Rabu, 12 Maret 2008

Learning Strategies of Mastering English Applied by ICS of SMAN 3 Batusangkar.

RESUME (French)

Marjohan. 2008. Stratégies d'apprentissage de la maîtrise de l'anglais appliquées par l'ICS de la SMAN 3 à Batusangkar. Thèse. Padang : Programme diplômant de l'Université d'Etat de Padang.

Beaucoup d'étudiants de lycée, ou "Sekolah Menegah Atas" (SMA), ont des difficultés pour apprendre l'Anglais, mais pas la "International Class Student" (ICS) de la SMAN 3 de Batusangkar. L'auteur a trouvé que la majorité des étudiants comprenaient et étaient capables de communiquer en Anglais. Ceci était dû à leurs stratégies d'apprentissage de l'Anglais, et il était intéressant d'examiner ce phénomène, sur lequel l'auteur a donc mené une étude.

Les buts de cette recherche étaient de décrire les stratégies d'apprentissage de l'ICS en général, et les stratégies d'apprentissages spécifiques pour l'écoute, la parole, la lecture et l'écriture. La recherche a été de type descriptif et a utilisé des pourcentages et expressions simples. Les données ont été collectées au travers de questionnaires, observations et entretiens.

Les résultats de cette recherche ont répondu aux cinq questions suivantes, présentées dans les objectifs de l'étude :
1 - Les stratégies d'apprentissages les plus utilisées sont : quel type d'apprenant,
estime de soi, auto-apprentissage, organisation, apprendre à vivre avec
l'incertitude, utilisation de moyens mnémotechniques, aide du contexte,
apprendre à faire une estimation intelligente, apprendre à lire quelques lignes
comme un tout, et apprendre les techniques de production. Les stratégies les
moins utilisées sont : l'apprentissage d'une seconde culture et l'utilisation des
stratégies de groupe.
2 - Les stratégies d'écoute les plus employées sont : la compensation et la
métacognition, et les stratégies les moins employées sont la cognition et la
métacognition.
3 - Les stratégies d'expression orale les plus utilisées sont : la métacognition, la
compensation et les stratégies de mémoire, et les moins utilisées sont les
stratégies affectives.
4 - Les stratégies de lecture les plus employées sont les stratégies de
compensation et les moins employées sont les stratégies cognitives.
5 - Les stratégies d'écriture les plus utilisées sont la mémoire, la compensation et
les statégies sociales, et les moins utilisées sont les stratégies affectives






ABSTRACT (English)
Marjohan.2008. Learning Strategies of Mastering English Applied by ICS of SMAN 3 Batusangkar. Thesis. Padang: Graduate Program of State University of Padang.

Many students of Senior High School or Sekolah Menengah Atas (SMA) get problem to learn English but not International Class Student (ICS) of SMAN 3 Batusangkar. The researcher found that majority students understand and are able to communicate in English. That because of their English learning strategies and this phenomenon was interesting to be investigated that the researcher conducted a research on it.

The purposes of this research were to describe about ICS’s learning strategies in general, and the specific learning strategies for listening, speaking, reading and writing. The kind of research was the descriptive; it used percentage and simple expressions. The data were collected through questionnaire, observation and interview.

Findings of this research have answered five questions as listed in the purposes of this study, they are as follows:
1. Learning strategies the most used are; what kind of learner, Self-
esteem, Self- talk, Organizing, Learning to live with uncertainty, using
mnemonics, Let context help, learning to make the intelligent guess,
learn some lines as whole, and Learning production technique. The least
used strategies are; learning a second culture and using group strategies.
2. Listening strategies the most used are; compensation and metacognitive
and the least used strategies are cognitive and metacognitive one.
3. Speaking strategies the most used are; metacognitive; compensation and
memory strategies and the least used strategies are affective.
4. Reading strategies the most used are; compensation strategies and the
least used strategies are cognitive.
5. Writing Strategies the most used are; memory, compensation and social
strategies and the least used strategies are affective.









ABSTRAK (Bahasa Indonesia)
Marjohan.2008. Strategy Belajar Untuk Menguasai Bahasa Inggris yang Diaplikasikan oleh Siswa Program ICS SMAN 3 Batusangkar. Thesis. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negei Padang.

ICS adalah singkatan dari International Class Program, juga diberi istilah dengan SNBI atau singkatan dari Sekolah Nasional Berstandar Internasional. Umumnya banyak siswa mengalami masalah dengan mata pelajaran Bahasa Inggris di berbagai SMA, tetapi pelajaran ini tidaklah menjadi masalah bagi siswa yang belajar pada program SNBI di SMAN 3 Batusangkar. Peneliti menemukan bahwa umumnya mereka mengerti dan mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Tentu saja hal itu karena strategi belajar yang mereka miliki dan fenomena ini menarik untuk diteliti.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang strategi belajar siswa SNBI secara umum, dan strategi belajar secara khusus untuk kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan menggunakan persentase serta ungkapan- ungkapan sederhana. Data dikumpulkan melalui angket, observasi dan wawancara.

Temuan penelitian ini telah menjawab 5 pertanyaan seperti yang ada pada tujuan penelitian ini, yaitu seperti:
1. Strategi belajar yang paling banyak dipakai adalah what kind of learner,
Self-esteem, Self- talk, Organizing, Learning to live with uncertainty, using
mnemonics,Let context help, learning to make the intelligent guess, learn
some lines as whole, and Learning production technique. Strategi belajar
yang jarang dipakai adalah seperti learning a second culture and using
group strategies.
2. Strategi belajar listening yang paling banyak dipakai adalah compensation
and metacognitive and strategi belajar listening yang paling jarang dipakai
adalah cognitive and metacognitive one.
3. Strategi belajar speaking yang paling banyak dipakai adalah metacognitive;
compensation and memory strategies. Strategi belajar yang jarang dipakai
adalah affective.
4. Strategi belajar reading yang paling banyak dipakai adalah dan Strategi
belajar reading yang jarang dipakai adalah cognitive.
5. Strategi belajar writing yang paling banyak dipakai adalah memory,
compensation and social strategies, dan Strategi belajar yang jarang dipakai
adalah affective.

Pornografi Masuk ke Sekolah Lewat Hand Phone dan Internet

Pornografi Masuk ke Sekolah Lewat Hand Phone dan Internet
Oleh : Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar

Kosakata “pornografi” bukanlah kosakata baru. Semua orang sudah mengetahuinya. Anak- anak pra-remaja dan remaja pun sudah mengerti dengan maksud kata pornografi itu. sekarang kosa kata pornografi sudah melebar dan kita juga mendengar kosa kata “pornoaksi”.
Sampai detik ini orang tua di rumah dan guru di sekolah tetap menganggap tabu dengan perkataan dan perbuatan porno. Mereka tetap melarang keberadaan unsur- unsur pornografi dan pornoaksi mendekati anak- anak dan pelajar. Orangtua akan merasa tercoreng mukanya kalau salah satu anggota keluarga terlibat dalam budaya atau dampak pornoaksi, seperti ada anak gadis nya yang menerima tamu laki- laki sambil memakai rok mini pada malam minggu. Atau anak laki- laki nya jalan berpegang tangan dengan gadis lain, dan sampai kepada pelanggaran norma yang lebih berat lainnya.
Dalam pendidikan di rumah tangga, orangtua selalu menekankan pemberian pesan moral dan hukuman pada anggota keluarga agar tidak melakukan unsur- unsur porno- pornoaksi dan pornografi, seperti membuka aurat, menyimpan benda- benda porno- buku porno, majalah porno, vcd porno, dan lain- lain. Rasa ingin tahu, ajakan teman dan pengaruh budaya luarlah yang membuat benda- benda porno menyusup masuk ke dalam rumah secara sembunyi- sembunyi. Benda- benda tersebut adalah seperti majalah, kaset dan dokumen porno yang disimpan serta dirahasiakan oleh anak- anak remaja.
Sangat disayangkan apabila ada orangtua dan orang dewasa dari pihak keluarga yang pura- pura tidak peduli untuk mencegah hadirnya benda- benda porno dalam rumah. Atas nama demokrasi dan keindahan seni kemudian sudi untuk menyimpan dan memamerkan benda- benda porno dalam keluarga.
Sekolah sejak dari dulu tetap commit untuk mengharamkan benda- benda dan unsur- unsur porno hadir dalam lingkungan sekolah. Dahulu, sebelum teknologi dan informasi tidak begitu berkembang, guru-guru sudah melakukan tindakan anti atau kontra terhadap benda- benda dan unsur- unsur pornografi. Secara berkala mereka melakukan razia anti pornografi. Kejahatan siswa dalam hal pornografi pada mulanya adalah seperti menyimpan stensilan- atau tulisan cerita cabul yang diketik dan diperbanyak pada kertas stensil, komik dan novel porno sampai kepada foto- foto porno yang mereka peroleh lewat pedagang koran asongan di terminal bus atau lewat teman dan juga kaset video BF.
Selain itu, siswa remaja yang karena ingin tahu, menyimpan produk pornografi dan alat- alat kontrasepsi KB (Keluarga Berencana) seperti kondom, spiral, dan lain- lain, apabila tertangkap tangan oleh guru- guru menyimpannya tentu akan diproses karena melanggar hukum sekolah. Proses hukumnya bisa melibatkan orangtua dan kalau perlu pihak sekolah memindahkan atau memulangkan siswa yang bersangkutan ke orangtuanya.
Kemudian apalagi ? Begitu kemajuan teknologi informasi semakin pesat maka bentuk atau eksistensi unsur-unsur porno menjadi semakin apik pula dan makin sulit dilacak. Film porno, foto porno, kaset video porno memang jarang lagi dikantongi remaja secara ilegal, karena produk ini sudah kadaluarsa. Maka sekarang produk kepingn vcd porno, dengan kulit berlabel film kartun agar bisa mengelabui pihak yang mencurigai, pada halnya isinya berisi adegan terlarang, secara terang- terangan mudah beredar dan dijual lewat pedagang kaki lima dan siswa yang dilanda gejolak birahi mudah mencarinya.
Hal lain, yang berhubungan dengan pornografi adalah bahwa sekarang orang tua perlu untuk melakukan cek dan ricek kalau ingin menitipkan anak pada sekolah yang berasrama, kecuali kalau kondisi kehidupan anak- anak di asrama cukup kondusif seperti tinggal di rumah sendiri. Dari pengalaman diketahui bahwa kehidupan siswa yang kurang diawasi dan miskin aktivitas di asrama, maka penghuninya sering dilanda oleh gejolak dorongan libido. Pengalaman seksual yang kurang sehat mudah diperoleh oleh anak- anak yang tinggal di sana.
Siswa yang tinggal di asrama yang kurang terkontrol, dalam usia pubertas yang diiringi oleh dorongan libido yang tinggi, namun mereka kurang terlibat dalam aktivitas olah raga, seni dan kesibukan positif lain, maka siswa penghuni asrama mencari penyaluran libido secara intens. Maka kalau kondisi rumah lebih baik dan orang tua bisa mengembangkan potensial anak, maka mengapa harus mengirim anak ke sekolah dengan asrama yang tidak terjamin kualitas pendidikannya.
Sekarang semua orang tahu bahwa teknologi telekomunikasi semakin canggih, maka produk yang bernama hand-phone menjadi benda yang paling digemari oleh remaja. Kini banyak anak- anak atau remaja yang pintar merayu dan bermohon pada orangtua agar mereka dibelikan hand-phone. Pada mulanya hand-phone dirancang dengan fungsi untuk berkomunikasi. Namun kolaborasi ahli bisnis dan ahli teknologi menciptakan produk hand-phone menjadi semakin menarik, dilengkapi dengan aksesoris; camera, lagu, game, dan fiture yang lain. Maka kemudian fungsi memiliki hand-phone berubah, tidak lagi sebagai sarana berkomunikasi, namun berubah menjadi sarana untuk membentuk life style atau gaya hidup.
Sekarang hand-phone yang pas menurut selera siswa adalah kalau ada kamera, lagu, game dan aksesoris lain. Hand-phone yang seperti ini sangat layak dibawa dan dipamerkan di sekolah, namun kalau desain hand-phone terlalu sederhana maka mereka jadi malu dan ingin untuk menyimpannya dalam tong sampah.
Diam-diam guru di sekolah melihat gerak gerik dan prilaku yang mencurigakan atas prilaku siswa yang memiliki hand-phone berkamera ini. Mereka melakukan razia maka ditemukan sederetan film-film porno dan gambar porno yang mereka saling kirim lewat blue-tooth atau inframerah. Maka guru-guru dengan hati nuraninya sebagai pendidik menjadi amat sedih dan terluka. Ternyata orangtua bisa dikibuli oleh anak mereka sendiri. Segudang janji yang diikrarkan anak sebelum dibelikan hand-phone tidak terbukti.
Berbarengan dengan datangnya teknologi hand-phone maka datang pula teknologi internet. Sarana internet dirasakan amat penting untuk mengakses informasi dan sarana untuk berkomunikasi.
Perpustakaan merupakan tempat untuk mencari ilmu pengetahuan dan informasi. Tetapi sarana internet terasa jauh lebih menarik dari pada perpustakaan. Dan sekarang fenomena yang terjadi adalah kehadiran internet telah membuat perpustakaan menjadi sepi dan hanya layak sebagai gudang untuk menyimpan buku- buku. Akibatnya kini banyak perpustakaan yang menjadi sepi oleh pengunjung dan buku- bukunya sendiri mulai menguning dan dipenuhi debu.
Mengapa remaja pergi ke internet? Banyak remaja atau pelajar menjawab bahwa mereka pergi ke internet atau ke warnet (warung internet) untuk mencri ilmu dan informasi. Jawaban mereka 100 % sangat benar, namun kenapa warnet sengaja dirancang dengan bilik- bilik kecil dengan dinding agak tinggi, dari balik dinding bilik kecil tadi terdengar suara penuh curiga dan mata waspada.
Maka begitu mereka selesai mengakses internet lewat mesin yahoo, google dan mesin lain maka akan tersisa kosa kata mesum bahwa remaja- mulai yang bau kencur sampai kepada remaja usia hampir dewasa- baru saja mengkonsumsi gambar, film dan artikel jorok atau porno.
Dahulu ketika zamannya bioskop lagi menjamur, maka unsur- unsur seks lah yang membuat bioskop tersebut jadi ramai oleh pengunjung. Dan sekarang hal itu juga terjadi pada internet. Karena ada unsur- unsur seks, maka internet juga menjadi makin laku.
Namun sekarang bagamana lagi ? Di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru pasti mengharamkan unsur- unur seks atau pornografi menyentuh siswa. Namun di luar rumah dan luar sekolah, yaitu di warnet- wanet unsur- unsur seks dan pornografi begitu mudah diakses dan di download. Kini siapa yang patut mengawasi anak- anak dan remaja tidak ketagihan oleh unsur- unsur pornografi bila mereka berada di luar rumah dan sekolah ?.
Bila kejahatan seksual meningkat di tengah masyarakat, maka dapat diprediksi bahwa keberadaan warnet ikut berpartisipasi untuk menyuburkan budaya pornoaksi dan pornografi. Rangsangan- rangsangan pornografi lewat internet telah berpotensi untuk meningkatkan gelora libido mereka yang tidak terkontrol, pada akhirnya bermuara pada kejahatan seksual; incest, kehamilan di luar nikah, pengguguran kandungan, pelecehan seksual dan lain- lain. Orang tua dan guru tentu selalu menyerukan dan berpesan agar anak- anak mereka selalu ingat dengan ungkapan; say no to situs porno. Namun untuk pengawasan yang lebih kompeten di luar rumah dan sekolah tentu adalah tanggung jawab pemerintah dan pengelola internet itu sendiri.

(Marjohan, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar)

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...