Jalan-Jalan Tiga Propinsi:
Batusangkar, Danau Toba, Medan dan Pekan Baru
(Istana Maimun di Medan semraut......)
Oleh: Marjohan, M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)
Facebook: marjohanusman@yahoo.com
Wah akhirnya perjalanan tour atau studi tour kami selama seminggu ke Medan Propinsi Riau berakhir. Aku harus
merecall semua memoriku. Pasti rencana studi tour
ini juga sudah direncanakan oleh setiap guru dan diberitahu kepada anggota keluarga masing- masing. Aku juga memberitahu pada istri dan kedua anakku.
Tour kami dimulai tanggal 25 Desember 2011 dan kami berkumpul di kampus SMAN
3 Batusangkar. Sopir kami adalah Pak Tom dan
co-driver adalah Pak Datuk dari Simpurut
akan mengendarai mobil Pemda dengan merek “Tuah Sepakat” sampai tanggal 31 Desember 2011. Pas sekali
dengan hari perrnikahan Sense Ayu dengan soulmatenya Om Ridwan di kampungnya
Padang Panjang.
Akhirnya mobil kami melaju menuju
Sungai Ttarab, Salimpaung, belok kiri menuju jalan ke-Bukittinggi. Belum lama berjalan kami sudah
rebutan untuk memperoleh snack yang
dibawa oleh para guru. Abi Marta memperkenalkan lapek durian masakan Buk Sumri Marta. Buk Retno membawa duku manis. Miss Dini membawa kue, Buk Yani, Buk Dona, Miss
Messy juga membawa
snack yang lain. Begitu pula dengan Bu Arifna dan Bu Dona menunggu dengan karupaknya dari
kampungnya di Biaro Bukitinggi. Bayinya dititip pada nenek sang bayi.
Guru laki- laki boleh tidak membawa tentangan
dan tidak bawa apa apa....eh kami
hanya jadi juru makan. Iya ini kan atas nama persahabatan. Belum
jauh melaju, mr Ay
sudah mempersiapkan tempat duduk
dan tempat istirahat yang enak di bangku belakang.
Kelak tempat itu bakal jadi rebutan antara
Pak Osrimal, Pak Editi, Abi Marta, Pak Yal, Pak Datuk, Pak Datuk Stokar dan Pak kepala Sekolah- Rosfairil.
Masuk nagari Baso hujan lebat
turun dan pemandangan jadi kelabu.
Sementara itu sebagian guru masih aktif makan dan minum dan
akhirnya mereka juga butuh toilet untuk pembuangan. Kami berhenti di Mesjid Raya Muara Manggung, Lubuk Sikapiang
untuk kebutuhan tolilet dan sholat. Lepas batas Lubuk Sikaping hari sudah di rembang sore. Melewati taman di kota panti, kami melihat pohon dengan akar nafas.
Kami berada dalam mobil cukup lama hingga mobil kami berhenti di
rumah makan “Duta Selera” di depan
kantor Dinas Bina Marga- Kota Nopan. Kami
selalu butuh toilet, sholat jamak magrib dan isya dan juga dinner. Ada temaqn
yang membawa nasi dan aku dinner bareng
dengan Pak Rosfairil, juga ada Mr. Ay
serta Pak Adriyon/ ketua komite.
Jam
2.30 dini hari kami berhenti lagi di resto di kota Sipirok- Restoran Minang Maimbau,
ini memang kedai nasi Islam. Tentu saja Pak sopir perlu melepas ngantuk dan lelah
dengan segelas kopi. Lagi lagi kami melaju. Kami sholat subuh di kota kecil Porsea,
mesjid kecil, karena susah cari mesjid buat sholat subuh dan kami sholat
subuh sudah lewat pukul 6.00 pagi. Porsea adalah pusat Kristen yang besar di
Tanah Batak.
Jalan yang kami lewati cukup jelek, jalan propinsi banyak lobangnya. Aku
baru melihat keindahan alam di kota ini
, ya ibarat di Sumbar atau Tanah Datar saja. Bedanya di sana ada budaya gereja dan nama mobil serta kota juga
beda. Kami kemudian melewati kota kecil “Lumban
Julu” sebuah kota pertanian.
Lagi-lagi jalan rayanya kurang terawat berlobang- lobang. Kok bisa
begini ya, pada hal Sumatera Utara itu kaya dengan industry pertanian sawit dan
karet. Nanun jalan raya saja kurang terurus.
Akhirnya
kami berhenti di SPBU (pom bensin) di kota Prapat, di pinggir Danau
Toba. Kami memasuki gerbang Danau Toba dan kami dihentikan oleh
petugas untuk retribusi. Kalau boleh di sana ada aba- aba atau papan
pengumuman. Kami kemudian menuju
pelabuhan Tigaraja karena kami sudah booking di sana untuk menyeberang ke pulau
Samosir. Suasana bisnis seputar pinggir
danau terlihat.
Kami
mencari areal parkir dan kami di sini makan pagi di kota kecil Tiga Raja. Daerahnya
kurang bersih...pada hal seharusnya
daerah ini dijadikan sebagai daerah “tourist destination” dengan kyualitas
kebersihan yang berstandar internasional-
namun ya ampun....sampah dan kualitas
jalan yang jelek.
Pulau Samosir adalah pulau kecil yang berbukit- bukit dalam Danau Toba. Makan pagi....”ya ampun
selera kami jadi hilang, suasana dikelilingi oleh makanan yang tidak halal”. Untung
kami bawa goreng ayam, goreng kacang...dan kami coba
mencari restoran halal, namun
tetap kurang yakin kehalalannya.
Habis makan pagi, Mr Ay kasih tahu bahwa “orang motor
boat” sudah datang dan kami harus menurunkan bagasi dari mobil. Aku berfikir kalau ada ferry yang bisa membawa mobil ke pulau ternyata mobil kami
diparkir...dan kami menyeberang pakai kapal
motor dengan merek caterina. Kami membawa
tas/ bagasi dan mengambil foto foto di
dermaga dan masuk boat, aku juga naik ke boat lantai dua. Aku melihat
nakhoda stir kapal. Terasa Danau Toba begitu mempesona dan memang luas. Kami keliling Pulau Samosir dengan
kapal motor carolina milik dari
carolina cottage. Boat kami kemudian
berlayar membawa kami ke desa Simanindo...kami juga belajar tari tor tor.
Kami terus
ke hotel ... , aku ngomong- ngommong dengan bule dari Sweden. Nama mereka Eva dan ullamo. Aku jadi asyik ngobrol dan Pak Datuk Edimaizul
juga agak lama di kamar mandi sehingga aku
tidak sempat sholat zuhur, kecuali mandi dan ganti baju..kami mengunjung desa
di pulau Samosir aku lupa namanya. Kami melihat souvenir
Disuguhi keterangan tentang budaya Batak, wah aku dikelilingi anak-anak mungkin karena aku pencinta anak anak. Inang-inang penjual souvenir
merayuku dan aku beli t- shirt 4 helai buat dibawa pulang.
“Aku hampir tak bisa menghindari rayuan penjual souvenir”
Kami
terus berlayar ke desa Tomok...aku tidak turun dari
kapal motor Carolina dan aku memutuskan
untuk merlakukan sholat- jamak zuhur dengan sholat ashar di atas kapal dan
nakhoda yang beragama nasrani tersebut mempersilahkan dan ia turun ke bawah. Kalau
turun aku pasti shopping
lagi dan I have no money. Aku lama
menunggu, nakhoda pasti juga sudah bosan menunggu.
“Lama juga menunggu
teman yang pergi shopping dan matahari
terbenam. di ufuk barat. Nakhoda sudah separoh
kesal.... Come back ke lekjon cottage di
desa Tuk Tuk “
Hari
ke dua, kami berada dalam pulau Samosir. Semalaman aku tidur cepat, teman-teman yang lain main bilyar
dan yang perempuan berkumpul sesama mereka. Aku bangun jam 2
dini hari (tengah malam) buat sholat isya dan kemudian aku tidur lagi. Wah bangun di waktu subuh aku merasa bugar- terus sholat dan menulis pengalaman melalui note pada phonecel-ku.
Aku tak
bisa menikmati makanan. Walau kami hanya makan sayur, ikan , ayam namun kami terbayang ada babi
guling di atas piring kami pada hari-hari sebelumnya. Ya kalau boleh
makanan halal juga menggunakan piring halal. Kemudian daging ayam walau halal, namun kalau
penyembelihannya tidak benar juga bisa jadi tidak halal.
“Makan
pagi kami sudah dihidangankan oleh mom
Mulyanis ya....ludes semua”. Aku melepaskan pandangan ke danau Toba dan
aku jadi
tahu bahwa ada boat sebagai motor ojek air. Kapal muara yang lewat
pake klakson untuk cari penompang.
Aku berdialog dengan dengan
seorang wisatawan berwajah India,
namanya “Kunal”. Temannya from USA
tidak suka dengan cuaca di sana
yang dingin dan berawan , mmaklum lagi musim dingin di USA. Itulah alasan
mereka memutuskan berlibur di Danau Toba yang tropis ini. Aku sempat
bertukar account facebook dan accountnya “Kunal Ramu Murti”.
Aku melihat
wisman barat 2 pasang berkemas “say goodbye”. Pak Editi memajang kopernya...dan nakhoda kapal motor
meniupkan klakson...no kami punya
kapal muara yang ditunggu. Akhirnya kami juga “say good bye juga pada 2 teman asal
Sweden , Eva dan Ullamo. Mereka
berdua keluar to give warm goodbye...”.
Teman
teman bercanda. “Mr joe pacarmu nenek-nenek say good bye”.
“Iya
no probleme...aku cari pacar bule, cari satu dapat dua”. Semua jadi tertawa.
“Ya penting bule ya....nenek-nenek no probleme”. Sambungku lagi.
Kami semua
on board. Kami take foto. Dari kejauhan teman swediaku yang sudah berusia
nenek-nenek masih setia melambaikan tangannya dan tidak terasa kami berlabuh
lagi di pelabuha tiga raja. Kami melanjutkan perjalanan. Jam 10 pagi kami tiba
lagi di Prapat, aku lihat banyak restoran milik orang Minang sepanjang jalan di
daerah non muslim itu. Aku juga melihat kramba ikan milik nelayan dan banyak gereja yang bertengger di kaki bukit. Ya Pemandangannya mirip di Danau Maninjau.
Semboyan
lingkungan Danau Toba adalah “Toba go green”. Dan bukit sekitar Danau Toba
memang jadi green. Keberaan banyak danau di Pulau Sumatera ya berkah Allah bagi
Pulau Sumatra. Kami beruntung selama berlayar di danau Toba kemaren cuaca
begitu cerah. Setelah ke luar Danau Toba
hujan turun cukup lerbat.
“Jalan
kami menanjak entah kemana. Aku tidak tahu karena ini kali pertama aku melalui
daerah ini. Di pinggir kami jurang cukup dalam”.
Kami
berada di Kabupaten Simalungun. Pohon kayu terlihat sudah besar besar. Tak lama
kemudian kami tiba di sektor Aek Nauli dengan
lingkungan alam yang begitu hijau.
Terasa enak laju mobil kami melewati jalan berhutan dengan pohon- pohon
yang tinggi. Sayang di jalan raya di
kota ini tidak banyak rambu-rambu lalu
lintas dan tulisan buat pengguna jalan di sepanjang
jalan raya.
Kami
sdh jauh dari danau. Aku tak punya snack untuk dikudap dalam perjalanan. But oke..tapi untung tadi pagi aku
sempat makan apple untuk kesehatan
pencernaan. O... ya aku jadi ingat bahwa listrik di Pulau Ssamosir berasal dari PLTA Sigura-Gura...yang
kabelnya lewat dasar danau Toba.
Aku
lihat di kota kecil TigaBbalata di Simmalungun suasananya mirip di Sumbar saja. Aku lihat ada moto: i
shame if am late- moto pada gerbang sekolah. Wah pemandangannya boring dalam hutan sawit melulu. Aku juga melihat
pekerja sibuk menyemprot rumput dengan round up di seputar pohon sawit dan juga
menumpukan pelepah sawit untuk
disingkirkan.
Akhirnya
kami keluar dari wilayah Danau Toba. Kami
berada di Pematang Siantar. Ya jarang tampak mesjid, dan banyak gereja dan
kuburan keluarga khas hkbp- huriah kriten batak protestan. Lucun ya di jalan Sisingamangaraja Siantar ada perempatan jalan yang tanpa traffic light.
Lepas dari daerah
Pematang Siantar aku melihat
laang jagung yang luas dan lahan ubi
buat tepung gaplek, juga lahan karet. Semua dikelola oleh perusahaan. Kebun
karet begitu luas dari pinggir kota Siantar terus ke daerah Tebing Tinggu. Lepas dari daerah Tebingtinggi
juga terbentang kebun karet yg luas.
O...disana
juga ada rel kereta api di Tebingtinggi.
Kota Tebing Tinggi cukup besar. Aku tahu bahwa karet diolah pada babrik latek
di Tebing Tinggi.
Kami
kemudian berhenti di rumah makan dalam kota Tebing Tinggi. Di sini aku merasakan makan siang enak yang pertama dalam tour kami. Aku tidak ikut makan di rumah
makan. Meskipun rumah makan milik orang Pariaman, namun aku makan siang dalam
mobil bareng dengan Abi Marta dan guru
guru wanita. Wah ternyata untuk sampai
ke kota Medan kami butuh waktu satu dan setengah jam lagi.
Kami
berada kemudian di kota kecil Sungai Rampah, suasana muslim makin terasa,
banyak mesjid sepanjang jalan. Kebun sawit juga luas. Kami sampai di daerah Sungai
Si Jenggi – yaitu di daerah Perbaungan dimana terasa suasana Melayunya. Jalan kereta
api sepanjang jalan raya Perbaungan. Kotanya
cukup besar. Ketika melintasi daerah ini
hujan begitu lebat.
Di kota
Perbaungan terdapat daerah sawah yang cukup luas. Setelah itu kami pun berada
di Lubuk Pakam- wilayah Deli Serdang. Kemudian terus Tanjung Morawa. Al last kami semua tiba
di kota Medan. Medan sebagai kota besar punya banyak beca ojek.
Jadi dari Danau Toba ke Medan, kami
membutuhkan waktu selama 5 jam
perjalanan.
Kami cek
in di hotel Garuda Citra. Aku sekamar
dengan Osrimal di kamar nomor 102 . Sebelah kamar ada room buat meeting, namun
tidak bising. Habis magrib Abi Marta mengajak
ke Medan Plaza, kami naik beca dayung
sewanya RP. 15 ribu untuk berdua. Aku melihat
lihat pakaian, dan terakhir aku membeli dua buku belajar bahasaa Inggris lewat cerita lucu dan humor. Harganya
ringan dan buku ini bermanfaat buat anakku dan murid muridku. Pulang ke hotel
dan aku kemudia bayar beli pulsa dan ongkos beca pada Marta.
Perut jadi
keroncongan dan kami keluar lagi buat beli bandrek. Aku baru tahu kalau bandrek
itu minuman susu pakai jahe dan bagus
untuk menghangatkan tubuh. Kami kembali
ke hotel, ngumpul ngumpul di kamar Marta. Ada yang datang, Buk Arifna membawa goreng ikan. Mr Ay
dan dan pak Hendun menjemput magic com dari mobil and we have a dinner.
Wah
tidak terasa sudah hari ke tiga kami berada dalam grande voyage ini, yaitu
tanggal 28 Desember 2011. Jadi daerah yang aku lalui dari
Sumatera Barat ke Medan cukup banyak yaitu “Penyabungan- Kabupaten Mandailing Nnatal (Muara Sipongi, Kota Nopan), Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan), Tarutung (Tapanuli Utara), Balige (Toba- Samosir), dan
kami berhenti di Porsea untuk sholat subuh walau sudah pukul 6.00
pagi....”ha..ha...sulit kami mencari mesjid”. Terus ke Lumban Luju, Parapat dan terus ke pantai ... (Ya bermalam di Pulau
Samosir). Parapat belok kanan di Aek Naoli- Pematang Siantar - Kab Simalungun, Tebing
Tinggi- Lubuk Pakam- Kab Deli Serdang. Kotamadya Medan juga besar...kita juga bisa menuju ke utara ke
kota kecil “Labuhan Deli” dan Belawan.
Kami
disediakan sarapan oleh hotel. Aku segera bergabung sarapan dan ngobrol bareng
dengan Pak Datuk- bus konduktor. Aku
menyukai nasi goreng, makan buah melon papaya dan juga morning tea. Pagi ini
kami jalan-jalan ke Istana Maimun..
Cukup jalan kaki.
Usai melihat-lihat di Istana Maimoon, aku jumpa dengan
Wibowo Saptari, seorang volunteer Kangguru Radio English yang pernah datang ke acara kangguru di Batusangkar.
Kami
kemudian ke pusat pasar...kami menyebar..dan aku pergi lagi dengan Abi Marta berkeliling...ya
cari minuman dan makanan. Aku letih dan aku istirahat dekat mobill sampai datang teman
teman.
Pak Rosfairil
datang bawa goreng pisang buat sopir. Aku selunjuran di emperan toko di sebelah
mobil di pusat belanja kota Medan. Kami belum sholat... Ya kami cari mesjid. “Oh
ada mesjid di atas pertokoan namanya “Mesjid Istiqomah” dan kami sholat jamak
taqdim zuhur dan ashar- maklum kamikan masih musyafir.
Habis
sholat aku bincang bincang dengan penjual parfum dan aku beli dua botol parfum.
Satu botol 10.000 IDR, kalau 2 botol ya
16.000 IDR. Selanjutnya kami menuju bus dan siap menuju Pekan Baru. Mobil ke
luar kota Medan untuk menuju Tanjung Morawa lewat jalan toll....ya sudah seperti jalan toll di Malaysia saja .
Ternyata dalam peta tanda jalan putih....jalan toll dan juga jalur baru.
Di jalan
toll Tanjung Morawa...belok kiri itu ke Tebing Tinggi.. Kota Tanjung Morawa sedang
berbenah , ekonominya menggeliat. Jalan
raya di sini beda dengan jalur barat yg aku lalui sejak dari Pasaman ke
Toba- banyak jalan berlobang.
“Lubuk
pakam....ya”
Kami berhenti
di Pasar Bengkel untuk shopping bika
ambone dan snack dan numpang sholat ashar.
Kami melaju lagi hingga perbatasan dengan Deliserdang ya turun lagi ke selatan....Kab Serdang Bedagai...juga
luas dengan kotanya bernama Sungai Rampah.
Kami
memasuki kota Tebing Tinggi menjelang waktu maghrib. Arus lalu lintas tetap ramai. Tebing
tinggi berada di Kab. Binjai,di sana kebun sawit cukup luas, oh yaaa juga ada kebun rambutan dan kebun karet yg
luas. Juga ada kebun pisang dan coklat
milik penduduk. Kami melewati kabupaten Batu Bara...ada Kecamatan Indrapura.
Larut
magrib kami lewat di pasar Asahan/ kota Kisaran, sebuah kota pertanian. Kota ini juga dilalui jalan kereta
api. Wah sudah gelap tidak ada pemandangan yang
bisa dinikmati kecuali...silhoute kebun sawit. Kami melintasi Sungai Asahan
ya cukup luas.
Mobil kami
berhenti lagi dan kami sholat di Mesjid Al-Hilal di kota kecil Simpang Kawat.
Lokasinya di bengkolan dengan kalu
lintas yang cukup ramai. Go on lagi dan setelah beberapa menit kami berhenti di
rumah makan Gunung Sari Dua, Simpang Kawat.
Aku
makan malam, aku pilih gulai ikan karena ini lebih sehat untuk dikosumsi dibandingkan
daging. Aku bergabung dengan Pak Hendra Zuher dan Pak Editi. Total harga nya
hampir 70.000 IDR untuk bertiga.
“Then I
am talking with Mr Ai, saat mobil melewati kecamatan Pulau Raja. Lagu dangdut Bang Thoib menghiasi
telinga kami”.
Dimana
kita sekarang .....oh di Aek loba.
Terlihat kebun sawiiiit.
Jam 12.00
malam kami berada di daerah Kabupaten Rantau- Prapat. Terasa kemajuan kota
ini dari lampu jalan yang lebih terang
benderang. Jalan raya lebih anggun.
Kotanya besar ada orang jual makanan sampai malam sehingga aku jadi enggan untuk tidur. Aku merasa rugi kalau tidak melihat kehidupan kota ini di malam hari.
Aku
tidak lagi melihat kebun sawit luas yang bisa menjemukan mata. Sekarang pemandangan berganti dengan pohon semacam cemara, mungkin
bisa untuk industri kertas. Kami berada di kota Aek Nabara dan kotanya besar
juga. Disini kami butuh toilet dan kami berhenti di SPBU Aek Nabara yang sangat, bersih dan rapi seperti standard Singapura dan Malaysia.
Ternyata
tanaman sawit juga mendominasi wilayah ini. O.... ternyata wilayah ini masih
masuk Sumatera Utara. Cukup maju mungin
pengaruh kemajuan Propinsi Riau. Kami berada di kota Pinang saat lewat tengah
malam.
Ooo sudah hari yang keempat kami pada tanggal 29 Desember 2011 ini. “Ah sudah pukul 1.00 dinihari. Ini berarti hari baru dan aku
menulis untuk hari baru ini. Iya jam 2.00 dini hari kami masuk kota Dumai. Aku tidak memperhatikan nama- nama dan suasana negeri yang dilalui.
Mataku betul- betul mengantuk.
Mr Ay sendiri yang membuat inisitif untuk menyusun
bagasi pada bangku belakang agar ia bisa duduk dan tidur dengan nyaman,
ternyata juga rebutan dengan guru guru
lain- seperti Pak Yal, Pak Editi, Pak Henzu, malah juga dengan Pak kepsek (Pak Rosfairil). Sehingga
bila butuh istirahat Mr Ay selalu waspada agar bangku nya tidak ditempati (dikudeta)
oleh yang lain.
Ini
adalah kali kedua kami tidur dalam bis dalam rute perjalanan yang panjang.
Pertama dari Lubuk Sikaping menuju Danau Toba. Dan yang sekarang dari Medan menuju Pakan baru. Memang kurang nyaman
tidur dalam mobil. Dan tiba tiba mobilku melintas lobang dan kami semua
terlambung dari bangku....aku tak tahu kalau ada wanita yang sedang hamil....ya semoga
tidak ada yang keguguran.
Aku
bicara tentang tidur dan istirahat yang susah selama perjalanan malam. Aku
harus malu dengan Pak Tom (sang sopir) yang
tidak pernah mengeluh sebagai sang sopir. Mr Ay mengakui pak Tom yang usianya 61 tahun adalah sopir yang hebat.
Kami berhenti
lagi di mushola “Al Amin”, desa Balai Makam,
jalan raya Duri-Dumai, 5 km dari Kulim.
aku jadi mengerti dengan daerah Kulim yang dulu pernah dibaca-baca oleh bibiku.
Mushola ini kekurangan air buat wudlu hanya mengandalkan air tangki dan susah
untuk urusan kakus. Aku pada mulanya separoh hati untuk ikut sholat ...ya kalau-kalau
ada alternatif buat sholat di tempat lain. Tampaknya ini daerah baru. Mushola
ini dibangun oleh proyek wakaf perkebunan seluas 14 hektar, juga untuk pondok
pesantren.
“Kalau
pesantren pengelolaannya total oleh masyarakat, jadi tidak ribet seperti
mendirikan SMA atau SMK”.
Buk Mulyanis
memutuskan untuk cari mobil lain menuju Pakanbaru, sebagaimana kita ada rencana
untuk mengunjungan ke sebuah sekolah di Duri.
Buk mulyanis tidak bisa lagi berkonsentrasi karena Rindang anaknya yang kuliah
di jurusan kesehatan Universitas Riau baru
saja diopname di rumah sakit karena kena DBD (deman berdarah).
Kami
berhenti di Duri, karena Buk Mulyanis harys mencari mobil- travel- menuju Pakan
Baru. Kami berhenti di rumah keluarga Pak
Rosfairil. Kami bisa rileks- minum teh
dan coffe, kemudian juga bisa mandi
karena badan terasa sangat kotor dan juga untuk menukar pakaian.
Aku
sempat merasa kehilangan kopor karena Pak Datuk Erdi Maizul yang peralatan
mandinya aku simpan dalam koperku. Ternyata aku kurang mengenal koper sendiri. Mandi
ah...., aku pinjam kamar kakak Pak Rosfairil untuk ganti pakaian. Wah
seger aku bisa gosok gigi dan mandi. Semua keringat dan kotoran tubuh jadi
minggat.
Teman-
teman guru membantu tuan rumah buat masak...ada isyarat bahwa kami akan
sarapan pagi di sini. Mr Ai menemani Buk Mulyanis menuju rumah sakit tempat
anaknya Rindang diopname. Mungkin ia dapat penyakit dbd- demam berdarah. Kita
beuntung punya teman, Mr Ay, orangnya quick response dan quiick action- cepat
response nya dan cepat tindakannya.
Ternyata
setiap orang harus bersiap siap dengan pakaian rapi, pakai dasi, karena kami
akan mengunjungi sebuah sekolah di kota Duri ini., jaraknya kira kkira 10 menit
saja.
Kami memakai seragam sekolah dan sedang menuju sekolah yang kami
maksud. Bus sekarang kekurangan 2
penumpang, yaitu buk Yyani dan Mr
Ay. Pembangunan kota Duri sangat pesat.
Sekarang mereka berbenah. Aku perkirakan
dalam waktu singkat daerah ini sudah sebagus daerah Malaysia.
Daerah
ini pernah aku lewati sebulan lalu saat
pulang dari Singapura dan Malaysia melalui Malaka dan Dumai, tentu melewati Kandis
dan Duri terus ke Pekanbaru. Kami
mengunjungi SMA Islam Terpadu Mutiara
YLPI (yayasan lembaga pendidikan Islam) Duri. Aku terasa berasa di
lokasi Nilai College University, jauh dari kota dan lingkungannya hijau dan
bersih. Kami disambut dalam aula atau meeting roomnya yang cukup bersih.
Tuan rumah bernuansa Islam,
berakhlak islam, cerdas dan tawadhu (rendah hati). Ada satu yang terlihat bahwa
guru SMA Mutiara memakai konkarde selama bertugas. SMAN 3 Batusangkar juga bisa mengadopsinya. Situs SMAN 3 Batusangkar harus juga punya situs.
“Ternyata
kota Duri masuk ke Kabupaten Bengkalis. Referensi
pendidikan kita adalah pulau Jawa utk level Indonesia”.
Karena
berlokasi lingkunan dari Chevron- perusahaan minyak- ada bantuan Chevron, namun sekolah ini juga punya bisnis
sapi untuk kebutuhan Bengkalis. Kunjungan antar sekolah dan saling silaturrahmi
bermanfaat buat menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk itu setiap orang harus
bersilaturrahmi yang positif.
“Barangsiapa
yang ingin banyak rizki dan panjang umurnya maka lakukanlah silaturahmi”.
Aku
bisa bertemu dengan Ppak Sardinal yang bekerja sebagai tenaga ahli di Chevron Duri
ini. Ia menelponku dan kami berfoto sebagai bukti pernah jumpa. Namun temanku Ben Syaiful bertugas di Chevron
Minas, ya tidak bisa jumpa. Aku juga bertukar fikiran dengan guru bhs Inggris di sekolah ini, kami berbagi kontak
number. Aku kelamaan ngobrol dan aku ditelpon karena teman teman sudah dalam mobil siap
menuju Pakanbaru.
Kami
meninggalkan Kab. Bengkalis. Daerahnya rawa rawa. Sepajang jalan terbentang pipa minyak bertekanan tinggi. Tentu
saja orang dilarang untuk mendirikan bangunan di sana. Kebun kelapa sawit juga
terbentang luas. Agaknya aku melihat
adanya gerakan kristenisasi di daerah Kandis, sepanjang perkebunan sawit, aku
melihat banyak berdiri gereja. Di sela sela wilayah tampak pengagasnya Partai Damai
Sejahtera. Kandis masuk kabupaten Bengkalis ya.
Target
Ppartai Damai Sjahtera adalah membangun gereja sebanyak mungkin. Meski
jamaatnya sepi. Wah ini tantangan bagi orang Melayu Rau di daerah Kandis untuk
menjaga keislaman anak anak melayu.
Sejak
dari Sumatra bagian timur juga Riau buminya penuh dengan tanaman sawit. Kalau
dahulu Sumatra bernama Pulau Andalas, apa sekarang bisa berrnama Pulau Sawit ?
Kami berhenti buat sholat zuhur dan jamak untuk sholat ashar di mesjid Nurul Islam, Kelurahan Telaga Sam sam, kecamatan Kandis.
Air sumurnya agak keputihan pengaruh tanah liat.
Tadi
kami berhenti di rumah makan di Minas buat makan siang, habis itu terus dan
kami memasuki kota Rumbai.. Juga daerah perkebunan. Guru guru kantuknya udah
hilang dan perutnya kenyang, maka saling ngobrol tentang hal hal ringan. Kami
melewati Sungai Siak. Cukup luas. Dalam musim hujan sedikitt meluap. Kami masuk
kota Pekanbaru dan kami akan meenginap di Hotel Nilam Sari, milik SMKN 3 Pekanbaru,
lokasinya di jalan Sutomo.
Sebelum
pergi ke hotel kami melihat anak Bu Yani,
aku lupa nama rumah sakitnya. Namun kami tak boleh semuanya
melihat, naik lift, ke lantai atas, kecuali hanya bertiga- Pak Rosfairil, Pak
Adrion ( komite) dan Pak Datuk Erdi Mmaizul. Namun setelah mereka
di atas. Buk Yani dan Rindang turun....mau pindah rumah sakit ke Awal Bros.
Sore
ini...kami jala ke mall SKA. Shopping lagi.
Kami jalan- jalan ke mall SKA.
Aku memang tidak ada niat buat membeli jadi tidak tertarik buat menyentuh nya.
Ketika masuk ke toko kacamata Pak Datuk Periksa mata gratis, kemudian melihat
dan menawar berbagai kacamata tanpa membeli dan aku merasa ashamed dan duluan
ke luar ruangan. Dan aku cari makanan.
Aku
memisahkan diri, karena dua teman masih ingin pergi shopping. Aku makan sate
dan beli air bottle. Aku sholat di
mesjid Nnamira, mesjidnya bagus dan bersih sudah sesuai dengan standard
bersihnya mesjid di Singapura. Aku berjemaah sholat isya dan habis sholat isya aku sholat jamak magrib dan isya. Saat berakhir sholat
aku lihat Mr Ai juga sholat dn akhirnya aku temani Mr ai ke mall SKA buat beli
sandal bagus.
30 Desember
2011 . Bangun dan sholat subuh. Aku
keluar, teman teman yang lain ada yang tidur. Aku jalan jalan berkeliling
sambil menandai jalan agar aku tidak salah jalan dan sesat. Oh ada yang jual makanan jauh di pojok jalan perumahan. Aku beli
ketoprak, nama makanan- ada lontongnya, tahu goreng setengah mateng, ada toge,
kuah kacang pake cabe rawit dan gula
aren. Harganya cuma . 8.000 IDR.
Pedagangnya dulu pernah kena PHK dari kerjanya di ekspedisi perdagangan pelayaran Jakarta. Ia dapat pesangon, trauma
hidup di Jakarta ya hijrah ke Pakan baru. Ia membeli tempat kecil
dan ia membuka warung.
“Hidup
musti tabah dan ceria selalu . Ya ada datang pelanggan dan ia bisa menyambung hidup. Aku
dapat pelajaran darinya bahwa hidup harus berjuang, tidak memelas kasih
berlebihan.
Setelah
kenyang ya aku kembali ke hotel, berkemas karena hari ini adalah hari terakhir.
Kami semua off menuju Batusangkar lagi. Jam 9.00 pagi kami semua cek out dari Hotel Nilam Sari-
hotel murah namun cukup nyaman.
Wah
ternyata kami tidak langsung pulang,
mobil diparkir di kawasan pelabuhan Sungai
Siak Pakan Baru. Teman teman pergi shopping ke pertokoaan wisata. Aku juga
masuk toko untuk lihat lihat dan aku tidak tertarik dan aku pergi ke luar untuk
menyelesaikan ketikan ku tentang pengalaman tour ini.
Oh
ternyata pelabuhan yang di Pakan Baru khusus untuk barang antar pulau di Indonesia. Aku makan snack ringan di bawah pohon dekat pintu gerbang
pelabuhan. Tampak gedung dan lokasi pelabuhan yang tidak begitu terawat dengan
baik. Ini fenomena negeriku selalu mudah semraut.
Agak
jauh dalam kapal aku dengar suara bising, suara last danb suara palu, mungkin ada perbaikan pada kapal.
Di sana sini besi besi bertumpukan. Aku
bergabung dengan Pak Rosfairil dan Pak ketua komite (adrion). Rencananya kami mau
sholat Jumat, tetapi belum waktunya sehingga kami mampir makan siang dulu.
“Alhamdulillah makan siang yang enak”.
Tentu
saja setelah ini kami harus sholat jumat.
Ya mesjidnya lagi direnovasi dan kami ikut jumatan yang khusuk. Beberapa saat kemudian semua anggota
kami berkumpul dalam mobil akhirnya “au
revoir et a bientot” Pekanbaru.
Keluar
dari Ppanam, berarti goodbye Pakan Baru dan kami memasuki Kabupaten Kampar.
Daerah ini kaya dengan laang nenas. Sehingga juga ada industry
kerupuk nenas. Ada sugai lebar dan namanya Sungai Danau Bingkuang.
Naluri
penduduk untuk berbisnis kuliner cukup
bagus. Ada bisnis lepat bugis, lepat pulut hitam, lepat pulut putih, roti jala,
kue talam yang mereka kemas datam bungkusan yang bagus untuk
dibawa sebagai buah tangan menuju Sumatera Barat.
“Namun
istriku kurang suka dengan beras rendang yang aku beli di Kampar, alasannya
beras rendang yang dibuat di Payakumbuh jauh lebih enak”
Kami
berada di kawasan kota Bangkinang saat ashar. Suasana kota Bangkinang seperti
berada di daerah Kabupaten 50 Kota. Oh aku melihat ada mesjid sangat megah dan luas dalam kota
ini. Bangkinang adalah ibu kota Kabupaten
Kampar. Kami sholat ashar di masjid Attaqwa
di Salo- Bangkinang. Masjid ini miliki infantri tni. Cuaca panas begitu
menyengat dan setiap orang ingin mencari keteduhan.
Dimana
ada keramaian disana ada aktivitas
dagang, termasuk dekat masjid Attaqwa
ini. Namun bagaimana dengan sampah ? Yang membuangnya banyak dan yang
mengumpulkannya tak ada. Aku menyimpan sampah permen ke dalam tasku dulu.
Anak-anak ku tidak boleh buang sampah seenaknya. Mereka tidak boleh meniru
orang kebanyakan yang cuma pintar buang sampah.
Mereka
itu adalah “dirty maker” atau tukang buat sesuatu jadi kotor.
Daerah
Rantau Berangin mulai terasa suasana daerah yang berbukit dan di sini juga
mengalir Sungai Rantau Berangin atau mungkin namanya
Sungai Koto Panjang yang di sana ada waduk gede.
Sebelum
ada waduk koto panjang di sini ada perkampungan, atas nama pembangunan negara, Rezim Orde Baru membuat waduk buat PLTA Koto
Panjang, warga yang tidak sudi hijrah ya tenggelam dalam genangan waduk ini.
Kini listrik Propinsi Riau berasal dari PLTA Koto Panjang yang berlokasi di Kabupaten
Kampar ini.
Pasti
Pak Tom, sopir kami merasa capek, maka mobil berhenti
di rumah makan Kelok Indah. . Aku juga turun dan melihat ikan lele jumbo dalam kolam kecil persis di depan resto ini. Terlihat bagiku bahwa naluri bisnis
kuliner nasi orang Minang/ Padang memang
hebat di dunia.
“Rugi ya bila ada pemuda Padang yang jadi
pengangguran.....buat saja rumah makan. Sarjana orang Padang yang mengganggur
harus malu dong ...sama pemilik rumah makan”
Wah....
the last big party...semua anggota
rombongan masuk rumah makan pake goreng ayam
lado mudo, jengkol batokok. Beda dengan makan di Pulau Samosir...dimana hampir semuanya
tidak berselera, khawatir dengan makanan
yang tidak halal. Di rumah makan Kelok Indah , di perbatasan Sumbar-Riau, semua makanan jadi ludes. Wah masih belum maghrib..... maka kami
melanjutkan perjalahan go home.
Saat rembang sore kami melewati daerah Pangkalan Koto Baru. Rona matahari bakal lenyap habis
magrib. Daerah Pangkalan merupakan daerah indah pertama setelah ke luar dari Propinsi Riau. Hamparan sawah nan hijau menyejukan mata. Kami berhenti di pom
bensin Pangkalan dan sekaligus melakukan sholat magrib. Gelap gulita melewati jalan Pangkalan padahal aku ingin melihat
pemandangan dan Kelok Sembilan dengan
jembatan menakjubkan.
Kami melewati jembatan kelok sambilan, amazing
...dua jembatan toll begitu tinggi.
Setelah itu kami melewati lubuk bangku
dan harau. Payakumbuh menyusul. Wah kami
rasa dalam mimpi saja. Aku segera menjepit kulitku.....outch sakit. Ternyata
aku tidak menghayal dan bukan mimpi namun ini adalah sebuah unforgetable
experience. Welcome back in Batusangkar. Kota sejuk dan berbudaya yang telah
menyatu dengan kalbuku.