Senin, 28 Mei 2018

Para Penggiat Dunia Pendidikan Harus Pro Dengan Konsep “Happy School”


Para Penggiat Dunia Pendidikan Harus Pro Dengan Konsep “Happy School
Oleh: Marjohan, M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar

Dewasa ini banyak sekolah dan juga lembaga pendidikan yang berlomba untuk meningkatkan prestasi akademik. Para policy maker (pengambil kebijakan) merancang berbagai program. Mereka mungking meciptakan berbagai bentuk smart program atau program unggulan lainnya. Program unggulan yang terkesan kaku, banyak membuat siswa tertekan dan jauh dari konsep gembira atau happy.
Happy atau gembira adalah sebuah kata sifat. Kata ini memang penuh dengan daya tarik. Semua orang bisa membayangkan suatu nuansa atau suasana, kalau kata ini disandingkan dengan sebuah peristiwa atau kata benda, seperti: happy home, happy family, happy people, happy parents, happy policemen, happy classroom, etc, etc. Maka tentu yang terbayang adalah suasana penuh gembira, kehangatan, saling menerima, menghargai, dimana juga ada unsur motivasi atau saling memberi semangat. Peristiwa-peristiwa di masa lalu yang penuh kehangatan dan kegembira (happy) pasti akan berkesan dan teringat sepanjang masa.
Pengalaman yang penuh bahagia akan diingat oleh banyak orang. Gwang-Jo Kim, direktur UNESCO di Bangkok juga punya pengalaman yang demikian. Dia menceritakan pengalamannya masa kecil, bahwa dia punya rasa ingin tahu yang besar (curiosity) tentang segala-seuatu yang terdapat dilingkungannya, hingga ia terpancing untuk melihat, menyentuh dan mendengar lebih banyak.
Dia dilahirkan dan tumbuh di sebuah desa kecil di Korea Selatan. Sekolah dimana dia menuntut ilmu dan menimba pengalaman berlokasi di pusat desa, sekaligus sebagai pusat komunitas. Paa saat itu anak-anak merasa sangat berbahagia berada di sekolah. Mereka belajar dan bermain bersama teman dengan penuh rasa gembira. Ya memang bahwa sekolahnya berada dalam suasana gembira. Hubungan yang terbentuk antara siswa guru begitu penting, ini ditandai oleh hubungan penuh kehangatan.
Hari-hari belajar yang demikian merupakan bagian yang sangat penting bagi setiap siswa. Suasana sekolah yang gembira, hubungan antar individu yang penuh kooperatif dan sangat hangat juga menjadi faktor yang penting dalam membentuk karakter dan membangun jalan menuju masa depan. Apakah ada sekolah-sekolah yang selain sibuk merancang program akademik, namun juga peduli dalam merancang konsep happy school ?

Tentu saja ada. Selama beberapa dekade, konsep pendidikan (juga atmosfir sekolah) menjadi semakin kompleks. Ini dapat kita amati melalui kondisi sosio-ekonomi. Suasana yang kompleks ini terjadi sebagai efek dari perubahan demografi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat. Juga dengan dengan terjadinya perubahan struktur dan tuntutan dalam  kehidupan keluarga (masyarakat). Sebagai imbasnya juga terlihat pada iklim banyak sekolah, yaitu para siswa yang tampaknya kurang begitu berbahagia.
Ini terjadi karena terlalu banyak tekanan, tuntutan dan harapan yang tinggi pada siswa. Atas nama peningkatan kualitas, berbagai lembaga pendidikan merancang program yang pro-program serba instant dan serba hebat, tanpa peduli pada suasana hati dan kebahagiaan siswa. Memang dewasa ini terjadi fenomena yang memberi penekanan yang berlebihan pada siswa. Utamanya untuk sisi akademisi.
Agar bisa meraih predikat “excellent- unggul” atau menciptakan seorang anak bisa begitu hebat atau suatu sekolah menjadi cukup bonafide, maka lihatlah pada prestasi akademinya. Jadinya untuk mewujudkan mimpi atau ambisi ini, para siswa dijejali dengan “tes-tes-tes.....dan bentuk tes lainnya”. Dengan arti dibentuk iklim multi persaingan atau karakter pro berkompetisi.
Dalam dunia pendidikan dewasa ini juga ada lagi tuntutan untuk penngkatan mutu. Bahwa para siswa harus mampu memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (hots). Bahwa selama ini telah banyak dilakukan pembenahan disana-sini, khusus untuk bidang edukasi. Seperti mendirikana pusat belajar, workshop edukasi dan sekolah keunggulan, dimana anak-anak dilatih dan diprogram untuk menjadi lebih hebat dan siap berkompetisi. Namun begitu selesai dari program studi, mereka (para siswa) ternyata telah menjadi warga yang sunyi, tidak mampu berkreasi atau berbuat apa-apa. Usut punya usut itu semua terjadi gara-gara suasana belajar atau pendekatan gaya belajar (PBM) yang banyak bernuana keterampilan berfikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills LOTS).
Sebagai konsekuensi juga terjadi reformasi pada gaya mengajar para guru, yaitu megajar yang pro pada saintifik. Jadnya mereka juga perlu belajar keras dan mandiri agar bisa menjadi para guru yang mampu menciptakan PBM yang bernuansa HOTS. Tentu saja para siswa menjadi ujung sasaran dari harapan yang tinggi. Maka kembali mereka memperoleh stressing dari para guru. Namun itu tidak mengapa sepanjang atmosfir belajar dan mengajar penuh suasana damai, kehangatan, kasih sayang, penghargaan dan saling menerima. Karena atmosfir yang begini sangt penting.
Kita memahami bahwa semua anak (para siswa) berhak untuk merasa bahagia dan menikmati kehidupan sosial yang positif di sekolah. Bahwa suasana dan rasa bahagia hanya bisa diperoleh dengan membangun hubungan persahabatan yang positif di antara warga sekolah- para guru, siswa, dan stakeholder pendidik- dan juga melalui rasa memiliki dalam komunitas dan masyarakat yang lebih luas.
Lebih lanjut, bahwa semua siswa juga berhak untuk menjadi generasi yang bahagia dan damai (sejahtera). Generasi yang berbahagia akan sangat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang penuh damai dan sejahtera. Selanjutnya juga menciptakan perdamaian dan kesejahteraan bagi dunia.
Banyak orang berpendapat bahwa para oknum yang menjadi trouble maker (pembuat kerusuhan) dalam masyarakat berasal dari orang-orang yang juga merasa kurang berbahagia (kurang punya arti) dalam hidup mereka. Bisa jadi mereka berasal dari rumah yang tidak bahagia dan sekolah (lingkungan pendidikan) yang juga tidak memberikan rasa bahagia.
Dorothy Law Nolte, seorang seorang pendidik dan ahli konseling keluarga dari Amerika Serikat, karyanya yang membahas tentang anak akan belajar dari apa yang mereka jalani. Cuplikan karya atau puisinya nya adalah sebagai berikut:
- Jika anak hidup dengan kecaman, mereka belajar untuk mengutuk.
- Jika anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
- Jika anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu.
- Jika anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri.
Ungkapan di atas adalah sebab dan akibat yang berbentuk negatif. Penyebab anak berprilaku negatif terbentuk oleh sebab-sebab yang negatif. Anak-anak (para siswa) akan meraup rasa berbahagia apabila mereka memperoleh perlakuan-perlakuan positif, sebagaimana digambarkan dalam sambungan puisi (ungkapan) berikut:
- Jika anak hidup dengan dorongan, mereka belajar percaya diri.
- Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
- Jika anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
- Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk mencintai.
- Jika anak-anak hidup dengan kebaikan dan pertimbangan, mereka belajar
   menghormati.
- Jika anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri
   mereka dan orang-orang tentang mereka.
- Jika anak-anak hidup dengan persahabatan, mereka belajar bahwa dunia adalah
   tempat yang bagus untuk hidup.
Bagi penulis bahwa “sekolah yang punya suasana bahagia adalah segala-galanya”. Sekolah yang bahagia akan bisa menciptakan kesejahteraan dan keharmonisan bagi generasi muda dan generasi-generasi selanjutnya. Selanjutnya bahwa sebuah sekolah yang bernuansa “Happy School” juga akan berkorelasi dengan dua hal, yaitu:
“Kalau di suatu sekolah terbentuk hubungan yang positif (hubungan yang bahagia) maka kualitas pendidikan di sekolah tersebut juga akan terbentuk”. Dua timbal balik dari kedua varibel ini (hubungan bahagia sesama warga sekolah dan kualitas pendidikan) akan selalu berkaitan dan penulis berharap agar semua sekolah perlu memberi kepedulian untuk selalu membangun kondisi sekolah yang bahagia. Karena ini secara signifikan akan memberi dampak pada eksistensi kualitas pendidikan di sekolah-sekolah kita.
Ada empat keterampilan belajar yang perlu dimiliki oleh setiap iswa, sebagaimana yang disarankan oleh UNESCO. Semua siswa yang pergi ke sekolah, maka mereka harus memahami konsep:
learning to do, learning to be, learning to get knowledge, and learning to live together.
Maka konsep Learning to Live Together, merupakan dasar yang sangat penting untuk membentuk konsep “Happy Schools”. Jadinya konsep Happy School bisa menjadi prioritas kompetensi kita sebagai kompetensi non-alademik. Kompetensi lain yang perlu dimiliki oleh setiap siswa adalah seperti: kreativitas (mampu berkreasi), mampu berkomunikasi dan mampu untuk kerja sama dalam tim atau teamwork. Mempersiapkan warga sekolah (para siswa) untuk memiliki 4 kompetensi ini merupakan persiapan yang sangat penting untuk menghadapi hubungan masyarakat antar bangsa dan kehidupan nasional dan di internasional yang selalu berubah.
Kini ada ribuan sekolah dan lembaga pendidikan yang tersebar di Republik Indonesia. Semua sekolah dan lembaga pendidikan perlu merujuk pada ketentuan Sistem Pendidikan Nasional, dan setelah itu juga perlu memperhatikan arahan kebijakan pendidikan yang di sarankan oleh UNESCO sebagai salah satu badan pendidikan dunia, karena kita adalah juga warga dunia.
Sangat penting bagi para penggiat dunia pendidikan agar harus pro dengan konsep “Happy School”. Mereka bisa menciptakan sekolah yang bernuansa gembira atau happy school bisa dalam bentuk konsep happy classroom, happy students, happy teacher dan happy parent. Ini harus mejadi sumber inspirasi bagi semua sekolah, pembuat kebijakan, dan para ahli pendidikan. Dengan demikian kita harus membawa rasa bahagia ke sekolah, karena rasa bahagia akan mampu membangun suatu perdamaian (rasa damai) bagi setiap siswa dan juga kesejahteraan bagi lingkungan sekitar, lingkungan nasional, hingga lingkungan internasional.

Selasa, 15 Mei 2018

PENGALAMAN TERBAIK IMPLEMENTASI “HOTS MELALUI QUESTIONING THROUGH QUESTION CHART” DALAM PEMBELAJARAN READING COMPREHENSION


Pengalaman Terbaik IMPLEMENTASI “HOTS melalui Questioning Through Question Chart” dalam Pembelajaran Reading Comprehension



Disajikan Pada
Lomba Penulisan Best Practice Guru
Dalam Tugas Pembelajaran di Sekolah


Oleh
Drs. Marjohan, M.Pd
NIP. 196503221989031004
Guru Matapelajaran Bahasa Inggeris
SMAN 3 Batusangkar- Kab. Tanah Datar





BIDANG PEMBINAAN SMA
DINAS PENDIDIKAN PROPINSI SUMATERA BARAT

TAHUN 2018


Lembaran Pengesahan


   Naskah Laporan Pengalaman Terbaik (Best Practice) ini
Judul   :  Pengalaman Terbaik Implementasi “HOTS melalui Questioning Through
                Question Chart” Dalam Pembelajaran Reading Comprehension
Penulis :  Drs. Marjohan, M.Pd
Jabatan            :  Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggeris
                SMA Negeri 3 Batusangkar
                Kabupaten Tanah Datar
                Provinsi Sumatera Barat
            Benar-benar merupakan karya asli saya dan tidak merupakan plagiasi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.


Mengetahui:
Kepala SMAN 3 Batusangkar                                                 Penulis



(Diwarman, S.Pd,. M.Si)                                                 (Drs. Marjohan, M.Pd)
NIP. 196411111989031007                                           NIP.196503221989031004


KATA PENGANTAR

Bahasa Inggeris adalah salah satu matapelajaran yang harus diajarkan sejak dari bangku SLTP hingga perguruan tinggi, malah ada yang mengajarkannya sejak bangku sekolah dasar. Kualitas pengajaran Bahasa Inggeris selali dievalusi setiap tahun. Pada beberapa daerah dan juga beberapa sekolah telah memberikan hasil yang sinifikan dan sangat baik. Begitu pula untuk di SMAN 3 Batusangkar, tempat penulis bertugas.
Secara umum bahwa tujuan belajar adalah agar para siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa yang sedang dipelajari, misalnya dalam Bahasa Unggeris. Adalah fenomena bahwa cukup banyak siswa yang telah belajar keras dan memiliki skor yang tinggi. Namun dalam kenyataan mereka belum mampu untuk menggunakannya secara aktif, hanya baru sebatas teori. Ini juga dialami oleh siswa penulis sendiri Namun penulis selalu mencari solusinya, dan ditulis kedalam bentuk Best Practice atau Pengalaman Terbaik yang pernah dilakukan.
Best Practice ini berjudul: Pengalaman Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart  Dalam Pembelajaran Reading Comprehension. Sekaligus Best Practice disajikan pada lomba penulisan Best Practice Guru  Dalam Tugas Pembelajaran di Sekolah, yang diselenggarakan oleh Bidang Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Propinsi Sumatra Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Diwarman, S.Pd,.M.Si, sebagai Kepala Sekolah, yang selalu memberi dorongan bagi penulis. Juga ucapan terimakasih pada teman-teman majlis guru, dan teristimewa istri dan dua orang anak penulis.
Tidak ada gading yang tidak retak. Best Practice tentu saja masih punya kelemahan, maka saran dari pembaca ditunggu pada email: marjohanusman@yahoo.com. Moga-moga Best Practice ini bermanfaat.
                          
                                                                               Batusangkar, April, 2018
                                                                               Marjohan, M.Pd


Daftar Isi

Lembaran Pengesahan.....i                                                                                         
Kata Pengantar....ii
Daftar Isi.......iii
A. Latar Belakang..............1
B. Masalah.................3
C. Cara Penyelesaian Masalah.........4
1) Guru Perlu Melakukan Refleksi.....4
2) Persiapan dan Implementasi...............6
D. Simpulan dan Rekomendasi....8
1) Simpulan.....8
2) Rekomendasi....8
E. Pelajaran Yang Diperoleh................9
1). Intisari Pengalaman Terbaik......9
2) Tingkat Pertanyaan HOTS.....10
F. Daftar Pustaka.....11
Biografi Penulis.....12
Lampiran-lampiran....14


Pengalaman Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart  Dalam Pembelajaran Reading Comprehension
Oleh Drs. Marjohan, M.Pd
SMAN 3 Batusangkar- Kab. Tanah Datar
A. Latar Belakang
Propinsi Sumatera Barat memperoleh peringkat HDI-human Development Index (BPS Indonesia 2010) pada posisi 9 dari 34 propinsi di Indonesia. Ini adalah posisi yang cukup bagus.  Peningkatan dan perbaikan pada sektor pendidikan telah memberikan dampak positif untuk masyarakat di daerah ini. Pemerintah daerah kotamadya/kabupaten dan para stakeholder di bidang pendidikan selalu memikirkan terobosan, misalnya dengan mendirikan sekolah model atau sekolah pelayanan keunggulan. Ini juga terjadi untuk Kabupaten Tanah Datar, dimana daerah ini mendirikan sekolah pelayanan keunggulan, yaitu SMA Negeri 3 Batusangkar (lihat lampiran 1, gedung SMAN 3 Batusangkar).
Sekolah ini didirikan di akhir tahun 2004. Sekolah ini dirancang sebagai pioneering school oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Sekolah ini bebas rayon, semua lulusan SLTP (SMP dan MTs) yang memenuhi persyaratan boleh mendaftar ke sekolah ini. Persyaratan rekruitmen ke sekolah ini adalah mengikuti test tertulis (Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggeris) dan juga sejumlah wawancara, termasuk wawancara dalam Bahasa Inggeris. Tentu saja calon siswa yang memenuhi kuota yang ditetapkan oleh sekolah ini.
Data yang diperoleh dari kantor TU SMAN 3 Batusangkar menunjukan bahwa skor rata-rata UN Bahasa Inggeris siswa SLTP yang tercatat menjadi siswa baru SMAN 3 Batusangkar tahun akademik 2016/2017 adalah 8, 15. Ini berarti bahwa input Bahasa Inggeris mereka cukup bagus. Namun walau skor Bahasa Inggeris UN mereka cukup tinggi, ini belum lagi mencerminkan kemampuan berbahasa Inggeris aktif mereka. Soal ujian UN Bahasa Inggeris hanya terfokus pada kemampuan reading comprehension siswa, dan belum mengukur kemampuan  speaking, writing dan listening mereka. Jadi belum mencerminkan kemampuan Bahasa Inggeris mereka secara total.
Dari observasi dan wawancara penulis dengan masyarakat sekitar dan para orangtua diketahui bahwa mereka yakin siswa SMAN 3 Batusangkar sudah memiliki kemampuan berbahasa Inggeris. Namun ketika penulis (sebagai guru Bahasa Inggeris di sekolah ini) mengundang teman-orang asing (tourist)- ke sekolah ini dan berharap para siswa bisa berkomunikasi- bertukar pikiran- satu sama lain dengan orang asing tersebut. Dalam keyataannya para siswa terlihat canggung dan kurang mampu berkomunikasi secara aktif. Mereka terlihat malu, ragu-ragu dan tidak puya rasa percaya diri (lampiran 2, mengundang orang asing ke sekolah). 
Selain itu, di perpustakaan sekolah ini juga tersedia English authentic materials seperti novel, buku-buku cerita dan majalah berbahasa Inggeris. Tetapi terlihat para siswa tidak antusias untuk membacanya. Di sini muncul assumsi penulis bahwa para siswa punya problem dengan membaca pemahaman Bahasa Inggeris. Ini mungkin dampak negatif dari keterampilan berfikir mereka yang masih tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS). Dengan kata lain ini sebagai dampak pembelajaran yang jauh dari penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
HOTS musti diimplementasikan dalam pengajaran Bahasa Inggeris. HOTS sebagaimana dijelaskan oleh Thomas dan Thorne (2009) yaitu sebagai keterampilan berfikir yang melebihi dari sekedar menghafal fakta-fakta dan konsep. HOTS memerlukan para siswa untuk berbuat sesuatu tentang fakta sosial  atau fakta alam. Para siswa seharusnya mampu memahami, menganalisa, mengelompokan, memanipulasi, menciptakan cara-cara baru yang kreatif, dan menerapkannya dalam menemukan solusi atas masalah baru.
Guru Bahasa Inggeris juga harus kenal dengan strategi belajar bahasa Inggeris yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi para siswa. Berikut ini adalah beberapa strategi pengajaran yang mampu meningkatkan HOTS para siswa, yaitu seperti: Encourage Questioning, Connect Concepts, Teach Students to Infer, Use Graphic Organizers, Teach Problem-Solving Strategies, Encourage Creative Thinking, Use Mind Movies, Teach Students to Elaborate Their Answers, Teach QARs (Question-Answer-Relationships), and Questioning Through Question Chart (Abeera P. Rehmat, 2015).

B. Masalah
Permasalahan siswa SMAN 3 Batusangkar yang berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggeris dapat digambarkan seperti tabel di bawah:
Tabel.1: Permasalahan Siswa SMAN 3 dengan
            Kemampuan Berkomunikasi dalam Bahasa Inggeris.
Input
Fenomena
Faktor Penyebab
- Calon siswa diseleksi
  dengan baik.

-UN Bahasa Inggeris
 SLTP bagus, 8.15
- Kurang percaya diri
  dalam berkomunkasi
  berbahasa Inggeris.

- Tidak tertarik dengan
   materi authentic
   berbahasa Inggeris
- Pembelajaran banyak
  bernuansa LOTS.

- Rendah motivasi
  berkomunikasi
- Kurang berani dalam
  Berekspresi
Tabel.1 di atas menunjukan tentang problem siswa SMAN 3 Batusangkar yang mana mereka kurang percaya diri dalam berkomunkasi berbahasa Inggeris, tidak tertarik dengan materi authentic berbahasa Inggeris. Faktor penyebabnya adalah pembelajaran banyak bernuansa LOTS, rendahnya  motivasi berkomunikasi dalam bahasa Inggeris dan kurang berani dalam berekspresi. Padahal sekolah ini punya input yang bagus, yaitu calon siswa diseleksi dengan baik dan UN Bahasa Inggeris SLTP mereka juga cukup bagus, 8.15.
Lower Order Thinking Skills (LOTS) atau keterampilan berfikir tingkat redah hanya membuat siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual, jawabannya hanya satu. Biasanya jawaban tersebut berupa sesuatu yang dapat ditemukan langsung di buku atau hapalan, seperti pertanyaan “Siapa? Kapan? Dimana?”  
Agar siswa bisa menjadi berani dan mampu mengekspresikan pikiran, maka digunakan Higher Order Thingking Skills- HOTS. Kemampuan HOTS akan membuat siswa mampu menyampaikan gagasan secara argumentatif, logis, dan percaya diri, baik secara lisan, tulisan dan action (tindakan). Kata kunci pertanyaan untuk HOTS adalah seperti “mengapa, bagaimana caranya, berikan alasan, dengan cara apa, harus bertindak bagaimana, seandainya, dan lain-lain”.


C. Cara Penyelesaian Masalah
1) Guru Perlu Melakukan Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah maju (lihat lampiran 3, proses PBM di Sekolah maju) yang sudah mampu menghasilkan siswa yang unggul pada umumnya menerapkan pendekatan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Proses berfikir sebagaimana digambarkan oleh Dewey (1933), bahwa berfikir adalah rangkaian peristiwa berurutan. Proses produktif ini bergerak dari refleksi ke penyelidikan, kemudian ke proses pemikiran kritis yang, pada gilirannya, mengarah pada kesimpulan. Berpikir tidak terjadi secara spontan tetapi harus "dibangkitkan”  melalui problem dan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan.
Penulis menyadari bahwa siswa penulis yang sedang menuntut ilmu di SMAN 3 Batusangkar, seperti diyakini oleh masyarakat Kab. Tanah Datar sebagai sekolah unggul dan siswanya juga unggul. Untuk bahasa Inggeris mereka juga dianggap jago. Ternyata hanya jago dalam menguasai teori yang sebatas dipelajari dalam kelas. Mereka secara umum belum mampu membuktikan “jagonya” secara applikasi, misalnya berkomunikasi langsung dalam bahasa Inggeris dengan percaya diri dan berani.
Sebagai guru, penulis tidak boleh apatis, menutup diri, atau cepat merasa puas dengan skor Bahasa Inggeris siswa yang tertera pada kertas atau atas prestasi yang hanya diraih oleh segelintir siswa. Maka penulis selalu membuka diri, melakukan refleksi dan menemukan solusi. Penulis membaca banyak referensi dari pserpustakaan, membeli buku dan juga dari cyber.
Di dunia ini ada 11 negara yang terbaik sistem sekolahnya, yaitu Jepang, Barbados, Selandi Baru, Estonia, Irlandia, Qatar, Belanda, Singapura, Belgia, Swiss dan Findlandia. Rahasia negara tersebut mengapa sistem pendidikan negara mereka terbaik, adalah karena literasi, sains, dan matematiknya terbaik. Kemudian sekolah menciptakan tradisi pembelajaran seumur hidup dan proses pembelajaran yang unggul- yaitu kreatif, inovasi dan memberi pelayan unggul, dan tentu saja pembalajaran juga bernuansa HOTS (Oscar William Grut, 2016 ).
            Pendidikan Indonesia secara umum, dan lembaga pendidikan di sekitar kita secara khusus, juga akan bisa menciptakan para siswa yang berkualitas, memiliki tingkat pemikiran yang tajam. Tentu saja kalau para guru dan stakeholder pendidik fokus pada peningkatan literasi, sains dan matematika, kemudian membudayakan belajar seumur hidup. Tidak selalu terfokus pada pembelajaran berbasis LOTS (lihat lampiran 4, pertanyaan yang pro pada HOTS). Malahan juga membiasakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Higher Order Thinking Skills-HOTS.
Ada beberapa strategi atau model pembelajaran yang bisa kita terapkan dalam mengimplementsi HOTS (lihat lampiran 5, suasana kelas berbasis LOTS), salah satunya PBM dengan strategi questioning through qustion list, sebuah strategi belajar dengan implementasi keterampilan berfikir tingkat tinggi. Pertanyaan-pertanyaan dalam PBM juga harus menggugah berfikir tingkat tinggi para siswa. Pertanyaan yang mungkin diterapkan untuk strategi ini adalah “how, what is the way...,give your reason, what is your idea about..., what is your action if you see..., if you were the figure what will you do?, why..., etc, etc”(lihat lampiran 4, pertanyaan yang pro pada HOTS).
Setelah melakukan refleksi atas masalah pembelajaran berbahasa Inggeris maka penulis menemukan cara penyelesaian masalahnya. Ini dapat diungkapkan ke dalam tabel berikut:
Tabel.2: Cara Penyelesaian Masalah Pembelajaran Bahasa Inggeris
Problem
Solusi
Hasil yang di harapkan
- Kurang percaya diri
  dalam berkomunkasi
  berbahasa Inggeris.

- Tidak tertarik dengan
   materi authentic
   berbahasa Inggeris
- Pemberian strategi
  mengajar dengan
  pendekatan HOTS.

- Memberi motivasi
- Memberi bimbingan
   khusus lainnya.
Siswa punya argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. Siswa penulis menjadi lebih aktif dan mampu memecahkan masalah
            Dari tabel.2 di atas diketahui bahwa problem siswa SMAN 3 Batusangkar dan pembelajaran Bahasa Inggeris yaitu kurang percaya diri dalam berkomunkasi  berbahasa Inggeris, tidak tertarik dengan materi authentic berbahasa Inggeris. Solusi yang bisa diberikan adalah seperti pemberian strategi mengajar dengan pendekatan HOTS, memberi motivasi dan memberi bimbingan khusus lainnya. Kemudian hasil yang diharapkan adalah siswa punya argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. Siswa penulis menjadi lebih aktif dan mampu memecahkan masalah.
Berdasarkan paparan di atas maka penulis bermaksud untuk menulis Best Practice yang lebih spesifik untuk kemampuan membaca, dengan judul “Pengalaman Terbaik Implementasi HOTS melalui Questioning Through Question Chart Dalam Pembelajaran Reading Comprehension.

2) Persiapan dan Implementasi
            Aktifitas pembelajaran untuk meningkatkan HOTS siswa melaui Questioning Through Question Chart untuk keterampilan membaca memerlukan tahap persiapan dan implementasi. Yaitu sebagai berikut:
a) Persiapan:

1.
Mempersiapkan satu paket petunjuk reading comprehension.

-
Membagi siswa atas beberapa kelompok, satu kelompok untuk sekitar 4-5 siswa yang kemampuan membaca mereka sama tinggi/berimbang.
2.
. Mengumpulkan 5-7 copy (buku) dari satu jenis reading text bahasa Inggeris.

-
Memastikan bahwa setiap siswa sudah memiliki masing-masing copy reading text.
3.
Menciptakan berbagai macam pertanyaan untuk pra-membaca (pre-reading)

-
Siswa harus dapat memperkirakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melihat cover depan dari buku bahasa Inggeris

-
Contoh pertanyaan adalah seperti, what do you think the story will be about? Or who do you think the main characters of  the story are? 

-
Tuliskan setiap pertanyaan pada kartu petunjuk yang terpisah
4.
Membuat bagan pertanyaan.

-
Judul bagan ini bisa  seperti“I Wonder…” dan the headings-nya, “Who, What, Where, When Why, and How” harus muncul di bagian atas halaman
5.
Kumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh siswa.

-
Misalnya, kertas tempelan, pensil, papan tulis mini, dan spidol yang bisa dihapus tintanya.
b). Penerapan:
1.
Ajukan pertanyaan pre-reading

-
Mintalah siswa menggunakan text cover buku yang mereka miliki sebagai petunjuk dan tulis tanggapan mereka pada papan tulis (bisa jadi pada papan tulis mini).
2.
Undanglah siswa untuk berbagi dan menilai respon-respon mereka.
3.
Perkenalkan bagan pertanyaan.

-
Tarik perhatian siswa untuk berbagai kategori pertanyaan dan berikan contoh pertanyaan untuk setiap kategori.
4.
Undanglah siswa untuk mulai membaca beberapa halaman pertama dari cerita secara mandiri dan ajukan pertanyaan-pertanyaan ketika mereka membaca.

-
Mintalah siswa menulis setiap pertanyaan pada kertas tempel yang terpisah dan kemudian tempelkan kertas tempel di bawah judul yang sesuai pada bagan pertanyaan.

-
Misalnya, pertanyaan yang mengandung frase “what…” harus ditempelkan di bawah judul “what”.
5.
Minta siswa berhenti membaca setelah mereka semua membaca beberapa halaman pertama dari cerita dan undang mereka untuk berbagi beberapa pertanyaan yang mereka hasilkan.
6.
Mintalah siswa melanjutkan membaca cerita secara mandiri dan dorong mereka untuk menjawab pertanyaan yang dihasilkan.

-
Undanglah siswa untuk mengeluarkan kertas tempel dan tuliskan jawaban di bawah pertanyaan atau tulis jawabannya pada kertas tempel yang terpisah dan tempelkan pada pertanyaan yang sesuai pada bagan.
7.
Gilirkan sambil siswa menyelesaikan kegiatan dan minta setiap siswa untuk berbagi dan menilai respon-respon mereka.
            Pengalaman pembelajaran melalui strategi di atas, bahwa para siswa terlihat lebih aktif, mereka duduk dalam kelompok masing-masing.       Pembelajaran dengan strategi ini membuat para siswa lebih dinamis, tidak kaku dan malu. Jadinya strategi HOTS tersebut memang membuat siswa aktif.

D. Simpulan dan Rekomendasi
1) Simpulan
Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:  menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999). Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis  dan berfikir kreatif)  yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi  atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang harus dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Inggeris. Penulis menerapkan strategi “Questioning Through Question Chart”.
            Kesimpulan dari pengalaman terbaik (best practice) yang penulis implementasikan dengan judul: implementasi Questioning Through Question Chart dalam pembelajaran reading comprehension telah memberikan dampak yang cukup significant dalam meningkatkan percaya diri dan keberanian siswa, kemudian keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS) dalam membaca juga terlihat meningkat. Penulis sering menyuguhkan teks reading yang cukup panjang (3 halaman) dan mereka jarang terdengar mengeluh “wah teksnya terlalu panjang, pak!!!” Mereka malah menikmati isi bacaan teks sambil belajar dengan gembira.

2) Rekomendasi
            Best practice yang penulis susun ini sangat layak dan mendapat perhatian dari rekan-rekan guru Bahasa Inggeris. Penulis memberi rekomendasi agar strategi “Questioning Through Question Chart” bisa diterapkan dalam PBM Bahasa Inggeris, apakah untuk speaking atau reading. Ini berguna agar para siswa bisa memiliki HOTS.
Sebenarnya selain strategi Questioning Through Question Chart ada strategi-strategi lain yang juga bisa meningkatkan HOTS siswa seperti Instructional Communications, Scaffolding, Learning and Thinking Strategies, Direct Instruction, dll. Berharap kalau siswa telah memiliki HOTS yang baik maka mereka akan punya argumen, lebih terampil dalam berkomunikasi. punya percaya diri, dan menyukai bahasa Inggeris seutuhnya.  

E. Pelajaran Yang Diperoleh (Lesson Learned)
1). Intisari Pengalaman Terbaik
            Tentu saja ada pembelajaran yang diperoleh. Strategi Questioning Through Question Chart untuk kemampuan membaca pemahaman berdampak pada peningkatan HOTS siswa. Ini seperti digambarkan dalam tabel.3 di bawah:
Tabel.3: Intisari Pengalaman Terbaik Guru
Permasalahan terindefikasi
Kegiatan nyata yang telah dilakukan dan dinyatakan sebagai pengalaman terbaik
Hasil kegiatan berupa Best Practice
Siswa yang menjadi peserta didik SMAN 3 Batusangkar, telah diseleksi dengan baik, skor UN Bahasa Inggris mereka juga cuup tinggi, 8.15 namun sebagai fenomena mereka terlihat takut, malu dan kurang percaya diri dalam  menggunakan bahasa Inggeris termasuk membaca authentic English materials yang ada di perpustakaan
Guru menerapkan strategi pembelajaran Questioning Through Question Chart untuk reading comprehension.

Juga lebih sering mengimplementasikan pertanyaan yang bersifat HOTS seperti “Based on your readings, what can you conclude about ________ ? What was the author's point of view? Solve a logic puzzle”
Percaya diri siswa meningkat, pertanyaan dan jawaban yang dibuat siswa lebih mendalam.

Keaktifan dan partisipasi belajar mereka lebih terlihat
Dalam tabel.3 di atas terlihat intisari pengalaman terbaik penulis (sebagai guru di SMAN 3 Batusangkar). Dalam tabel terlihat permasalahan terindefikasi, kemudian Kegiatan nyata yang telah dilakukan dan dinyatakan sebagai pengalaman terbaik dan selanjutnya Hasil kegiatan berupa Best Practice.
Belajar dengan strategi bisa membuat siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi akan membetuk  SDM siswa yang terampil dan berkualitas. Higher-Order Thinking Skills (HOTS) merujuk pada ketrampilan berpikir kritis, kemampuan menyusun strategi dan pemecahan masalah. Adapaun keterampilan berpikir kritis termasuk kemampuan untuk berpikir kreatif, membuat keputusan, memecahkan masalah, menganalisa, dan meng-enterpretasikan.
Pembelajaran di kelas yang berorientasi HOTS merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan kognitif, sehingga siswa tidak hanya diajari apa yang harus dipikirkan (what), melainkan mengapa dan bagaimana berpikir (why and how). Pengajaran dengan pendekatan HOTS tidak dapat dikembangkan terpisah dengan mata pelajaran melainkan dengan mengintegrasikannya dalam pengajaran materi yang disampaikan melalui proses pembelajaran.

2) Tingkat Pertanyaan HOTS
            Pelajaran lainnya yang bisa diperoleh adalah juga tetang HOTS- Higher Order Thinking Skills. Salah satu untuk meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa tentu saja dengan meningkat frekuensi penggunaan pertanyaan berkategori HOTS. Menurut taxonomi Bloom (lihat lampiran 6, taxonomy Bloom), Pertanyaan kategori HOTS adalah pada level analisis, sistesis dan level evaluasi (Suyadi, 2013).
a) Pertanyaan analisis, siswa diminta berpikir kritis untuk mengidentifikasi masalah, membuktikan dan menarik kesimpulan. Biasanya, pertanyaan ini diawali dengan kalimat tanya mengapa.
b) Pertanyaan sintesis, pertanyaan yang membutuhkan jawaban berdasarkan pemikiran mendalam, gagasan tersebut berupa prediksi, ramalan atau model sederhana. Contoh frase pertanyaan untuk ini: “Apa yang akan terjadi jika...?, Bagaimana meningkatkan...?”
c) Pertanyaan evaluasi, pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara menilai atau berpendapat sesuai dengan pandangan masing-masing. Contoh frase pertanyaan untuk ini: “Menurut pendapat anda, mana yang....?, Apa yang anda ketahui tentang....?”.
Itulah paparan best practice yang penulis miliki. Moga-moga pengalaman terbaik ini (best practice) juga akan menjadi pengalaman terbaik rekan-rekan guru yang lain. Tentu saja best practice masih punya kekurangan dan selalu butuh perbaikan.

F. Daftar Pustaka
Abeera P. Rehmat (2015). Engineering the Path to Higher-Order Thinking in
            Elementary Education: A Problem-Based Learning Approach for STEM
            Integration. Las Vegas: University of Nevada- UNLV
            (https://pdfs.semanticscholar.org/)

 

Dewey, J. (1933). How we think: A restatement of the relation of reflective

thinking to the educative process. Boston: D. C. Heath and Company.

 

Krulik & Rudnick, (1999). Innovative Tasks To Improve Critical And Creative

Thinking Skills. Dalam Developing Mathematical Reasoning in Grade K-12. Stiff. L.V dan Curcio FR ED. 1999 Yearbook NCTM, Reston, Virginia (http://repository.upi.edu/7814/6/d_mat_0707026_bibliography.pdf)

 

Oscar William Grut (2016 ). The 11 best school systems in the world. London:

Independent (https://www.independent.co.uk/news/education/11-best  

school-systems-in-the-world-a7425391.html).

 

Suyadi. (2013). Strategi Pemebelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

 

Thomas, A. dan Thorne, G., (2009). How to Increase Higher Order Thinking:

 http://www.cdl.org/articles/how-to-increase-high-orderthinking.



Biografi Penulis

Marjohan, M.Pd, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar,  Program Pelayanan Keunggulan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dia mengikuti seleksi tenaga kependidikan dan tercatat sebagai peraih “Peringkat 1 Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012” dan penerima penghargaan Satyalencana Pendidikan dari Presiden RI. Ia menulis berbagai judul artikel yang diterbitkan pada  koran Singgalang, Serambi Pos, Haluan dan Sripo (Sriwijaya Post).
             Pernah menulis pada jurnal Spelelogie (Perancis). Dia sempat  menjadi seorang pemandu wisata (West Sumatra Tourism Guide). Dia telah melakukan kunjungan pendidikan ke Australia, Singapura dan Malaysia, Thailand dan dan perjalanan ibadah  ke Arab Saudi. Marjohan telah  menulis  dan menerbitkan sejumlah buku dengan judul:
            - School Healing- Menyembuhkan Problem Sekolah (Pustaka Insan
              Madani, Yogyakarta, 2009).
            - Generasi Masa Depan- Memaksimalkan Potensi Diri Melalui
              Pendidikan (Bahtera Buku, Yogyakarta , 2010).
            - Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri Prancis (Diva Press,
              Yogyakarta, 2012).
            - Akhirnya Kutaklukan Kampus Jerman (Diva Press, Yogyakarta, 
               2012).
            - Budaya Alam Minangkabau (Citra Pustaka,Solo,  2012).
            - Pengalaman Meraih Guru Berprestasi Selangit  (Diva Press,
              Yogyakarta, 2013).
            - Berguru Di Negeri Jepang (Diva Press, Yogyakarta , 2013).
            - Melbourne Memang Dahsyat (Diva Press, Yogyakarta , 2013).
            Marjohan  menikah dengan Emi Surya, dan memiliki dua orang anak- Muhammad Fachrul Anshar dan Nadhila Azzahra. Ia juga tertarik dengan travelling dan tulisan-tulisan serta foto-foto kegiatan Marjohan yang lain dapat diakses pada Blogger
http://penulisbatusangkar.blogspot.com, dan ia dapat dihubungi melalui email: marjohanusman@yahoo.com.


Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...