Suasana Kerja Seharusnya Selalu “Fun”
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Bekereja adalah kebutuhan manusia dan lingkungan tempat bekerja bisa jadi di rumah, di sekolah, di kantor, di pabrik, di perbankan, di lembaga swasta, dan lain-lain. Suasana di tempat kerja bisa menyenangkan dan juga bisa membosankan. Suasana di tempat kerja bisa jadi membosankan gara-gara karakter yang kaku tumbuh pesat. Karakter ini bisa membuat banyak orang menjadi stress dan pekerjaan terasa beban yang berat. “Apakah pekerjaan terasa sebagai beban hidup ?,...wah ini tidak perlu”. Suasana begini terjadi karena kita terjebak dalam suasana kaku, beku dan juga suka “jaga imej” alias mahal senyum. Karakter ini selalu kita pelihara sepanjang hari di tempat kerja.
Kegembiraan dalam bahasa Inggris adalah “fun”. Kegembiraan di tempat kita bekerja dan juga di tempat belajar, seharusnya menjadi trend yang baru. Banyak orang makin menyadari manfaat atas kata “fun” ini. Di beberapa tempat bisnis (pendidikan berkualitas, tempat bermain, perdagangan) banyak orang memajang kata “fun atau kegembiraan” sebagai daya terhadap pelanggan, ya karena di sana betul-betul ada pelayanan dengan aktivitas yang menyenangkan.
Kegembiraan di tempat kerja merupakan satu-satunya ciri penting dari organisasi dan sekolah yang terkenal kesuksesannya. Banyak orang dapat melihat dan merasakan hubungan langsung antara kegembiraan di tempat kerja dengan kreatifitas mereka. Untuk dunia pendidikan adalah kegembiraan siswa dengan hasil belajar mereka. Tempat kerja yang menyenangkan akan membuat seseorang bisa jadi produktif, bersemangat dan merasa puas. Mereka juga mempunyai rasa memiliki, rasa dilayani atau rasa melayani yang tulus.
“Fun” tidak hanya harus dilakukan oleh seseorang tapi juga oleh perusahaan. Sebuah perusahaan bisa sukses karena telah menjandikan kegembiraan (fun) sebagai bagian dari budaya perusahaan. Kegembirran telah menjadi strategi organisasi untuk mencapai hasil yang luar biasa di tempat kerja tersebut, mulai dari sesi pelatihan, rapat, hingga praktik perekrutan semuanya penuh dengan suasana “fun”.
Kalau begitu kegembiraan adalah elemen penting dalam kelangsungan hidup. Namun mengapa kita sering melupakannya dan menyisihkasnnya dari kehidupan kita. Gara-gara suasana kegembiraan kita buang atau kita jauhkan dari hidup maka ketegangan bisa timbul dalam jiwa kita. Diperkirakan bahwa awal dari munculnya gangguan jiwa adalah karena hilangnya perasaan senang dalam hidup ini. Coba amati, pasti teman-teman kita yang lagi stress atau depresi terjadi karena suasana “fun” sudah jauh dari mereka.
Sebenarnya suasana fun atau kegembiraan dapat kita ekspresikan dalam bentuk humor. Ya, bahwa humor bisa membantu seseorang dalam melewati krisis dan perubahan dalam hidup. Kegembiraan mampu membantu kita untuk mengendurkan ketegangan dalam fikiran. Dengan kata lain bahwa kegembiraan (mungkin dalam bentuk humor) dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghadapi stress.
Orang-orang yang mampu mengintegrasikan kegembiraan ke dalam pekerjaan akan membuat mereka betah berada di tempat kerja. Siswa yang bergembira di kelas akan betah berada di sekolah. Kegembiraan yang diciptakan di tempat kerja (begitu juga untuk di sekolah) akan menular satu sama lain.
Umumnya fokus kegiatan yang kita lakukan dalam lingkungan tempat kerja meliputi kegiatan berkomunikasi, memberikan pelatihan, dan mengikuti rapat. Hemasth dan Yerkes (1997) mengatakan bahwa seharusnya setiap orang tidak perlu berpenampilan serius saat bekerja, tetapi cobalah untuk tertawa. Komunikasi mereka (kita) tidak perlu kaku, namun kita juga boleh membuat lelucon atau guyon. Kemudian bila kita memberikan pelatihan, maka kita tidak perlu berbelit-belit/ bertele-tele. Idealnya kita musti mempelajari saja hal- hal yang fundamental/ penting. Selanjutnya dalam rapat maka setiap individu perlu memperoleh penghargaan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip bagaimana kita bisa “fun” dalam bekerja agar selalu enjoy dalam bekerja dan jauh dari suasana stress dan rasa bosan.
1). Sempatkan tertawa/ tersenyum saat bekerja. Siapa saja dapat menciptakan tempat kerja yang menyenangkan karena suasana menyenangkan berpengaruh positif pada produktifitas. Untuk meng-update lingkungan kerja dengan semangat yang penuh gembira maka kita harus menghargai kegembiraan sebagai hal penting. Kita harus yakin bahwa kegembiraan itu sangat essential. Jika kita ingin kegembiraan meresap ke dalam budaya kerja maka kita musti memulainya dengan diri sendiri, yaitu berusahalah untuk ceria.
Sebuah lingkungan kerja yang mendorong tumbuhnya suasana “fun” atau kegembiraan bisa ditandai oleh adanya energi positif. Di lingkungan ini musti ada penghargaan diri yang tinggi, dan semangat kerja sama- atau kerja kelompok. Untuk dapat melatih setiap orang agar dapat melakukan apa saja, maka terlebih dahulu kita harus memiliki motivasi. Suasana “fun” sendiri bisa meningkatkan motivasai. Kalau pekerjaan dan lingkungan kerja sudah menyenangkan maka hasilnya akan lebih baik.
Suasana kerja yang terlalu serius dapat mematikan semangat kerja. Banyak orang di tempat kerja yang terlihat serius, akibatnya kita dan juga setiap orang yang berada di dalamnya bisa menjadi stress. Orang yang bekerja dalam keadaan stress maka sifat kreatifnya akan rusak. Siswa yang belajar dalam keadaan stress juga tidak akan begitu kreatif. Di tempat kerja yang serius, maka humor dan keceriaan adalah hal yang langka. Padahal humor itu sendiri bisa akan memudahkan hubungan antar manusia. Humor dan lelucon yang tidak menyakitkan hati seseorang dapat menciptakan kegembiraan bagi kita dan teman di tempat kerja. Selanjutnya suasana yang humoris dan suasana ceria membuat setiap orang bisa beraktivitas tanpa ada rasa takut.
Dari pengalaman di dunia pendidikan terlihat bahwa guru yang memiliki rasa humor akan bekerja (mengajar) lebih baik daripada guru yang kurang memiliki rasa humor. Guru yang punya rasa humor akan menikmati pekerjaan/ profesinya. Seorang siswa yang berkarakter “serius dan gampang mendongkol” akan bekerja dengan suasana hati yang kurang enjoy dan hasil belajarnya juga akan nihil.
Adalah fenomena dalam masyarakat kita bahwa kehadiran anak anak dan bayi umumnya disambut gembira oleh anggota keluarga. Kedatangan anak-anak ke Play Group, TK dan PAUD juga disambut gembira guru pengasuh dan pembina. Para pedagang juga menyambut kedatangan pembeli. Namun tidak demikian halnya dengan kedatangan dan kehadiran siswa di SD, SMP, SMA/MA dan SMK. Mereka tidak lagi memperoleh perlakuan khusus. Kecuali pada beberapa sekolah yang menerapkan pelayanan unggul, “memberikan senyum, keramahan dan suasana yang menyenangkan”, hingga semua siswa akhirnya menjadi betah berada di sekolah. Idealnya suasana penyambutan siswa dan anak harus dihidupkan lagi. “Sambutlah kedatangan anak ke rumah, ke datangan siswa ke sekolah, ke datangan klien ke tempat bisnis” niscaya mereka merasa betah dan mereka menjadi kreatif.
2). Musik, selain suasana humoris, dan bercanda, menghidupkan musik juga bisa mendatangkan suasana gembira. Musik adalah bahan bakar yang bisa mendatangkan suasana “fun” atau kegembiraan. Penulis masih ingat bahwa ada seorang teman yang bekerja di percetakan. Ia selalu mendengar/ memutar musik yang ia sukai, maka produktivitasnya jadi meningkat “kalau tidak pakai musik aku merasa bosan dan mengantuk di ruangan ini”. Karyawan yang mendengarkan musik di tempat kerja akan merasa lebih antusias dan lebih santai. Hal yang kontra, penulis pernah mengajar pada sebuah sekolah berasrama (boarding school). Kebijakan di sana bahwa para siswa dilarang memutar music karena dianggap mengganggu belajar, namun akibatnya siswa menjadi agressif, bosan dan satu demi satu pindah dari boarding school ke sekolah lain. Kini sekolah tersebut selalu kekurangan murid sepanjang tahun, malah terancam akan gulung tikar.
3). Komunikasi adalah kunci dari kelangsungan aktifitas di tempat kerja. Komunikasi sebaiknya juga diekspresikan dengan suasana riang gembira. Mengapa banyak tempat kerja suasana komunikasainya serba serius, miskin bercanda dan tertawa? Yak arena banyak orang beranggapan bahwa bekerja itu harus serius dan bercanda itu dianggap bermain-main. “Tidak ada waktu, tidak cukup dan tidak akurat suasananya...!” Keluhan itulah yang paling sering didengar ketika seseorang membicarakan proses komunikasai di tempat kerja. Akhirnya orang suka menutup diri. Menutup diri berarti tidak lancer berkomunikasi dan memperoleh informasi. Kurangnya informasi bisa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan dalam mengambil keputusan, negosiasi dan hubungan social.
Seorang karyawan yang tidak memperoleh informasi tentu tidak akan bertanggung jawab secara penuh “Wah aku tidak diberitahu dan aku tidak mau bertanggung jawab”. Informasi adalah kekuatan- information is power. Tempat kerja (begitu juga dengan lingkungan sekolah dan rumah) yang sehat emosinya harus kaya dengan informasi. Model pendekatan terbuka sangat tepat untuk meningkatkan keterlibatan dan pengayaan informasi pada anggota (juga terhadap karyawan dan siswa).
Informasi di tempat kerja perlu disampaikan dengan cara yang tepat dan dengan kepekaan. Jika suasana komuniksasi sangat menyenangkan dan mengesankan maka kita akan memperoleh perhatian dari orang yang diajak dalam berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan kunci penting untuk meraih keberhasilan dalam aktifitas di tempat kerja.
Bila kegembiraan telah menjadi budaya kita, maka kita (dan banyak orang) akan lebih santai dan terbuka untuk memikirkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Sebuah senyuman akan berpengaruh positif pada suara kita. Orang biasanya akan merespon kita lebih baik jika kita tersenyum saat berbicara dengan mereka. Kalau kita perhatikan fenomena di zaman phone mobile ini bahwa orang tidak hanya tersenyum saat berbicara langsung, namun saat menelpon orang juga tersenyum dengan partner yang tidak terlihat yang jaraknya mungkin puluhan kilometre.
Orang yang suka jaim (jaga imej- istilah anak muda sekarang untuk orang yang mahal senyum) mungkin sering komunikasai mereka tidak lancar. Padahal dalam memuluskan komunikasai, senyum bisa menjadi kunci keberhasailan atas aktifitas mereka. Komunikasi yang buruk akan bisa menciptakan kerumitan dan kebingungan. Orang yang berbahagia adalah orang yang memperhatikan kualitas komunikasi- menciptakan suasana kegembiraan dan mengurangi konflik, hingga akhirnya setiap orang akan merasa puas.
4) kegembiraan dalam Pelatihan dan rapat. Pelatihan dan rapat adalah dua bentuk kegiatan yang selalu ada di tempat kerja. Idealnya pelatihan jangan bertele-tele, tetapi harus menyentuh hal-hal yang fundamental (hal yang mendasar). Sering suasana rapat sangat membosankan. Yang berbicara adalah orang yang berbakat ngobrol dan sisanya menjadi pendengar atau menjadi pelengkap saja, dimana mereka tiap saat selalu melihat putaran jam dan berharap agar rapat segera berakhir.
Rapat itu idealnya harus bersuasana gembira. Bayangkan, biaya rapat itu kadang-kadang cukup mahal. “Ya ada biaya transport, biaya konsumsi, biaya key noter-speaker”. Namun apakah ada hasil sepadan yang diperoleh ? Apalagi kalau rapat diwarnai oleh pemimpin yang killer atau yang pemarah. Seharusnya suasana rapat juga harus gembira, karena gembira bisa menjadi katalis untuk sebuah rapat yang efektif. Kegembiraan dan humor juga dapat digunakan dengan tepat. Ini dapat mengurangi ketegangan dalam rapat dan menciptakan suasana yang mendorong terciptanya dialog yang terbuka, adanya keberanian untuk mengungkapkan opini dan keterbukaan pemikiran.
Dalam rapat dan dalam berkomunikasi sangat mutlak diselipkan unsure penghargaan. Karena penghargaan adalah alat manajemen yang paling efektif dalam mengurus sosial, namun kita (dan banyak orang) kadangkala kurang memanfaatkannya. “Semua orang ingin penghargaan, bukan ?”.
Ya, semua orang butuh penghargaan. Kita tahu bahwa saat menghargai orang maka mari kita bumbui dengan kegembiraan (dengan senyum), agar suasananya jadi lebih hidup dan akan selalu dikenang orang. Kalau ada orang yang berfikir bahwa keseriusan adalah milik orang dewasa, orang yang senang bercanda dianggap “ke kanak-kanakan”. Kalau boleh kita tidak seperti demikian. Karena orang dewasa yang berkarakter serba serius akan mudah jadi tegang dan stress. Oleh sebab itu, sekarang mari kita berfikir bahwa suasana “fun” (bergembiraan dan bercanda) juga harus dilakukan oleh orang dewasa saat bekerja, ini perlu dilakukan agar suasana di tempat kerja selalu menyenangkan.
Catatan: Hemsath, Dave dan Leslie Yerkes. 1997. 3001 Cara Agar Fun Di Tempat Kerja. Jakarta: Erlangga.
I am MARJOHAN USMAN, the teacher at Senior High School. I like to meet many people and I like travelling. I love teaching and I love the world of kids. I have email : marjohanusman@yahoo.com and my youtube channel is: https://www.youtube.com/results?search_query=marjohan+usman
Selasa, 23 November 2010
Selasa, 16 November 2010
Prestasi Besar Butuh Karakter Yang Hebat
Prestasi Besar Butuh Karakter Yang Hebat
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Ternyata orang-orang hebat tidak hanyak datang dari benua Eropa atau Amerika, atau tidak hanya datang dari Jepang atau Australia , namun juga bisa berasal dari Indonesia . Barangkali orang hebat tersebut bisa jadi kita sendiri. Markis Kido dan Hendra Setiawan (Bobo, tahun XXXVI, 11 September 2008) misalnya adalah dua tokoh berusia sangat muda berasal dari Indonesia . Mereka begitu kompak meraih medali emas pada olimpiade Beijing melalui olah raga bulu tangkis.
Untuk mampu meraih prestasi hebat, apalagi untuk tingkat dunia, tentu tidaklah mudah. Semua harus melalui perjuangan yang berat dan hebat. Mereka harus melewati hadangan permainan dunia yang lain, yang juga sangat hebat dan tidak terkalahkan. Bagi Markis Kido dan Hendra Setiawan, saat meraih juara dunia, usia mereka barus berkisar 23 dan 24 tahun. Tentu titik awal sukses pada usia tersebut telah mereka rintis sejak dini. Mungkin pada masa anak-anak atau pada masa remaja- yaitu usia belajar di SD atau di SMP. Di mana pada masa anak-anak lain banyak bermanja-manja atau berhura-hura, mereka tekun merintis mimpi mereka. Yaitu berlatih dengan tingkat porsi belajar/ berlatih/ berkarya yang juga hebat untuk menuju prestasi yang besar.
Dalam kenyataan bahwa orang Indonesia juga mampu meraih juara dunia dalam usia yang relatif muda. Gita Gutawa yang saat itu berusia 14 tahun (Nurhayati, 2008: 2-3) mengikuti festival music pada Nile Song Festival yang berlangsung di Cairo mampu mendapat penghargaan Grand Prix winner- penghargaan tertinggi. Ia juga mendapatkan predikat terbaik dari seluruh kelompok peserta hingga meraih juara umum. Ini merupakan seleksi dari 85 negara. Tim juri juga mengatakan bahwa mereka belum pernah menemukan penyanyi usia remaja yang berkualitas seperti Gita.
Prestasi besar yang ia peroleh sebagai juara dunia bukan terjadi secara kebetulan. Prestasi tersebut diraih bukan secara instant- “sekarang berlatih, besok juara”- atau prestasi yang ia peroleh juga tidak jatuh dari langit. Namun ia peroleh melalui serangkaian persiapan dan proses yang hebat.
Dunia musik bukanlah hal yang baru bagi Gita. Sejak kecil ia hidup dalam lingkungan pemusik. Faktor lingkungan sangat menentukan keberhasilan bagi seseorang. Ketika duduk di kelas 2 Sekolah Dasar , ia sudah mulai belajar bermain piano klasik. Ia juga memperkuat ilmu musiknya dengan mempelajari music jazz, bahkan melengkapi dengan mengikuti privat piano dan gitar. Dukungan orang tua juga menentukan. sejak kecil orang tuanya menanamkan sistem belajar yang mandiri dan bekerja juga mandiri. Ia bukan tipe anak manja.
Tulisan ini tidak terfokus tentang juara dunia asal Indonesia , tetapi tentang bagaimana seseorang bisa meraih prestasi level dunia. Ada artikel yang membahas tentang karakter yang perlu dimiliki bila seseorang ingin berprestasi yang hebat- ya seperti prestasi untuk level dunia (http://arifperdana.wordpress.com). Artikel tersebut menjelaskan bahwa tokoh olah raga yang ngetop di tahun 1970-an dan 1980-an, yaitu Muhammad Ali, adalah jago tinju sejati sedunia. Itu karena ia berkali-kali menang adu tinju kelas dunia. Kemudian Joe Girad adalah jago jual sedunia- world class achiever- karena selama 12 tahun berturut turut ia berhasil menjual puluhan ribu mobil sedunia.
Ia juga tokoh hebat, namun dalam dunia bisnis, yang bisa disejajarkan dengan Rudy Hartono (pemain bulu tangkis), Karpov (jago catur), Pele (jago sepak bola). Pengalaman Joe Girad menjadi jago dunia tentu karena ia memiliki karakter hebat. Karakter hebat ini mungkin bagus untuk disadur.
Paling kurang ada sepuluh karakter hebat atau karakter positif yang dimiliki oleh seseorang yang berprestasi hebat tersebut. Karakter tersebut adalah seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.
Siapa saja bisa berhasil apalagi sampai pada level dunia. Untuk itu ada beberapa kebiasaan negative yang perlu diusir yaitu mengatasi rasa malas, rasa takut, keterbatasan pengetahuan, dan keterbatasan relasi dengan manusia lain. Bahwa adakalanya orang yang berprestasi level dunia tidak lulus SMA dan bearasal dari keluarga yang miskin. Namun mereka punya tekad atau motivasi untuk berhasil dan berjuang untuk melawan kelemahan diri dengan mencari banyak pengalaman. .
Untuk meraih sukses ternyata perlu mimpi atau visi. Visi tentu mempunyai manfaat. Manfaat terbesar dari visi adalah untuk memberi arah dan tuntutan. Dengan demikian upaya dan kegiatan menjadi efektif dan sekaligus juga efissien. Orang yang tidak punya visi tentu akan gampang teralihkan dan kemudian terombang ambing. Sebahagian remaja sekarang ada yang belum punya visi, sehingga mereka bingung tentang aktivitas apa yang akan mereka tekuni di masa depan. Kalau demikian bahwa visi sangat perlu untuk dimiliki.
Menjadi orang yang sukses, apalagi untuk level dunia, musti memiliki karakter tekun dan tabah. Bayangkan andai Zidane tiba-tiba malas berlatih bola kaki atau Lance Amstrong malas latihan balap, mereka tentu tidak akan jadi juara dunia. Bertekun dalam mengerjakan sesuatu tentu memerlukan pengorbanan. World class achiever sangat memahami arti ketekunan ini. Menunda sebuah pekerjaan yang penting demi nonton filem adalah contoh ketidak tekunan.
Kemudian mereka juga perlu memiliki fikiran positif. Fikiran positif adalah sikap dasar yang harus dipertahankan. Sikap positif tentu berasal dari fikiran yang positif. Mereka perlu berfikir bahwa bekerja itu sehat, kejujuran adalah modal hidup, komitmen sangat diperlukan dalam kerja, kerjasama dan ketabahan sangat penting dan juga perlu memiliki sikap pemaaf. Poin-poin yang kita sebutkan tadi adalah bagian dari karakter positif untuk memperkuat pikiran positif. Selalu berfikir positif dapat menyehatkan jiwa menjadi pribadi yang positif.
Para jago dunia dan orang-orang sukses selalu bersemangat dan antusias. Antusias sendiri berarti “kegairahan, semangat yang besar dan kegembiraan yang besar (Echols dan Shadilly, 2006). Gaya bersemangat dan antusia dari Joe Girard terlihat saat ia memberikan seminar. Ia berlari, melompat dan berteriak. Suaranya melengking, bergetar dan membahana. Lain kali suaranya mengecil dan berbisik sambil menangis. Ia berbicara dengan hati dan emosinya. Tentu saja tiap orang punya karakter antusias dan semangat yang berbeda. Namun paparan karakter tadi adalah deskripsi emosi antusia dari Joe Girard.
Jago dunia yang bergerak dalam bidang bisnis, seperti pemiliki merek dagang Philip, Samsung, Carrefour, Pizaa Hut, dan lain-lain mutlak perlu berhubungan dengan banyak orang. Semakin maju bisnis mereka maka semakin banyak mereka harus berhubungan dengan orang lain. Pemilik merek dagang yang kita sebutkan tadi tentu telah melayani puluhan atau ratusan juta orang di dunia. Dapat ditebak bahwa kunci sukses mereka dalam bisnis karena mampu menangi kebutuhan manusia. Tentu mereka harus mengiklan diri dan menjumpai banyak orang, mendengar keluhan dan memperkecil keluhan tadi. Prinsip human relation mereka adalah mereka menyukai orang dengan sungguh-sungguh. – love customers honestly, genuinely and sincerely.
Jangan biarkan otak ngawur atau blank. Karena sukses level dunia harus kreatif otaknya. Menjadi jago dunia tentu dambaan banyak orang. Untuk itu mereka musti punya energi, semangat, antusias, keterampilan dan percaya diri yang gede. Bila ini sudah dimiliki namun belum punya strategi maka akan sia-sia. Strategi adalah tugasnya otak yang kreatif atau kognitif yang kreartif. Ide-ide yang baru berasal dari otak yang kreatif- yang kaya dengan imajinasi. Otak yang kreatif tidak mutlak monopoli dari pendidikan formal atau dari universitas. Otak yang kreatif tergantung kepada pemilik otak tersebut dalam merawat dan menumbuhkan kembangkan kekuatan imajinasi dan keberanian.
Juga perlu diingat bahwa kejujuran adalah kunci suskses. Ada orang yang beranggapan bahwa kejujuran itu tidak penting, namun begitu seseorang tahu bahwa ia telah dibohongi maka pelaku kecurangan (orang yang tidak jujur tadi akan ditinggalkan). Kejujuran adalah landasan kepercayaan dan kepercayaan adalah basis dari hubungan baik. Selanjutnya hubungan baik sarana dalam berbisnis. Maka kalau ingin berbisnis yang selalu langgeng maka kita perlu berlaku jujur pada pelanggan.
Ada pribahasa berbunyi : hewan diikat dengan tali dan manusia diikat dengan kata. Manusia diikat dengan kata berarti bahwa kata-kata sebagai alat berkomunikasi itu sangat penting. Menjadi sukses untuk level apa saja- apalagi untuk level nasional dan level dunia maka perlu memiliki kemampuan berkomunikasi. Orang yang ingin sukses tidak perlu pasif dalam berkomunikasi- dengan arti kata harus mampu berkomunikasi. Musti aktif bertanya, aktif menyapa, aktif memuji, aktif mensugesti dan aktif mendengar akhirnya kita terbawa aktif. Tidak hanya menggunakan mulut, tapi juga bahasa tubuh, mata, tangan dan senyuman. Pokonya musti menjadi orang yang aktif, positif dan dinamis dalam berkomunikasi. Rasa takut dan jarak antar manusia tidak perlu ada dalam berkomunikasi. Namun yang perlu ada adalah suasana fun- menyenangkan- ada rasa menerima, menyenangi dan mendengar dengan siapa kita berkomunikasi. Kalau begitu orang jago musti pintar mengkomunikasikan isi hati dan isi fikiran kepada teman bicaranya.
Terakhir bahwa orang yang ingin menjadi jago atau suksesd perlu mempunyai karakter konsisten. Kalau aktif dalam bidang bisnis dan berhubungan dengan orang banyak maka mereka harus bersikap ramah, baik, melayani, menolong, memberi perhatian, menghormati dan berusaha memuaskan klien. Tentang hal ini sudah diketahui oleh banyak orang. Tapi mereka hanya sebatas tahu saja- idealnya menerapkan secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Ya benar bahwa untuk meraih prestasi hebat maka dibutuhkan persiapan besar. Orang hebat tidak mutlak monopoli dari benua Eropa dan Amerika, atau juga bukan monopoli Negara maju atau lembaga pendidikan yang maju. Siapa saja bisa jadi jago atau sukses. Untuk menjadi jago maka perlu persiapan, latihan dan proses usaha yang posrsinya cukup besar. Mereka perlu lingkungan kondusif- yang memberikan rangsangan dan tantangan serta dukungan dari guru dan orang tua. Selanjutnya mereka perlu memiliki karakter dan sikap positif seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.
Catatan: 1) Echols, John M dan Hassan Shadily .(2006). Kamus Inggris Indonesia . Jakarta : Pt Gramedia, 2) Nurhayati Tafsir (2008). Meniti Karir Masa Depan. Jakarta : Pt. Tunas Melati.
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Ternyata orang-orang hebat tidak hanyak datang dari benua Eropa atau Amerika, atau tidak hanya datang dari Jepang atau Australia , namun juga bisa berasal dari Indonesia . Barangkali orang hebat tersebut bisa jadi kita sendiri. Markis Kido dan Hendra Setiawan (Bobo, tahun XXXVI, 11 September 2008) misalnya adalah dua tokoh berusia sangat muda berasal dari Indonesia . Mereka begitu kompak meraih medali emas pada olimpiade Beijing melalui olah raga bulu tangkis.
Untuk mampu meraih prestasi hebat, apalagi untuk tingkat dunia, tentu tidaklah mudah. Semua harus melalui perjuangan yang berat dan hebat. Mereka harus melewati hadangan permainan dunia yang lain, yang juga sangat hebat dan tidak terkalahkan. Bagi Markis Kido dan Hendra Setiawan, saat meraih juara dunia, usia mereka barus berkisar 23 dan 24 tahun. Tentu titik awal sukses pada usia tersebut telah mereka rintis sejak dini. Mungkin pada masa anak-anak atau pada masa remaja- yaitu usia belajar di SD atau di SMP. Di mana pada masa anak-anak lain banyak bermanja-manja atau berhura-hura, mereka tekun merintis mimpi mereka. Yaitu berlatih dengan tingkat porsi belajar/ berlatih/ berkarya yang juga hebat untuk menuju prestasi yang besar.
Dalam kenyataan bahwa orang Indonesia juga mampu meraih juara dunia dalam usia yang relatif muda. Gita Gutawa yang saat itu berusia 14 tahun (Nurhayati, 2008: 2-3) mengikuti festival music pada Nile Song Festival yang berlangsung di Cairo mampu mendapat penghargaan Grand Prix winner- penghargaan tertinggi. Ia juga mendapatkan predikat terbaik dari seluruh kelompok peserta hingga meraih juara umum. Ini merupakan seleksi dari 85 negara. Tim juri juga mengatakan bahwa mereka belum pernah menemukan penyanyi usia remaja yang berkualitas seperti Gita.
Prestasi besar yang ia peroleh sebagai juara dunia bukan terjadi secara kebetulan. Prestasi tersebut diraih bukan secara instant- “sekarang berlatih, besok juara”- atau prestasi yang ia peroleh juga tidak jatuh dari langit. Namun ia peroleh melalui serangkaian persiapan dan proses yang hebat.
Dunia musik bukanlah hal yang baru bagi Gita. Sejak kecil ia hidup dalam lingkungan pemusik. Faktor lingkungan sangat menentukan keberhasilan bagi seseorang. Ketika duduk di kelas 2 Sekolah Dasar , ia sudah mulai belajar bermain piano klasik. Ia juga memperkuat ilmu musiknya dengan mempelajari music jazz, bahkan melengkapi dengan mengikuti privat piano dan gitar. Dukungan orang tua juga menentukan. sejak kecil orang tuanya menanamkan sistem belajar yang mandiri dan bekerja juga mandiri. Ia bukan tipe anak manja.
Tulisan ini tidak terfokus tentang juara dunia asal Indonesia , tetapi tentang bagaimana seseorang bisa meraih prestasi level dunia. Ada artikel yang membahas tentang karakter yang perlu dimiliki bila seseorang ingin berprestasi yang hebat- ya seperti prestasi untuk level dunia (http://arifperdana.wordpress.com). Artikel tersebut menjelaskan bahwa tokoh olah raga yang ngetop di tahun 1970-an dan 1980-an, yaitu Muhammad Ali, adalah jago tinju sejati sedunia. Itu karena ia berkali-kali menang adu tinju kelas dunia. Kemudian Joe Girad adalah jago jual sedunia- world class achiever- karena selama 12 tahun berturut turut ia berhasil menjual puluhan ribu mobil sedunia.
Ia juga tokoh hebat, namun dalam dunia bisnis, yang bisa disejajarkan dengan Rudy Hartono (pemain bulu tangkis), Karpov (jago catur), Pele (jago sepak bola). Pengalaman Joe Girad menjadi jago dunia tentu karena ia memiliki karakter hebat. Karakter hebat ini mungkin bagus untuk disadur.
Paling kurang ada sepuluh karakter hebat atau karakter positif yang dimiliki oleh seseorang yang berprestasi hebat tersebut. Karakter tersebut adalah seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.
Siapa saja bisa berhasil apalagi sampai pada level dunia. Untuk itu ada beberapa kebiasaan negative yang perlu diusir yaitu mengatasi rasa malas, rasa takut, keterbatasan pengetahuan, dan keterbatasan relasi dengan manusia lain. Bahwa adakalanya orang yang berprestasi level dunia tidak lulus SMA dan bearasal dari keluarga yang miskin. Namun mereka punya tekad atau motivasi untuk berhasil dan berjuang untuk melawan kelemahan diri dengan mencari banyak pengalaman. .
Untuk meraih sukses ternyata perlu mimpi atau visi. Visi tentu mempunyai manfaat. Manfaat terbesar dari visi adalah untuk memberi arah dan tuntutan. Dengan demikian upaya dan kegiatan menjadi efektif dan sekaligus juga efissien. Orang yang tidak punya visi tentu akan gampang teralihkan dan kemudian terombang ambing. Sebahagian remaja sekarang ada yang belum punya visi, sehingga mereka bingung tentang aktivitas apa yang akan mereka tekuni di masa depan. Kalau demikian bahwa visi sangat perlu untuk dimiliki.
Menjadi orang yang sukses, apalagi untuk level dunia, musti memiliki karakter tekun dan tabah. Bayangkan andai Zidane tiba-tiba malas berlatih bola kaki atau Lance Amstrong malas latihan balap, mereka tentu tidak akan jadi juara dunia. Bertekun dalam mengerjakan sesuatu tentu memerlukan pengorbanan. World class achiever sangat memahami arti ketekunan ini. Menunda sebuah pekerjaan yang penting demi nonton filem adalah contoh ketidak tekunan.
Kemudian mereka juga perlu memiliki fikiran positif. Fikiran positif adalah sikap dasar yang harus dipertahankan. Sikap positif tentu berasal dari fikiran yang positif. Mereka perlu berfikir bahwa bekerja itu sehat, kejujuran adalah modal hidup, komitmen sangat diperlukan dalam kerja, kerjasama dan ketabahan sangat penting dan juga perlu memiliki sikap pemaaf. Poin-poin yang kita sebutkan tadi adalah bagian dari karakter positif untuk memperkuat pikiran positif. Selalu berfikir positif dapat menyehatkan jiwa menjadi pribadi yang positif.
Para jago dunia dan orang-orang sukses selalu bersemangat dan antusias. Antusias sendiri berarti “kegairahan, semangat yang besar dan kegembiraan yang besar (Echols dan Shadilly, 2006). Gaya bersemangat dan antusia dari Joe Girard terlihat saat ia memberikan seminar. Ia berlari, melompat dan berteriak. Suaranya melengking, bergetar dan membahana. Lain kali suaranya mengecil dan berbisik sambil menangis. Ia berbicara dengan hati dan emosinya. Tentu saja tiap orang punya karakter antusias dan semangat yang berbeda. Namun paparan karakter tadi adalah deskripsi emosi antusia dari Joe Girard.
Jago dunia yang bergerak dalam bidang bisnis, seperti pemiliki merek dagang Philip, Samsung, Carrefour, Pizaa Hut, dan lain-lain mutlak perlu berhubungan dengan banyak orang. Semakin maju bisnis mereka maka semakin banyak mereka harus berhubungan dengan orang lain. Pemilik merek dagang yang kita sebutkan tadi tentu telah melayani puluhan atau ratusan juta orang di dunia. Dapat ditebak bahwa kunci sukses mereka dalam bisnis karena mampu menangi kebutuhan manusia. Tentu mereka harus mengiklan diri dan menjumpai banyak orang, mendengar keluhan dan memperkecil keluhan tadi. Prinsip human relation mereka adalah mereka menyukai orang dengan sungguh-sungguh. – love customers honestly, genuinely and sincerely.
Jangan biarkan otak ngawur atau blank. Karena sukses level dunia harus kreatif otaknya. Menjadi jago dunia tentu dambaan banyak orang. Untuk itu mereka musti punya energi, semangat, antusias, keterampilan dan percaya diri yang gede. Bila ini sudah dimiliki namun belum punya strategi maka akan sia-sia. Strategi adalah tugasnya otak yang kreatif atau kognitif yang kreartif. Ide-ide yang baru berasal dari otak yang kreatif- yang kaya dengan imajinasi. Otak yang kreatif tidak mutlak monopoli dari pendidikan formal atau dari universitas. Otak yang kreatif tergantung kepada pemilik otak tersebut dalam merawat dan menumbuhkan kembangkan kekuatan imajinasi dan keberanian.
Juga perlu diingat bahwa kejujuran adalah kunci suskses. Ada orang yang beranggapan bahwa kejujuran itu tidak penting, namun begitu seseorang tahu bahwa ia telah dibohongi maka pelaku kecurangan (orang yang tidak jujur tadi akan ditinggalkan). Kejujuran adalah landasan kepercayaan dan kepercayaan adalah basis dari hubungan baik. Selanjutnya hubungan baik sarana dalam berbisnis. Maka kalau ingin berbisnis yang selalu langgeng maka kita perlu berlaku jujur pada pelanggan.
Ada pribahasa berbunyi : hewan diikat dengan tali dan manusia diikat dengan kata. Manusia diikat dengan kata berarti bahwa kata-kata sebagai alat berkomunikasi itu sangat penting. Menjadi sukses untuk level apa saja- apalagi untuk level nasional dan level dunia maka perlu memiliki kemampuan berkomunikasi. Orang yang ingin sukses tidak perlu pasif dalam berkomunikasi- dengan arti kata harus mampu berkomunikasi. Musti aktif bertanya, aktif menyapa, aktif memuji, aktif mensugesti dan aktif mendengar akhirnya kita terbawa aktif. Tidak hanya menggunakan mulut, tapi juga bahasa tubuh, mata, tangan dan senyuman. Pokonya musti menjadi orang yang aktif, positif dan dinamis dalam berkomunikasi. Rasa takut dan jarak antar manusia tidak perlu ada dalam berkomunikasi. Namun yang perlu ada adalah suasana fun- menyenangkan- ada rasa menerima, menyenangi dan mendengar dengan siapa kita berkomunikasi. Kalau begitu orang jago musti pintar mengkomunikasikan isi hati dan isi fikiran kepada teman bicaranya.
Terakhir bahwa orang yang ingin menjadi jago atau suksesd perlu mempunyai karakter konsisten. Kalau aktif dalam bidang bisnis dan berhubungan dengan orang banyak maka mereka harus bersikap ramah, baik, melayani, menolong, memberi perhatian, menghormati dan berusaha memuaskan klien. Tentang hal ini sudah diketahui oleh banyak orang. Tapi mereka hanya sebatas tahu saja- idealnya menerapkan secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Ya benar bahwa untuk meraih prestasi hebat maka dibutuhkan persiapan besar. Orang hebat tidak mutlak monopoli dari benua Eropa dan Amerika, atau juga bukan monopoli Negara maju atau lembaga pendidikan yang maju. Siapa saja bisa jadi jago atau sukses. Untuk menjadi jago maka perlu persiapan, latihan dan proses usaha yang posrsinya cukup besar. Mereka perlu lingkungan kondusif- yang memberikan rangsangan dan tantangan serta dukungan dari guru dan orang tua. Selanjutnya mereka perlu memiliki karakter dan sikap positif seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.
Catatan: 1) Echols, John M dan Hassan Shadily .(2006). Kamus Inggris Indonesia . Jakarta : Pt Gramedia, 2) Nurhayati Tafsir (2008). Meniti Karir Masa Depan. Jakarta : Pt. Tunas Melati.
Sabtu, 06 November 2010
Menomorduakan orang kecil
Menomorduakan orang kecil
Oleh : Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Umumnya orang ingin dianggap penting. Minggu lalu seorang teman mengirim sms (short message service) mengatakan bahwa ia sedang di Semarang mengikuti konferensi yang tempatnya di sebuah hotel bagus. “dear friend,saya lagi di Semarang mengikuti konferensi”. Tentu saja yang ia butuhkan adalah kata-kata ucapan atas partisipasi, posisi dan prestasinya, “selamat ya sobatku….!” Anak kecil yang baru saja dibelikan satu stel pakaian bagus dan sangat disukainya, akan memamerkan pakaian tersebut. Ia akan menceritakanya pada banyak orang di rumahnya, atau malah juga menceritakanya kepada teman-temannya di sekolah tentang pakaian bagusnya tersebut. Ia juga menceritakan betapa ia disayangi oleh om dan tantenya.
Seorang ibu yang memiliki anak cerdas di mana-mana juga akan sering bebagi cerita bahagia dengan tetangga dan teman-temannya tentang anaknya.”Anak ku ada-da saja sudah bisa memainkan piano dengan lagu Mozart”. Fenomena ini menunjukan bahwa betapa penting dan berhaganya dirinya dan diri keluarganya. Pendek kata banyak orang ingin dipandang sebagai orang beharaga- orang penting atau orang nomor satu.
Menjadi orang penting atau menjadi orang nomor satu termasuk kebutuhan jiwa- kebutuhan aktualisasi (actualization need). Namun dalam kenyataan cukup banyak orang yang kurang menyadari dan kurang tahu cara membuat orang merasa nomor satu. Terutama terhadap orang-orang kecil. Mungkin kecil usianya, kecil pengalamannya, kecil uangnya dan juga kecil status sosialnya.
Walau seorang anak usia play group atau TK (Taman Kanak Kanak) memperoleh banyak perhatian dan pemanjaan, namun dalam berkomunikasi sering dinomorduakan oleh papa dan mamanya. Bila ia ngobrol, orang tua jarang mendengar dengan sepenuh hati atau pura-pura mendengar dan menjawab sembarangan. “Ibu…bumi itu bulat,….”, “Ibu….sekolah Sani akan dikunjungi tokoh cilik …” Dan ibu merespon “ya…, ya…, ya….”. “Ah mengapa ibu bilang ya…ya …terus”.Celetuk sang anak dengan jengkel.
Respon yang demikian masih tergolong bagus. Pada beberapa rumah malah ada orang tua akan membentak atau mengeluh atas pertanyaan anak yang tidak henti-hentinya. “Wah Eriko …kamu bertanya terus….aku bosan,….udah tutp mulutmu”. Mencela anak yang demikian selanjutnya akan membuat anak menjadi enggan untuk banyak berbicara. Membentak dan mencela anak sangat berpotensi mematikan kemampuan berkomunikasinya atau juga akan meniru gaya komunikasi tersebut, sehingga ia kelak juga akan mendamprat anak anak dan orang lain yang dipandangnya banyak ngomong. Mengomel dan menomorduakan anak akan membuat mereka jadi malas untuk berkomunikasi, mengekspresikan fikiran/ perasaanya dan kelak bila remaja atau dewasa mereka akan menjadi orang yang senang menutup diri.
Menomorduakan orang kecil tampaknya sudah menjadi fenomena sosial. Di sekolah siswa atau remaja yang merasa pintar (atau di kampus, mahasiswa yang merasa pintar) adakalanya memonopoli kegiatan akademik. Teman yang dianggap kurang pintar cenderung menjadi penonton dan orang yang pasif. Di kantor, sering seorang kepala atau seorang boss yang sedang sibuk dengan gampang marah-marah dan membentak karyawan yang dipandangnya sebagai orang-orang kecil, orang orang yang mereka anggap remeh- rendah pangkat dan posisinya. Orang orang kecil ini terpaksa menerima bentakan atau terpaksa ikhlas sebagai tumbal tempat kesal.
Sungguh tidak enak menjadi orang yang dinomor-duakan. Sekali lagi bahwa orang cenderung dinomorduakan karena faktor usia, derajat akademik, kepintaran, posisi status sosialnya dan lain-lain. Orang-orang yang cendeung menjadi nomor dua juga cenderung memperoleh pelayanan kurang prima pada beberapa akses public.
Suatu kali teman penulis dengan pakaian santai melewati tempat pesta orang gede. Tiba-tiba tangannya dipegang oleh seorang sekuriti dan menggiringnya agar menjauh- tidak melewati wilayah pesta. “Maaf mas, mohon tidak lewat di sini”., “Wah sial amat aku tadi siang, bisa jadi kalau aku bergaya lebih keren dari yang sedang berpesta itu”. Celetuk sang teman dengan kecewa. Lagi-lagi betapa hati tidak enak menjadi orang kecil dan orang yang dimor-duakan.
Namun pada lain kesempatan, teman penulis mau mengikuti seminar. Berpakaian necis dan memakai parfum harum hingga ia terlihat sangat tampan, Tiba-tiba angin nakal bertiup dan butiran partikel kecil masuk ke dalam mata dan membuat matanya amat perih. Beruntung ia bisa pergi ke UGD (Unit Gawat Darurat) pada rumah sakit terdekat dan seketika enam orang para medis dan dua dokter bersimpati dan memberi bantuan- pelayanan ekstra prima padanya. “‘Amit-amit gara-gara penampilan aku yang sangat keren aku memperoleh pelayanan prima tadi siang, pada hal di sana ada tiga orang yang juga butuh bantuan”.
Tidak enak menjadi warga yang dinomor-duakan. Respon orang juga berbeda atas perlakuan ini. Seorang ibu yang sebenarnya kaya dan termasuk orang terpandang, memiliki tiga ruko cemberut terus gara-gara merasa dimor-duakan oleh seorang penjual nasi goreng di restoran kecil. Esoknya dia pergi membeli nasi goreng lagi naik mobil mengkilat dan memakai gelang emas dua kilo dan kalung empat kilo. Maka buru-buru pelayan restoran melayaninya.
Gara-gara merasa dinomor-duakan seorang ggadis, mahasiswa sebuah Universitas, minta putus hubungan dari kekasihnya. Gara-gara dinomor-duakan- dilupakan saat memberi oleh oleh buat saudaranya-seorang remaja tanggung mencuri uang dari kantong ayahnya “Ayah tidak adil, aku tidak dibelikan sate…mereka makan enak, aku dilupakan”.
Gara-gara dinomor-duakan oleh pedagang langganannya, maka seorang pembeli menjadi ngambek untuk jadi pelanggan. Gara-gara dinomor-duakan dalam pelayanan kesehatan maka banyak orang yang memilih pergi berobat ke Melaka, di negeri jiran- Malaysia.
Sebenarnya kita tidak perlu berkecil hati dan sedih, apalagi sampai jadi anarkis bila diperlakukan sebagai manusia kelas dua oleh seseorang. Karena bisa jadi penyebabnya gara-gara penamplan kita sendiri. Kalau betul demikian maka mari kita lakukan perombakan penampilan , instropeksi diri, dan lakukan perubahan di sana-sini. Di sini terlihat bahwa changing is power- perubahan adalah kekuatan.
Seorang remaja SMP selalu merasa dinomor-duakan, itu gara-gara penampilannya- tubuhnya kurus dan lemah dan juga tidak begitu menonjol dalam belajar. Sedih memang menjadi mentimun bungkuk- masuk karung ada, tapi tidak jadi perhitungan. Maka suatu hari ia terinspirasi oleh sebuah artikel, maka ia belajar keras. Ia makan yang banyak dan berolah raga yang teratur. Dalam waktu enam bulan, ia jadi mahir berbahasa inggris, jago matematik dan juga jago dalam main volley. Teman-temannya di sekolah sangat senang bergau dengannya. Malah ia juga sering memperoleh sms dengan nomor baru mengungkapkan kata simpati dan mengucapkan “I love you”.
Seorang pemuda yang baru bekerja di kantor pemasaran selalu merasa rendah diri dengan penampilannya gara-gara sering diremehkan- dinomorduakan- oleh rekan sekantor. Ia akhirnya memutuskan untuk meningkatkan penampilannya. Maka hampir setiap malam ia berlatih berpidato dan berbicara di depan cermin, kemudian tiga kali dalam seminggu ia kut kegiatan binaraga. “Kalau penampilan saya kurang bergairah, lunglai , tentu tidak ada orang yang akan menghargai ku”. Bisiknya. Latihan berpidato dan latihan binaraga membuat penampilannya agresif dan jantan, maka kemudian banyak orang yang senang bergaul dengan nya.
Masih banyak kisah kisah tentang fenomena menomor-duakan orang, rekan kerja, bawahan dan anggota keluarga sendiri terjadi di seputar kita. Fenomena meremehkan dan menomor-duakan ini membuat banyak orang berubah, termasuk berubah dalam penampilan.
Seorang bapak yang biasanya tampil bersahaja, kemana mana pergi selalu dengan sepeda motor penampilannya mirip dengan tukang ojek. Suatu hari ingin membeli mobil dan oleh seorang teman ia ditawari untuk membeli mobil super second- yang sering masuk bengkel dan keluar bengkel.”Untuk bapak cukup beli saja mobil seken keluaran tahun 1980-an dengan harga miring” Ia merasa amat tersinggang karena merasa diremehkan- datangpun kurang disapa dan kurang disambut. Maka ia memutuskan membeli sedan cadilac baru berwarna metal dan dengan cat mengkilat. Begitu hari pertama dia datang mengantarkan anak dan istri ke sekolah, maka teman-teman lamanya berhamburan ke luar untuk melihat penampilannya dan mengucapkan selamat.”wah bapak tampak gagah, selamat ya Pak !”
Ya sungguh tidak enak menomorduakan orang dan juga menjadi orang yang sering dinomor duakan. Pasti orang yang punya karakter positif- tidak suka meremehkan dan menomor-duakan orang- akan menjadi orang yang disenangi, dikagumi dan dihormati. Sementara itu orang yang terbiasa dan cenderung meremehkan orang lain tentu akan kurang disenangi dan kalau boleh bahwa orang mendekat hanya untuk sekedar basa basi dan setelah itu menjauh lagi .
Selanjutnya bagi orang yang selalu menjadi korban sebagai manusia nomor-dua atau orang yang direndahkan, lebih ideal untuk melakukan perubahan. Apakah kita direndahkan gara-gara kurang bisa bergaya, maka mari kita update penampilan kita. Andaikata kita direndahkan gara-gara postur dan penampilan tidak smart, maka mari berlatih menguatkan otot dan otak (kecerdasan) agar kita menjadi orang gagah luar dalam (cantik luar dalam) sehingga kita menjadi orang tidak lagi direndahkan martabat dan harga diri kita.
Oleh : Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Umumnya orang ingin dianggap penting. Minggu lalu seorang teman mengirim sms (short message service) mengatakan bahwa ia sedang di Semarang mengikuti konferensi yang tempatnya di sebuah hotel bagus. “dear friend,saya lagi di Semarang mengikuti konferensi”. Tentu saja yang ia butuhkan adalah kata-kata ucapan atas partisipasi, posisi dan prestasinya, “selamat ya sobatku….!” Anak kecil yang baru saja dibelikan satu stel pakaian bagus dan sangat disukainya, akan memamerkan pakaian tersebut. Ia akan menceritakanya pada banyak orang di rumahnya, atau malah juga menceritakanya kepada teman-temannya di sekolah tentang pakaian bagusnya tersebut. Ia juga menceritakan betapa ia disayangi oleh om dan tantenya.
Seorang ibu yang memiliki anak cerdas di mana-mana juga akan sering bebagi cerita bahagia dengan tetangga dan teman-temannya tentang anaknya.”Anak ku ada-da saja sudah bisa memainkan piano dengan lagu Mozart”. Fenomena ini menunjukan bahwa betapa penting dan berhaganya dirinya dan diri keluarganya. Pendek kata banyak orang ingin dipandang sebagai orang beharaga- orang penting atau orang nomor satu.
Menjadi orang penting atau menjadi orang nomor satu termasuk kebutuhan jiwa- kebutuhan aktualisasi (actualization need). Namun dalam kenyataan cukup banyak orang yang kurang menyadari dan kurang tahu cara membuat orang merasa nomor satu. Terutama terhadap orang-orang kecil. Mungkin kecil usianya, kecil pengalamannya, kecil uangnya dan juga kecil status sosialnya.
Walau seorang anak usia play group atau TK (Taman Kanak Kanak) memperoleh banyak perhatian dan pemanjaan, namun dalam berkomunikasi sering dinomorduakan oleh papa dan mamanya. Bila ia ngobrol, orang tua jarang mendengar dengan sepenuh hati atau pura-pura mendengar dan menjawab sembarangan. “Ibu…bumi itu bulat,….”, “Ibu….sekolah Sani akan dikunjungi tokoh cilik …” Dan ibu merespon “ya…, ya…, ya….”. “Ah mengapa ibu bilang ya…ya …terus”.Celetuk sang anak dengan jengkel.
Respon yang demikian masih tergolong bagus. Pada beberapa rumah malah ada orang tua akan membentak atau mengeluh atas pertanyaan anak yang tidak henti-hentinya. “Wah Eriko …kamu bertanya terus….aku bosan,….udah tutp mulutmu”. Mencela anak yang demikian selanjutnya akan membuat anak menjadi enggan untuk banyak berbicara. Membentak dan mencela anak sangat berpotensi mematikan kemampuan berkomunikasinya atau juga akan meniru gaya komunikasi tersebut, sehingga ia kelak juga akan mendamprat anak anak dan orang lain yang dipandangnya banyak ngomong. Mengomel dan menomorduakan anak akan membuat mereka jadi malas untuk berkomunikasi, mengekspresikan fikiran/ perasaanya dan kelak bila remaja atau dewasa mereka akan menjadi orang yang senang menutup diri.
Menomorduakan orang kecil tampaknya sudah menjadi fenomena sosial. Di sekolah siswa atau remaja yang merasa pintar (atau di kampus, mahasiswa yang merasa pintar) adakalanya memonopoli kegiatan akademik. Teman yang dianggap kurang pintar cenderung menjadi penonton dan orang yang pasif. Di kantor, sering seorang kepala atau seorang boss yang sedang sibuk dengan gampang marah-marah dan membentak karyawan yang dipandangnya sebagai orang-orang kecil, orang orang yang mereka anggap remeh- rendah pangkat dan posisinya. Orang orang kecil ini terpaksa menerima bentakan atau terpaksa ikhlas sebagai tumbal tempat kesal.
Sungguh tidak enak menjadi orang yang dinomor-duakan. Sekali lagi bahwa orang cenderung dinomorduakan karena faktor usia, derajat akademik, kepintaran, posisi status sosialnya dan lain-lain. Orang-orang yang cendeung menjadi nomor dua juga cenderung memperoleh pelayanan kurang prima pada beberapa akses public.
Suatu kali teman penulis dengan pakaian santai melewati tempat pesta orang gede. Tiba-tiba tangannya dipegang oleh seorang sekuriti dan menggiringnya agar menjauh- tidak melewati wilayah pesta. “Maaf mas, mohon tidak lewat di sini”., “Wah sial amat aku tadi siang, bisa jadi kalau aku bergaya lebih keren dari yang sedang berpesta itu”. Celetuk sang teman dengan kecewa. Lagi-lagi betapa hati tidak enak menjadi orang kecil dan orang yang dimor-duakan.
Namun pada lain kesempatan, teman penulis mau mengikuti seminar. Berpakaian necis dan memakai parfum harum hingga ia terlihat sangat tampan, Tiba-tiba angin nakal bertiup dan butiran partikel kecil masuk ke dalam mata dan membuat matanya amat perih. Beruntung ia bisa pergi ke UGD (Unit Gawat Darurat) pada rumah sakit terdekat dan seketika enam orang para medis dan dua dokter bersimpati dan memberi bantuan- pelayanan ekstra prima padanya. “‘Amit-amit gara-gara penampilan aku yang sangat keren aku memperoleh pelayanan prima tadi siang, pada hal di sana ada tiga orang yang juga butuh bantuan”.
Tidak enak menjadi warga yang dinomor-duakan. Respon orang juga berbeda atas perlakuan ini. Seorang ibu yang sebenarnya kaya dan termasuk orang terpandang, memiliki tiga ruko cemberut terus gara-gara merasa dimor-duakan oleh seorang penjual nasi goreng di restoran kecil. Esoknya dia pergi membeli nasi goreng lagi naik mobil mengkilat dan memakai gelang emas dua kilo dan kalung empat kilo. Maka buru-buru pelayan restoran melayaninya.
Gara-gara merasa dinomor-duakan seorang ggadis, mahasiswa sebuah Universitas, minta putus hubungan dari kekasihnya. Gara-gara dinomor-duakan- dilupakan saat memberi oleh oleh buat saudaranya-seorang remaja tanggung mencuri uang dari kantong ayahnya “Ayah tidak adil, aku tidak dibelikan sate…mereka makan enak, aku dilupakan”.
Gara-gara dinomor-duakan oleh pedagang langganannya, maka seorang pembeli menjadi ngambek untuk jadi pelanggan. Gara-gara dinomor-duakan dalam pelayanan kesehatan maka banyak orang yang memilih pergi berobat ke Melaka, di negeri jiran- Malaysia.
Sebenarnya kita tidak perlu berkecil hati dan sedih, apalagi sampai jadi anarkis bila diperlakukan sebagai manusia kelas dua oleh seseorang. Karena bisa jadi penyebabnya gara-gara penamplan kita sendiri. Kalau betul demikian maka mari kita lakukan perombakan penampilan , instropeksi diri, dan lakukan perubahan di sana-sini. Di sini terlihat bahwa changing is power- perubahan adalah kekuatan.
Seorang remaja SMP selalu merasa dinomor-duakan, itu gara-gara penampilannya- tubuhnya kurus dan lemah dan juga tidak begitu menonjol dalam belajar. Sedih memang menjadi mentimun bungkuk- masuk karung ada, tapi tidak jadi perhitungan. Maka suatu hari ia terinspirasi oleh sebuah artikel, maka ia belajar keras. Ia makan yang banyak dan berolah raga yang teratur. Dalam waktu enam bulan, ia jadi mahir berbahasa inggris, jago matematik dan juga jago dalam main volley. Teman-temannya di sekolah sangat senang bergau dengannya. Malah ia juga sering memperoleh sms dengan nomor baru mengungkapkan kata simpati dan mengucapkan “I love you”.
Seorang pemuda yang baru bekerja di kantor pemasaran selalu merasa rendah diri dengan penampilannya gara-gara sering diremehkan- dinomorduakan- oleh rekan sekantor. Ia akhirnya memutuskan untuk meningkatkan penampilannya. Maka hampir setiap malam ia berlatih berpidato dan berbicara di depan cermin, kemudian tiga kali dalam seminggu ia kut kegiatan binaraga. “Kalau penampilan saya kurang bergairah, lunglai , tentu tidak ada orang yang akan menghargai ku”. Bisiknya. Latihan berpidato dan latihan binaraga membuat penampilannya agresif dan jantan, maka kemudian banyak orang yang senang bergaul dengan nya.
Masih banyak kisah kisah tentang fenomena menomor-duakan orang, rekan kerja, bawahan dan anggota keluarga sendiri terjadi di seputar kita. Fenomena meremehkan dan menomor-duakan ini membuat banyak orang berubah, termasuk berubah dalam penampilan.
Seorang bapak yang biasanya tampil bersahaja, kemana mana pergi selalu dengan sepeda motor penampilannya mirip dengan tukang ojek. Suatu hari ingin membeli mobil dan oleh seorang teman ia ditawari untuk membeli mobil super second- yang sering masuk bengkel dan keluar bengkel.”Untuk bapak cukup beli saja mobil seken keluaran tahun 1980-an dengan harga miring” Ia merasa amat tersinggang karena merasa diremehkan- datangpun kurang disapa dan kurang disambut. Maka ia memutuskan membeli sedan cadilac baru berwarna metal dan dengan cat mengkilat. Begitu hari pertama dia datang mengantarkan anak dan istri ke sekolah, maka teman-teman lamanya berhamburan ke luar untuk melihat penampilannya dan mengucapkan selamat.”wah bapak tampak gagah, selamat ya Pak !”
Ya sungguh tidak enak menomorduakan orang dan juga menjadi orang yang sering dinomor duakan. Pasti orang yang punya karakter positif- tidak suka meremehkan dan menomor-duakan orang- akan menjadi orang yang disenangi, dikagumi dan dihormati. Sementara itu orang yang terbiasa dan cenderung meremehkan orang lain tentu akan kurang disenangi dan kalau boleh bahwa orang mendekat hanya untuk sekedar basa basi dan setelah itu menjauh lagi .
Selanjutnya bagi orang yang selalu menjadi korban sebagai manusia nomor-dua atau orang yang direndahkan, lebih ideal untuk melakukan perubahan. Apakah kita direndahkan gara-gara kurang bisa bergaya, maka mari kita update penampilan kita. Andaikata kita direndahkan gara-gara postur dan penampilan tidak smart, maka mari berlatih menguatkan otot dan otak (kecerdasan) agar kita menjadi orang gagah luar dalam (cantik luar dalam) sehingga kita menjadi orang tidak lagi direndahkan martabat dan harga diri kita.
Kamis, 04 November 2010
Bermimpilah Menjadi Orang Kaya
Bermimpilah Menjadi Orang Kaya
Oleh : Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Sebagian remaja (siswa dan mahasiswa) ada yang peduli dengan kehidupan ini dan ada juga yang masa bodoh. Ada yang sudah memikirkan bagaimana hidup mereka di masa depan dan ada juga yang belum. “Yang penting aku enjoy aja, tidak terlalu banyak fikir dan soal masa depan aku serahkan ke mama dan papa”. Demikian beberapa komentar dari mereka yang berpaham hedonism- mencari kesenanngan hidup semata-mata. Bagi mereka yang penting bisa belajar dan bermain, tidak mau diberi pekerjaan yang susah. Bila ada keperluan ya cukup minta saja duit pada orang tua. Pokoknya tahu beres saja.
Tidak hanya siswa, namun juga mahasiswa yang kehidupan mereka juga serba monoton. Kerjanya cuma pergi ke kampus dan pulang ke kos, sepanjang hari belajar, begossip, otak atik hand phone, sampai pada kecanduan dengan game on line. Kalau uang habis ya merengek lagi sama orang tua. “Ma…kirimkan kan lagi uang ke ATM ku ya…..!”. Tidak ada uang ya cukup kontak orang tua agar mengirimkan dana ke rekeningnya. Ini tidak salah, karena orang tua juga masih punya tanggung jawab untuk menjamin kelancaran kuliah anak-anak mereka. Namun kalau boleh para mahasiswa/ para pemuda juga perlu tahu tentang seluk beluk dari mana dan kemana uang itu mengalir. “Kalau boleh bermimpilah menjadi orang kaya”.
Saat penulis mengikuti KKN (kuliah kerja nyata) lebih dari 20 tahun yang lalu di sebuah desa dekat Payakumbuh. Di sana ada seorang pemuda, Yung Karaben namanya, yang cuma tamatan Sekolah Dasar, namun ia menjadi ngetop karena menjadi pemuda yang kaya raya. Ia memiliki banyak uang, punya harta, sawah dan ladang. Ia juga punya gilingan padi dan beberapa rumah sewaan sebagai pabrik uangnya. Ia bukan tamatan Perguruan Tinggi, malah sarjana tamat Perguruan Tinggi juga ada yang hidup melarat. Mengapa ia bisa menjadi kaya dalam usia muda ? Itu terjadi karena ia mengerti dengan aliran uang, kemana dan dari mana uang tersebut mengalir.
Kondisi kesejahteraan dan kekayaan orang pada suatu negara bisa berbeda- beda. Di negara maju- atau negara kaya, ada kalanya satu persen penduduk (para pemilik uang) bisa menguasai 50% peredaran uang. Atau ada negara yang 5 % penduduk kaya yang menguasai 90 % uang di negara tersebut. Kalau begitu sungguh menyedihkan bila kita menjadi orang yang 90 persen (orang yang lemah keuangannya). Uang yang sepuluh persen kalau dibagi rata untuk 90 persen penduduk yang kekurangan uang, maka setiap orang mungkin akan memperoleh sepuluh ribu rupiah. Sungguh sulit untuk meyangga kehidupan ini hari demi hari.
Dalam fenomena sosial bahwa banyak orang yang secara mendasar hanya mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Menjadi PNS dianggap lebih enak karena mudah dan tidak punya resiko, sakit pun gaji juga dating, dibanding dengan menjadi pengusaha. Sementara itu menjadi pengusaha terasa susah dan beresiko. Kalau berhasil uangnya banyak namun resikonya tinggi. Namun bagi kita bila ada unsur kesusahan dalam bekerja maka kita cenderung untuk menjauhinya. Malah bila kita hidup sebagai orang yang sengsara, para sanak keluarga juga agak enggan untuk mendekat pada kita. Bila ada unsur yang menyenangkan maka kita cenderung mendekatinya.
Kaya atau miskin memang relatif. Secara finansial memang ditentukan oleh jumlah uang yang kita miliki. Tentang uang, bahwa ada orang yang sangat mencintai uang, ada yang tak peduli pada uang dan sampai pada yang membenci uang. Mereka beranggapan bahwa uang adalah sumber kejahatan. Akibatnya tanpa disadari mereka (mungkin juga kita) tidak ingin menjadi kaya. Kita berfikiran bahwa lebih baik jadi sederhana saja dan malah ada yang tidak punya uang.
Dikatakan bahwa orang yang uangnya sedikit- miskin- sebagai orang dengan posisi tangan di bawah. Orang yang kaya, dikatakan sebagai posisi tangannya di atas. Karena ia mudah memberi. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada posisi tangan di bawah. Maka menjadi kaya lebih mulia dari pada jadi miskin.
Untuk menjadi kaya memang tidak mudah. Mengapa kita tidak kaya ? penyebabnya adalah karena kita tidak tahu strateginya. Kita tidak mengetahui jalur alamiah atau jalur paling mudah untuk mencapai tujuan. Selanjutnya bahwa fikiran kita juga tidak realistik, tidak melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Namun mengapa pada segelintir orang bisa menjadi kaya? Tentu saja karena mereka punya karakter yang kuat.
Ternyata menjadi kaya bukan secara instan- bukan disulap- sim salabim. Kecuali bagi yang menang quiz who want to be millionaire. Jalan menuju kaya perlu dirintis. Ya memang untuk menjadi kaya secara baik-baik perlu dirintis.
Dari biografi tentang tokoh dan orang yang sukses/ kaya hidup seputar kita, kita ketahui bahwa mereka sudah merintis suksesnya sejak usia muda, misalnya sejak mahasiswa. Umumnya mereka menjadi mahasiswa yang tekun dan rajin. Mereka menyiapkan diri dengan berbagai kepintaran. Mereka senang berkompetisi dan mengikuti berbagai ajang kompetisi. Mereka memiliki banyak wawasan, banyak bergaul dan tahu dengan seni berkomunikasi.
Namun sayang banyak pula pemuda cerdas yang cuma pintar mengirim lamaran untuk jadi PNS, atau menjadi orang biasa-biasa saja pada sebuah perusahaan. Mereka akhirnya puas memperoleh gaji kecil
Ternyata gaji yang diterima oleh rata-rata orang Indonesia termasuk sangat kecil standardnya dibandingkan dengan orang yang bekerja di negara tetangga yang lebih kaya. Orang orang di sana memiliki motivasi kerja dan motivasi untuk sukses yang sangat tinggi. Mereka tidak gampang untuk mudah merasa puas. Sekali lagi bahwa mereka selalu memotivasi diri- membaca banyak buku, mencari banyak inspirasi dari banyak orang dan tokoh-tokoh sukses.
Kalau fenomena kita kadang-kadang cukup aneh. Saat kita mempunyai sedikit kelebihan uang ekstra maka gaya hidup kita juga berubah drastis. Karena gaji telah meningkat, maka pengeluaran kita juga berlipat. Ukuran rumah juga bertmbah dan motor pun juga mengkilat. Seharusnya uang kita boleh bertambah namun pengaturan penggunaan uang juga harus effektif. Yaitu tetap dalam batasan tidak boros.
Banyak juga orang kaya yang baik hati. Mereka dikatakan demikian karena juga kaya hati, kaya rohani dan kaya dengan kebaikan lain. Mereka senang untuk berbagi cerita dan berbagi pengalaman sukses. Mereka jadi kaya karena juga memiliki property sewaan lainnya.
Waringin (2008) mengatakan bahwa untuk bisa jadi kaya maka kita memerlukan leverage. Leverage berarti pendongkrak. Leverage tersebut bisa dalam bentuk sumberdaya (SDM)- bisa berarti modal, juga dalam bentuk ide dan gagasan, kenalan dan keahlian. Kemudian agar orang yang punya uang (sebagai sumber uang) mencari dan membutuhkan kita, maka kita perlu memiliki nilai tambah yang harus kita komunikasikan (kita iklankan). Kita juga harus punya kontak dengan orang yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.
Di beberapa perusahaan mengapa ada karyawan yang mampu memperoleh bonus gede atau kenaikan gaji dua atau tiga kali dalam setahun ? Ini terjadi karena mereka mempunyai nilai tambah seperti “ia bisa dipercaya”. Dan tidak itu saja, ia juga punya keunggulan lain melebihi teman-temannya seperti memiliki kinerja yang hebat dan bisa bekerja mencapai target- atau melebihi target. Ia juga memiliki inisiatif- tidak berkarakter senang menunggu atau senang diperintah-, ia juga memiliki prilaku yang menyenangkan ia juga peduli dengan penampilan, kedisiplinan, kesopanan, omongan yang baik di depan dan di belakang orang.
Ternyata jarang juga PNS dan orang orang berprofesi sebagai pegawai yang kaya raya. Kebanyakan orang jadi kaya, itu lewat berwiraswasta. Ada yang kaya dan sukses gara-gara membuka bengkel mobil. Memberi nilai tambah yang hebat buat pemilik mobil atau sang klien. Nilai tambah yang hebat berupa service yang memuaskan: lebih cepat, lebih dekat, lebih murah, lebih lengkap, lebih modern dan lebih ahli. Kemudian membuat cabang atau franchise sehingga ia bisa melayani banyak pelanggan. Bila ia sudah punya franchise, maka ia kemudian bisa go public atau menjual saham untuk memperbesar modal- dan juga memperbesar usaha.
Menjadi kaya secara baik-baik dapat terwujud dengan berwirausaha atau entrepreneur dengan ketentuan membelanjakan lebih sedikit uang daripada yang diterima dan menginvestasikan selisihnya. Pelaku wirausaha juga memberikan nilai tambah yaitu mempermudah urusan, mempercepat proses dan juga membuat orang lebih senang. Ternyata orang berwirausaha juga ditentukan oleh bakat atau karakter usahanya. Apakah mereka termasuk berkarakter mechanic, creator, star, support, deal maker, trader, accumulator dan the lord.
Roger Hamilton (dalam Waringin: 2008) mengatakan bahwa orang bertipe mechanic suka mengandalkan/ mengikuti sistem untuk jadi kaya. Ray Kroc tahu cara memasarkan hamburger, walau ia bukan penemu hamburger. Orangnya tekun, suka detail dalam mengikuti sistem. Kemudian orang yang bertipe creator suka menciptakan hal baru. Steve Job mendirikan apple computer. Ia mempunyai karakter kreatif, inovatif, suka hal baru dan tantangan baru.
Orang bertipe star jadi kaya karena mengandalkan keahlian khusus yang sulit ditiru orang lain. Penyanyi Celine Dion dan Mike Tyson misalnya punya bakat khusus. Sangat menonjol dibidangnya. Orang bertipe support jadi kaya karena jago dalam mendukung dan mengelola. Orang dengan karakter ini memiliki leadership dan manajerial yang bagus.
Orang bertipe deal maker bisa jadi kayak arena keahlian dalam bernegosiasi dan mempertemukan dua kepentingan. Ia punya banyak teman, senang bergaul dan senang sebagai connector atau penghubung. Orang bertipe trader dapat kekayaan dari keahlian berdagang. Ia peka tentang waktu- tahu kapan harus membeli dan kapan harus menjual, tidak malu dalam berjualan, berorientasi mencari keuntungan secara cepat dan dalam jangka waktu pendek.
Adalagi orang yang jadi kaya karena tipe accumulator, suka menumpuk atau berinvestasi. Orang seperti ini cukup penyabar, senang menganalisa, punya jiwa kepemimpinan, tidak emosional dan suka keuntungan jangka panjang. Terakhir adalah orang yang bertipe lord, menjadi kaya karena punya banyak bisnisnya. Ia suka melihat peluang di mana-mana, mampu mendelegasi atau membagikan tugas dan pintar memilih dan menilai orang yang ia percayai.
Kaya itu tidak jatuh dari langit, namun kaya itu perlu diusahakan, oleh karena itu menjadi kaya perlu punya ilmu, punya keberanian dan punya usaha. Untuk menjadi kaya maka kita perlu belajar dan menggali potensi dari orang lain. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Kalau begitu menjadi kaya lebih baik dari pada jadi orang miskin. Agaknya untuk jadi kaya maka kita perlu bermimpi. Daripada kita tenggelam dalam menyesali kelemahan kita, maka lebih baik kita tenggelam dalam meningkatkan kelebihan kita, agar kita punya nilai plus, selanjutnya bermimpi dan berusaha agar menjadi kaya.(http://penulisbatusangkar.blogsp
(note- Waringin, Tung Desem (2008) Financial Revolution. Jakarta: PT. Gramedia Utama)
Oleh : Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
Sebagian remaja (siswa dan mahasiswa) ada yang peduli dengan kehidupan ini dan ada juga yang masa bodoh. Ada yang sudah memikirkan bagaimana hidup mereka di masa depan dan ada juga yang belum. “Yang penting aku enjoy aja, tidak terlalu banyak fikir dan soal masa depan aku serahkan ke mama dan papa”. Demikian beberapa komentar dari mereka yang berpaham hedonism- mencari kesenanngan hidup semata-mata. Bagi mereka yang penting bisa belajar dan bermain, tidak mau diberi pekerjaan yang susah. Bila ada keperluan ya cukup minta saja duit pada orang tua. Pokoknya tahu beres saja.
Tidak hanya siswa, namun juga mahasiswa yang kehidupan mereka juga serba monoton. Kerjanya cuma pergi ke kampus dan pulang ke kos, sepanjang hari belajar, begossip, otak atik hand phone, sampai pada kecanduan dengan game on line. Kalau uang habis ya merengek lagi sama orang tua. “Ma…kirimkan kan lagi uang ke ATM ku ya…..!”. Tidak ada uang ya cukup kontak orang tua agar mengirimkan dana ke rekeningnya. Ini tidak salah, karena orang tua juga masih punya tanggung jawab untuk menjamin kelancaran kuliah anak-anak mereka. Namun kalau boleh para mahasiswa/ para pemuda juga perlu tahu tentang seluk beluk dari mana dan kemana uang itu mengalir. “Kalau boleh bermimpilah menjadi orang kaya”.
Saat penulis mengikuti KKN (kuliah kerja nyata) lebih dari 20 tahun yang lalu di sebuah desa dekat Payakumbuh. Di sana ada seorang pemuda, Yung Karaben namanya, yang cuma tamatan Sekolah Dasar, namun ia menjadi ngetop karena menjadi pemuda yang kaya raya. Ia memiliki banyak uang, punya harta, sawah dan ladang. Ia juga punya gilingan padi dan beberapa rumah sewaan sebagai pabrik uangnya. Ia bukan tamatan Perguruan Tinggi, malah sarjana tamat Perguruan Tinggi juga ada yang hidup melarat. Mengapa ia bisa menjadi kaya dalam usia muda ? Itu terjadi karena ia mengerti dengan aliran uang, kemana dan dari mana uang tersebut mengalir.
Kondisi kesejahteraan dan kekayaan orang pada suatu negara bisa berbeda- beda. Di negara maju- atau negara kaya, ada kalanya satu persen penduduk (para pemilik uang) bisa menguasai 50% peredaran uang. Atau ada negara yang 5 % penduduk kaya yang menguasai 90 % uang di negara tersebut. Kalau begitu sungguh menyedihkan bila kita menjadi orang yang 90 persen (orang yang lemah keuangannya). Uang yang sepuluh persen kalau dibagi rata untuk 90 persen penduduk yang kekurangan uang, maka setiap orang mungkin akan memperoleh sepuluh ribu rupiah. Sungguh sulit untuk meyangga kehidupan ini hari demi hari.
Dalam fenomena sosial bahwa banyak orang yang secara mendasar hanya mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan. Menjadi PNS dianggap lebih enak karena mudah dan tidak punya resiko, sakit pun gaji juga dating, dibanding dengan menjadi pengusaha. Sementara itu menjadi pengusaha terasa susah dan beresiko. Kalau berhasil uangnya banyak namun resikonya tinggi. Namun bagi kita bila ada unsur kesusahan dalam bekerja maka kita cenderung untuk menjauhinya. Malah bila kita hidup sebagai orang yang sengsara, para sanak keluarga juga agak enggan untuk mendekat pada kita. Bila ada unsur yang menyenangkan maka kita cenderung mendekatinya.
Kaya atau miskin memang relatif. Secara finansial memang ditentukan oleh jumlah uang yang kita miliki. Tentang uang, bahwa ada orang yang sangat mencintai uang, ada yang tak peduli pada uang dan sampai pada yang membenci uang. Mereka beranggapan bahwa uang adalah sumber kejahatan. Akibatnya tanpa disadari mereka (mungkin juga kita) tidak ingin menjadi kaya. Kita berfikiran bahwa lebih baik jadi sederhana saja dan malah ada yang tidak punya uang.
Dikatakan bahwa orang yang uangnya sedikit- miskin- sebagai orang dengan posisi tangan di bawah. Orang yang kaya, dikatakan sebagai posisi tangannya di atas. Karena ia mudah memberi. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada posisi tangan di bawah. Maka menjadi kaya lebih mulia dari pada jadi miskin.
Untuk menjadi kaya memang tidak mudah. Mengapa kita tidak kaya ? penyebabnya adalah karena kita tidak tahu strateginya. Kita tidak mengetahui jalur alamiah atau jalur paling mudah untuk mencapai tujuan. Selanjutnya bahwa fikiran kita juga tidak realistik, tidak melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Namun mengapa pada segelintir orang bisa menjadi kaya? Tentu saja karena mereka punya karakter yang kuat.
Ternyata menjadi kaya bukan secara instan- bukan disulap- sim salabim. Kecuali bagi yang menang quiz who want to be millionaire. Jalan menuju kaya perlu dirintis. Ya memang untuk menjadi kaya secara baik-baik perlu dirintis.
Dari biografi tentang tokoh dan orang yang sukses/ kaya hidup seputar kita, kita ketahui bahwa mereka sudah merintis suksesnya sejak usia muda, misalnya sejak mahasiswa. Umumnya mereka menjadi mahasiswa yang tekun dan rajin. Mereka menyiapkan diri dengan berbagai kepintaran. Mereka senang berkompetisi dan mengikuti berbagai ajang kompetisi. Mereka memiliki banyak wawasan, banyak bergaul dan tahu dengan seni berkomunikasi.
Namun sayang banyak pula pemuda cerdas yang cuma pintar mengirim lamaran untuk jadi PNS, atau menjadi orang biasa-biasa saja pada sebuah perusahaan. Mereka akhirnya puas memperoleh gaji kecil
Ternyata gaji yang diterima oleh rata-rata orang Indonesia termasuk sangat kecil standardnya dibandingkan dengan orang yang bekerja di negara tetangga yang lebih kaya. Orang orang di sana memiliki motivasi kerja dan motivasi untuk sukses yang sangat tinggi. Mereka tidak gampang untuk mudah merasa puas. Sekali lagi bahwa mereka selalu memotivasi diri- membaca banyak buku, mencari banyak inspirasi dari banyak orang dan tokoh-tokoh sukses.
Kalau fenomena kita kadang-kadang cukup aneh. Saat kita mempunyai sedikit kelebihan uang ekstra maka gaya hidup kita juga berubah drastis. Karena gaji telah meningkat, maka pengeluaran kita juga berlipat. Ukuran rumah juga bertmbah dan motor pun juga mengkilat. Seharusnya uang kita boleh bertambah namun pengaturan penggunaan uang juga harus effektif. Yaitu tetap dalam batasan tidak boros.
Banyak juga orang kaya yang baik hati. Mereka dikatakan demikian karena juga kaya hati, kaya rohani dan kaya dengan kebaikan lain. Mereka senang untuk berbagi cerita dan berbagi pengalaman sukses. Mereka jadi kaya karena juga memiliki property sewaan lainnya.
Waringin (2008) mengatakan bahwa untuk bisa jadi kaya maka kita memerlukan leverage. Leverage berarti pendongkrak. Leverage tersebut bisa dalam bentuk sumberdaya (SDM)- bisa berarti modal, juga dalam bentuk ide dan gagasan, kenalan dan keahlian. Kemudian agar orang yang punya uang (sebagai sumber uang) mencari dan membutuhkan kita, maka kita perlu memiliki nilai tambah yang harus kita komunikasikan (kita iklankan). Kita juga harus punya kontak dengan orang yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.
Di beberapa perusahaan mengapa ada karyawan yang mampu memperoleh bonus gede atau kenaikan gaji dua atau tiga kali dalam setahun ? Ini terjadi karena mereka mempunyai nilai tambah seperti “ia bisa dipercaya”. Dan tidak itu saja, ia juga punya keunggulan lain melebihi teman-temannya seperti memiliki kinerja yang hebat dan bisa bekerja mencapai target- atau melebihi target. Ia juga memiliki inisiatif- tidak berkarakter senang menunggu atau senang diperintah-, ia juga memiliki prilaku yang menyenangkan ia juga peduli dengan penampilan, kedisiplinan, kesopanan, omongan yang baik di depan dan di belakang orang.
Ternyata jarang juga PNS dan orang orang berprofesi sebagai pegawai yang kaya raya. Kebanyakan orang jadi kaya, itu lewat berwiraswasta. Ada yang kaya dan sukses gara-gara membuka bengkel mobil. Memberi nilai tambah yang hebat buat pemilik mobil atau sang klien. Nilai tambah yang hebat berupa service yang memuaskan: lebih cepat, lebih dekat, lebih murah, lebih lengkap, lebih modern dan lebih ahli. Kemudian membuat cabang atau franchise sehingga ia bisa melayani banyak pelanggan. Bila ia sudah punya franchise, maka ia kemudian bisa go public atau menjual saham untuk memperbesar modal- dan juga memperbesar usaha.
Menjadi kaya secara baik-baik dapat terwujud dengan berwirausaha atau entrepreneur dengan ketentuan membelanjakan lebih sedikit uang daripada yang diterima dan menginvestasikan selisihnya. Pelaku wirausaha juga memberikan nilai tambah yaitu mempermudah urusan, mempercepat proses dan juga membuat orang lebih senang. Ternyata orang berwirausaha juga ditentukan oleh bakat atau karakter usahanya. Apakah mereka termasuk berkarakter mechanic, creator, star, support, deal maker, trader, accumulator dan the lord.
Roger Hamilton (dalam Waringin: 2008) mengatakan bahwa orang bertipe mechanic suka mengandalkan/ mengikuti sistem untuk jadi kaya. Ray Kroc tahu cara memasarkan hamburger, walau ia bukan penemu hamburger. Orangnya tekun, suka detail dalam mengikuti sistem. Kemudian orang yang bertipe creator suka menciptakan hal baru. Steve Job mendirikan apple computer. Ia mempunyai karakter kreatif, inovatif, suka hal baru dan tantangan baru.
Orang bertipe star jadi kaya karena mengandalkan keahlian khusus yang sulit ditiru orang lain. Penyanyi Celine Dion dan Mike Tyson misalnya punya bakat khusus. Sangat menonjol dibidangnya. Orang bertipe support jadi kaya karena jago dalam mendukung dan mengelola. Orang dengan karakter ini memiliki leadership dan manajerial yang bagus.
Orang bertipe deal maker bisa jadi kayak arena keahlian dalam bernegosiasi dan mempertemukan dua kepentingan. Ia punya banyak teman, senang bergaul dan senang sebagai connector atau penghubung. Orang bertipe trader dapat kekayaan dari keahlian berdagang. Ia peka tentang waktu- tahu kapan harus membeli dan kapan harus menjual, tidak malu dalam berjualan, berorientasi mencari keuntungan secara cepat dan dalam jangka waktu pendek.
Adalagi orang yang jadi kaya karena tipe accumulator, suka menumpuk atau berinvestasi. Orang seperti ini cukup penyabar, senang menganalisa, punya jiwa kepemimpinan, tidak emosional dan suka keuntungan jangka panjang. Terakhir adalah orang yang bertipe lord, menjadi kaya karena punya banyak bisnisnya. Ia suka melihat peluang di mana-mana, mampu mendelegasi atau membagikan tugas dan pintar memilih dan menilai orang yang ia percayai.
Kaya itu tidak jatuh dari langit, namun kaya itu perlu diusahakan, oleh karena itu menjadi kaya perlu punya ilmu, punya keberanian dan punya usaha. Untuk menjadi kaya maka kita perlu belajar dan menggali potensi dari orang lain. Agama Islam mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Kalau begitu menjadi kaya lebih baik dari pada jadi orang miskin. Agaknya untuk jadi kaya maka kita perlu bermimpi. Daripada kita tenggelam dalam menyesali kelemahan kita, maka lebih baik kita tenggelam dalam meningkatkan kelebihan kita, agar kita punya nilai plus, selanjutnya bermimpi dan berusaha agar menjadi kaya.(http://penulisbatusangkar.blogsp
(note- Waringin, Tung Desem (2008) Financial Revolution. Jakarta: PT. Gramedia Utama)
Langganan:
Postingan (Atom)
Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"
SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...
-
Semangat Eksplorasi Dan Kualitas Pendidikan Oleh. Marjohan M.Pd Guru SMA Negeri 3 Batusangkar Kata lain dari “eksplorasi” adalah menjelajah....
-
Orang Lintau Juga Bisa Jadi Doktor (Inspirasi dari pr...
-
Naskah Buku The Inner Changing-Perubahan Dari Dalam Diri Ditulis oleh : MARJOHAN M.Pd Guru SMA Negeri 3 Batusangkar, Kab. Tanah Datar, S...