Wirausaha, Teknokrat atau Leadership, Pilih Yang Mana ?
Oleh:
Marjohan M.Pd
Guru
SMAN 3 Batusangkar
Salah
satu ciri-ciri organisasi dalam masyarakat kita sudah modern adalah
karenamemiliki visi dan misi. Visi adalah tujuan dan misi adalah langkah-
langkah untuk mencapai tujuan. Sebagian besar organisasi atau lembaga telah
memajang visi dan misi kegiatannya agar bisa dikenal oleh public dan utama
harus dipahami dan dilakukan/ diikuti oleh anggotanya.
Visi
dan misi sebetulnya sudah kita kenal dalam hidup kita. Saat kitakecil, masih
bayi hingga balita, orang tua kita sering membisikan ketelinga kita agar kita
kelak bila dewasa menjadi orang yang baik. Mereka mendidik dan merawat kita
agar kita bisa menjadi orang yang berguna bagi orang tua, bangsa dan agama. Ya
itulah misi di awal kehidupan kita.
Kemudian ketika kita
duduk di Sekolah Dasar kita mempunyai visi kehidupan atau yang kita beri
istilah dengan “cita-cita” yang ukurannya adalah setinggi langit. Saat itu ada
yang mau jadi pilot, dokter, duta besar, jadi gubernur hingga jadi presiden dan
lain-lain. Tetapi semakin kita beranjak dewasa rasanya kita butuh kerja keras
untuk mencapai itu semua. Cita- cita yang kita sebutkan untuk menggapainya
tidak segampang yang kita pikirkan sewaktu kita kecil. Mungkin ada beberapa
orang yang bisa mewujudkan apa yang telah menjadi cita-citanya.
Kemudian kita diarahkan
untuk membuat cita-cita yang lebih realistic. Maka cita-cita kita selanjutnya
adalah ingin untuk menjadi polisi, tentara, guru, perawat, pramugari, pegawai
bank dan lain-lain. Pokoknya cita-cita kita lebih realistis dan lebih bisa
dijangkau. Maka kemudian banyak yang bisa untuk menjangkaunya. Terutama bagi
yang ingin berkarir sebagai PNS melalui pekerjaan guru, dosen, perawat,
insinyur, dan lain-lain.
Namun di saat pintu PNS
sudah mulai tertutup maka kita diharapkan sangat banyak untuk mencari karir
sendiri atau menciptakan karir agar kita bisa menyerap tenaga kerja. Sejak itu
kita dimotivasi agar memiliki “leadership
dan entrepreneurship”. Di
Perguruan Tinggi para mahasiswa juga dimotivasi untuk memilki jiwa wirausaha
dan kemandirian. Mahasiswa yang hanya sekedar aktif untuk mengejar nilai yang
tinggi tidak begitu banyak berhasil dalam mencari karir yang mereka harapkan.
Dikatakan bahwa kalau
sebelumnya nilai yang tinggi dan IPK (indeks prestasi akademik) yang tinggi
adalah sebagai pertanda nasib baik berpihak padanya. Bila seorang mahasiswa
memperoleh IPK tinggi maka setelah wisuda sebuah pekerjaan telah siap
menunggunya. Tapi itu tidak berlaku lagi. Nilai atau IPK hanya salah satu
syarat buat bisa lulus atau syarat buat bisa mendaftar, selanjutnya bahwa
faktow wawasan, kemampuan berkomunikasi, kualitas pribadi lebih menentukan.
Sekarang mereka lebih diharapkan agar memiliki kemampuan entrepreneurship dan leadership.
1) Enterpreneur
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas, kita bisa tahu tentang entrepreneur atau
wirausawan. Wirausahawan adalah orang yang
melakukan aktivitas wirausaha yang dicirikan
dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
Seorang
wirausahawan akan mempunyai kesempatan untuk mewujudkan cita-cita dan
menciptakan perubahan. Ia juga punya kesempatan dalam mencapai potensinya
secara penuh dan menuai keuntungan yang
mengesankan. Tentu saja ia memberikan kontribusi kepada masyarakat dan
mendapatkan pengakuan untuk usahanya.
Bila seseorang ingin menjadi seorang
wirausawan, maka ia tentu saja perlu memiliki sikap positif untuk berwirausaha.
Sikap-sikap
yang umum ditemui pada pribadi para usahawan, yaitu punya rasa tanggung jawab
atas risiko atas usahanya. Tentu saja
wirausahawan tidak mengambil risiko secara liar melainkan
memperhitungkan terlebih dahulu risiko yang akan diambil. Oleh karena itu
mereka punya keyakinan akan kemampuan mereka untuk berhasil dan keinginan untuk
segera berhasil. Mereka punya energi yang tinggi, jadinya mereka bersikap
energik. Ya tentu saja mereka lebih
energik daripada rata-rata orang kebanyakan.
Seorang wirausahawan
memiliki orientasi terhadap masa depan. Agar orientasinya bagus maka mereka
perlu memiliki wawasan yang kaya. Sebagaimana tokoh sukses berbuat, diharapkan
para usahawan banyak bercermin padawirausawan sukseslainnya, perlu membaca
biografi mereka sebanyak mungkin, dan kemudian merancang impian mereka ke
depan. Juga wirausahawan perlu memiliki keahlian dalam pengorganisasian.
Jadinya wirausahawan adalah juga organizer.
Mereka memiliki
sejumlah orang yang ikut beraktivitas bersama mereka. Dengan demikian mereka
perlu tahu bagaimana menempatkan the
right man on the right place , orang yang tepat di tempat yang tepat. Para
wirausawan juga perlu memiliki pengetahuan bagaimana secara efektif menciptakan
sinergi antara orang dan pekerjaan, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk
mewujudkan visi mereka menjadi kenyataan.
Seseorang perlu
menggali diri apakah dia seorang wirausahawan atau tidak. Juga seorang
wirausawan, kemampuan dan bakatnya tidak jatuh dari langit, namun bisa dilatih
lewat belajar. Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara
melihat karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan yang
alami dan dilakukan dengan baik. Wirausahawan memiliki enam tema karakter utama
yang membentuk akronim “FACETS”, yaitu: F (Focus) untuk fokus, A (Advantage)
untuk keuntungan, C (Creativity) untuk kreativitas, E (Ego) untuk
ego, T (Team) untuk tim, dan S (Social)
untuk sosial. Selanjutnya bahwa ada empat kategori menjadi wirausahawan yaitu
penemu, innovator, marketer dan oportunis. Penjelasannya sebagai berikut:
1). Penemu,
mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi.
2). Inovator, menerapkan
sebuah teknologi baru atau metodologi untuk memecahkan masalah baru.
3) Marketer, mengidentifikasi
kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan produk baru atau produk substitusi
yang lebih efisien.
4). Oportunis, pada dasarnya
sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan
antara kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.
2)
Leadership
Di saat fenomena
pengangguran makin merebak dan juga tidak ketinggalan dengan adanya pengangguran
intelektual, yaitu tamatan Perguruan Tinggi yang tidak berdaya karena tidak
kunjung memperoleh pekerjaan, maka sejak dini, minimal pada jenjang Perguruan ,
juga diperkenalkan perlunya semangat leadership bagi mahasiswa.
Bagi orang tua, suatu
hari anak-anak yang mereka cintai akan menjalani kehidupannya sendiri. Tentu
saja akan ada tantangan dalam hidup ini, maka dibutuhkan jiwa leadership (pemimpin) untuk menghadapi
tantangan jaman yang tiap hari semakin berat. Orang tua yang selama ini
membantu mereka, mau tidak mau harus merelakan anak menjadi mandiri.
Oleh karena itu,
pembentukan karakter yang baik harus ditanamkan sejak dini- utamanya bagaimana
anak bisa mandiri. Orangtua biasanya
menginginkan punya anak yang mandiri dan punya jiwa kepemimpinan demi masa
depan sang buah hati. Namun, untuk mencapai ini tentu saja tidak mudah. Oleh
karena itu sangat penting untuk bisa mengenalkan kebiasaan yang bisa membantu
menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak.
Proses pembentukan jiwa
pemimpin harus dilakukan pada semua aspek kehidupan anak. Selain guru di
sekolah, orangtua juga dituntut aktif menjaga agar proses ini berjalan
maksimal. Alangkah merepotkan jika pondasi kuat yang susah payah dibangun di
sekolah, kemudian hilang ketika si anak menginjak rumah. Misalnya kebiasaan
bersikap positif dan proaktif. Untuk sikap positif, di sekolah anak didik untuk
bersikap bersih, di rumah orang tua tidak begitu merespon. Di sekolah anak
dilatih buat rajin membaca sementara di rumah malah anak disuguhi banyak
tontonan yang tidak terkendali.
Untuk sikap proaktif berarti
sang anak tidak boleh sekadar menerima perintah dari sekeliling “jangan mau
asal diperintah”. Anak harus juga mempunyai niat kuat utuk mengerjakan
pekerjaan rumahnya dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab.
Anak juga harus
dibiasakan membuat prioritas kegiatan. Pada usia sekolah, ada banyak sekali
kegiatan menyenangkan yang bisa dikerjakan selain belajar. Prioritas diperlukan
agar semua tugas dikerjakan secara maksimal dan selesai pada waktunya. Setelah
itu, anak bisa mengerjakan pekerjaan lain sesuka hatinya.
Berikutnya, berikan
kesempatan kepada anak untuk memikirkan solusi terbaik untuk semua pihak.
Lakukan negosiasi, diskusi dan musyawarah terbuka. Penting bagi para orang tua
untuk mendengarkan pendapat anak dan mempertimbangkan sudut pandang mereka.
Proses ini juga akan membentuk pemahaman yang baik tentang pentingnya kebebasan
berbicara. Hasilnya, anak akan menjadi pribadi yang terbuka dan mampu
mengemukakan pendapatnya secara cerdas.
Selanjutnya adalah
megajarkan anak untuk lebih banyak mendengar. Contohnya, biasakan untuk
membiarkan anak bereksplorasi dengan caranya sendiri dahulu. Koreksi yang
tergesa-gesa akan menimbulkan rasa enggan dalam diri anak. Sebaliknya, waktu
yang tepat akan menumbuhkan toleransi yang besar dan pemahaman bahwa mereka
dimengerti.
Benar bahwa jiwa
pemimpin juga bisa tumbuh berkembang jika anak berada di lingkungan yang
positif. Perlu juga diketahui bahwa semua orang mempunyai peran penting
masing-masing dalam kehidupan. Anak harus belajar bekerjasama dengan banyak
orang untuk bekalnya bersosialisasi.
Proses ini akan mudah
diadaptasi anak jika orang tua memperkenal bentuk tanggung jawab, prilaku
positif dan proaktif sejak usia dini. Namun, jika baru mengenalnya di usia
remaja, tantangannya tentu berbeda. Anak kecil mudah menyerap hal-hal baru
karena belum banyak pengalaman hidup yang mempengaruhi cara berpikir dan
berprilaku. Mereka masih mudah diarahkan oleh orang-orang yang mereka patuhi.
Beberapa hal lain yang juga perlu untuk ditanamkan dalam rangka membentuk jiwa
leadership adalah:
a) Hindari Kebiasaan Mengkritik dan Mengomel
Mengkritik orang lain
(termasuk mengkritik anak dan siswa yang berlebihan) tidak saja mengganggu harga diri seseorang,
tetapi membuat orang tidak menyukai kita. Pilihlah cara untuk menyampaikan
kritik secara positif dan hindari kritik yang dapat menyinggung perasaan
seseorang.
b) Berikan penghargaan yang
jujur dan tulus
Sekecil apapun
kontribusi seseorang terhadap keberhasilan kita selayaknya mendapatkan
perhatian dan penghargaan. Perlihatkan bahwa kita bersungguh-sungguh menghargai
usaha mereka. Usaha mereka memberi kontribusi pada keberhasilan kita sama
seperti kita juga berkontribusi pada keberhasilan mereka.
c) Bangunlah kemauan untuk
berhasil dalam diri orang lain
Dalam kehidupan
personal maupun professional, kita sering berada dalam situasi menjual ide
kepada orang lain. Ingatlah bahwa seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu
karena ada hubungannya dengan kepentingan mereka, bukan kepentingan kita. Bila
kita jelaskan bahwa ide kita dapat membuat mereka berhasil, kita akan terkejut
melihat betapa banyak kerjasama dapat kita bangun dalam organisasi kita.
d) Beri perhatian yang
sungguh kepada orang lain
Sebesar apapun aset
finansial ataupun fisik dalam suatu perusahaan, orang-orang yang bekerja di
dalamnyalah yang membuatnya berhasil. Mengenal orang-orang yang ada dalam
organisasi kita sama pentingnya dengan mengenal aspek teknis pekerjaan kita,
Kuncinya adalah dengan memberikan perhatian yang sungguh. Jangan berpura-pura
dengan mencoba mengenal orang lain demi keuntungan kita sendiri. Mengenal orang
lain seharusnya selalu menjadi proses yang saling menguntungkan.
e) Senyum
Sebuah senyuman yang
kita berikan dengan tulus akan sangat berdampak positif bagi kita dan orang
lain. Bahkan senyuman adalah ibadah, yang dapat menularkan aura positif kepada
orang lain. Selalu murah senyum, karena hubungan baik selalu dapat diciptakan dengan
hal yang simpel, seperti perilaku ramah dan senyum yang bersahabat.
3) Jiwa Kreatif (Jiwa
Tekhnik)
Kuliah atau bekerja
dalam bidang tekhnik adalah pilihan akademik atau karir banyak para remaja.
Utamanya bagi yang sedang sekolah di sekolah unggulan. Namun sebagian dari
mereka hanya berkutat pada bidang kognitif, sehingga berpotensi melupakan
unsure psikomotorik atau skill. Pada hal berkerja pada bidang tekhnik sangat
membutuhkan mereka yang berjiwa kreatif. Maka dari sejak dini pembiasaan
kreatif perlu untuk ditumbuhkan. Beberapa hal yang bisa menumbuhkan jiwa
kreatif yaitu:
a) Bersikap rileks atau
santai berguna dalam menumbuhkan jiwa
kreatif. Foto- foto para penemu semuanya memperlihatkan sikap yang rileks.
Dalam kondisi yang rileks pikiran seseorang
akan jauh dari tekanan yang mungkin datang dari lingkungan nrumah dan
sekolah. Seseorang yang banyak tertekan akan
mempersempit daya kreatifitasnya.
b) Milikilah hobi dan
nikmati hobi tersebut, seperti berolah raga dan music. Dengan demikian ide-ide segar akan mengalir kedalam fikiran
seseorang.
c) Memberi tanggung
jawab atau tugas-tugas kecil dan beri mereka waktu untuk menyelesaikannya. Ini
berguna buat melatih mereka untuk bertanggung jawab.
d) Berilah tenggat
waktu, dalam memberikan si anak tugas kecil berilah tenggat waktu untuk
penyelesaian tugas yang anda berikan kepada si anak untuk membiasakan anak
berusaha menyelesaikan semua tugas yang diberikan tepat pada waktunya, hal ini
akan memancing dan memaksa si anak mengeluarkan kemampuannya.
e) Membantu
pengembangan imajinasi anak. Imanjinasi adalah dunia yang umumnya identik
dengan anak sehingga sesuatu yang mustahil atau tidak mungkin menjadi mungkin
bagi anak usia dini. Dengan berimajinasi, anak selalu mencari cara untuk
menemukan jawaban dari masalah yang dihadapinya. Jadi upaya yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik dan orang adalah untuk selalu memahami, membimbing, dan mendukung
imajinasi peserta didik serta mengajak mereka untuk belajar, membaca buku ilmu
pengetahuan, melakukan penjelajahan, hingga mengunjungi museum, perpustakaan,
dan objek wisata.
f) Menumbuhkan rasa ingin tahu, antusias yang tinggi
selalu ada pada anak usia dini dengan benda-benda yang ada disekitarnya atau
makhluk baru yang pertama kali dilihatnya. Anak-anak pasti akan memerhatikan,
mengamati bagamana dan apa yang terjadi, melihatnya secara detail. Ajaklah anak
mendekati sebuah traktor atau pesawat maka ia akan memperhatikannya sangat
detail. Rasa ingin tahu yang tinggi seperti itu sering kali membuat anak tidak
peduli dengan lingkungannya apakah akan membuatnya kotor, basah, panas, maupun
merasa sakit. Hal seperti itu jelas bahwa keingingan anak usia dini dalam
mengeksplorasi alam dan lingkungannya sangatlah kuat, dan sangatlah kuat
keinginannya untuk mengetahui sesuatu, hal ini berarti betapa kuat semangatnya
untuk belajar.
Rasa ingin tahu adalah
sifat dasar kreatif, yang mendorong anak untuk menciptakan karya atau ide baru,
diawali dengan sikap rasa ingin tahunya terhadap sesuatu, setelah sesuatu itu
dieksplorasi secara mendalam barulah mereka menciptakan karya yang baru dan
berbeda berdasarkan pengayaannya terhadap apa yang dihadapinya. Maka sekarang
di saat kesempatan untuk meraih kerja butuh kompetisi dan persiapan mental
anak. Maka selain mereka memantapkan kemampuan kognitif atau akademik, juga
perlu bagi setiap anak untuk mengasah jiwa leadership, entrepreneur dan
kreatifitasnya. Juga tidak lupa bagi mereka untuk selalu memantapkan ilmu agama
mereka agar selalu menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah Swt.