa atau kota universitas. Perbedaan antara siswa terlemah dan terkuat adalah yang terkecil di dunia.
Meskipun peringkat pendidikan Findlandia menempati posisi terbaik di dunia, namun untuk mendapatkan posisi terbaik menurut score Pisa bukanlah menjadi tujuan utama pendidikan negara ini. Di sekolah anak-anak lebih antusias untuk merayakan kemenangan tim hockey mereka, bukan merayakan peringkat score Pisa yang tinggi. Sebagaimana dikatakan oleh Pasi Sahlberg bahwa sekolah mempersiapkan anak untuk belajar bagaimana belajar, bukan bagaimana cara memperoleh skor test yang tinggi.  
Praktek pembelajaran di sana bukan sekedar mencari muka- seperti mengejar skor yang tinggi atau malah mencari target-target yang semu semata. Jadinya iklim belajar jauh dari rekayasa, kebosanan dan tekanan atau stress. Suasana belajar yang menonjol adalah suasana rileks, nyaman, satau dan antusias, ramah tamah dan sangan bebas dari tekanan.
Praktek pembelajaran di sekolah perlu selalu memberikan suasana nyaman dan menyenangkan, bukan suasana yang menegangkan dan membosankan. Makanya pada hari-hari tertentu, misanya saat merayakan May Day (? ), para guru mendekorasi penampilannya hingga terlihat menyenangkan. Maija Rintola, salah seorang guru sekolah dasar, sengaja memakai jalinan benang warna-warni menutupi rambut tembaganya seperti wig yang dicat. Guru-guru lain juga memakai kostum yang memikat perhatian siswa. Dan para siswa juga memakai assesori yang lucu-lucu.
Apakah kita masih terobsesi semata-mata hanya oleh kemajuan pendidikan Amerika Serikat? Namun beberapa negara seperti Findlandia, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura lebih mengungguli Amerika Serikat ditinjau dari kemampuan reading-litercynya.
Amerika Serikat adalah negara dengan populasi penduduk termasuk kategori terbesar di dunia. Mengelola pendidikan dengan populasi penduduk yang cukup besar bukanlah masalah yang mudah. Sejauh ini, menurut penilaian PISA bahwa kategori SDM siswa negara ini masih tergolong bagus. Sementara SDM pendidikan Findlandia telah menjadi rujukan pendidikan terbaik di dunia. Jadinya kita masih perlu mengadopsi model kedua pendidikan negara tersebut.

Catatan:
1). Lynnell Hancock (2011). Why Are Findland’s Schools Successful? Helsinki: Smithsonian

2). Pirjo Sinko (2012). Main factors behind the good PISA reading results in Finland.

Kamis, 25 Januari 2018

Live the life Picture

Saya, anak saya Fachrul dan Nadhila, Istri- Emi Surya

Saat memandu siswa saya ke Bukittinggi dan saya take a picture on the road to Sianok Canyon

Saya dan guru SMAN 3 Batusangkar berjumpa dengan alumni SMAN 3 Batusangkar di Bandung

Saya dan 3 orang teman yang ikut menulis naskah buku di Kementrian Pendidikan di Jakarta

Selasa, 23 Januari 2018

Membangun Kualitas Pribadi

Membangun Kualitas Pribadi

Pikiran Membuat Arsip Memori Dalam Akal
Sesuatu gejala yang terlihat pada tubuh kita sebetulnya mengatakan apa dan bagaimana dalam fikira kita. seseorang yang terdiam secara tiba-tiba saat berdebat bisa jadi menunjukan dia tidak setuju, dia lagi berfikir, atau lagi bingung, dll. Benar bahwa tubuh kita bisa mengatakan tentang fikiran kita, dan fikiran kita juga bisa menggambarkan tentang perasaan dan fikiran itu sendiri lewat kalimat yang kemudian kita ekspresikan (Deb Shapiro, 2008).
Bahwa tubuh atau diri kita ibarat sebuah mobil, dan pikiran kita  sebagai driver atau pengendalinya. Semua bentuk pikiran kita akan memebentuk kualitas diri kita. kualitas diri ini kita sebut juga dengan “kualitas pribadi”. Kualitas pikiran kita sendiri terbentuk dari pengalaman kita sejak dini, saat kita masih bayi.
Ketika lahir, kita adalah manusia yang baru dan manusia yang bersih. Data-data dalam otak kita masih jernih dan polos karena kita belum mengerti tentang makna dan bahasa apapun dan juga kita tidak mengerti apa yang terjadi di sekitar kita. Orangtua kita mulai mengajak kita berkomunikasi dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh (gestur) secara berulang-ulang hingga akhirnya kita mengerti dan juga bisa mengucapkan kata-kata.
Seiring dengan berjalannya  waktu, kita tumbuh, bisa duduk, merangkak dan berjalan. Kita tumbuh lebih besar. Kita melakukan eksplorasi dalam usia bayi, usia balita, usia anak-anak dan seterusnya-hingga kita memilki pengetahuan sederhana tentang sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Kita makin aktif melakukan eksplorasi karena orangtua kita memberi kondisi dan memberi rangsangan pengalaman bagi kita. Jadinya suasana hati kita megalami aneka bentuk perasaan dari pengalaman tersebut, yaitu seperti:
- Pengalaman kasih sayang.
- Pengalaman toleransi.
- Pengalaman ceria.
- Pengalaman takut.
- Pengalaman cemas.
- Pengalaman putus asa.
- Pengalaman persatuan.
- Pengalaman kehilagan.
- Pengalaman harga diri.
- Pengalaman percaya diri.
- Pengalaman kepemilikan.
- Pengalaman kegagalan.
- Pengalaman keberhasilan.
- Pengalaman kebahagiaan.
- Pengalaman kesabaran.
- Pengalaman tentang agama,
- Pengalaman dll.
Otak kita jauh lebih kuat dan lebih baik dari komputer apapun di dunia ini. Karena otak mampu menyimpan dan mengingat kembali sejumlah besar informasi- informasi yang disimpannya. Memori otak membantu kita dalam mengelola kehidupan ini (Dominic O’Brien (2005).
Akal yang terdapat dalam memori kita menyimpan sangat banyak pengalaman dan semua pengalaman tadi ada file atau arsipnya. Maka akan juga ada sangat banyak file, ibarat kerja komputer, akan terdapat sejumlah key word atau kata kunci seperti: kasih sayang, toleransi, ceria, rasa takut, cemas, putus asa, persatuan, kehilagan, harga diri, percaya diri, kepemilikan, kegagalan, keberhasilan, kebahagiaan, kesabaran, tentang agama, dll.
Begitu banyaknya file-file pengalaman- ibarat pemograman komputer- maka akal juga menyatukan file- file yang sejenis menjadi folder atau gabungan file. Maka terbentuk pulalah gabungan file menjadi folder dalam memori kita, yaitu seperti folder:
- Lemah.
- Sukses.
- Cemas
- Marah.
- Sabar.
- Malang.
- Bahagia.
- Cinta, dll.
Kemudian dalam menjalani kehidupan melalui eksplorasi, kita mengalami kegagalan baru, maka folder masa lalu tetang kegagalan juga terbuka dan file-file yang berhubungan tentang pengalaman gagal juga saling berhubungan. Folder tentang pengalaman gagal juga berhubungan dengan folder tentang suasana hati yang lain seperti folder tentang cemas, takut, bahagia, khawatir, dll. Ini semua membentuk pemikiran dan respon kita yang baru. Demikianlah bagaimana semua pengalaman kita terarsip (tersimpan) dengan rapi dalam file dan folder pada memori kita.

Pikiran membentuk pribadi kita.
            Bagaimana keadaan kita atau siapa kita tergantung dari cara kita memandang diri sendiri, dan cara kita mendeskripsikan diri kita. Apakah kita orang yang punya harga diri, orang yang percaya diri, orang yang berguna bagi orang lain, dll, semua tergantung pada pikiran kita atas diri sendiri. Seseorang akan merasa penting atau merasa sebagai orang yang tidak penting, lagi-lagi, itu semua tergantung pada bentuk pikiran kita terhadap pribadi kita sendiri (Bonnie D. Singer, 1999).
Sejak kecil semua orang bereksplorasi dan mengalami banyak pengalaman. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa dari bentuk-bentuk ribuan pengalaman maka bertebaran pulalah arsip atau file-file pengalaman dalam pikiran kita. Selanjutnya dari file- file pengalaman yang sejenis terkumpul menjadi folder- folder, yang topik atau jenisnya juga sama. Ini adalah deskripsi tentang kerja akal dalam membentuk pola pikiran. 
Selanjutnya pikiran-pikiran tadi akan membentuk pribadi kita sendiri. Pribadi kita terbentuk dari gabungan beberapa bentuk fitur lainnya, seperti: intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, manusia positif atau negatif, citra diri, harga diri, rasa percaya diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan, dll. Terlebih dahulu ini ditentukan oleh mindset kita sendiri.
Apa itu mindset? Dalam pergaulan kita sering mendengar seseorang mengatakan “ketika bangun bagi saya sering merasa lelah, agar merasa segar saya minum segelas teh jahe”. Orang lain berkata, “Saya merasa konsentrasi kalau belajar pakai musik”. Dan yang lain lagi berkata, “Saya terbiasa menunda-nunda pekerjaan”. Kalimat- kalimat yang diucapkan tersebut terlontar dari mulut seseorang dan secara berulang-ulang, tanpa disadari akhirnya membentuk mindset  atau pola- pikiran. Jadi mindset adalah pola pikiran.
Dalam setiap aspek kehidupan dan prilaku kita selalu ada mindset. Kita punya mindset tentang tidur, mindset tentang bergaul dengan orang lain. Demikian juga mindset tentang makan dan menyantap makanan, mindset tentang bekerja dan belajar, dll.
Mindset atau pola pikiran itu sendiri ada yang berbentuk positif atau negatif. Selanjutnya mindset kita juga berpengaruh pada keadaan intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, manusia positif atau negatif, citra diri, harga diri, rasa percaya diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan, dll. Paparan tentang fikiran berikut merupakan intisari dari buku yang berjudul “Terapi Berfikir Positif- Biarkan Mukjizat Dalam Diri Anda Melesat Agar Hidup Lebih Sukses Dan Lebih Bahagia” yang ditulis oleh Ibrahim Elfiky (2011). 
a). Pikiran mempengaruhi intelektualitas
Bila kita berpikir positif terhadap pekerjaan, teman, dan pekerjaan maka akal kita akan mengesampingkan (melupakan) hal-hal negatif yang ada pada pekerjaan, teman, dan pekerjaan kita. Dengan begitu akal bisa berkonsentrasi pada kualitas pikiran (kualitas intelektualitas) kita. Kemudian akal memperkuat pikiran itu dengan informasi sejenis yang tersimpan dalam file/ folder pada memori kita.
b). Pikiran mempengaruhi fisik
Setiap kata yang diucapkan orang kepada kita, akan kita pikirkan. Bila perkataan itu baik atau buruk- negatif atau positif, memberi semangat atau menghancurkan harga diri akan mempengaruhi pikiran kita dan selanjutnya berdampak pada fisik kita. Ucapan positif membuat pikiran kita senang dan fisik kita jadi bersemangat- kita tersenyum. Sebaliknya kalimat negatif, mempengaruhi pikiran kita dan kita menjadi jengkel dan fisik menghindar dari dia.
c). Pikiran mempengaruhi perasaan
Pikiran memang mempengaruhi perasaan dan bahwa pikiran adalah ciptaan manusia. Sebenarnya orang lain atau dunia luar tidak bisa mempengaruhi kita, kecuali bila kita mengizinkan pikiran/ perasaan kita jadi terganggu. Perasaan tidak akan bisa berubah begitu saja. Untuk bisa berubah maka kita harus mengubah pikiran dan konsentrasi kita terlebih dahulu.
Memang bahwa setiap pengalaman mempengaruhi perasaan kita sesuai yang ada dalam benak kita dan dalam memori kita. untuk selanjutnya perasaan tak ubahnya bahan bakar bagi manusia, perasaan positif membuat kita lebih bersemangat dan termotivasi, dan persaan negatif bisa menghancurkan semangat dan motivasi kita. jadi kalau kita benar-benar ingin mengubah kehidupan menjadi lebih baik maka kita harus sealu memelihara pikiran positif untuk mendapatkan perasaan yang positif.
d). Pikiran mempengaruhi sikap
Sikap kita sering terjadi karena kebiasaan dan pengaruh dari luar. Kita tidak boleh melakukan generalisasi bahwa seseorang sebagai sosok yang negatif, temanku itu payah, dosen itu killer. Sebab yang kita vonis adalah buka sikap manusianya. Pikiran seseorang akhirnya membentuk sikapnya dan sikap itu ada yang berbentuk:
-  Sikap memusuhi atau menyerang.
- Sikap taat dan menerima
- Sikap tegas dan percaya diri.    
e). Pikiran membentuk kita jadi orang positif atau negatif
Pikiran mempengaruhi akal membuat kita berkonsentrasi pada suatu makna. Perasaan adalah bahan bakar bagi sikap yang digunakan orang dalam menggerakan tubuh- mengekspresikan wajah, gestur dan dan cara berbicara. Semua itu mendatangkan hasil yang kita wujudkan yaitu positif atau negatif.
Pikiran memiliki kekuatan yang membuat seorang murid bersemangat-ia belajar lebih serius hingga menggapai prestasi. Pikiran juga memiliki kekuatan sebaliknya, yaitu membuat seorang murid tidak suka pada pelajaran dan pada guru- ia tidak punya semangat hingga gagal meraih prestasi.
Dalam kehidupan rumah tangga atau kehidupan sosial, satu pikiran negatif bisa menyebabkan perpisahan dan perceraian. Sebaliknya pikiran positif bisa membuat suami-istri atau orang yang berteman merasa berbahagia. Sebesar apa pun kekayaan dn seluas apa pun relasi seseorang, kebahagiaan dan kesengsaraan tetap ditentukan oleh pikiran. Jadi pikiran apapun yang kita masukan ke dalam akal akan berubah menjadi perhatian, perasaan, sikap dan hasil yang serupa. Maka kalau kita bisa mengubah pikiran- kehidupan kita inshaAllah juga akan berubah.
f). Pikiran mempegaruhi cita diri
Citra diri adalah gambaran diri ideal yang diharapkan. Citra diri (self image) dikategorikan sebagai penyebab mengapa seseorang ingin mengubah bentuk diri, misal orang gemuk ingin jadi langsing, orang pendek ingin tinggi, orang kuper ingin menjadi lincah. Citra diri juga menjadi faktor utama bagi keberhasilan dan kebahagiaan, kegagalan dan kesengsaraan- apalagi kalau mereka kurang bisa menerima keberadaan diri mereka
Faktor yang mempengaruhi citra diri antara lain media informasi. Di layar televisi terlihat orang cantik, ganteng, pintar, populer- maka penonton yang lemah kepribadiannya ingin pula segera mengubah bentuk diri mereka.
g). Pikiran mempengaruhi harga diri
Penghargaan terhadap diri sendiri adalah perasaan seseorang terhadap diriny, pendapat tetang dirinya dan kepuasan pada dirinya. Penghargaan terhadap diri meliputi: menerima diri sendiri, merasa diri penting dan mencintai diri sendiri.
Penghargaan terhadap diri sendiri kadang-kala menjadi penyebab utama kesengsaraan. Sebab penghargaan terhadap diri sendiri berhubungan dengan perasaan: “Apakah dia menerima dan menghargai diri sendiri atau tidak”. Perasaan kurag menghargai diri sendiri terbentuk dari pengalaman masa lalu, yaitu:
“Seseorang yang di masa lalu kurang merasakan cinta dan kasih dari orang-orang di sekitarnya, ketika merasa tidak dicintai maka ia akan kehilangan keseimbangan mental. Selanjutnya ia akan mencari pengganti cinta yang hilang itu. Sangat mungkin ia lari ke narkoba atau memilih prilaku negatif seperti gila menonton, gila merokok, menghindari kontak dengan orang lain, atau tidur berjam-jam ”.
Orang yang merasa tidak dicintai atau tidak diterima akan merasa kesepian dan merasa terbuang. Kondisi seperti mengakibatkan gangguan psikologi sehingga ia tidak percaya diri- baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.  
h). Pikiran mempengaruhi rasa percaya diri
Percaya diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, seseorang akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Dia tidak berani melakukan perubahan sekecil apa pun untuk keluar dari kebiasaan. Jika seorang siswa yang telah belajar dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh namun saat menghadapi ujian ia selalu memikirkan kegagalan akhirnya mempengaruhi rasa percaya dirinya hingga prestasi belajarnya rendah.
Pikiran positif akan membangun rasa percaya diri yang positif, dampaknya kita akan berbuat, berpikir dan berbicara dengan positif. Pikiran negatif juga akan membangun rasa percaya diri yang juga negatif. Jadi pikiran sangat berbahaya karena pikiran bisa menjadi penyebab kegagalan dan juga menjadi pendukung keberhasilan. Pikiran adalah sumber dari percaya diri kita.
i). Pikiran mempengaruhi kondisi jiwa
Cukup banyak orang mengalami gangguan jiwa dan juga sakit jiwa. Itu berawal dari bentuk pikiran yang juga terganggu. Pikiran terganggu karena rasa cemas, takut menghadapi masa depan atau sesuatu yang tidak jelas. Rasa gelisah dan frustasi juga mengganggu pikiran dan menggangu ketenangan jiwa. Meski kita punya banyak harta namun kalau pikiran terganggu maka jiwa terasa tidak tenang. Gangguan jiwa bisa mengganggu tanpa memandang usia dan status. Orang kaya, orang miskin, orang cantik, orang biasa-biasa, pemuka agama, mahasiswa, orang berusia tua atau remaja, semua bisa terganggu jiwa.
j). Pikiran mempengaruhi kondisi kesehatan
Pikiran juga mempengaruhi kondisi kesehatan. Apa yang dipikirkan oleh jiwa berpengaruh pada seluruh anggota tubuh- terlihat pada ekspresi wajah, gerak tubuh, detak jantung, suhu tubuh, proses bernafas dan tekanan darah yang ikut mengganggu fungsi hati, ginjal, limpa, lambung, paru-paru, dll. Jadi dialog negatif dengan jiwa bisa menyebabkan serangan jantung, pusing, tekanan darah tinggi, melemahnya sistem saraf, mlebarnya kekebalan tubuh, hingga kanker. Pikiran negatif bisa membuat degup jantung kencang, tekanan darah meninggi, napas semakin cepat, tubuh gementar, merasa tercekik, berkeringat dingin, dan berbicara terbata-bata.
Jadi dari sejumlah pengalaman yang kita temui, lewati dan kita lakukan sejak kecil (dari bayi) hingga sekarang, semuanya akan tersimpan dalam memori. Pikiran membuat arsip memori dalam akal dan selanjutnya membentuk pribadi kita. Kualitas pribadi kita ditentukan oleh kondisi intelektualitas dan sikap kita. Pikiran kita membentuk diri kita secara langsung seperti bagaimana cita diri, harga diri dan rasa percaya diri. Kemudian, apakah kita sebagai orang yang berkarakter positif atau negatif. Selanjutnya pikiran mempengaruhi kondisi, fisik, perasaan,  jiwa dan kesehatan kita (Ibrahim Elfiky, 2011).

Menjadi Pribadi Magnet
Dalam hidup kita berhubungan dengan banyak orang. Kualitas pribadi mereka juga beragam, mulai dari orang yang kualitas pribadinya biasa- biasa saja hingga orang dengan kualitas pribadi yang penuh pesona. Seseorang yang punya kualitas diri penuh pesona, dia ibarat punya magnet dalam dirinya. Orang-orang selalu ingin mendatanginya- mengunjungi dan mendekat padanya. Jadinya dia bisa disebut “orang berkepribadian magnet-atau magnetic personality”. Menjadi orang dengan pribadi magnetic seharusnya juga menjadi pilihan hidup kita.
Memang dalam hidup ini terdapat banyak pilihan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Tom Corley (2016) mengatakan bahwa kecerdasan, bakat dan ketampanan/ kecantikan adalah anugerah dari Tuhan. Kalau kita pisahkan antara orang-orang sukses dengan orang-orang yang kurang beruntung, maka ini terjadi karena pilihan hidup dan juga kebisan- kebiasan yang berulang kali mereka lakukan. Perbedaan kebiasaan yang kita lakukan akan tejadi setiap detik, menit, hari, dll dan sepanjang waktu hingga ini semua membentuk wajah kita.
            Ya tubuh kita ini adalah kendaraan dan dan ego atau pikiran kita adalah auto driver atau autp pilotnya. Kemana arahnya...ya kita yang menentukan. Setiap kebiasaan akan tersimpan dalam memori kita- dalam otak kita. Jadi otak kita selalu teribat dalam setiap keputusan yang kita lakukan sepanjang hari. Tentu saja kebiasaan itu yang berbentuk baik atau buruk.
            Tom Corley (2016) menghabiskan  waktu selama bertahun-tahun untuk mempelajari tentang kebiasaan orang-orang yang hidup di negara kaya dan juga di negara miskin. Ia melakukan riset- mengajukan pertanyaan pada responden yang hidup di kedua jenis negara ini. Ia kemudian menganalisa. Akhirnya ia memperoleh kesimpulan tentang kebiasaan orang orang dari kedua kelompok negara tersebut. Ia kemudian menulis petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menuntun seseorang yang ingin menjadi orang yang sukses.
            Ada beberapa kebiasaan positif yang dilakukan oleh orang orang kaya/ sukses. Saya memilih beberapa prinsip hidup positif mereka. Poin-poin ini kalau kita miliki inshaAllah akan mampu membentuk pribadi kita menjadi Magnetic Personality, di antaranya sebagai poin-poin berikut:
            - Hidup sedang sedang saja.
            - Mengontrol emosi.
            - Membangun hubungan yang berkualitas
            - Selalu senang beraktivitas.
            - Memiliki tujuan hidup
            - Tidak suka menyerah.
            - Membentengi diri dari pikiran-pikiran negatif.
            - Mengurangi kebiasaan yang jelek
            - Mengenal target target utama.            
1) Hidup sesuai dengan kemampuan.
Live within your means atau hiduplah sesuai dengan jangkauan/kemampuan. Fenomena tiap kali lebaran, banyak orang pada pulang- mudik lebaran. Semenjak infrastruktur- jalur transportasi darat- semakin membaik, banyak yang memutuskan pulang kampung membawa mobil, khusus untuk perhubungan Sumatra dan Jawa.
Kita akan melihat banyak orang berpenampilan serba mewah. Mengendarai mobil bagus, pakaian mahal dan assesories berlapis intan berlian. Kalau sebatas jumpa di jalanan, kita tentu tidak tahu siapa dan bagaimana mereka, apakah mereka telah hidup sesuai dengan standard atau posisi pribadi mereka. 
Usut punya usut, ternyata ada yang pulang kampung mengendarai mobil rental. Mereka bergaya dengan perhiasan yang membalut jari-jari, lengan dan leher dengan logam imitasi yang menyerupai emas 24 karat. Berbelanja dengan gaya hidup yang tidak sesuai dengan income, akhirnya dililit oleh hutang. Problem hidup timbul karena mereka hidup “do not live within your means- hidup/ berpenampilan tidak sesuai dengan jangkauan ekonomi atau keberadaanya.
“Mereka hidup hidup denga norak dan berlebihan. Namun orang sukses yang sejati selalu mengaplikasikan living  within their means.”
Orang-orang sukses sejati- tentu punya kualitas pribadi yang unggul- sering menghindari hidup yang norak dan berlebihan. Mereka punya kebiasaan positif, punya prinsip hidup. Misal untuk finansial, mampu menghemat income sampai 20% perbulan, buat persiapan masa depannya.
Kalau mereka punya income 100%, maka mereka lebih teliti untuk menganggarkan memenuhi kehidupan, seperti: 25% akan digunakan buat keperluan biaya perawatan rumah, 15% untuk keperluan makan. Membatasi anggaran buat tujuan hiburan. Ada orang yang menghabiskan anggaran (income) hanya untuk menonton, main golf, dan berlibur.
Untuk perawatan kendaraan juga 5%. Mereka tidak suka berfoya-foya, malah mereka menggunakan kendaraan hingga betul-betul usang. Mereka memilih menghemat uang untuk tujuan jangka panjang. Mereka juga menghindari kebiasaan berhutang, apalagi sampai mengakumulasi (menumpuk) hutang yang banyak. Mereka tetap melakukan banyak aktivitas untuk mendapatkan tambahan income, yang mana sangat berguna buat ditabung untuk persiapan di hari tua (di masa depan). 
2) Mengontrol emosi.
Ada seorang pemimin pada sebuah instansi. Kinerjanya cukup bagus karena ia punya visi dan juga mengerti cara mewujudkan misinya. Namun sayang ia adalah seorang pemimpin yang sangat emosional. Kalau marah dia tidak hanya “angry-marah” tetapi malah cenderung emosi besar dalam level “fury atau naik pitam”. Dalam keadaan marah besar, wajah, telinga dan matanya menjadi merah dan orang-orang di sekitar satu persatu jadi menghindar. Jadinya banyak orang terdekatnya an juga anak buahnya jadi kehilangan simpati padanya. Akhirnya, ia ibarat pohon kayu yang tinggi yang jadi kering, lapuk, dan tumbang. Benar saja, ia tidak lama bertahan di intansi tersebut akhirnya ia keluar, tersingkir, semua orang terlihat senang dan ia menjadi pemimpin yang selalu dilupakan.
Jadi tidak setiap buah pikiran harus segera diungkapkan ke mulut kita, juga tidak setiap emosi harus kita ekspresikan. Sebab bila kita asal ngomong saja. Kita ngomong hanya berdasarkan buah pikiran yang dangkal maka setelah itu kita akan beresiko untuk melukai perasaan orang. Dalam hidup, ada orang punya mulut longgar. Ngomong seenak hatinya saja. Namun, sebaliknya, bahwa 94% dari orang orang sukses lebih suka memfilter emosi mereka terlebih dahulu. Karena orang yang nggak bisa megontrol emosi, mereka akan beresiko dalam merusak hubungan di tempat kerja dan juga dalam keluarganya.  
Maka kalau ada hal-hal yang terlihat kurang beres, maka berharap kita jangan buru-buru untuk ngomong. Idealnya tenangkan dulu pikiran dan setelah itu temukan waktu yang tepat buat mengungkapkan pikiran dengan lebih objektif. Dari pada kita buru-buru mengumbar emosi. Dengan cara tenang kita akan mampu membangun rasa percaya diri kita.
3) Membangun hubungan yang berkualitas
Membangun hubungan kerja yang berharga sangat berguna buat pelanggan atau klien. Lebih lanjut kita juga perlu buat mengembangkan hubungan yang lebih pribadi dengan orang-orang yang akan mendukung ide dan program yang kita punya.
4) Selalu senang beraktivitas
Orang-orang yang kurang sukses itu karena mereka terbiasa menolak tanggung jawab. Menolak tanggung jawab itu adalah syndromnya mereka. “Wah yang ini bukan tanggung jawab saya dan yang itu bukan urusan saya !!!”
Akhirnya sebagai konsekuensi atas syndrom ini, atasan mereka enggan memberi orang-orang pemalas ini tanggang jawab dan kepercayaan. Kadang- kadang  ada kegiatan (tanggung jawab)  maka akan ada upah atau uang lemburnya. Jadi orang yang suka menolak tanggung jawab rezekinya bisa berkurang. Sementara orang sukses karena sering ikhlas dan senang dengan tanggung jawab, maka rezekinya bertambah dan bertambah selalu.  
5) Memiliki tujuan hidup
Buatlah target dan tujuan hidup. Namun jangan banyak berharap, jadi kita harus “set goal and have no wishes”.Sesungguh yang suka banyak berharap itu hanyalah anak kecil pada orang tuanya. Orangtua yang bijaksana tidak akan memenuhi semua harapan sang anak. Kecuali harapan yang sangat relevan dan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan primer dan sekundernya.
Orang orang yang hanya pandai berharap- ibarat pandai bermimpi di siang bolong. Apalagi kalau malas berusaha maka dia akan sangat mudah dilanda oleh rasa frustasi dan kekecewaan. Untuk positifnya, buatlah target dan berusaha untuk mencapainya. Karena 70% dari orang sukses adalah mereka yang gemar berbuat. Paling kurang mereka memiliki satu tujuan atau target dalam satu waktu. Kemudian mereka melangkah buat mewujudkannya.  
6) Tidak suka menyerah- don’t give up
Jangan pernah kenal kenal dengan kata merah. Don’t give up ! Orang-orang yang sukses adalah mereka yang tidak mengenal dngan kata menyerah. . mereka tetap memiliki prinsip hidup yaitu “selalu fokus, sabar dan selalu tabah”. Andai kata ada kendala maka mereka tidak akan langsung menyerah- berhenti untuk mencapai tujuan. Pada dinding memori mereka telah terpajang ungkapan “don’t give up”.
7) Membentengi diri dari pikiran-pikiran negatif
Sering terjadi orang lebih suka melihat kekurangan diri sendiri. Atau seperti ungkapan bahwa “rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita miliki”.
“Wah saya ingin jadi hebat, jadi pintar, jadi sukses, namun saya tidak punya waktu dan tidak punya kesempatan”.
Ungkapan seperti di atas sangat tidak bagus. Maka dinasehati agar “set aside the self-limiting belief holding you back- bentengilah diri dari barbagai pikiran negatif”. Buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa diri kita tidak berdaya, diri kita tidak mampu, dan diri kita punya keterbatasan untuk menjadi orang yang terbaik.
Di dunia Barat orang-orang yang suka pesimis dan juga kurang percaya diri akan berkata:  “Poor people can’t become rich, rich people have good luck and poor people have bad luck. I am not smart, I can not do anything right. I fail at everything I try”. Ya marilah kita berhenti untuk berkata dan berpikir seperti kalimat di atas, karena 4 dari 5 orang sukses menghubungkan kesuksesan dan mewujudkan kesuksesan tersebut karena bentuk keyakinan positif yang mereka miliki.
“Saya juga bisa berbuat sebagaimana orang lain berbuat. Saya juga bisa maju sebagaimana orang lain bisa maju”. Maka kita perlu mengganti keyakinan atas konsep diri yang negatif menjadi konsep yang positif atas kemampuan diri sendiri.
8) Mengurangi kebiasaan yang jelek
Eliminate “bad luck” from our vocabulary, kepintaran seseorang juga bisa diukur dari jumlah kosakata yang mereka miliki. Dalam mempelajari bahasa asing, seseorang musti punya target penguasaan kosakata. Apa berada pada tingkat beginner, intermediate atau advance. Untuk ukuran, apakah level kosakatanya 3000, 5000, 10000 atau malah lebih. Namun dalam kehidupan ini cobalah miliki kosakata sebanyak mungkin, tetapi eliminir (hapus) kosakata “bad luck atau saya lagi tidak beruntung” dari galeri memori kita.  
Rasa tidak beruntung atau perasaan sial terbentuk dari kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan buruk  yang berkumpul dalam memori akhirnya akan menjadi badai atas pikiran kita sendiri hingga berdampak pada gangguan kesehatan kita, seperti darah tinggi, stroke, stress dan deprssi. Juga bisa menggangu pada keluarga pekerjaan, perkawinan hingga juga bisa menghancurkan prestasi atau bisnis yang telah kita bangun. 
9) Mengenal target target utama.              
Terakhir, bahwa kita perlu mengenal tujuan hidup yang utama. Juga kebiasaan orang sukses dalam hidup, mereka memiliki tujuan utama. Ini merupakan kebiasaan yang sangat penting. Orang yang lagi bergiat untuk menggapai mimpinya berarti mereka lagi melangkah menuju tujuan dan target utama kehidupannya.

Jadi itulah beberapa kebiasaan positif yang dimiliki oleh para orang sukses, dan mereka lakukan secara berulang-ulang hingga mereka bisa memiliki magnetic personality. Pribahasa mengatakan bahwa “alam terbentang jadikan guru”. Maka beberapa poin pengalaman yang telah saya paparkan di atas sangat layak buat kita adopsi dalam melangkah agar kita bisa menjadi orang dengan pribadi magnetik.

Buatlah Dirimu “Menarik” Maka Sukses Segera Datang

Buatlah Dirimu “Menarik” Maka Sukses Segera Datang

Mencari Makna Sukses
Keinginan untuk meraih sukses menjadi impian banyak orang, mulai dari yang berusia muda hingga berusia dewasa. Demikian juga di kalangan remaja. Mereka belajar keras. Mereka sangat yakin bahwa untuk meraih sukses adalah dengan cara banyak belajar. Oleh sebab itu mereka membaca banyak buku, menaklukan berbagai buku teks, berharap ketika diberi UH (ulangan harian) oleh bapa dan ibu guru bisa meraih nilai yang sempurna. Kalau semua nilai banyak yang sempurna maka itu adalah gerbang kesuksesan.
Kalau di sekolah, siswa yang tinggi nilainya dialah yang dikatakan sebagai orang yang sukses. Jadinya andai ada teman-teman yang jago dalam smua bidang akademik, maka mereka berhak memperoleh jempol dari siapa saja, utamanya dari guru dan orangtua, dan juga pengakuan dari teman-teman.
            Dengan demikian parameter sukses di mata remaja adalah kemampuan akademik mereka. Bahwa orang yang sukses itu adalah yang mampu meraih nilai UH yang tinggi, meraih juara OSN (Olimpiade Sains Nasional), yang meraih juara kelas dan lulus dari SMA dengan nilai UN (Ujian Nasional) yang sangat tinggi.
Selanjutnya bahwa  orang yang sukses- kalau bisa jebol di perguruan tinggi favorit di pulau Jawa atau pada jurusan- jurusan favorit di perguruan tinggi negeri yang terkemuka di Indonesia. Jadinya, sekali lagi, begitu banyak remaja yang berjibaku dalam mengejar akademik semata hingga bisa memperoleh kejuaraan dalam suatu perlombaan, prestasi akademik, hingga lulus dengan nilai yang gemilang.
Kriteria sukses ini tidak salah, namun kriteria sukses musti diperluas. Nilai akademik yang tinggi tetap penting untuk digapai. Namun apakah mereka betul- betul bisa meraih sukses dengan mudah  setelah 5 tahun atau 10 tahun kemudian?  
            Mari kita cari makna kata sukses terlebih dahulu. Bahwa sukses itu bentuknya bisa jadi beragam dan berbagai motif yang bisa melandasi keinginan kita. Sukses dalam karir, misalnya,  akan terbentuk berdasarkan nilai yang kita anut. Makna sukses itu dikonstruksi oleh interaksi kita (individu) dengan lingkungan sekitar. Ada yang memandang lulus jadi PNS sebagai ukuran sukses. Juga seseorang yang dagangan ritelnya laris, dapat dikatakan sebagai orang sukses (Nurul Duariyati, 2006). 
Ada sebuah artikel yang bercerita tentang sukses yang ditulis oleh Melisa Stanger (2012). Judul artikelnya “Attractive people are simply more successful”, bahwa orang- orang yang terlihat attraktif (lebih menarik) dan akan lebih mudah dalam  meraih sukses. Dengan arti kata, orang- orang yang terlihat menarik akan lebih cepat mendapatkan pekerjaan dan memperoleh bayaran yang lebih tinggi. 
Orang yang menarik biasanya memperoleh promosi pekerjaan lebih cepat, dibayar lebih mahal dari pada orang-orang yang kurang menarik dan bekerja pada bidang yang sama. Dengan demikian betapa penting menjadi orang yang terlihat menarik, karena mereka yang menarik mampu memperoleh nafkah lebih baik dari pada orang-orang yang penampilannya biasa-biasa saja.
            Daniel Hamermesh (2011) membahas tentang orang yang terlihat “attraktif” akan bisa menjadi lebih sukses. Ia menulis tentang fenomena ini menjadi sebuah buku yang berjudul “Beauty pays: why attractive people are more successful”.
            Kemudian, Melisa Stanger (2012) juga meneliti tentang eksistensi  attraktif (kecantikan/ketampanan) sebagai  faktor signifikan dalam meraih kesuksesan. Terbukti bahwa orang yang menarik mampu memperoleh lebih banyak uang dari perusahaan. Mereka juga memberi kontribusi yang lebih signifikan dalam memajukan perusahaan tempat mereka berkarir. Sehingga mereka dipandang sebagai karyawan yang lebih bernilai dan lebih penting. 
            Dalam pengalaman sosial yang lain bahwa para salesmen yang menjajakan dagangan- secara door to door- ternyata salesmen yang penampilannya lebih menarik lebih laris menjual dagangannya kepada pelanggan. Para pelanggan sendiri lebih suka membeli produk dari para salesmen  yang memiliki wajah yang good looking.
            Dario Maestripieri (2012) menulis tentang “The truth about why beautiful people are more successful- The truth about why beauty pays. Dia mengatakan bahwa orang orang yang memiliki penampilan “good looking” atau menarik  lebih memiliki daya tarik, sehingga banyak orang yang senang untuk berinteraksi dengannya. 
Pelanggan senang menghabiskan banyak waktu untuk ngobrol- melakukan kebersamaaan- dengan orang memiliki pribadi yang menarik. Perusahaan juga akan sering membayar bonus yang lebih pada mereka yang memiliki daya tarik. Tidak sia-sia kalau banyak orang sangat peduli dengan arti sebuah penampilan. Menghabiskan dana ekstra buat perawatan tubuh, hingga mereka bisa tampil lebih menarik. 
            Daniel Hamermesh (2011)  selanjutnya mengatakan bahwa faktor good looking bukan hanya sebagai faktor utama mengapa seseorang punya daya tarik. Namun faktor karakter (karakter positif) seperti keberanian, sopan santun, ramah tamah, dll, juga membentuk seseorang jadi attraktif.
Kecantikan dan ketampanan seseorang dapat memantulkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri adalah bagian dari prilaku. Orang- orang yang memiliki penampilan good looking atau menarik akan punya rasa percaya diri, dan selanjutnya mereka juga akan punya rasa harga diri mereka (self esteem) yang lebih tinggi. Jadinya mereka menjadi orang yang disenangi dan lebih mudah diterima oleh banyak kalangan.

Riset Tentang Kecantikan/Ketampanan
            Riset tentang daya tarik (attraktif) dan dampaknya juga telah dilakukan oleh Sean N. Talamas, dan temannya (2009). Judul laporan risetnya :Blinded by Beauty: Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of Academic Performance. Pribahasa lama mengatakan bahwa “not to judge a book by its cover- jangan menilai sebuah buku hanya dari covernya.” Bahwa wajah seseorang sering memberikan kesan pertama, dan kesan ini selanjutnya berpengaruh dalam membuat keputusan.
Sebenarnya faktor kesehatan dan kecerdasan seseorang musti lebih utama sebagai penentu dalam menilai seseorang. Namun lagi-lagi faktor daya tarik- faktor wajah yang menarik (attraktif) memberi bias-membuat seseorang selalu bersifat memihak menilai penghargaan dan penilaian yang lebih pada orang gagah atau orang yang cantik.
Daya tarik juga mempengaruhi dalam penilaian akademik. Bahwa remaja (siswa atau mahasiswa)  yang menarik penampilannya cenderung memperoleh nilai kompensasi- nilai yang lebih tinggi dari dosen dan teman-temannya. Sean N, dkk (2009) membatasi studi tentang bagaimana penampilan wajah mempengaruhi keunggulan seseorang dalam melakukan wawancara.
Georgia Soares (2013) juga menemukan bahwa orang-orang yang wajahnya kurang terawat- bernoda, jerawatan, ada goresan luka dan komedo-ini semua bisa mempengaruhi kualitas wawancara dan penurunan kuaitas rasa percaya diri. Dia mengatakan:
When looking at another person during a conversation, your attention is naturally directed in a triangular pattern around the eyes and mouth. The more the interviewers attended to stigmatized features on the face, the less they remembered about the candidate's interview content.”
Bila anda sedang melihat seseorang saat melakukan wawancara, perhatian anda secara tak sengaja akan terfokus pada wilayah segi-tiga di sekitar dua-mata dan mulut.  Kalau anda memperhatikan ada titik noda pada wajah objek (orang yang sedang diwawancarai) dan anda lebih fokus pada noda tersebut maka anda akan kurang memperhatikan kualitas pernyataan yang diberikan.
Ada kesan bahwa orang yang ditanya (sedang diwawancarai) akan kehilangan daya tarik, sehingga banyak informasi penting yang ada pada mereka akan kurang tergali. Dengan arti kata orang yang memiliki noda pada wajah bisa kehilangan momen dalam memberi pernyataan yang meyakinkan anda.
Sebaliknya orang yang wajahnya gagah atau menarik. Hal ini akan mendatangkan rasa percaya diri dan kharisma tersendiri.  Dikatakan bahwa orang-orang yang daya punya daya tarik akan punya keuntungan yang lebih besar dalam masyarakat  dibandingkan orang- orang yang kurang menarik. Sebenarnya itu bukan efek dari “prasangka atau prejudiced” namun itu sebagai respon biologi manusia atas daya tarik yang ada pada seseorang.
Sehubungan dengan uraian di atas tentang kesuksesan dalam belajar, bekerja, dan faktor noda pada wajah yang merusak daya tarik penampilan. Saya juga teringat pada pengalaman sendiri. Bahwa ada teman masa remaja saya yang sangat rajin dan disiplin dalam belajar sehingga setiap dia ujian, dia mampu meraih nilai ujian yang lebih tinggi. Dalam ujian harian, ujian tengah semester, dan ujian kenaikan kelas, dia juga mampu meraih angka- angka yang fantastis. Sehingga pada rapornya tertera nilai-nilai yang mengagumkan. Bagaimana reaksi teman- teman kepadanya?
            Sebagian merasa kagum pada kemampuan akademiknya dan yang lain merasa biasa-biasa saja, apalagi melihat performance-nya yang juga sedikit kaku, kurang ramah, kurang suka berkomunikasi sehingga banyak orang yang kurang tertarik buat ngobrol dengannya.
“Karena dia sendiri juga kurang peduli dengan penampilannya. Dia membiarkan wajahnya kurang terawat sehingga membuat lawan jenis juga malas banyak ngobrol dengannya atau ngobrol hanya sebatas basa-basi saja”.
            Sehubungan dengan judul tulisan ini, yaitu buatlah dirimu “attraktif atau lebih menarik” agar sukses segera datang. Daya tarik atau attraktif memang sangat dipengaruhi oleh faktor good looking-wajah yang tampan atau wajah yang cantik. Namun itu semua merupakan anugerah dari Tuhan (Allah Swt). Daniel Hamermesh (2011) juga menambahkan bahwa bagi mereka yang memiliki faktor wajah yang kurang beruntung, tentu akan juga bisa membuat keberuntungan yang lebih. Mereka masih memiliki tempat- tempat lain untuk mewujudkan kesuksesan mereka.
            “Jangan mencari pekerjaan dimana faktor wajah menjadi penentu keberhasilan. Maka jangan putuskan untuk menjadi pembawa acara di TV, namun bisa bekerja sebagai penyiar radio. Jangan menjadi aktor film, namun carilah tempat pekerjaan yang anda senangi dimana wajah bukan sebagai faktor penentu yang utama,” demikian nasehat Daniel Hamermesh (2011).

Daya Tarik Bisa Datang Dari Kualitas Kepribadian
            Apakah “daya tarik atau attraktif” hanya ditentukan oleh faktor keberuntungan secara biologi, yaitu bentuk wajah yang cantik atau tampan dan tubuh yang bagus? Tentu tidak dan tidak mutlak demikian.
Daya tarik seseorang juga bisa datang dari kualitas pribadinya. Saya pernah membaca artikel pada sebuah majalah tentang Sri Owen. Sri Owen (2008) dalam journal dan weblognya menulis tentang dirinya- Something About Myself.” Dia lahir di Padang Panjang- Sumatera Barat. Pada masa kecil ia sangat senang melihat neneknya memasak di dapur. Kehidupan Sri di Sumatra Barat tidak berlangsung lama, kedua orangtuanya pindah ke Jawa,dan menetap di Magelang.
Ia menyelesaikan pendidikan SMA di Magelang, kemudian melanjutkan studi di Universitas Gajah Mada, jurusan Bahasa Inggris.  Dia menyukai Bahasa Inggris karena bercita-cita melanjutkan studi dan jalan-jalan ke luar negeri. Saat tinggal di Yogyakarta Sri sering menjadi interpreter (penerjemah) untuk tamu VIP. Dia sering ikut kegiatan membaca puisi dan drama buat disiarkan oleh radio di Yogyakarta. 
Sri berjumpa dan berkenalan dengan Roger Anthony Owen,  seorang dosen muda berkebangsaan Inggris yang mengajar Sejarah di UGM. Roger adalah pemuda Inggris yang bertumbuh tinggi dan wajah tampan. Sementara Sri adalah wanita Sumatra Barat (Indonesia). Kecantikan wajahnya  biasa- biasa saja. Namun lambat laun Roger Anthony Owen jatuh cinta pada Sri. Mengapa itu bisa terjadi?
Daya tarik Sri bukan terletak pada fisiknya. Kecantikan yang dimiliki oleh Sri bukan semata-mata ditentukan oleh faktor wajah. Pribadi Sri yang menarik, wawasannya yang luas dan daya tarik dari dalam diri Sri membuatnya punya pesona tersendiri di mata Roger Anthony Owen. Hingga akhirnya  Roger  bersimpati, jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah dengan Sri. Setelah menikah nama Sri lebih akrab disapa dengan “Sri Owen”.
Mereka berdua kemudian pindah ke London. Sri  mendapatkan pekerjaan di BBC di bagian siaran Indonesia sebagai penyiar, produser dan penerjemah. Ternyata Sri Owen juga punya talenta dalam bidang kuliner, khususnya masakan Padang dan masakan Indonesia. Urusan masak-memasak inilah yang kemudian membawa Sri Owen menjadi seorang penulis masakan Indonesia. Dia punya obsesi untuk menulis tentang masakan Indonesia. Suaminya, Roger, sangat mendukung. Sri dan suaminya juga sering masak bareng dan menjamu teman-teman untuk memperkenalkan masakan Indonesia di rumahnya yang sederhana.
Kesuksesan utama Sri Owen, selain punya banyak teman di dunia, juga karena bakat kuliner yang didukung oleh kemampuan jurnalistik dan menulisnya. Buku masakannya yang berjudul “The Home Book of Indonesian Cookery”, sangat populer dan laris manis. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul “Die Indonesiche Kuche.”
Selain menulis buku mengenai masakan, Sri Owen juga aktif mengisi demonstrasi masakan di sejumlah acara, diantaranya pernah tampil di ABC Channel dan sejumlah televisi di Inggris lainnya serta MTV Helsinki. Sri Owen juga tercatat sebagai anggota Guild of Food Writer, London dan IACP (International Association of Culinary Professional) USA serta Society of Author London.
Bagaimana implikasi dari judul artikel ini? Bahwa orang dengan penampilan yang menarik akan lebih mudah buat meraih sukses. Ternyata daya tarik seseorang tidak selalu tergantung dari kondisi fisik, seperti bentuk wajah. Namun kualitas kepribadian juga menjadi faktor yang berpengaruh. Sebagaimana yang dimiliki oleh Sri Owen, wawasannya yang luas, kemampuan berkomunikasi, tatakrama, dan kecakapan hidup, semua membuat pribadinya terlihat penuh pesona.
Jadi wajah yang hanya sebatas  good looking, yaitu cantik atau ganteng, belum bisa memberikan jaminan bahwa seseorang punya daya tarik bagi orang lain. Lebih lanjut mari kita miliki kemampuan berkomunikasi, keterampilan dalam beradaptasi, bergaul, mengambil keputusan, bersimpati dan kemampuan sosial lainnya.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...