Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Mei 2011

Komunikasi Seorang Pemimpin: Bukan Memerintah Tetapi Bermohon



Komunikasi Seorang Pemimpin: Bukan Memerintah Tetapi Bermohon

Oleh : ROSFAIRIL
Kepala SMAN 3 Batusangkar
Peranan seorang pemimpin sangat penting untuk keharmonisan suatu tatanan social atau organisasi. Seorang pemimpin memiliki banyak peran dan dua di antaranya adalah untuk : 1) menyelesaikan tugas untuk bisa mencapai target atau perencanaan, 2) memelihara hubungan yang efektif dengan bawahan dan juga membina hubungan baik sesama bawahan.
Berdasarkan poinh di atas terlihat bahwa seorang pemimpin perlu memiliki “kiat” dalam menjalankan perannya. Ia harus cerdas dalam menyelesaikan harapan/ tugas sesuai dengan target yang ditetapkan. Ia juga perlu memiliki kemampuan untuk membangun “jembatan hati” inter personal dalam organisasi yang dipimpinnya.
Pemimpin yang hanya pandai untuk menuntut target lebih tepat untuk hidup kembali di masa lalu (pemimpin yang otoriter). Sementara seorang pemimpin yang pro dengan kehidupan modern (pemimpin bergaya humanistik) perlu memiliki kemampuan untuk  “merangkai keterpautan hati” dengan sesama dalam zona kepemimpinannya. Ia perlu menjaga suasana sehati atau “one heart situation”.
Mengapa sering terjadi konflik internal dalam suatu organisasi ? Konflik tersebut dapat menghambat percepatan pencapaian target yang diinginkan. Adalah fenomena di lapangan bahwa sering suatu organisasi sulit untuk mewujudkan tujuannya. Penyebabnya adalah ketidaksamaan paham di antara masing-masing personal. Kondisi awal pemicu adalah karena tidak tersambungnya jembatan hati satu sama lain. Kemudian mem dengan munculnya rasa “tidak senang” dengan  sesama anggota  dan selanjutnya berkembang rasa “saling mencurigai, saling menyalahkan, dan saling menjatuhkan”. Ini kemudian akan bermuara pada kehancuran suatu organisasi itu sendiri. Jika sampai pada titik klimaks, maka tamatlah riwayat peranan seorang pemimpin.
Seorang ahli tentang kemimpinan, Hildan Carol (1977), berpendapat bahwa seorang pemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mendorong sejumlah orang untuk  bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan yang terarah (mencapai tujuan bersama). Dari pengertian ini dan berdasarkan implementasinya di lapangan akan terlihat dua dimensi fungsi yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan dalam mengarahkan (direction ability), dan kedua, berkenaan tingkat dukungan atau support atau keterlibatan orang yang dipimpin.
Dimensi dalam direction ability dapat dilihat pada kemampuan pemimpin untuk mendorong orang lain agar  bekerja. Sementara dimensi support bawahan (dukungan dari orang yang dipimpin) sangat berguna dalam melaksanakan tugas pokok- terlihat dari bentuk kerjasama dalam melaksanakan kegiatan yang terarah demi mencapai tujuan bersama.
Dalam operasionalnya bahwa dimensi kepemimpinan akan terlihat dalam bentuk fungsi dari seorang pemimpin. Beberapa fungsi pokok dari kepemimpinan adalah: 1) fungsi instructif (memberi perintah), 2) fungsi konsultatif ( tempat bertukar pendapat), 3) fungsi partisipatif (pemberian kontribusi untuk mencapai tujuan), 4) fungsi delegasi (pelimpahan beberapa kewenangan pada anggota) dan, 5) fungsi pengendalian.
Strategi adalah langkah-langkah khusus untuk mencapai sasaran. Seorang pemimpin perlu memiliki strategi untuk mencapai sasarannya. Sekali lagi bahwa seorang pemimpin perlu peduli untuk  membangun “keterpautan( jembatan ) hati” antar sesama anggota. Seorang pemimpin perlu memiliki strategi yang tepat untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kesalahan dalam menempatkan strategi akan menimbulkan kegagalan dalam memimpin.
Dari pengalaman berorganisasi, bahwa “pemimpin yang lebih dominan menggunakan” fungsi instructif- yaitu serba gemar memerintah “tolong kerjakan ini…, tolong kerjakan itu, jangan lakukan ini…dan jangan lakukan itu” ketimbang menggunakan fungsi konsultatif, fungsi partisipatif serta fungsi delegatif, cendrung membuat dia menjadi pemimpin bergaya otoriter.
Tentu saja ada penekanan- penekanan sari setiap fungsi kepemimpinan tersebut. Pada fungsi intructif,  pemimpin menitik beratkan kepada pencapaian tujuan, namun sering mengabaikan rasa humaniora (penghargaan rasa kemanusiaan). Pada hal kunci utama untuk mencapai tujuan yang diinginkan terletak bagaimana seorang pemimpin mampu membangun semangat (memotivasi) anggotanya untuk bekerja.
Pemimpin perlu memperlakukan karyawannya (anggota) sesuai dengan porsi dari tingkat keberadaannya. Pemimpin perlu untuk pandai menghargai orang lai- bawahannya. “Ya, hargailah sekecil apapun jasa dan hasil  kerjanya. Sebab dengan cara demikian, orang akan melipatgandakan potensinya demi kepentingan bersama”.
Perlu diingat bahwa ini pula yang akan membawa pemimpin menjadi sukses dan hebat, Sukses, hebat dan pentingnya seorang pemimpin, sebenarnya bukan karena mengatakan dia orang hebat dan penting, namun karena ia mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan hebat dan juga mampu menjadikan orang/ anggotanya menjadi hebat. “Kesuksesan baru ada, kalau juga ada pengakuan aktualisasi kita sebagai pemimpin yang hebat”. Seyogiyanya seorang pemimpin harus memperlihatkan kepada orang yang dipimpin bahwa dia tetap berada dalam kontek “berpikir positif” dan “pro-aktif” dengan kemampuann yang dimilikinya. Hal ini dalam pandangan bawahannya akan memberikan kontribusi lebih positif. Citra positif pemimpin perlu di jaga agar ia selalu tetap berada di hati bawahan.
Tidak menjadi persoalan apapun bentuk lini kepemimpinannya dan apapun pekerjaan yang dikelola. Kesuksesan pemimpin sangat tergantung pada kemampuan untuk menjaga interaksi dengan orang lain (bawahan) secara efektif dan harmonis. Berkaitan dengan paparan tentang kepemimpinan, maka sebetulnya ada satu aspek atau skill seseorang yang belum mendapat perhatian penuh selama ini. Yaitu aspek assertiveness.
Assertivenes (keasertifan) maksudnya adalah kemampuan berbicara dan bertindak bertindak seseorang yang akan membuat orang lain   merespon secara atentif (penuh perhatian) dan positif. Aspek- aspek ini sangat esensial dalam system kepemimpinan, namun sering terabaikan. Kunci pokok keberhasilan memimpin sebenarnya terletak pada aspek keasertifan. Pemimpin yang kurang mampu memancing respontif dari karyawannya akan mustahil dapat mengaktualisasikan diri dalam pekerjaannya.
Maksudnya bahwa pemimpin (top leader) harus mampu menggelitik sumber energi kerja dari karyawan/anggotanya sehingga mereka bisa terangsang untuk  berpartisipasi- memberikan respon atas apa yang diinginkan oleh pemimpin. Sumber kekuatan tersebut pada hakikatnya terletak pada hati. Maka intinya adalah “jagalah ketersambungan hati” dan jangan buat jarak.
Beberapa “some do-s” dan “some don’t-s” atau beberapa suruhan dan larangan dari pemimpin terhadap karyawannya. “Selalulah membentengi hati karyawan dengan semangat yang menggebu-gebu. Sekali-sekali jangan sakiti hati mereka, buatlah karyawan menjadi rindu karena tidak bertemu dengan kita dalam satu hari. Jadikan ketersangkutan hati melekat dengan hati kita. Buatlah diri kita menjadi kebutuhan bagi mereka untuk berinovasi serta berimprovisasi dalam pekerjaannnya dan dengan keberadaan kita biarkan mereka berkembang sesuai dengan kodratnya sehingga mereka merasa tersanjung dan terhargai dengan demikian akan dilihat tumpukan energi pembangunan yang anya terselubung disudut hati yang paling dalam, ini  akan membludak dengan dahsyat dalam bentuk produk sebuah pekerjaan”.
Terkadang pada saat tertentu, perasaan tidak mendapat perlakuan adil dari karyawan/angota yang tampil dengan pura-pura jatuh. Maka intinya adalah mohon berikan perhatian yang agak lebih padanya, seolah-olah ia berkata “ tolong bangkitkan saya…!”. Di sinilah kepiawaian seorang pemimpin dalam mencermati secara bijak prilaku berpura-pura tersebut. Hal yang juga sangat penting untuk dijaga adalah “hati dan perasaan bawahan jangan sampai terluka oleh perbuatan dan tindakan kita sebagai pemimpin, ini berguna agar bawahan selalu bersikap loyal”.
Jelas sudah bahwa keberhasilan seorang pemimpin bukan terletak pada banyak orang yang ikut dibawah kepemimpinannnya tetapi terletak pada berapa banyak orang loyal dengan yang dinginkannya. Keberhasilan pimpinan terletak pada berapa banyak orang yang loyal bukan pada banyak orang yang ikut, maka ini  berarti bahwa keberhasilan kepemimpinan seseorang adalah seberapa jauh ia mampu memancing respon para anggota. Juga seberapa lama ia dapat  menjaga interaktif secara harmonis.
Mengakhiri tulisan ini bahwa kepemimpinan secara hakiki adalah bukanlah memerintah namun menyembah- ibarat alur sembah yang diperankan oleh ninik mamak dalam masyarakat Minangkabau, yaitu memohon pada orang agar mau berbuat  untuk kita. Dalam hukum social bahwa setiap permintaan berarti posisi tangan selalu berada di bawah, bukan di atas. Maka untuk itu para pemimpin harus pandai-pandai dalam menempatkan diri, yaitu jangan meminta dengan kesombongan, karena kesombongan tidak akan mengantarkan kita pada harapan. Sebaliknya akan membuat jarak lebih jauh dari keinginan.
Sebuah filosofi “alfatihah (surat alfatihah) bahwa untuk mengakses kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari, dengan jelas bahwa Allah Azza Wajalla telah menggambarkan dalam surat alfatiha “untuk sampai kepada permohonan, ada empat pujian yang dilakukan terlebih dahulu”. Kalimat “Ihdinasshirathal Mustaqiim- tunjukilah kami jalan yang lurus”, adalah didahului dengan beberapa pujian antara lain:
“Alhamdulillahirabbul Alamin, Arrahmanirahim, malikiyaumiddin dan iya kana’budu waiya kanast’iin”.
Semua kalimat tersebut adalah pujian pada Allah- Sang Khalik, padahal tanpa dipuji Sang Khalik tetap esa dan tetap mulia. Namun manusia yang sangat miskin dengan kasih sayang jika memohon “ya pandailah memuji terlebih dahulu” supaya apa yang diminta akan terkabul/ terbantu. Kepemimpinan yang dilandasi dengan gaya “membentak dan menghardik” akan membuat para anggota tidak menjadi hormat, melainkan akan bersikap tidak baik.
Pendapat ahli bahwa seorang pemimpin  diterima oleh masyarakat, “80 % ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya”. Porsi kecerdasan intelektual hanya 20 %. Malah di Amerika Serikat fenomena tersebut mengalami sedikit pergeseran, yaitu bahwa “90 %  kegagalan seorang pemimpin” dipengaruhi oleh perilaku buruk sang pemimpin.
Akhir kata, jadilah pemimpin yang amanah, sesuai dengan sunnatullah. Sebab siapapun yang kita pimpin (dalam kontek bagaimanapun) maka pertanggung jawaban akan tetap diminta oleh sang Khalik di Yaumil Mahsyar nanti. Nabi Muhammad Saw bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap apa yang kamu pimpin akan diminta pertanggung jawaban disisi Allah. Dalam memimpin jadikanlah Alquran sebagai tuntunan”. Moga moga para pemimpin  member kontribusi untuk keharmonisan hidup masyarakat, amiin. 

Kamis, 14 April 2011

Pengalaman Pemuda Sumatera Bekerja di Negeri Sakura

Pengalaman Pemuda Sumatera Bekerja di Negeri Sakura
Oleh: Marjohan
Guru SMAN 3 Batusangkar
(http://penulisbatusangkar.blogspot.com)

Penglaman positif menjadi pekerja di negeri sakura bukanlah pengalaman penulis, tetapi ini adalah pengalaman seorang pemuda bernama Jose, keponakan penulis, yang baru saja mengakhiri pekerjaan dan telah tinggal di Jepang selama tiga tahun. Penulis berfikir bahwa pengalaman Jose dan pengalaman remaja/pemuda yang pernah bekerja di sana sangat layak untuk ditulis.

Cukup banyak sebutan untuk negara Jepang. Sebagian menyebutnya dengan nama “negara matahari terbit, negara samurai, dan negara sakura”. Namun tidak perlu disebut atau diberi gelar dengan negara tsunami atau radiasi nuklir, karena ini membuat kepedihan bagi mereka sebagai tetangga kita.

Setiap orang yang baru datang ke negara dengan empat musim pasti akan mengalami cultural shock- kejutan budaya. Iklim di negara kita yang dapat dikatakan sebagai “summer all the time- musim panas sepanjang tahun”. Musim dingin di sana memang menusuk tulang, kalau bekerja di ladang tidak tahu kalau tangan kita tergores duri. Suhu dingin membuat perasaan sakit tidak terasa dan baru tahu kalau kita sudah mencuci cuci tangan.

Pekerja asal Indonesia yang datang buat pertama kali di Jepang akan mengalami cultural shock dari segi bahasa. Pengiriman tenaga Indonesia menuju Jepang memang lebih professional dan bertanggung jawab disbanding pengiriman tenaga kerja ke Timur Tengah. Sebelum keberangkatan, semua peserta dilatih untuk trampil dalam berkebun- sebagaimana mereka kelak akan diserap kedalam perusahaan perkebunan- mereka musti tahu/ trampil dalam pembibitan, menanam dan memanen. Kemudian mereka juga harus bisa menguasai bahasa Jepang dengan aktif- mereka tahu dengan huruf kanji, romanji, katagana dan hiragana.

Ternyata sampai di negara sakura, bekal bahasa Jepang yang mereka kuasai belum cukup. “Bahasa Jepang yang dipelajari di Indonesia adalah bahasa Jepang standar untuk kota Tokyo. Sementara penduduk di sana memakai bahasa Hogeng, yaitu bahasa daerahnya. Jose sendiri berdomisili di perfektur Ibaraki dan ia harus memahami bahasa Jepang versi Ibaraki Ben. Sebetulnya bahasa Jepang yang dipelajari oleh pekerja Indonesia sudah bisa dipahami oleh penduduk asli Jepang. Namun mereka meresponnya dalam bahasa daerah atau bahasa Hogeng.

Adaptasi pendatang ke Jepang selain dengan faktor cuaca dan bahasa adalah juga dengan disiplin kerja. Bagi bangsa Jepang disiplin kerja adalah nomor satu. Pekerjaan yang dilakukan buruh tidak berat, namun mereka perlu kerja cepat, karena umumnya mereka bekerja dengan menggunakan mesin. Kalau lengah sedikit maka kita tertinggal dan mesin jalan terus. Pekerjaan di Jepang memang serba pakai mesin dan pekerjaan di Indonesia dikerjakan secara manual. Bekerja dengan sesama manusia terasa santai dan bisa ngobrol sambil bekerja dan bekerja di Jepang memerlukan hasil maksimal. Semua produk desa di Jepang serba maksimal- hasil panen padi maksimal, hasil produk susu maksimal, hasil produk sayur juga maksimal. Mengapa ?, ya karena Orang Jepang bekerja lebih serius dan lebih disiplin sehingga bisa memenuhi konsumsi penduduk yang cukup padat.

Musim di Jepang ada empat macam, masing-masing berganti setiap tiga bulan . Haru atau musim semi jatuh pada bulan Maret, April dan Mei. Ini adalah iklim paling ideal dan paling bagus. Suhu terasa sejuk sama halnya dengan suhu atau cuaca di daerah pegunungan di Indonesia. Habis musim haru, datanglah musim Natsu.

Natsu atau musim panas jatuh pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Musim panas terasa sangat panas, yang panas bukan mataharinya, tetapi cuacanya. Angin yang bertiup juga terasa panas. Boss nya pada perusahaan Jepang juga memahami, sehingga dalam musim panas istirahat siang diberi lebih lama. Namun kita pergi bekerja lebih cepat, karena selama musim panas siang hari terasa lebih panjang. Jam 4 pagi, fajar sudah menyinsing dan jam 5 pagi orang sudah bisa pergi bekerja. Dalam musim panas orang merasa malas untuk makan, namun mereka ingin minum air lebih sering.

Aki atau musim gugur jatuh pada bulan September, Oktober dan November. Setelah musim panas berlalu, tentu daun-daun pada pepohonan berubah. Cuaca dalam musim aki terasa sama dengan musim semi, dan malah sudah terasa dingin. Dalam musim gugur dedaunan pohon momi berubah menjadi warna merah, sehingga tampak ibarat bunga yang menempel pada pohon, dahan dan ranting. Banyak orang pada musim aki mengabadikan momen ini dengan kamera mereka- karena pemandangan begitu indah/ eksoktik.

Musim Fuyu atau musim dingin jatuh pada bulan Desember, Januari dan Februari. Orang mengatakan musim dingin sebagai musim salju karena dalam musim ini kadang-kadang ada salju namun kemudian mencair di tengah hari yang dingin. Dalam musim ini suhu berkisar antara -70 C sampai 70 C. Perubahan lain dalam musim ini adalah semua orang memakai pakaian berlapis, paling kurang tiga lapis- baju lengan panjang, sweater dan jaket perlengkapan kerja. Keinginan makan dalam musim dingin sangat tinggi, namun kita enggan untuk minum, kecuali minum air yang agak hangat.

Ternyata bangsa Jepang berkarakter sedikit tertutup terhadap pendatang baru, paling kurang untuk memulai pergaulan. Itu karena orang Jepang tidak begitu bergaul dan mereka tidak suka punya banyak teman. Menurut Jose bahwa paling kurang karakter begini untuk di daerah Kanto- Jepang Timur yang meliputi Tokyo, Ibaraki, Shaitima dan Fukushima. Namun kalau orang Jepang sudah akrab dengan kita maka mereka bisa akrab terus. Yang lain, bahwa kalau kita tidak menepati janji maka simpati mereka akan rusak pada kita.

Sebagian penduduk pribumi Jepang, memperoleh informasi yang terbatas dari TV. Program televisi Jepang jauh dari susana hura-hura. TV di sana tidak menayangkan iklan. Program TV mereka banyak berkisar siaran berita, film, dan humor. TV Jepang banyak memberitakan tentang prestasi dan keunggulan dari dalam negeri sendiri dan amat sedikit memberitakan tentang negara lain, sehingga mereka kurang tahu tentang negara lain. TV menayangkan hal-hal yang mereka anggap aneh, dari Indonesia misalnya, ditayangkan tentang suku Asmat, suku Mentawai, tentang orangutan, sehingga Jepang memandang Indonesia sebagai negara terbelakang.

Penduduk Jepang yang belum pernah ke luar negeri memiliki pandangan sempit tentang luar negeri dan merasa super untuk negeri sendiri. Mereka akan sering bertanya “apa kulkas ada di Indonesia, apa pesawat terbang ada di Indonesia…?” Pertanyaan demikian terasa cukup bodoh, ya itu adalah akibat efek berita TV Jepang yang kurang berimbang dan transparan. Malah berita bencana tsunami tidak begitu tercakup dalam berita untuk konsumsi bangsa mereka sendiri- mungkin tujuannya agar bangsa sendiri tidak begitu larut dalam duka lara. Namun orang Jepang yang sudah pernah pergi ke luar negeri, memiliki wawasan luas dan akan menghargai bangsa-bangsa lain.

Memang bangsa Jepang memiliki percaya diri yang lebih tinggi dan menghargai bangsa sendiri lebih tinggi. Tentang produk sendiri, bahwa produk dengan kualitas terbaik dijual untuk konsumsi bangsa sendiri dan produk nomor dua dijual untuk tujuan ekspor. Kemudian tentang cara gaya berbicara bahwa bangsa Jepang tidak berbicara keras-keras di tempat umum khawatir mengganggu orang lain. Suku bangsa asal Thailand kerap dianggap suka bicara dengan aksen yang lebih keras. Bangsa Jepang terlihat senang menggunakan body language atau gerak gerik tangan dalam berkomunikasi. Mereka berbicara dan terbiasa menggunakan kalimat-kalimat singkat dan jelas tanpa diikuti oleh tertawa sampai terbahak-bahak.

Mengapa kedisiplinan sudah menjadi budaya orang Jepang ? Salah satu penyebabnya adalah faktor musim. Dalam musim panas yang hanya berlangsung 3 bulan, orang harus disiplin bercocok tanam dalam waktu yang pendek dan berfikir bagaimana hasil bisa berlipat ganda. Terlambat saja dalam bercocok tanam akan menyebabkan gagal panen.
Unsur tanah di Jepang lebih sehat. Mereka menghindari pemakaian pupuk kimia, namun mereka memakai pupuk organik yang dikelola oleh pabrik. Mereka juga mengkonsumsi nasi dan banyak sayur. Sayur mereka dimasak tidak sampai matang, mungkin separoh matang. Orang Jepang tidak memanjakan anak, tapi mengajak mereka agar hidup mandiri. Bila memberi permen atau kue untuk anak, ya tidak langsung disuapkan ke mulut, tetapi diberikan melalui tangan mereka. Rumah kaca di Jepang sangat membantu dalam musim dingin, yaitu untuk mengatur suhu buat tanaman atau ternak.

Walau penduduk di sana kurang punya amalan agama seperti kita di Indonesia. Namun mereka lebih menghargai alam- hewan dan tanaman. Jose hampir tidak menemui orang Jepang menembak burung, membunuh serangga, melempar kucing dan anjing liar. Mereka juga mencintai lingkungan. Andai mereka menjumpai tanaman bunga liar tumbuh dekat kebun, maka bunga tersebut langsung dirawat, dibersihkan dari rerumputan.

Orang kita sebahagian suka mempertahankan karakter boros. Di tempat pesta banyak orang yang senang menyisakan makanan dan minuman walaupun terasa sangat lezat. Entah apa alasan mereka untuk berbuat demikian. Namun orang Jepang malu dikatakan sebagai orang yang boros, itu karena mereka menganut budaya suka berhemat. Hemat dalam mengkonsumsi air, listrik, makanan dan penggunaan waktu. Dalam perjalanan menggunakan transportasi umum terlihat karakter hemat waktu atau menghargai waktu. Mereka tidak suka ngobrol keras-keras, dan mereka malah lebih suka tidur atau mendengar lagu lewat walkman dan membaca komik (bagi remaja dan anak-anak). Inilah penyebab mengapa industri komik tumbuh cukup subur. Prilaku seperti ini adalah juga wujud dari menghargai waktu.

Pendidikan keluarga di Jepang berorientasi pada kemandirian dan disiplin. Walau Jepang kaya raya dan memproduksi banyak sepeda motor, namun anak-anak tidak diizinkan memakai sepeda motor sampai mereka memperoleh cukup umur untuk memperoleh SIM- surat izin mengemudi- dalam usia 17 tahun. Anak-anak Jepang tidak diantarkan ke sekolah langsung pakai kendaraan. Tapi diantar ke tempat perkumpulan anak-anak dan kemudian anak-anak berjalan menuju sekolah.

Pada umumnya orang Jepang menyukai rumah dengan lantai papan. Maka agar lantai tidak rusak oleh jejak telapak kaki, mereka selalu memakai kaus kaki. Rak sepatu ada di luar rumah. Begitu masuk rumah, sepatu dilepas dan selanjutnya memakai sandal khusus rumah, itulah mengapa kaki orang Jepang bersih-bersih. Mereka tidak menyukai banyak perabot yang serba rumit, cukup yang sederhana atau yang model minimalis saja.

Ada juga kesamaan budaya Jepang dengan kita, yaitu saling berkunjung dan juga membawa buah tangan atau oleh oleh dan saling berharap oleh-oleh. Namun Jepang termasuk bangsa yang suka menangis. Meluapkan kegembiraan juga menangis apalagi kalau merasa sedih. Kalau gagal bangsa Jepang juga menangis. Malah cukup banyak bangsa Jepang yang melakukan hara-kiri- bunuh diri- kalau merasa gagal.

Rata-rata bangsa Jepang ingin memiliki anak satu atau dua orang. Namun sekarang dalam kondisi ekonomi yang cukup sulit maka ada orang tua muda di Jepang yang takut memiliki anak. Sebab setiap anak yang lahir dikenai pajak.

Masa puberitas anak-anak/ remaja Jepang datang lebih cepat. Sebahagian remaja yang berpacaran sudah mengenal hidup bersama- samen leven. Perilaku ini tidak layak untuk kita ikuti karena tidak cocok bagi kita dan bangsa yang menganut ajaran Islam.

Banyak kenangan manis yang terasa setelah tiga tahun tinggal dan bekerja di Jepang. Jose sangat terkesan dan juga terbiasa dengan budaya positif bangsa tersebut seperti suka kerja serius, kemandirian, disiplin yang tinggi (selama di Jepang ia tidak pernah melihat sopir yang ngebut dan meniup klakson) dan juga dengan kebersihan. Berbeda dengan pekerja yang datang dari negara timur tengah yang sebagian memang terbentuk mental buruh atau mental pembantu- yang tidak tahu apa yang musti dikerjakan begitu pulang lagi ke tanah air. Maka bagi Jose yang tumbuh adalah mental suka kerja keras dan kemandirian. Kini ia tengah merintis usaha yaitu membuka ruko, usaha peternakan, perikanan dan mengolah hasil tanam dan juga berencana untuk segera berumah tangga dengan gadis pujaan hati.

Jumat, 08 April 2011

Mengapa Justin Bieber Lebih Ngetop dari Briptu Norman, Shinta dan Jojo ?

Mengapa Justin Bieber Lebih Ngetop dari Briptu Norman, Shinta dan Jojo ?
Oleh: Marjohan
Guru SMAN 3 Batusangkar
http://penulisbatusangkar.blogspot.com

Arus komunikasi dan hiburan dalam tahun 2000-an ini sudah demikian pesat. Apalagi dengan hadirnya berbagai fitur dalam jaringan internet, sehingga infrastruktur (sarana) hiburan dan komunikasi yang bersifat konvensional jadi terpinggirkan. Gedung bioskop, kantor pos, kantor telepon dan telegraf sudah kehilangan pengunjung.

Keberadaan fitur jejaring sosial pada internet seperti friendster, my space, you tube, face book, skype dan twitter telah mendorong banyak orang muda untuk betah duduk di depan layar laptop, ebook dan desktop selama berjam-jam.

Face book telah menjadi fenomena dalam masyarakat. Ia diminati oleh banyak orang muda di dunia. Seperempat penduduk Amerika Serikat atau 125 juta orang telah bergabung menjadi pengguna facebook. Sementara di Indonesia ada 25 juta orang. Apa kira-kira visi dari penemu face book ini ?

Face book mulai dikenal tahun 2004. Fitur ini ditemukan oleh Mark Zuckerberg, seorang programmer computer dan pengusaha kelahiran White Plain, New York. Ia menemukan FB dalam usia 19 tahun. Tentu saja tujuan utamanya menemukan fitur ini sebagai sarana untuk menyalurkan energy kreatifya. Ia dibantu oleh Andrew McCollum, Dustin Moskovitz dan Crist Hughes. Mereka adalah temannya sejak dari Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Fitur Face book menjadi lebih menarik dibandingkan jejaring sosial lain. Karena dalam fitur ini para pengguna FB bisa saling berbagi cerita, berbagi foto, link, film/ clip dan juga bisa menciptakan event dan grup untuk saling berbagi simpati dan empati. Menjadi anggota FB begitu mudah. Bila seseorang sudah punya account, mungkin pada yahoo, gmail atau plasa, dan juga mempunyai pass word maka mereka sudah bisa mendaftar sebagai anggota FB. Ada yang menggunakan identitas yang asli atau identitas rekayasa.

Pernak-pernik FB yang paling berguna adalah “wall, info dan photo”. Umumnya pengguna FB paling gemar mengintip orang lain melalui ke tiga konten FB ini. Kalau merasa tertarik ya cukup klik ajakan pertemanan (add) dan konfirmasi.

Dalam dua tahun lalu, pernah ada perdebatan dalam media yang mengatakan bahwa facebook itu haram, karena ia memberikan mudharat. Akhirnya muncul pendapat pro dan kontra dan setelah itu jadi reda. Bagi penulis sendiri, FB cukup bermanfaat. Karena penulis bisa menyimpan seluruh foto-foto dan tidak perlu lagi menyimpan albun yang tebal dalam laci lemari. Penulis juga bisa bertemu dengan teman- teman lama yang sudah terpisah lebih dari 20 tahun yang lalu. Penulis juga bisa memposkan kumpulan tulisan pada note dan juga menyimpan alamat berbagai link situs berguna.
Selain Face Book, you tube, juga merupakan fitur internet yang cukup penting. Steven Shin Chen menemukan fitur ini juga dalam usia cukup muda, yaitu usia 27 tahun. Ia bekerja sama dengan Chad Hurley dan Janed Kareem dalam merampungkan fitur internet ini. You tube dirancang menjadi tube pribadi bagi pengguna fitur ini. Siapa saja bisa mengupload clip atau film dalam you tube untuk disebarkan buat masyarakat di dunia cyber.

Kalau difikir-fikir, Mark Zuckerberg, Steven Shin Chen dan penemu fitur yang lain pantas dianugerasi hadiah nobel. Karena penemuan mereka telah memberi arti khusus dalam membentuk kultur dunia- lintas bahasa, bangsa, agama dan ras manusia. Banyak manusia bisa saling berteman dan bila salah guna ya bisa saling bermusuhan.

Cukup banyak penelitian dilakukan atas keberadaan facebook. Ethan Zuckerman, peneliti dari Havard University, mengatakan bahwa FB lebih menyerupai “Bar di perkampungan”, dimana setiap orang bisa mengetahui nama dan identitas kita. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa Face Book bisa menjadi ruang untuk bertukar berita, gossip, penemuan atau untuk menyebarkan pandangan. FB bisa menjadi sarana untuk memperluas perspektif dengan mendengarkan keluh kesah orang lain. FB bisa digunakan untuk mencari informasi secara lokal maupun global.

Sekali lagi bahwa FB bisa digunakan untuk berkomunikasi lintas negara. Onnik Krikorian, wartawan Armenia, mengatakan bahwa sebahagian orang Armenia dan Azeri bisa berteman satu sama lain meskipun kedua negara mengalami konfliks perbatasan.

Tapi tunggu dulu, bahwa FB ternyata bisa sebagai sarana untuk iseng-iseng, perpecahan dan mengibuli orang lain. FB bisa menghalangi dialog. Sekumpulan kecil anak-anak muda di Indonesia dan Malaysia senang bertengkar dan saling menghina bangsa. Memplesetkan Indonesia menjadi Indon (bangsa budak) dan Malaysia dengan plesetan Malingsia. Sungguh karakter ini tak perlu ditiru bagi yang lain.

FB juga bisa memberi efek addictive- kecanduan- pada penggunanya. Dewasa ini ratusan ribu anak sekolah, pulang sekolah digiring oleh kecanduannya menuju cafenet dan warnet (warung internet) dan mereka rela duduk berjam-jam di depannya. Cukup kontra,dengan anak sekolah zaman dulu, pulang sekolah buru-buru pulang ke rumah dan habis itu ikut membantu orang tua. Anak-anak sekarang menghabiskan waktu berjam-jam di depan facebook/ internet.

Penggunaan face book atau internet selama 10 jam perminggu bisa membuat mereka kurang bersosialisasi dengan keluarga, teman dan tetangga. Juga kecanduan internet membuat mereka menjadi cenderung tidak punya waktu untuk membaca koran, membaca kitab suci, dan membaca buku-buku berkualitas lain, sehingga mereka tidak mengenal pemikiran orang-orang hebat di dunia.
Bulan April tahun ini (2011) media massa menjadi heboh, gara-gara Shelly yang berwajah cantik menyalah gunakan facebook dan membujuk orang untuk menyerahkan handphone nya. Kemudian ada lagi, pria baik-baik, masih lajang menikah dengan Icha, sebelumnya saling berkenalan lewat face book, ternyata bernama “Rahmat Sulistiyo” dan berjenis kelamin laki-laki. Ia telah memalsukan identitasnya.

Lebih dari itu, face book telah menggoncang dunia Arab, mulai dari Tunisia, Mesir dan berurutan terus ke Yemen, Yordania danLibia. Revolusi Tunisia dikobarkan oleh ekspresi Face Book milik Mohammed Bouzizi sipedagang buah.

Mohammed Bouzizi adalah pengangguran Tunisia walaupun ia sendiri sarjana lulusan universitas. Pemerintah otoriter dan korup tidak mampu mensejahterakan rakyatnya. Banyak sarjana yang juga menganggur. Malah sebagian pemuda memutuskan menjadi pekerja di negara tetangga. Bagi Bouzizi, agar bisa hidup maka ia memutuskan untuk menjadi pedagang buah dengan gerobak, ya ibarat pedagang asongan. Namun gerobaknya dirampas oleh aparat pemereintah dengan alasan tidak memiliki izin. Tentu saja Bouzizi, sedih, depresi dan ia menulis segala kegalauan fikirannya pada face book. Karena kecewa dengan pemerintah Bouzizi membakar dirinya di depan mesjid hari jum”at dan kemarahan masyarakat merebak hingga menurunkan Presiden Zine Al-Abidin Ben Ali dari kursi kepresidennya.

Revolusi Tunisia yang terinspirasi oleh face book ini disebut dengan revolusi jasmine, atau revolusi melati. Revolusi ini juga menginspirasi rakyat Mesir untuk bergejolak hingga Presiden Otoriter dan korup, Hosni Mubarak turun dari jabatannya. Kerususan merebak ke bagian dunia arab lain, termasuk di Libia. Namun revolusi di Libia berakibat fatal yaitu perang saudara- antara pemerintah dan pemberontak. Amerika, Perancis, Itali dan Nato atas nama PBB ikut campur tangan untuk perdamaian. Namun mereka telah mencuci tangan dengan darah rakyat sipil yang jadi korban keganasan mesin perang mereka. Untuk hal ini, sungguh banyak orang kehilangan simpati terhadap arrogan barat.

Fitur you tube, ya ibarat face book, juga ibarat pisau bermata dua. Ia bisa untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Ariel Peterpen telah dijebloskan ke dalam penjara gara-gara video mesumnya bersama Cut Tari dan Luna Maya diupload ke fitur you tube dan sontak menghebohkan orang tua di Indonesia. Namun you tube juga telah memberi berkah kepada banyak orang, seperti terhadap Justin Bieber, Bonan Paputungan, Briptu Norman, Shinta dan Jojo, dan juga terhadap seorang pemuda kocak dari Ambon yang mengupload klip lagunya dengan judul “Udin Se Dunia”. Katanya bahwa udin se dunia itu meliputi; Udin yang di kamar- Kamaruddin, Udin yang jago syaraf- Syarifuddin, Udin yang punya nazar- Nazarrudin, Udin yang kembar- Kambaruddi, dan seterusnya”.

Shinta dan Jojo juga keciprat ngetop lewat you tube dengan klipnya “keong racun”. Sekarang mereka sudah menjadi bintang iklan. Bonan terinspirasi dengan kesenjangan hukum, terkesan memanjakan/meringankan hukum penjahat besar Gayus Tambunan dengan hukuman tak berimbang. Bonan akhirnya menciptakan lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” dan mengapload lagu pada you tube. You tube juga memberi berkah buat dia. Dan minggu ini (April 20011) Briptu Norman juga jadi fenomena clipnya lewat you tube dengan meniru lagu artis Shah Rukh Khan dari Bolyywood India. Namun mengapa Justin Bieber yang masih hijau, berusia 16 tahun bisa menjadi selebriti dunia dan mengalahkan kepopuleran Bonan Paputungan, Briptu Norman, Shinta dan Jojo.

Jawabnya adalah karena mereka cuma menyanyikan lagu popo dalam bahasa Indonesia (Briptu menyanyikan lagu India yang mungkin familiar untuk telinga orang Indonesia dank arena ia berdendang pakai seragam polisi). Namun Justin Bieber menjadi ngetop karena ia menyanyi dalam bahasa Internasional (Bahasa Inggris), lihatlah lagunya yang berjudul “Baby”. Disamping itu Justin Bieber memiliki kepintaran berganda, ia bisa berperan sebagai presenter. Justin menguasai alat musik terompet, piano, gitar dan drum. Ia mempelajarinya secara otodidak sejak usia kecil. Ia juga menciptakan lagu dan menyanyikan lagu penyanyi ngetop lainnya. Ia juga mengikuti lomba lagu, walau hanya memperoleh runner up. Justine membuat video klip dan mengupload klipnya pada you tube agar teman-temannya bisa menikmatinya.

Beruntung bahwa Scooter Braum seorang eksekutif marketing rekaman music Amerika Serikat menemui klipnya lewat you tube. Klip Justin dinilai sangat fantastic dan ia diundang ke Amerika Serikat, kemudian terjadi tekan kontrak hingga sekarang Justin kini menjadi fenomena dalam buah bibir remaja se dunia.

Nah para remaja se Indonesia yang menyukai seni. Jangan hanya main gitar setengah setengah. Anda agaknya juga bisa sukses melebihi Shinta-Jojo, Briptu Norman dan Bonan paputungan, malah bisa melebihi ngetopnya Justine Bieber. Asal anda mengembangkan kepintaran berganda- jago dengan multi talenta: bisa gitar, angklung, talempong, xaxando, saluang, suling, piano, dan belajar menciptakan lagu dalam bahasa Indonesia dan juga dalam bahasa Internasional : Bahasa Inggris, Perancis, Spanyol. Lagu anda harus ceria, energic dan menghibur. Kalau sudah punya ya uploadlah di you tube, mana tahu nasib mujur datang segera menjadi selebriti dengan instant.

Kamis, 07 April 2011

Remaja Perlu Memiliki Visi dan Misi Untuk Masa Depan

Remaja Perlu Memiliki Visi dan Misi Untuk Masa Depan
Oleh: Marjohan
Guru SMAN 3 Batusangkar
http://penulisbatusangkar.blogspot.com

Kata visi bukan merupakan kosa kata baru untuk kita dengar. Di mana-mana banyak orang menempelkan visi mereka. Pemerintahan, perusahaan sampai kepada grup-grup aktivitas sosial juga memiliki visi sendiri untuk bergerak ke depan. Sekolah tempat penulis mengabdi juga punya visi yaitu ‘menciptakan generasi cemerlang berdasarkan imtaq (iman dan taqwa) dan Iptek (Ilmu pengetahuan dan tekhnologi).

Visi adalah pandangan ke depan atau keinginan yang perlu diwujudkan di masa depan. Visi juga dapat dikatan sebagai cita-cita yang ingin dicapai. Anak sekolah yang hidup dalam beberapa tahun silam, mungkin tahun 1960-an, 1970-an dan tahun 1980-an, masih punya cita-cita. “Kalau kamu besar nanti kamu mau jadi apa ?”. “Saya mau jadi presiden, jadi guru, jadi polisi, jadi pilot, jadi tentara, jadi dokter”.

Cita-cita yang disebutkan di atas layak sebagai jawaban dari anak-anak yang belajar di taman Sekolah Dasar atau kanak-kanak. Sementara cita-cita dan jawaban remaja pada masa itu mungkin sudah punya referensi, sesuai dengan biografi yang mereka baca. “Saya ingin menjadi arsitektur, diplomat, pengacara, atau saya ingin menjadi hebat seperti Haji Agus Salim atau Presiden Sukarno”.

Waktu atau zaman pun bergulir. Banyak remaja terbawa arus mode dan gaya hidup. Sebagian mengadopsi gaya selebriti “penyanyi, pemusi, bintang iklan, bintang film/ bintang sinetron, presenter dan atlik olah raga’. Sekarang atlet sepak bola seperti Zidane, David Beckham, juga atlet ngetop di Indonesia seperti Irfan Bachdim, dan atlet blasteran lainnya telah menjadi tokoh selebriti”. Kalau ditanya pada remaja, kemungkinan jawab mereka adalah “Saya ingin jadi presenter, bintang sinetron atau ingin jadi selebriti”.

Namun remaja yang punya visi atau cita-cita seperti ini juga tidak banyak. Kecuali bagi mereka yang punya fasilitas- punya gitar, piano, biola, raket tennis atau bagi yang mampu masuk klub olah raga yang biayanya agak mahal. Yang lain cuma bengong dan gigit jari, “Kamu mau jadi apa nanti?”, jawab mereka “belum terfikir, tergantung nilai ujian akhir, tergantung passing grade pada bimbingan belajar, tergantung mama dan papa, pokoknya I don’t know !!”.

Itulah gambaran sebagian remaja di tahun 2000-an ini. Stereotype atau gambaran menurun orang kebanyakan bahwa “remaja sekarang banyak yang memiliki karakter cengeng, manja, cuek mudah stress dan serba ingin dibantu”. Gambara seperti ini mungkin dapat disangkutkan kepada remaja yang sedang study di SMA, SMK, MAN dan juga sebagian mahasiswa yang lagi studi di Perguruan Tinggi.

Coba lihat foto-foto remaja atau mahasiwa lewat facebook yang sedang studi di Perguruan Tinggi favorite atau perguruan tinggi di daerah. Yang terlihat adalah bukan suasana ilmiah/ kuliah, cuma suasana santai, ya sekedar acara makan-makan, godain pacar, atau foto jalan-jalan bareng”. Beda jauh dengan foto yang dibuat oleh tokoh hebat dari negara kita. Misalnya foto Muhammad Hatta sedang baca buku di sebuah kamar di Belanda, Buya Hamka sedang menyiapkan artikel, Haji Agus Salim sedang berdiri di atas podium.

Stereotype terhadap kebanyakan pelajar sekarang adalah bahwa mereka berpenampilan santai, banyak malas dan suka serba diatur atau serba diurus terus. Apa yang terjadi kalau stereotype ini memang terjadi. Tentu negeri ini akan penuh dengan orang-orang yang suka cuek, santai, malas, cengeng, manja, passive dan tidak mandiri. Sementara yang dibutuhkan negara adalah orang-orang yang berkarakter “endeavour”.

Endeavour berarti semangat yang selalu suka kerja keras dan suka kerja, bukan bekerja dan belajar asal asalan, tidak angin-anginan atau (maaf) tidak berkarakter hangat-hangat tai ayam. Endeavour adalah karakter oran- orang dari negara maju. Agama kita (Islam) mengajarkan - man jadda wa jadda- Siapa yang sungguh sungguh akan berhasil. Ternyata ungkapan ini telah dipungut oleh orang-orang dari negara maju.

Memang benar bahwa umumnya orang-orang dari negara maju berkarakter endeavour. Orang-orang dari negeri kita juga ada yang berkarakter endeavour- memiliki semangat hidup yang hebat, tekun dalam bekerja dan belajar serta bertanggung jawab atas diri sendiri. Orang-orang yang seperti ini tentu memiliki visi dan misi dalam hidup untuk meraih masa depan. Namun jumlah orang yang begini tidak banyak. Untuk membuat populasi remaja yang punya visi dalam hidup bias berlipat ganda, maka mereka perlu membuka diri dan harus dimotivasi dan diberi pasokan motivasi atau energy positive.

Media massa di negara kita juga cukup hebat. Isinya tidak cuma sebatas berita dan hiburan, namun juga ada yang berisi tentang motivasi untuk pembacanya, dan sayang untuk dilewatkan.

Koran nasional “Seputar Indonesia” atau Koran Sindo (Jum’at 11, Maret 2011) menulis headline tentang “14 orang WNI yang tercatat sebagai orang terkaya di dunia”. Di sini juga diungkapkan tentang 10 orang terkaya di dunia, mereka berasal dari 6 negara yaitu Meksiko, Amerika Serikat, Perancis, India, Spanyol dan Brazil.
Banyak remaja cuma tahu dengan merek mobile phone (HP= Hand Phone) seperti Nokia, Siemens, Samsung, Nexian, BB, Sony, dan lain lain. Atau mereka hanya tahu dengan penyedia jasa telekomunikasi seperti “telkomsel, indosat, esia, XL dan lain-lain. Ya mereka kemudian menjadi orang yang hanya pintar menggenggam HP dan menebar SMS yang isinya hanya sebatas ungkapan picisan (murahan) tentang cinta, cemburu, benci, sakit hati atau dendam.

Sementara itu orang terkaya di dunia ada yang bisa jutawan atau milyuner karena menekuni pekerjaan dalam bidang jasa telekomunikasi untuk melayani jutaan orang. Carlos Slim, misalnya, seorang pengusaha telekomunikasi Meksiko, ia tidak terlalu dikenal oleh public di luar Meksiko. Ia telah menguasai kerajaan telekomunikasi. Bill Gate menjadi kaya melalui Microsoft, yang membuat puluhan juta orang yang tergila-gila dengan internet.

Barangkali mimpi Carlos Slim dan Bill Gate ketika remaja berbeda dengan mimpi banyak remaja di negeri ini, yang mana sebahagian mereka mungkin bermimpi bagaimana bisa kuliah setelah lulus SMA, kemudian setelah wisuda bias kerja untuk jadi PNS, kerja BUMN atau swasta. Kalau tidak mampu ya pergi mengadu nasib pada paman atau mencari juragan di kota lain.

Pernyataan ini bukan asal tulis saja. Ini malah sebuah kenyataan bahwa banyak orang yang setelah menuntut ilmu selama 17 tahun- 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA dan 4 atau 5 tahun di Perguruan Tinggi, hanya mampu sebagai pelamar kerja jadi PNS, BUMN atau jadi TNI dan Polisi. Bila belum berhasil ya bertahan sebagai tenaga honorer.Pada hal untuk menyelesaikan kuliah sudah menghabiskan dana puluhan juta rupiah. Namun kemudian kok malah menjadi sarjana bengong saja. Dan honor yang diterima cuma beberapa perak saja, wah tidak berimbang.

Ada orang, kika tidak berhasil dalam meraih mimpi atau cita- cita, mereka segera banting stir untuk menekuni bidang lain- bidang konstruksi bangunan, transportasi, music, peternakan, industry kecil dan sebagainya. Ada yang bergelar sarjana hukum namun ternyata menjadi sukses sebagai pemilik 5 buah restoran. Ini sangat wajar dan terjadi setelah mereka memiliki pasokan motivasi dalam diri mereka. Mereka tidak berkarakter nrimo, pantang menyerah atau pasrah saja atas kesulitan hidup ini.
Ternyata bahwa 14 orang terkaya di dunia, menurut versi majalah Forbes, menjadi kaya bukan karena melalui PNS, pegawai swasta, buruh atau pegawai BUMN. Orang-orang tersebut bisa berprestasi setelah mampu melewati sejumlah kesulitan dan kegagalan hidup. Mereka ternyata memiliki visi dan misi atau cita cita untuk hidup di masa depan.

Budi Hartono dan Michael Hartono bisa melejit prestasinya melalui pabrik rokok Djarum (banyak orang tetap merokok, walau pada label rokok sudah ada peringatan bahwa rokok penyebab kanker dan impotensi). Hartanya semakin bertambah melalui kepemilikan bank swasta besar yaitu Bank BCA.

Low Tuck Kwong menjadi kaya lewat bisnis batubara. Martua sitorus juga bisa memiliki banyak uang karena memiliki bisnis sawit- menjadi produsen minyak kelapa sawit dan bisnis gula. Ketika remaja ia berbisnis udang, dari sinilah bakat bisnisnya tumbuh pesat.

Peter Sondakh bisa memiliki banyak uang setelah memiliki bisnis, salah satunya dengan kontraktor besar dalam membuat jalan layang, jalan toll dan juga bisnis perkebunan. Ada juga yang menjadi kaya karena memiliki bisnis pabrik tekstil, dan plastic, dan juga pendukung perdagangan internasional- contoh perdagangan antar Cina dan Indonesia. Ada pula yang kaya karena memiliki industry kertas.

Membaca buku “Sukarno as retold to cindy Adam” yang pernah penulis baca lebih dari 20 tahun yang silam dapat diperoleh kesimpulan mengapa visi Sukarno merjadi orang hebat dapat terwujud dan missi apa yang ia terapkan dalam hidup. Menjadi pemimpin hebat adalah sebagai visi hidupnya. Missi untuk mencapainya telah diterapkan sejak usia dini. Lihatlah karakter Sukarno yasng terkenal sebagai jagoan diantara teman-temannya. Kalau berlari pasti ia paling cepat, memanjat pohon pasti ia paling tinggi, berkelahi, ia jagonya. Kemudian saat remaja, ia tidak larut dalam masa hura-hura, namun ia mulai bergelut dengan pemikiran orang-orang hebat di dunia lewat membaca buku. Oh ternyata buku-buku banyak dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Maka ia pun belajar ke dua bahasa ini sungguh-sungguh. Ia langsung menggunmakan ke dua bahasa ini dalam pergaulan. Malah agar bahasa Belandanya hebat maka ia menjalin asmara dengan noni belanda.

Agar ia terampil dalam berkomunikasi- menulis dan berpidato, maka ia selalu berlatih. Dikatakan oleh buku tersebut bahwa saat berusia muda Sukarno terbiasa berlatih berpidato di depan cermin besar dalam kamarnya. Untuk bahasa tulisan maka ia banyak mengarang atau menulis. Akhirnya Sukarno masuk ke dalam organisasi dan partai, di siyulah kehebatannya yang didukung oleh potensi diri hingga ia menjadi presiden pertama Indonesia.

Dapat disimpulkan dari tulisan sebelumnya bahwa orang-orang yang mampu menjadi milyuner dapat terwujud karena memiliki visi dan missi atau program untuk masa depan. Visi tersebut mereka wujudkan dengan langkah-langkah strategis atau yang juga disebut misi. Mereka tahu bahwa masyarakat luas memerlukan kertas untuk belajar atau untuk urusan administrasi, masyarakat luas butuh minyak kelapa sawit untuk memasak, butuh sarana telekomunikasi, dan lain lain maka mereka memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Kemudian uang yang berada dalam kantong masyarakat luas mengalir ke dalam rekening mereka.

Setelah memiliki visi yang jelas maka mereka menguasai strategi. Mereka menguasai input, proses, out put dan out comenya. Para milyuner bukanlah orang pemalas dan bermental lemah. Mereka memiliki tingkat competence yang hebat- mereka jago dalam memanfaatkan waktu, mereka tahu cara berkomunikasi yang baik dan mereka tahu cara merekrut team untuk bergerak maju. Mustahil para milyuner jadi kaya kalau melalui usaha sendiri, mereka musti bergerak maju melalui team kerja yang solid atau kompak.

Remaja sekarang- pelajar dan mahasiswa, musti segera memiliki visi dan misi. Kemudian buang jauh jauh karakter manja, pasif dan serba penakut atau banyak ragu-ragu. Dari sekarang mereka harus agresif untuk maju, memiliki semangat kompetisi yang hebat. Kemudian berfikir sebagai produsen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak secara massal. Mereka musti menguasai input, menguasai proses dan juga menguasai distribusinya.

Minggu, 03 April 2011

Tsunami Jepang- Aceh dan SDM Manusianya

Tsunami Jepang- Aceh dan SDM Manusianya

Oleh: Marjohan

Guru SMAN 3 Batusangkar

http://penulisbatusangkar.blogspot.com

Dalam kwartal pertama tahun 2011 Dunia merasa cukup tenang. Namun di bagian utara Afrika terjadi revolusi jasmine (revolusi melati) yang dipicu oleh bangkitnya emosi ketidakpuasan masyarakat Tunisia melalui jejaring internet (twitter dan facebook) untuk menggulingkan kepala negaranya. Berita yang dahsyat kemudia terjadi tanggal 11 Maret 2011, yaitu gempa dan tsunami yang melanda Prefektur Miyagi (Jepang). Gempa Jepang yang juga memicu tsunami sangat mirip dengan gempa dan tsunami yang mengoyak ujung Pulau Sumatera (Propinsi Aceh) dan beberapa daerah lain pada tanggal 26 Desember 2004. Beda peristiwa Tsunami yang terjadi di dua negara ini adalah sekitar 6 tahun, dan karakter masyarakatnya juga berbeda dalam menghadapi bencana tersebut.

Sebenarnya kata tsunami cukup baru dalam kamus bahasa Indonesia dan bagi telinga bagi masyarakat Indonesia. Sebelum gempa/tsunami melanda Aceh di akhir tahun 2004 itu, sebenarnya sudah pernah terjadi tsunami di daerah Flores. Namun tsunaminya kecil dan mungkin masyarakat meanggapnya sebagai badai atau taufan. Maka kata tsunami belum lagi popular. Begitu Tsunami pada Desember 2004 tersebut menghancurkan banyak peradaban (harta benda) dan membunuh ratusan ribu orang, maka tsunami menjadi kata yang sangat mengerikan.

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti “gelombang air) dan bangsa ini sudah biasa menghadapi gempa dan sudah tahu tentang efek tsunami itu sendiri. Gempa Aceh dan Jepang ditenggarai terjadi karena benturan antara lempeng benua dengan lempeng samudera. Subduksi ini kemudian memicu gempa di lepas pantai yang berkekuatan besar atau juga disebut dengan megathrust (Singgalang, 15 Maret 2011).

Jumlah korban tewas akibat tsunami di Jepang tidak sebanyak korban di Aceh. Korban tewas di Jepang yaitu sekitar 10 ribu jiwa, sementara korban tewas di Aceh adalah sekitar 128 ribu jiwa- hampir 13 kali lipat korban tsunami Jepang. Perbedaan jumlah korban mungkin juga berbanding dengan perbedaan kualitas SDM di dua negara ini. Dalam buku L’etat du monde (Didiot, Beatrice, 2001: 586-589: Paris: La Decouverte) terlihat bahwa bahwa ranking SDM bangsa Jepang adalah nomor 9 dari 162 negara di dunia, sementara ranking kita (Indonesia) adalah 102 di dunia. Prediksi kualitas mutu pendidikan (education Index) kita tahun 2011 juga tetap peringkat 102 di dunia (http://en.wikipedia.org/wiki/Quality-of-life). Kalau demikian SDM orang Jepang jauh lebih baik, dan kita bukan bermaksud memandang rendah bangsa sendiri, tetapi mengajak untuk melakukan refleksi atau renungan bersama.

Orang Jepang memang tahu bahwa daerahnya sering dilanda gempa, maka mereka membuat gedung yang tahan gempa dan juga membangun early warning system yang baik. Mereka juga memasang ocean bottom seismograph. Kalau 20 tahun lalu Jepang membutuhkan waktu 20 menit untuk mengeluarkan peringatan tsunami. Namun sejak tahun 2008, negeri ini hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk mengetahui ada atau tidaknya tsunami. Sebagaimana tsunami kemarin terlihat di layar kaca bahwa helikopter mereka sudah bertebangan sebelum tsunami dan menuju sumber tsunami. Kemudian orang-orang sudah melakukan prosedur evakuasi sesaat setelah gempa dan menyalakan televisi lalu menyimak peringatan tsunami.

Kualitas manusia antar dua bangsa juga bisa terlihat melalui gempa dan tsunami. Saat gempa kuat menggoncang Jepang, lewat televisi terlihat suasana gempa dalam ruangan kantor. Para pegawai kantor tentu saja cemas dan sangat waspada dengan kondisi tersebut. Namun mereka tetap bersikap tenang. Begitu gemba dating, mereka segera mematikan komputer, atau mematikan kompor bila sedang memasak dan tidak pontang panting berlarian. Setelah semua pekerjaan ditutup maka mereka baru menghindar ke tempat yang mereka anggap aman seperti ke ruang terbuka atau menuju shelter di lantai puncak.

Susana saat musibah di negara berkembang dan termasuk Indonesia nyaris sama. Bila gempa dating atau sinyal tsunami kedengaran, mereka pasti menyampuk dengan penuh kepanikan dan histeris “Awas gempa...awas tsunami. Atau tolong..tolong !!”. Teriakan dan suara histeris ini sangat mudah saling menular. Kondisi serba panik membuat kemampuan berfikir logis jadi hilang, saat itu orang cuma berfikir untuk menghindar dan lari. Nah di sini kerap kali timbul musibah. Seorang ibu yang panik karena teriakan histeris akan membiarkan kompornya menyala di dapur dan inilah yang membuat musibah kebakaran saat gempa. Pada hal bahaya gempa tersebut ada kalanya tidak separah suasana panik yang dialami masyarakat.

Mengubah karakter “panic-minded” atau mudah panik menjadi berfikiran tenang tentu butuh waktu- perlu latihan, didikan dan juga butuh model. Anak anak dan siswa yang diasuh oleh orang tua dan guru dengan pribadi yang tenang akan menjadi generasi yang juga bisa tenang ( terbiasa mengontrol emosi). Pemuda pemudi kita akan memiliki pribadi yang tenang/ pribadi yang stabil bila mereka memperoleh model dari senior (orang yang lebih tua) dengan kepribadian yang juga stabil (tenang dan terkontrol).

Sekali lagi bahwa kita bukan bermaksud untuk memuji-muji karakter orang Jepang dan merendahkan karakter diri sendiri. Bahwa rata-rata income orang Jepang adalah 12 kali lipat dari income orang kita. Berarti mereka adalah orang kaya raya, namun ruang keluarga mereka didesain begitu sederhana. Pada banyak rumah, seperti pengakuan keponakan penulis yang masih berada di kota Uwajima, Pulau Shikoku, Jepang- bahwa ruangan keluarga orang Jepang ditata sederhana. Tidak banyak pernak pernik perabot, yang ada cuma beberapa meja rendah dengan bentangan karpet dan lemari atau rak-rak yang penuh berisi buku, bukan rak-rak untuk pajangan boneka, keramik atau pajangan kepingan VCD player.

Ini sebagai bukti bahwa ruang keluarga adalah sebagai tempat yang nyaman dan sekaligus tempat ruang baca dan belajar sejak usia kecil. Bukan ruang keluarga dengan televisi yang menyala selama 24 jam, atau ruangan keluarga yang disulap sebagai ruang teater- memutar music sampai memekakan telinga dan memutar film tanpa aturan waktu.

Tampaknya orang Jepang tidak terkesan jago dalam berpidato atau berbicara. Jarang kita mendengar orang Jepang berkelakar. Kesannya mereka cukup bersahaja, memberi hormat dengan menundukan kepala. Mungkin ini penilaian subjektif penulis saja. Gaya berkomunikasi mereka tersa datar dan tenang saja. Saat lawan berbicara menyampaikan pendapat, mereka betul-betul mendengan dengan sepenuh hati. Tidak ada kesan bedebat dan berebutan dalam ngobrol. Agaknya seperti itulah idealnya gaya berkomunikasi orang-orang dari negara yang punya SDM tinggi.

Gaya berkomunikasi atau berbahasa yang mungkin sering kita lakukan adalah gaya berbahasa yang terlalu banyak berbicara dan enggan mendengar isi fikiran orang lain. Gaya berbicara yang begini (gaya berbahasa saling berebutan) sebagai karakter dari gaya bahasa yang jauh dari kesan intelektual dan perlu ditinggalkan.

Bangsa Jepang adalah bangsa yang kaya dengan harta yang melimpah. Kekayaan dan fasilitas hidup membuat orang selalu senang dan bergembira. Ya benar bahwa selama ini bangsa Jepang adalah bangsa yang hidup bergembira namun saat bencana datang merenggut harta dan nyawa tentu terjadi perbedaan emosi mereka. Dari suasana yang sangat gembira kepada suasana yang sangat berduka hingga mereka amat bersedih dan saking sedihnya mereka susah untuk menumpahkan air mata.

Ada lagi perbedaan antara kita dan Jepang dalam menghadapi tsunami. Setiap kali bencana datang, kita jarang menyiapkan mental dan pengetahuan. Maka, sekali lagi, saat bencana tiba, kita mudah panik dan stress malah juga tidak punya kesempatan untuk melakukan evakuasi (penyelamatan diri). Hal yang kontra bahwa Jepang betul-betul menyiapkan diri. Untuk mengantisipasi tsunami mereka telah membangun pintu-pintu penghalang agar tsunami tidak gampang mencapai kawasan perumahan warga. Pintu terluar adalah green belt, kemudian sungai sejajar pantai untuk mengontrol banjir dan tsunami. Setelah itu baru ada kawasan perumahan warga.

Saat gempa melanda Aceh, Bengkulu, Jogjakarta, dan daerah Padang Pariaman, terlihat bahwa betapa mudah ambruknya gedung sekolah, perkantoran dan rumah masyarakat. Masyarakat Kabupaten Pariaman (dan juga kampung penulis) sebelumnya mengaggap daerah mereka cukup aman dari gempa, apalagi merasa cukup jauh dari Gunung Merapi, sehingga banyak rumah dibangun tanpa beton penyangga pada rusuk dan pinggang rumah. Apa yang terjadi bahwa gempa tanggal 30 September 2009 membuat ribuan rumah jadi rata dengan bumi dan mereka menjadi homeless (tuna wisma) secara massal.

Tidak demikian dengan yang di Jepang. Goncangan dan hempasan tsunami masih membuat dinding gedung dan rumah berdiri dengan gagah. Juga ada kesan bahwa infrastruktur di sana dibangun secara professional dan penuh perhitungan. Sementara infrastruktur (prasarana umum) di daerah kita dibangun secara asal-asalan- beton yang kekurangan semen, jalan dengan aspal yang tipis. Maka cukup banyak terjadi bahwa ada bangunan, jalan raya, atau bendungan sudah ambruk sebelum diresmikan.

Gempa yang melanda Aceh memang lebih dahsyat karena dampaknya juga melanda banyak negara- mulai dari Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Tidak heran kalau simpati dunia begitu banyak. NGO (Non Government Organization), utusan pemerintah, Sukarelawan, dan wartawan ramai datang berbagi simpati dan berbagi empati. Tsunami Aceh menjadi berita besar selama berminggu-minggu pada media massa dunia.

Simpati orang juga banyak tertuju pada Jepang. Banyak orang, simpatisan dan sukarelawan bergerak untuk berbagi duka dan berniat/ berencana untuk membalut duka hati saudara kita di sana. Namun tiba-tiba ada ledakan pada pembangkit Nuklir Fukushima. Nyali orang mulai menciut, apalagi terjadi exodus meninggalkan Tokyo guna menghindaroi dampak radiasi nuklir. Sampai kini berita dari Jepang nyaris sepi- kecuali bagi mereka yang bias memahami berita dari TV NHK. Kemudian revolusi Libia makin memanas, maka juru kamera dan kuli tinta memilih kesana. Maka ramailah berita dari Libia, semua stasiun Tv meliput dan mengabarkan Libia dan berita dari Jepang kehilangan porsi.

Tsunami membuat semua bangsa bersimpati, namun musibah ledakan reactor nulklir membuat orang hanya bersimpati dari jarak jauh, malah simpati tersebut hamper hamper tidak terasa. Dari TV NHK terlihat bahwa kini orang Jepang masih berjibaku menyelamatkan lingkungan, diri, dan korban tsunami. Tragedy revolusi di Timur Tengah- Libia, Suriah, Baherain dan Yaman- membuat banyak penulis dan pembuat berita pergi kesana. Perang Libia membuat bencana Tsunami Jepang cenderung terlupakan. Memang bahwa berita sekarang bergulir dari Libia dan simpati pada Jepang janganlah dilupakan. Love for Japan.

Selasa, 23 November 2010

Suasana Kerja Seharusnya Selalu “Fun”

Suasana Kerja Seharusnya Selalu “Fun”
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Bekereja adalah kebutuhan manusia dan lingkungan tempat bekerja bisa jadi di rumah, di sekolah, di kantor, di pabrik, di perbankan, di lembaga swasta, dan lain-lain. Suasana di tempat kerja bisa menyenangkan dan juga bisa membosankan. Suasana di tempat kerja bisa jadi membosankan gara-gara karakter yang kaku tumbuh pesat. Karakter ini bisa membuat banyak orang menjadi stress dan pekerjaan terasa beban yang berat. “Apakah pekerjaan terasa sebagai beban hidup ?,...wah ini tidak perlu”. Suasana begini terjadi karena kita terjebak dalam suasana kaku, beku dan juga suka “jaga imej” alias mahal senyum. Karakter ini selalu kita pelihara sepanjang hari di tempat kerja.

Kegembiraan dalam bahasa Inggris adalah “fun”. Kegembiraan di tempat kita bekerja dan juga di tempat belajar, seharusnya menjadi trend yang baru. Banyak orang makin menyadari manfaat atas kata “fun” ini. Di beberapa tempat bisnis (pendidikan berkualitas, tempat bermain, perdagangan) banyak orang memajang kata “fun atau kegembiraan” sebagai daya terhadap pelanggan, ya karena di sana betul-betul ada pelayanan dengan aktivitas yang menyenangkan.

Kegembiraan di tempat kerja merupakan satu-satunya ciri penting dari organisasi dan sekolah yang terkenal kesuksesannya. Banyak orang dapat melihat dan merasakan hubungan langsung antara kegembiraan di tempat kerja dengan kreatifitas mereka. Untuk dunia pendidikan adalah kegembiraan siswa dengan hasil belajar mereka. Tempat kerja yang menyenangkan akan membuat seseorang bisa jadi produktif, bersemangat dan merasa puas. Mereka juga mempunyai rasa memiliki, rasa dilayani atau rasa melayani yang tulus.

“Fun” tidak hanya harus dilakukan oleh seseorang tapi juga oleh perusahaan. Sebuah perusahaan bisa sukses karena telah menjandikan kegembiraan (fun) sebagai bagian dari budaya perusahaan. Kegembirran telah menjadi strategi organisasi untuk mencapai hasil yang luar biasa di tempat kerja tersebut, mulai dari sesi pelatihan, rapat, hingga praktik perekrutan semuanya penuh dengan suasana “fun”.

Kalau begitu kegembiraan adalah elemen penting dalam kelangsungan hidup. Namun mengapa kita sering melupakannya dan menyisihkasnnya dari kehidupan kita. Gara-gara suasana kegembiraan kita buang atau kita jauhkan dari hidup maka ketegangan bisa timbul dalam jiwa kita. Diperkirakan bahwa awal dari munculnya gangguan jiwa adalah karena hilangnya perasaan senang dalam hidup ini. Coba amati, pasti teman-teman kita yang lagi stress atau depresi terjadi karena suasana “fun” sudah jauh dari mereka.

Sebenarnya suasana fun atau kegembiraan dapat kita ekspresikan dalam bentuk humor. Ya, bahwa humor bisa membantu seseorang dalam melewati krisis dan perubahan dalam hidup. Kegembiraan mampu membantu kita untuk mengendurkan ketegangan dalam fikiran. Dengan kata lain bahwa kegembiraan (mungkin dalam bentuk humor) dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam menghadapi stress.

Orang-orang yang mampu mengintegrasikan kegembiraan ke dalam pekerjaan akan membuat mereka betah berada di tempat kerja. Siswa yang bergembira di kelas akan betah berada di sekolah. Kegembiraan yang diciptakan di tempat kerja (begitu juga untuk di sekolah) akan menular satu sama lain.

Umumnya fokus kegiatan yang kita lakukan dalam lingkungan tempat kerja meliputi kegiatan berkomunikasi, memberikan pelatihan, dan mengikuti rapat. Hemasth dan Yerkes (1997) mengatakan bahwa seharusnya setiap orang tidak perlu berpenampilan serius saat bekerja, tetapi cobalah untuk tertawa. Komunikasi mereka (kita) tidak perlu kaku, namun kita juga boleh membuat lelucon atau guyon. Kemudian bila kita memberikan pelatihan, maka kita tidak perlu berbelit-belit/ bertele-tele. Idealnya kita musti mempelajari saja hal- hal yang fundamental/ penting. Selanjutnya dalam rapat maka setiap individu perlu memperoleh penghargaan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip bagaimana kita bisa “fun” dalam bekerja agar selalu enjoy dalam bekerja dan jauh dari suasana stress dan rasa bosan.

1). Sempatkan tertawa/ tersenyum saat bekerja. Siapa saja dapat menciptakan tempat kerja yang menyenangkan karena suasana menyenangkan berpengaruh positif pada produktifitas. Untuk meng-update lingkungan kerja dengan semangat yang penuh gembira maka kita harus menghargai kegembiraan sebagai hal penting. Kita harus yakin bahwa kegembiraan itu sangat essential. Jika kita ingin kegembiraan meresap ke dalam budaya kerja maka kita musti memulainya dengan diri sendiri, yaitu berusahalah untuk ceria.

Sebuah lingkungan kerja yang mendorong tumbuhnya suasana “fun” atau kegembiraan bisa ditandai oleh adanya energi positif. Di lingkungan ini musti ada penghargaan diri yang tinggi, dan semangat kerja sama- atau kerja kelompok. Untuk dapat melatih setiap orang agar dapat melakukan apa saja, maka terlebih dahulu kita harus memiliki motivasi. Suasana “fun” sendiri bisa meningkatkan motivasai. Kalau pekerjaan dan lingkungan kerja sudah menyenangkan maka hasilnya akan lebih baik.

Suasana kerja yang terlalu serius dapat mematikan semangat kerja. Banyak orang di tempat kerja yang terlihat serius, akibatnya kita dan juga setiap orang yang berada di dalamnya bisa menjadi stress. Orang yang bekerja dalam keadaan stress maka sifat kreatifnya akan rusak. Siswa yang belajar dalam keadaan stress juga tidak akan begitu kreatif. Di tempat kerja yang serius, maka humor dan keceriaan adalah hal yang langka. Padahal humor itu sendiri bisa akan memudahkan hubungan antar manusia. Humor dan lelucon yang tidak menyakitkan hati seseorang dapat menciptakan kegembiraan bagi kita dan teman di tempat kerja. Selanjutnya suasana yang humoris dan suasana ceria membuat setiap orang bisa beraktivitas tanpa ada rasa takut.

Dari pengalaman di dunia pendidikan terlihat bahwa guru yang memiliki rasa humor akan bekerja (mengajar) lebih baik daripada guru yang kurang memiliki rasa humor. Guru yang punya rasa humor akan menikmati pekerjaan/ profesinya. Seorang siswa yang berkarakter “serius dan gampang mendongkol” akan bekerja dengan suasana hati yang kurang enjoy dan hasil belajarnya juga akan nihil.

Adalah fenomena dalam masyarakat kita bahwa kehadiran anak anak dan bayi umumnya disambut gembira oleh anggota keluarga. Kedatangan anak-anak ke Play Group, TK dan PAUD juga disambut gembira guru pengasuh dan pembina. Para pedagang juga menyambut kedatangan pembeli. Namun tidak demikian halnya dengan kedatangan dan kehadiran siswa di SD, SMP, SMA/MA dan SMK. Mereka tidak lagi memperoleh perlakuan khusus. Kecuali pada beberapa sekolah yang menerapkan pelayanan unggul, “memberikan senyum, keramahan dan suasana yang menyenangkan”, hingga semua siswa akhirnya menjadi betah berada di sekolah. Idealnya suasana penyambutan siswa dan anak harus dihidupkan lagi. “Sambutlah kedatangan anak ke rumah, ke datangan siswa ke sekolah, ke datangan klien ke tempat bisnis” niscaya mereka merasa betah dan mereka menjadi kreatif.

2). Musik, selain suasana humoris, dan bercanda, menghidupkan musik juga bisa mendatangkan suasana gembira. Musik adalah bahan bakar yang bisa mendatangkan suasana “fun” atau kegembiraan. Penulis masih ingat bahwa ada seorang teman yang bekerja di percetakan. Ia selalu mendengar/ memutar musik yang ia sukai, maka produktivitasnya jadi meningkat “kalau tidak pakai musik aku merasa bosan dan mengantuk di ruangan ini”. Karyawan yang mendengarkan musik di tempat kerja akan merasa lebih antusias dan lebih santai. Hal yang kontra, penulis pernah mengajar pada sebuah sekolah berasrama (boarding school). Kebijakan di sana bahwa para siswa dilarang memutar music karena dianggap mengganggu belajar, namun akibatnya siswa menjadi agressif, bosan dan satu demi satu pindah dari boarding school ke sekolah lain. Kini sekolah tersebut selalu kekurangan murid sepanjang tahun, malah terancam akan gulung tikar.

3). Komunikasi adalah kunci dari kelangsungan aktifitas di tempat kerja. Komunikasi sebaiknya juga diekspresikan dengan suasana riang gembira. Mengapa banyak tempat kerja suasana komunikasainya serba serius, miskin bercanda dan tertawa? Yak arena banyak orang beranggapan bahwa bekerja itu harus serius dan bercanda itu dianggap bermain-main. “Tidak ada waktu, tidak cukup dan tidak akurat suasananya...!” Keluhan itulah yang paling sering didengar ketika seseorang membicarakan proses komunikasai di tempat kerja. Akhirnya orang suka menutup diri. Menutup diri berarti tidak lancer berkomunikasi dan memperoleh informasi. Kurangnya informasi bisa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan dalam mengambil keputusan, negosiasi dan hubungan social.

Seorang karyawan yang tidak memperoleh informasi tentu tidak akan bertanggung jawab secara penuh “Wah aku tidak diberitahu dan aku tidak mau bertanggung jawab”. Informasi adalah kekuatan- information is power. Tempat kerja (begitu juga dengan lingkungan sekolah dan rumah) yang sehat emosinya harus kaya dengan informasi. Model pendekatan terbuka sangat tepat untuk meningkatkan keterlibatan dan pengayaan informasi pada anggota (juga terhadap karyawan dan siswa).
Informasi di tempat kerja perlu disampaikan dengan cara yang tepat dan dengan kepekaan. Jika suasana komuniksasi sangat menyenangkan dan mengesankan maka kita akan memperoleh perhatian dari orang yang diajak dalam berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan kunci penting untuk meraih keberhasilan dalam aktifitas di tempat kerja.

Bila kegembiraan telah menjadi budaya kita, maka kita (dan banyak orang) akan lebih santai dan terbuka untuk memikirkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Sebuah senyuman akan berpengaruh positif pada suara kita. Orang biasanya akan merespon kita lebih baik jika kita tersenyum saat berbicara dengan mereka. Kalau kita perhatikan fenomena di zaman phone mobile ini bahwa orang tidak hanya tersenyum saat berbicara langsung, namun saat menelpon orang juga tersenyum dengan partner yang tidak terlihat yang jaraknya mungkin puluhan kilometre.

Orang yang suka jaim (jaga imej- istilah anak muda sekarang untuk orang yang mahal senyum) mungkin sering komunikasai mereka tidak lancar. Padahal dalam memuluskan komunikasai, senyum bisa menjadi kunci keberhasailan atas aktifitas mereka. Komunikasi yang buruk akan bisa menciptakan kerumitan dan kebingungan. Orang yang berbahagia adalah orang yang memperhatikan kualitas komunikasi- menciptakan suasana kegembiraan dan mengurangi konflik, hingga akhirnya setiap orang akan merasa puas.

4) kegembiraan dalam Pelatihan dan rapat. Pelatihan dan rapat adalah dua bentuk kegiatan yang selalu ada di tempat kerja. Idealnya pelatihan jangan bertele-tele, tetapi harus menyentuh hal-hal yang fundamental (hal yang mendasar). Sering suasana rapat sangat membosankan. Yang berbicara adalah orang yang berbakat ngobrol dan sisanya menjadi pendengar atau menjadi pelengkap saja, dimana mereka tiap saat selalu melihat putaran jam dan berharap agar rapat segera berakhir.

Rapat itu idealnya harus bersuasana gembira. Bayangkan, biaya rapat itu kadang-kadang cukup mahal. “Ya ada biaya transport, biaya konsumsi, biaya key noter-speaker”. Namun apakah ada hasil sepadan yang diperoleh ? Apalagi kalau rapat diwarnai oleh pemimpin yang killer atau yang pemarah. Seharusnya suasana rapat juga harus gembira, karena gembira bisa menjadi katalis untuk sebuah rapat yang efektif. Kegembiraan dan humor juga dapat digunakan dengan tepat. Ini dapat mengurangi ketegangan dalam rapat dan menciptakan suasana yang mendorong terciptanya dialog yang terbuka, adanya keberanian untuk mengungkapkan opini dan keterbukaan pemikiran.

Dalam rapat dan dalam berkomunikasi sangat mutlak diselipkan unsure penghargaan. Karena penghargaan adalah alat manajemen yang paling efektif dalam mengurus sosial, namun kita (dan banyak orang) kadangkala kurang memanfaatkannya. “Semua orang ingin penghargaan, bukan ?”.
Ya, semua orang butuh penghargaan. Kita tahu bahwa saat menghargai orang maka mari kita bumbui dengan kegembiraan (dengan senyum), agar suasananya jadi lebih hidup dan akan selalu dikenang orang. Kalau ada orang yang berfikir bahwa keseriusan adalah milik orang dewasa, orang yang senang bercanda dianggap “ke kanak-kanakan”. Kalau boleh kita tidak seperti demikian. Karena orang dewasa yang berkarakter serba serius akan mudah jadi tegang dan stress. Oleh sebab itu, sekarang mari kita berfikir bahwa suasana “fun” (bergembiraan dan bercanda) juga harus dilakukan oleh orang dewasa saat bekerja, ini perlu dilakukan agar suasana di tempat kerja selalu menyenangkan.

Catatan: Hemsath, Dave dan Leslie Yerkes. 1997. 3001 Cara Agar Fun Di Tempat Kerja. Jakarta: Erlangga.

Selasa, 16 November 2010

Prestasi Besar Butuh Karakter Yang Hebat

Prestasi Besar Butuh Karakter Yang Hebat
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Ternyata orang-orang hebat tidak hanyak datang dari benua Eropa atau Amerika, atau tidak hanya datang dari Jepang atau Australia , namun juga bisa berasal dari Indonesia . Barangkali orang hebat tersebut bisa jadi kita sendiri. Markis Kido dan Hendra Setiawan (Bobo, tahun XXXVI, 11 September 2008) misalnya adalah dua tokoh berusia sangat muda berasal dari Indonesia . Mereka begitu kompak meraih medali emas pada olimpiade Beijing melalui olah raga bulu tangkis.

Untuk mampu meraih prestasi hebat, apalagi untuk tingkat dunia, tentu tidaklah mudah. Semua harus melalui perjuangan yang berat dan hebat. Mereka harus melewati hadangan permainan dunia yang lain, yang juga sangat hebat dan tidak terkalahkan. Bagi Markis Kido dan Hendra Setiawan, saat meraih juara dunia, usia mereka barus berkisar 23 dan 24 tahun. Tentu titik awal sukses pada usia tersebut telah mereka rintis sejak dini. Mungkin pada masa anak-anak atau pada masa remaja- yaitu usia belajar di SD atau di SMP. Di mana pada masa anak-anak lain banyak bermanja-manja atau berhura-hura, mereka tekun merintis mimpi mereka. Yaitu berlatih dengan tingkat porsi belajar/ berlatih/ berkarya yang juga hebat untuk menuju prestasi yang besar.

Dalam kenyataan bahwa orang Indonesia juga mampu meraih juara dunia dalam usia yang relatif muda. Gita Gutawa yang saat itu berusia 14 tahun (Nurhayati, 2008: 2-3) mengikuti festival music pada Nile Song Festival yang berlangsung di Cairo mampu mendapat penghargaan Grand Prix winner- penghargaan tertinggi. Ia juga mendapatkan predikat terbaik dari seluruh kelompok peserta hingga meraih juara umum. Ini merupakan seleksi dari 85 negara. Tim juri juga mengatakan bahwa mereka belum pernah menemukan penyanyi usia remaja yang berkualitas seperti Gita.

Prestasi besar yang ia peroleh sebagai juara dunia bukan terjadi secara kebetulan. Prestasi tersebut diraih bukan secara instant- “sekarang berlatih, besok juara”- atau prestasi yang ia peroleh juga tidak jatuh dari langit. Namun ia peroleh melalui serangkaian persiapan dan proses yang hebat.

Dunia musik bukanlah hal yang baru bagi Gita. Sejak kecil ia hidup dalam lingkungan pemusik. Faktor lingkungan sangat menentukan keberhasilan bagi seseorang. Ketika duduk di kelas 2 Sekolah Dasar , ia sudah mulai belajar bermain piano klasik. Ia juga memperkuat ilmu musiknya dengan mempelajari music jazz, bahkan melengkapi dengan mengikuti privat piano dan gitar. Dukungan orang tua juga menentukan. sejak kecil orang tuanya menanamkan sistem belajar yang mandiri dan bekerja juga mandiri. Ia bukan tipe anak manja.

Tulisan ini tidak terfokus tentang juara dunia asal Indonesia , tetapi tentang bagaimana seseorang bisa meraih prestasi level dunia. Ada artikel yang membahas tentang karakter yang perlu dimiliki bila seseorang ingin berprestasi yang hebat- ya seperti prestasi untuk level dunia (http://arifperdana.wordpress.com). Artikel tersebut menjelaskan bahwa tokoh olah raga yang ngetop di tahun 1970-an dan 1980-an, yaitu Muhammad Ali, adalah jago tinju sejati sedunia. Itu karena ia berkali-kali menang adu tinju kelas dunia. Kemudian Joe Girad adalah jago jual sedunia- world class achiever- karena selama 12 tahun berturut turut ia berhasil menjual puluhan ribu mobil sedunia.

Ia juga tokoh hebat, namun dalam dunia bisnis, yang bisa disejajarkan dengan Rudy Hartono (pemain bulu tangkis), Karpov (jago catur), Pele (jago sepak bola). Pengalaman Joe Girad menjadi jago dunia tentu karena ia memiliki karakter hebat. Karakter hebat ini mungkin bagus untuk disadur.

Paling kurang ada sepuluh karakter hebat atau karakter positif yang dimiliki oleh seseorang yang berprestasi hebat tersebut. Karakter tersebut adalah seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.

Siapa saja bisa berhasil apalagi sampai pada level dunia. Untuk itu ada beberapa kebiasaan negative yang perlu diusir yaitu mengatasi rasa malas, rasa takut, keterbatasan pengetahuan, dan keterbatasan relasi dengan manusia lain. Bahwa adakalanya orang yang berprestasi level dunia tidak lulus SMA dan bearasal dari keluarga yang miskin. Namun mereka punya tekad atau motivasi untuk berhasil dan berjuang untuk melawan kelemahan diri dengan mencari banyak pengalaman. .

Untuk meraih sukses ternyata perlu mimpi atau visi. Visi tentu mempunyai manfaat. Manfaat terbesar dari visi adalah untuk memberi arah dan tuntutan. Dengan demikian upaya dan kegiatan menjadi efektif dan sekaligus juga efissien. Orang yang tidak punya visi tentu akan gampang teralihkan dan kemudian terombang ambing. Sebahagian remaja sekarang ada yang belum punya visi, sehingga mereka bingung tentang aktivitas apa yang akan mereka tekuni di masa depan. Kalau demikian bahwa visi sangat perlu untuk dimiliki.

Menjadi orang yang sukses, apalagi untuk level dunia, musti memiliki karakter tekun dan tabah. Bayangkan andai Zidane tiba-tiba malas berlatih bola kaki atau Lance Amstrong malas latihan balap, mereka tentu tidak akan jadi juara dunia. Bertekun dalam mengerjakan sesuatu tentu memerlukan pengorbanan. World class achiever sangat memahami arti ketekunan ini. Menunda sebuah pekerjaan yang penting demi nonton filem adalah contoh ketidak tekunan.

Kemudian mereka juga perlu memiliki fikiran positif. Fikiran positif adalah sikap dasar yang harus dipertahankan. Sikap positif tentu berasal dari fikiran yang positif. Mereka perlu berfikir bahwa bekerja itu sehat, kejujuran adalah modal hidup, komitmen sangat diperlukan dalam kerja, kerjasama dan ketabahan sangat penting dan juga perlu memiliki sikap pemaaf. Poin-poin yang kita sebutkan tadi adalah bagian dari karakter positif untuk memperkuat pikiran positif. Selalu berfikir positif dapat menyehatkan jiwa menjadi pribadi yang positif.

Para jago dunia dan orang-orang sukses selalu bersemangat dan antusias. Antusias sendiri berarti “kegairahan, semangat yang besar dan kegembiraan yang besar (Echols dan Shadilly, 2006). Gaya bersemangat dan antusia dari Joe Girard terlihat saat ia memberikan seminar. Ia berlari, melompat dan berteriak. Suaranya melengking, bergetar dan membahana. Lain kali suaranya mengecil dan berbisik sambil menangis. Ia berbicara dengan hati dan emosinya. Tentu saja tiap orang punya karakter antusias dan semangat yang berbeda. Namun paparan karakter tadi adalah deskripsi emosi antusia dari Joe Girard.

Jago dunia yang bergerak dalam bidang bisnis, seperti pemiliki merek dagang Philip, Samsung, Carrefour, Pizaa Hut, dan lain-lain mutlak perlu berhubungan dengan banyak orang. Semakin maju bisnis mereka maka semakin banyak mereka harus berhubungan dengan orang lain. Pemilik merek dagang yang kita sebutkan tadi tentu telah melayani puluhan atau ratusan juta orang di dunia. Dapat ditebak bahwa kunci sukses mereka dalam bisnis karena mampu menangi kebutuhan manusia. Tentu mereka harus mengiklan diri dan menjumpai banyak orang, mendengar keluhan dan memperkecil keluhan tadi. Prinsip human relation mereka adalah mereka menyukai orang dengan sungguh-sungguh. – love customers honestly, genuinely and sincerely.

Jangan biarkan otak ngawur atau blank. Karena sukses level dunia harus kreatif otaknya. Menjadi jago dunia tentu dambaan banyak orang. Untuk itu mereka musti punya energi, semangat, antusias, keterampilan dan percaya diri yang gede. Bila ini sudah dimiliki namun belum punya strategi maka akan sia-sia. Strategi adalah tugasnya otak yang kreatif atau kognitif yang kreartif. Ide-ide yang baru berasal dari otak yang kreatif- yang kaya dengan imajinasi. Otak yang kreatif tidak mutlak monopoli dari pendidikan formal atau dari universitas. Otak yang kreatif tergantung kepada pemilik otak tersebut dalam merawat dan menumbuhkan kembangkan kekuatan imajinasi dan keberanian.

Juga perlu diingat bahwa kejujuran adalah kunci suskses. Ada orang yang beranggapan bahwa kejujuran itu tidak penting, namun begitu seseorang tahu bahwa ia telah dibohongi maka pelaku kecurangan (orang yang tidak jujur tadi akan ditinggalkan). Kejujuran adalah landasan kepercayaan dan kepercayaan adalah basis dari hubungan baik. Selanjutnya hubungan baik sarana dalam berbisnis. Maka kalau ingin berbisnis yang selalu langgeng maka kita perlu berlaku jujur pada pelanggan.

Ada pribahasa berbunyi : hewan diikat dengan tali dan manusia diikat dengan kata. Manusia diikat dengan kata berarti bahwa kata-kata sebagai alat berkomunikasi itu sangat penting. Menjadi sukses untuk level apa saja- apalagi untuk level nasional dan level dunia maka perlu memiliki kemampuan berkomunikasi. Orang yang ingin sukses tidak perlu pasif dalam berkomunikasi- dengan arti kata harus mampu berkomunikasi. Musti aktif bertanya, aktif menyapa, aktif memuji, aktif mensugesti dan aktif mendengar akhirnya kita terbawa aktif. Tidak hanya menggunakan mulut, tapi juga bahasa tubuh, mata, tangan dan senyuman. Pokonya musti menjadi orang yang aktif, positif dan dinamis dalam berkomunikasi. Rasa takut dan jarak antar manusia tidak perlu ada dalam berkomunikasi. Namun yang perlu ada adalah suasana fun- menyenangkan- ada rasa menerima, menyenangi dan mendengar dengan siapa kita berkomunikasi. Kalau begitu orang jago musti pintar mengkomunikasikan isi hati dan isi fikiran kepada teman bicaranya.

Terakhir bahwa orang yang ingin menjadi jago atau suksesd perlu mempunyai karakter konsisten. Kalau aktif dalam bidang bisnis dan berhubungan dengan orang banyak maka mereka harus bersikap ramah, baik, melayani, menolong, memberi perhatian, menghormati dan berusaha memuaskan klien. Tentang hal ini sudah diketahui oleh banyak orang. Tapi mereka hanya sebatas tahu saja- idealnya menerapkan secara sungguh-sungguh dan konsisten.

Ya benar bahwa untuk meraih prestasi hebat maka dibutuhkan persiapan besar. Orang hebat tidak mutlak monopoli dari benua Eropa dan Amerika, atau juga bukan monopoli Negara maju atau lembaga pendidikan yang maju. Siapa saja bisa jadi jago atau sukses. Untuk menjadi jago maka perlu persiapan, latihan dan proses usaha yang posrsinya cukup besar. Mereka perlu lingkungan kondusif- yang memberikan rangsangan dan tantangan serta dukungan dari guru dan orang tua. Selanjutnya mereka perlu memiliki karakter dan sikap positif seperti memiliki tekad baja, memiliki visi dalam berkarya, berkarakter tekun dan tabah, selalu berfikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan dalam relasi antar manusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan selalu bersikap konsisten.

Catatan: 1) Echols, John M dan Hassan Shadily .(2006). Kamus Inggris Indonesia . Jakarta : Pt Gramedia, 2) Nurhayati Tafsir (2008). Meniti Karir Masa Depan. Jakarta : Pt. Tunas Melati.

Sabtu, 06 November 2010

Menomorduakan orang kecil

Menomorduakan orang kecil
Oleh : Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Umumnya orang ingin dianggap penting. Minggu lalu seorang teman mengirim sms (short message service) mengatakan bahwa ia sedang di Semarang mengikuti konferensi yang tempatnya di sebuah hotel bagus. “dear friend,saya lagi di Semarang mengikuti konferensi”. Tentu saja yang ia butuhkan adalah kata-kata ucapan atas partisipasi, posisi dan prestasinya, “selamat ya sobatku….!” Anak kecil yang baru saja dibelikan satu stel pakaian bagus dan sangat disukainya, akan memamerkan pakaian tersebut. Ia akan menceritakanya pada banyak orang di rumahnya, atau malah juga menceritakanya kepada teman-temannya di sekolah tentang pakaian bagusnya tersebut. Ia juga menceritakan betapa ia disayangi oleh om dan tantenya.

Seorang ibu yang memiliki anak cerdas di mana-mana juga akan sering bebagi cerita bahagia dengan tetangga dan teman-temannya tentang anaknya.”Anak ku ada-da saja sudah bisa memainkan piano dengan lagu Mozart”. Fenomena ini menunjukan bahwa betapa penting dan berhaganya dirinya dan diri keluarganya. Pendek kata banyak orang ingin dipandang sebagai orang beharaga- orang penting atau orang nomor satu.
Menjadi orang penting atau menjadi orang nomor satu termasuk kebutuhan jiwa- kebutuhan aktualisasi (actualization need). Namun dalam kenyataan cukup banyak orang yang kurang menyadari dan kurang tahu cara membuat orang merasa nomor satu. Terutama terhadap orang-orang kecil. Mungkin kecil usianya, kecil pengalamannya, kecil uangnya dan juga kecil status sosialnya.

Walau seorang anak usia play group atau TK (Taman Kanak Kanak) memperoleh banyak perhatian dan pemanjaan, namun dalam berkomunikasi sering dinomorduakan oleh papa dan mamanya. Bila ia ngobrol, orang tua jarang mendengar dengan sepenuh hati atau pura-pura mendengar dan menjawab sembarangan. “Ibu…bumi itu bulat,….”, “Ibu….sekolah Sani akan dikunjungi tokoh cilik …” Dan ibu merespon “ya…, ya…, ya….”. “Ah mengapa ibu bilang ya…ya …terus”.Celetuk sang anak dengan jengkel.
Respon yang demikian masih tergolong bagus. Pada beberapa rumah malah ada orang tua akan membentak atau mengeluh atas pertanyaan anak yang tidak henti-hentinya. “Wah Eriko …kamu bertanya terus….aku bosan,….udah tutp mulutmu”. Mencela anak yang demikian selanjutnya akan membuat anak menjadi enggan untuk banyak berbicara. Membentak dan mencela anak sangat berpotensi mematikan kemampuan berkomunikasinya atau juga akan meniru gaya komunikasi tersebut, sehingga ia kelak juga akan mendamprat anak anak dan orang lain yang dipandangnya banyak ngomong. Mengomel dan menomorduakan anak akan membuat mereka jadi malas untuk berkomunikasi, mengekspresikan fikiran/ perasaanya dan kelak bila remaja atau dewasa mereka akan menjadi orang yang senang menutup diri.

Menomorduakan orang kecil tampaknya sudah menjadi fenomena sosial. Di sekolah siswa atau remaja yang merasa pintar (atau di kampus, mahasiswa yang merasa pintar) adakalanya memonopoli kegiatan akademik. Teman yang dianggap kurang pintar cenderung menjadi penonton dan orang yang pasif. Di kantor, sering seorang kepala atau seorang boss yang sedang sibuk dengan gampang marah-marah dan membentak karyawan yang dipandangnya sebagai orang-orang kecil, orang orang yang mereka anggap remeh- rendah pangkat dan posisinya. Orang orang kecil ini terpaksa menerima bentakan atau terpaksa ikhlas sebagai tumbal tempat kesal.

Sungguh tidak enak menjadi orang yang dinomor-duakan. Sekali lagi bahwa orang cenderung dinomorduakan karena faktor usia, derajat akademik, kepintaran, posisi status sosialnya dan lain-lain. Orang-orang yang cendeung menjadi nomor dua juga cenderung memperoleh pelayanan kurang prima pada beberapa akses public.
Suatu kali teman penulis dengan pakaian santai melewati tempat pesta orang gede. Tiba-tiba tangannya dipegang oleh seorang sekuriti dan menggiringnya agar menjauh- tidak melewati wilayah pesta. “Maaf mas, mohon tidak lewat di sini”., “Wah sial amat aku tadi siang, bisa jadi kalau aku bergaya lebih keren dari yang sedang berpesta itu”. Celetuk sang teman dengan kecewa. Lagi-lagi betapa hati tidak enak menjadi orang kecil dan orang yang dimor-duakan.

Namun pada lain kesempatan, teman penulis mau mengikuti seminar. Berpakaian necis dan memakai parfum harum hingga ia terlihat sangat tampan, Tiba-tiba angin nakal bertiup dan butiran partikel kecil masuk ke dalam mata dan membuat matanya amat perih. Beruntung ia bisa pergi ke UGD (Unit Gawat Darurat) pada rumah sakit terdekat dan seketika enam orang para medis dan dua dokter bersimpati dan memberi bantuan- pelayanan ekstra prima padanya. “‘Amit-amit gara-gara penampilan aku yang sangat keren aku memperoleh pelayanan prima tadi siang, pada hal di sana ada tiga orang yang juga butuh bantuan”.

Tidak enak menjadi warga yang dinomor-duakan. Respon orang juga berbeda atas perlakuan ini. Seorang ibu yang sebenarnya kaya dan termasuk orang terpandang, memiliki tiga ruko cemberut terus gara-gara merasa dimor-duakan oleh seorang penjual nasi goreng di restoran kecil. Esoknya dia pergi membeli nasi goreng lagi naik mobil mengkilat dan memakai gelang emas dua kilo dan kalung empat kilo. Maka buru-buru pelayan restoran melayaninya.

Gara-gara merasa dinomor-duakan seorang ggadis, mahasiswa sebuah Universitas, minta putus hubungan dari kekasihnya. Gara-gara dinomor-duakan- dilupakan saat memberi oleh oleh buat saudaranya-seorang remaja tanggung mencuri uang dari kantong ayahnya “Ayah tidak adil, aku tidak dibelikan sate…mereka makan enak, aku dilupakan”.

Gara-gara dinomor-duakan oleh pedagang langganannya, maka seorang pembeli menjadi ngambek untuk jadi pelanggan. Gara-gara dinomor-duakan dalam pelayanan kesehatan maka banyak orang yang memilih pergi berobat ke Melaka, di negeri jiran- Malaysia.
Sebenarnya kita tidak perlu berkecil hati dan sedih, apalagi sampai jadi anarkis bila diperlakukan sebagai manusia kelas dua oleh seseorang. Karena bisa jadi penyebabnya gara-gara penamplan kita sendiri. Kalau betul demikian maka mari kita lakukan perombakan penampilan , instropeksi diri, dan lakukan perubahan di sana-sini. Di sini terlihat bahwa changing is power- perubahan adalah kekuatan.

Seorang remaja SMP selalu merasa dinomor-duakan, itu gara-gara penampilannya- tubuhnya kurus dan lemah dan juga tidak begitu menonjol dalam belajar. Sedih memang menjadi mentimun bungkuk- masuk karung ada, tapi tidak jadi perhitungan. Maka suatu hari ia terinspirasi oleh sebuah artikel, maka ia belajar keras. Ia makan yang banyak dan berolah raga yang teratur. Dalam waktu enam bulan, ia jadi mahir berbahasa inggris, jago matematik dan juga jago dalam main volley. Teman-temannya di sekolah sangat senang bergau dengannya. Malah ia juga sering memperoleh sms dengan nomor baru mengungkapkan kata simpati dan mengucapkan “I love you”.

Seorang pemuda yang baru bekerja di kantor pemasaran selalu merasa rendah diri dengan penampilannya gara-gara sering diremehkan- dinomorduakan- oleh rekan sekantor. Ia akhirnya memutuskan untuk meningkatkan penampilannya. Maka hampir setiap malam ia berlatih berpidato dan berbicara di depan cermin, kemudian tiga kali dalam seminggu ia kut kegiatan binaraga. “Kalau penampilan saya kurang bergairah, lunglai , tentu tidak ada orang yang akan menghargai ku”. Bisiknya. Latihan berpidato dan latihan binaraga membuat penampilannya agresif dan jantan, maka kemudian banyak orang yang senang bergaul dengan nya.

Masih banyak kisah kisah tentang fenomena menomor-duakan orang, rekan kerja, bawahan dan anggota keluarga sendiri terjadi di seputar kita. Fenomena meremehkan dan menomor-duakan ini membuat banyak orang berubah, termasuk berubah dalam penampilan.

Seorang bapak yang biasanya tampil bersahaja, kemana mana pergi selalu dengan sepeda motor penampilannya mirip dengan tukang ojek. Suatu hari ingin membeli mobil dan oleh seorang teman ia ditawari untuk membeli mobil super second- yang sering masuk bengkel dan keluar bengkel.”Untuk bapak cukup beli saja mobil seken keluaran tahun 1980-an dengan harga miring” Ia merasa amat tersinggang karena merasa diremehkan- datangpun kurang disapa dan kurang disambut. Maka ia memutuskan membeli sedan cadilac baru berwarna metal dan dengan cat mengkilat. Begitu hari pertama dia datang mengantarkan anak dan istri ke sekolah, maka teman-teman lamanya berhamburan ke luar untuk melihat penampilannya dan mengucapkan selamat.”wah bapak tampak gagah, selamat ya Pak !”

Ya sungguh tidak enak menomorduakan orang dan juga menjadi orang yang sering dinomor duakan. Pasti orang yang punya karakter positif- tidak suka meremehkan dan menomor-duakan orang- akan menjadi orang yang disenangi, dikagumi dan dihormati. Sementara itu orang yang terbiasa dan cenderung meremehkan orang lain tentu akan kurang disenangi dan kalau boleh bahwa orang mendekat hanya untuk sekedar basa basi dan setelah itu menjauh lagi .

Selanjutnya bagi orang yang selalu menjadi korban sebagai manusia nomor-dua atau orang yang direndahkan, lebih ideal untuk melakukan perubahan. Apakah kita direndahkan gara-gara kurang bisa bergaya, maka mari kita update penampilan kita. Andaikata kita direndahkan gara-gara postur dan penampilan tidak smart, maka mari berlatih menguatkan otot dan otak (kecerdasan) agar kita menjadi orang gagah luar dalam (cantik luar dalam) sehingga kita menjadi orang tidak lagi direndahkan martabat dan harga diri kita.

Rabu, 27 Oktober 2010

Harga Diri Yang Sehat

Harga Diri Yang Sehat
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Tanpa disadari bahwa harga diri atau self-esteem sudah menjadi kebutuhan emosional setiap orang sejak kecil. Siapa saja dan dan apa saja latar belakang nya serta posisi pekerjaannya tetap membutuhkan self-esteem. Self-esteem atau harga diri seseorang bisa jadi sehat atau tidak (menjadi kerdil) tergantung bagaimana bentuk pengalaman hidup seseorang. Apakah mereka tumbuh memperoleh penghargaan atau malah jarang dihargai (?). Harga diri yang sehat bisa menjadi benteng bagi seseorang dalam menghadapi tantangan hidup ini.

Orang-orang yang sehat harga dirinya atau memandang positif terhadap diri mereka akan lebih mudah untuk mengatasi konflik dan bertahan atas tekanan negatif. Mereka yang memiliki harga diri yang sehat cenderung mudah tersenyum, juga lebih siap dan bisa menikmati hidup ini. Anak-anak dan remaja yang memiliki harga diri yang sehat akan memiliki karakter realistik, dan juga bersifat optimistik.

Sebaliknya remaja dan anak-anak yang memiliki karakter rendah diri- penghargaan yang rendah atas diri, atau harga diri yang kurang sehat, akan melihat tantangan dalam hidup sebagai sumber kecemasan, ketakutan dan frustasi. Mereka yang memandang diri begitu rendah akan sulit menemukan solusi atas problem hidup. Kalau diberi sedikit saja kritikan atas dirinya, maka mereka akan berfikir “wah saya ini apalah artinya, saya memang tidak bagus” atau akan mengeluh “saya tidak mampu melakukan hal itu”. Akibatnya mereka menjadi remaja yang passif, menarik diri dari tanggung jawab dan merasa tertekan. Kalau berhadapan dengan tantangan baru, mereka segera memberikan response “aku tidak bisa…!”

Harga diri dalam bahasa inggris adalah “self-esteem”. Apakah yang dimaksud dengan self esteem itu ? Self- esteem (harga diri) adalah kumpulan dari keyakinan atau kumpulan dari perasaan tentang diri kita sendiri. Yaitu bagaimana persepsi kita tentang diri. Bagaima kita menyadari diri kelebihan dan kekurangan diri akan mempengaruhi motivasi, sikap, tingkahlaku dan penyesuaian emosi kita.

Penghargaan atas diri akan terbentuk sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Misalnya melalui pengalaman sukses atau pengalaman gagal- pengalaman diejek atau dipuji- akan membentuk kualitas harga diri- yaitu harga diri yang sehat atau harga diri yang rendah. Remaja yang belajar mengatasi pengalaman kurang sukses menjadi sukses akan memberi kesan pada remaja bahwa ia “mampu” untuk berbuat. “Wah ternyata aku mampu berpidato di depan warga RT”. “Wah ternyata aku bisa mengerjakan latihan matematika ini”. Untuk itu tidak layak kalau orang tua buru-buru membantu anak yang lagi mengalami kesulitan dalam belajar.

Konsep sukses itu berarti “daya tahan” seseorang untuk menyelesaikan sesuatu hingga tuntas. Latihan beraktifitas untuk menuju sukses harus dimulai sejak usia dini. Andai seorang anak/ remaja melakukan sebuah aktivitas, namun gagal, dan dicoba lagi, gagal, dicoba lagi, kemudian dia mampu menyelesaikan maka inilah yang disebut dengan sukses. Akhirnya akan tumbuh dalam fikiran bahwa dia mampu melakukan pekerjaan tersebut. Pada waktu yang sama ia pun sedang menciptakan penghargaan atas dirinya. “wah ternyata aku bisa”.Rasa sukses sering juga melibatkan orang lain, memperoleh penilaian dan penghargaan dari orang lain. Inilah alasanya mengapa keterlibatan orang tua merupakan kunci untuk membantu anak dalam membentuk sukses, yaitu meningkatkan harga diri dan persepsi yang sehat.

Harga diri merupakan paduan dari “perasaan mampu, perasaan dicintai dan disukai”. Remaja/ anak-anak akan bergembira atas hasil prestasinya, namun tidak memperoleh rasa cinta maka akan merasakan “penghargaan diri yang rendah”. Sebaliknya mereka yang memperoleh cinta, namun merasa bimbang atas kemampuan diri- akan berakhir dengan rasa harga diri yang rendah. Harga diri yang sehat akan terbentuk kalau ada keseimbangan antara kemampuan dan rasa dicintai.

Apakah harga diri sehat atau tidak
Harga diri selalu berfluktuasi (turun- naik) sesuai dengan bentuk perkembangan anak/ remaja mengalami tersebut. Harga diri juga sering berubah-ubah, itu dipengaruhi oleh pengalaman dan persepsi kita. Maka akan sangat membantu kalau kita sadar atas tanda-tanda bahwa harga diri itu sehat atau tidak sehat. Remaja dengan harga diri rendah tidak ingin untuk mencoba hal-hal baru. Mereka sering ngomong negatif tentang diri mereka sendiri. “Aku ini bodoh”, “aku akan tidak pernah pandai dan tahu tentang hal itu”, “apa sih masalahnya…mengapa tidak ada yang peduli dengan saya ?”.

Mereka yang memiliki harga diri rendah juga akan memperlihatkan toleransi yang rendah terhadap frustasi- maksudnya akan mudah untuk frustasi, mudah menyerah atau menunggu seseorang untuk membantunya. Mereka juga cenderung melakukan kritikan yang berlebihan dan malah juga mudah putus asa. Remaja dengan penghargaan yang rendah akan melihat kondisi sekitar sebagai hal yang kurang menguntungkan, kondisi tanpa toleransi, dan rasa pesimis.
Sebaliknya, remaja yang memiliki harga diri yang sehat akan senang berinteraksi dengan orang lain. Mereka merasa nyaman dalam lingkungan sosial dan menikmati aktivitas kelompok. Mereka juga punya tujuan hidup yang mandiri. Bila ada tantangan hidup maka mereka mampu bekerja untuk menemui solusinya. Mereka merasa kurang enak bila ada teman yang dilupakan atas aktivitas yang penting. Orang yang punya harga diri yang sehat tidak akan berkata “saya ini bodoh”, namun mereka akan berkata “saya kurang memahaminya”. Selanjutnya bahwa orang yang memiliki harga diri yang sehat akan mengenal kelebihan dan kekurangannya. Mereka juga menerima kelebihan dan kekurangan diri, dengan demikian mereka mempunyai sense of optimism atau rasa optimis.

Mempertahankan harga diri yang sehat
Harga diri yang sehat perlu dipertahankan. Sungguh disayangkan kalau seseorang sengaja menghancurkan harga diri orang lain. Idealnya malah orang yang harga dirinya kurang sehat harus dipulihkan. Untuk itu ada beberapa cara yang perlu diketahui dan dilakukan agar harga diri seseorang (anak atau remaja) tetap sehat.

Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh anak/ remaja. Anak-anak dan remaja sangat peka/ sensitive terhadap ucapan orang lain, terutama orang tuanya sendiri. Kalau begitu kita (guru dan orang tua) perlu rajin memberi penghargaan dan pujian. Tidak hanya terhadap apa yang telah mereka kerjakan tetapi juga atas usaha dan inisiatif mereka. Untuk kesehatan harga diri maka mereka memerlukan “sense of trusthful” atau rasa untuk dipercaya. Misal, kalau anak tidak bergabung dalam team olah raga, maka hindari mengatakan hal yang memojokan atau melukai harga dirinya, namun katakana “well, mungkin lain waktu kamu bisa bergabung”. Mereka butuh reward dan pujian. Tidak perlu mengharapkan hasil yang sempurna, yang penting ada proses aktivitas.

Ternyata anak dan remaja butuh model yang positif. Orang tua, guru, kakak/ senior bisa jadi model yang positif. Kalau orang tua berkarakter kasar atau berkata kasar yang berlebihan, sering bersifat pesimis,dan bersifat kurang realistik atas kemampuan dan kekurangan, maka mereka juga akan bisa meniru tersebut. Maka milikilah karakter positif dan orang yang mengidolakan kita juga akan menirunya.

Mengidentifikasikan dan mengarahkan secara tidak langsung (tanpa mendikte) atas kesalahan anak/ remaja. Menolong anak untuk berkarakter yang standard (sesuai dengan norma umum) dan juga lebih realistis dalam menilai diri sendiri. Respon positif sangat berguna dalam menjaga harga diri yang sehat “Hasil akademik mu bisa jadi bagus dan kamu bisa pintar”, dari pada menggerutu “ya ampun…kamu betul-betul idiot”.

Bersikap spontan dan affectionate (kasih sayang). Cinta yang selalu mewarnai hari-hari/ hidup anak dan remaja akan merawat harga diri mereka. Sentuhan, rangkulan dan mengatakan pada mereka bahwa kita bangga dengan mereka. Kalau boleh kita tulis dalam kamar mereka “kamu anak yang hebat buatbuat mama dan papa”. Sering seringlah memberi pujian dan juga bersikap jujur pada mereka. Karena anak dan remaja bisa merasakan apakah orang tua berbuat jujur atau pura-pura.

Menciptakan rasa aman dalam lingkungan rumah serta menebar rasa cinta. Anak-anak dan remaja yang tidak merasakan sense of safety atau rasa aman atau dilecehkan/ diremehkan di rumah akan mengalami rasa harga diri yang rendah. Anak yang sering berdebat dengan orang tua bisa menjadi depresi dan menarik diri (serta harga diri yang rendah). Rasa diremehkan juga bisa terjadi di lingkungan sekolah, dengan teman, atau oleh faktor yang lain. Pedulilah atas hal ini dan kita perlu selalu menghargai anak.
Memperkaya anak dan remaja dengan pengalaman yang berguna. Anak dan remaja lebih memerlukan pengalaman bekerja sama dari pada berkompetisi. Ini berguna untuk kesehatan harga diri. Program mentoring, dimana remaja senior membantu yang junior dalam belajar atau membaca, bisa menyehat harga diri ke dua belah pihak-yaitu menghargai dan dihargai.

Anak yang memiliki harga diri juga butuh supervisi atau pengawasan. Pengawasan ini untuk meyakini apakah kondisi anak aman. Namun yang penting adalah memberi mereka kesempatan untuk melakukan sesuatu, tidak masalah kalau mereka melakukan kesalahan kecil karena learning from mistake adalah juga proses belajar. Misal, anak ingin membuat telur dadar- ya siapkan bahan- bahannya dan biarkan ia mencoba, kalau boleh lihat lihat saja dari jauh, apakah akan membahayakan (misal api atau sengatan listrik) atau tetap aman. Memang suasana kerja mereka tidak rapi dan tidak bersih, namun mereka tak perlu kritikan yang akan melemahkan semangat kerja mereka.
Harga diri atau self-esteem ternyata masalah terbesar dari generasi muda. Gara-gara memilih self-esteem yang rendah membuat mereka jadi tidak berdaya, jadi enggan untuk beraktivitas akhirnya mereka tidak memiliki pengalaman apa-apa. Sangat penting bagi kita untuk memiliki harga diri yang sehat. Untuk itu kita perlu memiliki banyak pengalaman positif. Dukungan untuk melakukan/ menyelesaikan tanggung jawab, rasa aman, dan rasa kasih sayang merupakan faktor untuk memperoleh rasa harga diri yang sehat. Yang harus dihindarkan adalah banyak mencela dan banyak mengeritik- sehingga anak dan remaja menjadi serba salah.
.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...