Shaping Your Mentality
Oleh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMAN 3 Batusangkar
Penulis selalu
terlambat dalam mengakses kata-kata gaul. Kata gaul “Ku Rapapopo” sering
terdengar dari lantungan lagu seorang artis. Namun saat itu tidak ambil peduli.
Namun melalui beranda sebuah akun
facebook, terbaca bahwa kepanjangan “AKu rapopo adalah Aku Jadi Porak
Poranda”. Namun kemudian penulis cari korfirmasi pada seorang teman yang selalu
update tentang bahasa gaul maka ternyata “AKu rapopo berarti Aku ngak Apa
–Apa”. WAh tak masalah, bahwa penulis menggunakan plesetan Kurapopo: Aku Porak Poranda Karena
Chattingan.
Mungkin
orang orang yang seangkatan usianya dengan penulis bisa bersyukur, karena dalam
tahun 1980-an hingga 1990-an kami tidak diserbu oleh zoom gadget. Saat itu
belum ada HP, Smartphone, Black Berry, Tablet, dll. Pada saat itu semua remaja
tumbuh sangat natural. Bagi yang punya cita-cita bisa mewujudkan diri dan
tenggelam dalam laboratorium hingga Perpustakaan. Ibarat kepompong yang
akhirnya menetas menjadi tokoh dalam dunia akademik.
Namun
terciptanya gadget, juga oleh cara revolusi berfikir ankatan kita saat itu.
Hingga lahirlah gadget dalam bentuk HP, Smartphone, Black Berry, Tablet, dll.
Generasi muda yang hidup dalam tahu 2000-an bisa memanfaatkan dan mereka pun
telah menjadi generasi yang ekspresif- mengekspresikan diri melalui gadget.
Gadget
itu sekarang ibarat pisau bermata dua: bisa menyembuhkan dan bisa menyakitkan.
Dengan kata lain bahwa gadget itu akan bermanfaat atau memberi mudarat
tergantung pada orang yang menggenggamnya. AKu rapopo- aku porak poranda ?
Mengapa bisa terjadi ? Porak poranda diri sendiri bisa terjadi oleh diri
sendiri dan juga gara-gara orang lain.
Pada
mulanya gadget itu bentuk aslinya adalah “Hand Phone”. Manfaatnya hanya sebagai
sarana berkomunikasi. Namun kemudian fitur HP berkembang sangat jauh hingga
menjadi gadget yang bertebaran dalam genggaman banyak ABG dewasa ini.
Warnet
sekarang tidak seramai saat mula-mula berdiri. Karena kita sekarang nggak harus
pergi ke warnet atau berselancar di internet melalui layar laptop dan layar
computer yang berukuran gede. Cukup melalui gadget saja.
Adalah
rasa kesepian merupakan ciri khas manusia. Saat seorang remaja dilanda rasa
sepi, maka sahabat terbaik untuk didekati adalah gadget. Maka mereka bertandang
ke rumah banyak orang dalam dunia maya melalui pintu-pintu BBM, Facebook,
Twitter, dll. Di sana terjadilah interaksi saling cari mencari dan saling sapa
menyapa.
Sebut
saja Facebook, merupakan salah satu jejaring social yang diakses oleh jutaan
para facebooker. Saat merasa sepi di akhir tahun, misalnya, salah seorang
facebooker memperoleh add atau tambahan teman dari sebuah akun. Balik merespon
dan ia segera cari tahu tentang “siapa sih manusia baik hati” yang telah
mengajak dia buat temanan.
Saling
mengenal dan saling mencari identitas atau profilpun terjadi. Mumpung sekarang
awal tahun maka apa salahnya aku ucapkan “Happy New Year” dengan bahasa yang
santun dan penuh persahabatan.
Bahasa
dalam dunia maya tentu saja dalam bentuk bahasa tulisan, bukan bahasa tubuh/
bahasa langsung yang mana kualitas seseorang dapat terlihat dari mimic, gerak
gerik dan nada/ intonasi bahasanya.
“Wah
respon dari seorang hebat nih. Baik hati, santun berbahasa dan punya segundang
kebaikan”. Kalimat tersebut merupakan komitmen buat melanjutkan chatting. Tentu
saja chatting perkenalan dalam kalimat yang standar masih terekspose pada
beranda. Selanjut bila chatting lebih spesifik maka orang akan lari ke inbox
FB, SMS dan juga mungkin BBM.
Canda,
tawa dan bahasa- bahasa persahabatan terus tumbuh dan tumbuh melalui chatting yang
lebih tersembunyi. Kita perhatikan bahwa seseorang facebooker yang pada mulanya
aktif menulis pada beranda FB namun sekarang berandanya menjadi sepi dari
update status. Kemungkin kalau ia tidak sibuk, sakit, mungkin hanya sibuk
melayani segelintir teman-teman special.
Orang
orang yang menggenggam gadget sangat enak buat diperhatikan. Mereka yang selalu
menggenggam gadget dan selalu sibuk membalas chat demi chat, pasti memiliki
beberapa teman special dan sangat sibuk melayani chat demi chat yang penuh
bunga-bunga. Apalagi chatting melalui Black Bery atau gadget smartphone sendiri misalnya terasa fitur abjat/ hurufnya
lebih menarik: kaya dengan bunga dan lambang sweetheart.
Begitu
ping atau miscall pagi hari melalui BBM maka akan tersepon dengan sapaan yang
kalimatnya penuh bunga dan lambang sweet heart. Cukup menarik dan sangat
membius hati. Chatting antara beberapa teman special tentu menggunakan bahasa
yang santun, lembut dan kadang kadang juga dengan diperkaya dengan beberapa
penggalan kata yang memanjakan dan saling memuji.
“Apa
kabar pagi ini baby…..boboknya gimana semalam, lantas tugasnya sudah
selesai…kalau nggak biar dedek bantu ?”. Amboi bahasa nan elok bisa mengaduk
aduk hati dan fikiran. Pada hal dalam dunia nyata si pengguna gadget belum
tentu sebaik dan seramah itu.
Para
ABG adalah masa-masa penuh dilanda rasa sepi dan ingin selalu mencari cari
tambatan hati. Fikiran dan hati berkata- kata, menjelang tidur dan sepanjang
waktu selalu berfikir dan memuji-muji.
“Kok
dia baik sekali, selalu kasih aku perhatian dan pujian dan mungkin dia adalah
angel buatku”. Mengelamun dan mengelamun membuat ABG malas untuk bergerak,
malah bikin peer, malas buat mengurus diri, pengennya berbaring atau rileks
terus sambil memencetkan puluhan hingga ratusan kata-kata simpati/ kata kata
persahabatan setiap hari. Paling kurang sekedar bertanya:
“Lagi
ngapa sekarang dedek…kalau babang lagi ingat kamu ?”. Wah kata-kata dan canda
yang demikian membuat listrik cinta dalam hati makin menggelora. Maka terjadilah
selalu interaksi chatting berbunga satu sama lain. Wah nggak tahan rasanya
menahan kerinduan dan rayuan chatting yang berbunga-bunga ini.
Gadis
sekarang beda dengan gadis zaman dulu. Gadis zaman dulu melalui budaya dan
sopan santun diajar untuk menahan dan menyimpan isi hati. Gadis zaman sekarang
melalui gadget dan bahasa tersirat telah mampu merangkai kata-kata berhomon
pada dambaan hati:
“Babang
bisa temani aku buat beli kado….bisa temani aku buat ke toko buku….bisa temani
aku buat ke KFC sambil merayakan ulang tahunku ?”
Wah berbahaya nih,
pasti pingin jumpa lebih serius. Sebenarnya kedua belah pihak saling belum
percaya diri buat berjumpa. Dia pasti lebih keren penampilannya dan aku nggak,
foto profilku memang terlihat keren namun itu adalah hasil editan, tampak asli
aku biasa- biasa saja, namun kata teman bahwa aku tetap cakep. Tapi buat saat
ini aku belum siap mental buat jumpa dengan si dia dan aku harus merespon
dengan cara yang lebih halus.
“Wah
babang nggak bisa datang karena tugas kuliah sangat banyak, maaf ya..” Kata kata
santun tetap perlu untuk menstabilkan
hati meskipun keberatan, apalagi dalam bentuk penolakan.
Chatting
berlanjut dan saling mempelajari profil berjalan terus. Apalagi bila sudah
saling menelpon, saling bertukar suara melalui video rcord atau saling ngobrol
melalu skype. Keakraban menggunung dan rasa monopoli/ rasa memiliki pun tumbuh:
“Dia adalah miliku,
tinggal selangkah lagi dia akan bersemayam dalam hatiku”. Namun rasa cemburu
mulai tumbuh, apalagi setelah melihat respond dan komen melalui wall facebook
dari para teman- teman lain dan juga kata “like”yang selalu membuat dia lebih
popular dan seolah olah dimiliki oleh banyak orang, muncul rasa cemburu. Chatting
berlanjut terus setiap jam, kalau perlu setiap detik.
Namanya hidup dalam
dunia maya nggak masalah dia memiliki ribuan teman dan kita butuh kepastian, apakah dia milik kita dan cinta pada kita. Wah baiknya kita
tanyalagi:
“Babang… aku kasih
waktu, buat menjawab kalimatku, gimana perasaan babang pada ku..?”
“Dedek orangnya baik,
pinter, jago dan selalu kasih babang perhatian”.
Ya ampun respon yang
selalu tidak tepat sasaran. Jawaban ini selalu dalam bentu PHP: pemberian
harapan palsu. Dalam pergaulan di dunia nyata dapat dikatakan bahwa babang
telah berkata gombal namun tetap enak untuk berteman. Kalau di dunia nyata dan
langsung membuat wanita terbuai maka si babang dapat diberi sebutan: Don Juan
atau Play Boy. Tapi dalam kehidupan sehari hari dia tetap baik dan santun Cuma
tidak tegas dalam merespon ya atau tidak.
“Wah…. Natasha biasanya
pinter, selalu memperoleh juara. Namun mengapa sekarang a rapornya banyak
remedial dan peer banyak nggak selesai. Pada hal ia selalu duduk di meja
belajar”.
Orang tua cemas dan
berfikir kalau- kalau anaknya sakit dan bermasalah dengan teman. Saat Natasha
(bukan nama sebenarnya) ke luar dengan wajah tidak bersemangat, ayah dan ibu
melacak meja belajarnya dan dalam tumpukan buku peer yang nggak pernah selesai
dijumpai tablet Samsung dengan Fitur BBM. Setelah di baca selama berjam- jam
kalimat demi kalimat chatting diketahui bahwa Natasha telah mambuk cinta,
melalui cinta yang digantung atau pemberia harapan palsu oleh sahabat nya yang
ganteng dan keren, namun nggak pernah berjumpa. Mumpung masih ada waktu buat
memperbaiki prestasi akademik maka BBM dan semua fasilitas chatting dan
termasuk nomor HP si Babang di delete.
Nggak mudah bagi orang
yang sudah mabuk- hatinya terlambug dan terbuai buat menetralkan suasana hati.
Kalau mereka telah chattingan selama 6 bulan, maka juga butuh waktu 6 bulan
untuk menormalkan suasana hati dan fikiran. Rasa cinta sudah tertambat dan
menggunung namun dipaksa untuk diakhiri.
“Aku hancur, lemes,
hilang semangat, hati dan fikiran jadi sakit. Nggak gampang untuk membuat hati
dan fikiran menjadi stabil. Sekali sekali melalui SMS tersembunyi terkirim juga
pesan agar pahamilan hati dan fikirannya”. AKu rapopo- kini pribadiku telah
hancur berantakan dan aku juga berusaha untuk tetap AKu rapopo- aku nggak apa
apa.