https://www.express.co.uk/life-style/top10facts/740124/Top-ten-facts-Finland-trivia-Finnish-Independence-Day
Sukses Edukasi
Findlandia Sebagai Cermin Akademik Bagi Indonesia
Oleh: Marjohan, M.Pd (Guru SMAN 3 Batusangkar)
Lynnell
Hancock menulis tentang mengapa pendidikan Findlandia bisa sukses. Dia
menceritakan sebuah peristiwa kecil pada hari-hari terakhir di semester kedua di
Sekolah Komprehensif Kirkukjarvi (Kirkukjarvi Comprehensive School) di Espoo,
sebuah kota kecil di pinggiran kota
Helsinki. Seorang guru, Kari Louhivuori, memutuskan untuk melakukan sesuatu
yang berbeda menurut standar pendidikan Finlandia. Yang mana salah seorang
muridnya di SD yang telah lama putus sekolah di ajak lagi untuk datang ke
sekolah. Hatinya terpanggil untuk melayani siswa yang kurang beruntung tersebut
dan dengan tulus memberi bimbingan belajar secara khusus.
Siswa tersebut
bisa diberi julukan (label) sebagai anak yang pemalas. Namun tentu saja kita
tidak boleh mencela anak yang punya masalah dalam belajar sebagai anak yang
pemalas. Maka apa yang di lakukan oleh Kari Louhivuori merupakan karakter ideal
dan ketulusan seorang guru. Dia selalu tergugah untuk mendidik, membimbing dan
menemani sang siswa untuk bisa tumbuh secara wajar dan berkembang kualitas
pribadinya. Karakter positif begini ternyata dilakukan oleh banyak guru Findlandia
hingga berkontribusi dalam meningkatkan pendidikan negara ini.
Di tahun
1980-an, saya (penulis) belum banyak mendengar tentang Findlandia sebagai
negara yang unggul dalam bidang pendidikan. Saat itu negara yang menonjol dalam
bidang edukasi adalah seperti Perancis, Inggris, Jepang, Amerika, Kanada, dan
beberapa negara lain. Sementara Findlandia lebih terkesan sebagai sebuah negara
kecil, dekat kutub utara yang pasti selalu memiliki suhu yang dingin. Namun
sekarang negara ini telah menjadi sebuah negara yang sangat terkemuka dalam
bidang pendidikan di dunia.
Kualitas
akademik Finlandia telah jauh meningkat, terutama dalam kemampuan membaca,
matematika dan literasi sains. Ini terjadi karena para guru dipercaya untuk
melakukan apa pun untuk mengubah kehidupan generasi mudanya. Kalau begitu
bagaima strategi sukses negara ini dalam meningkat kemampuan literasi membaca para
siswa mereka?
Pirjo
Sinko yang bekerja pada Badan Pendidikan Nasional
Findlandia (Finnish
National Board of Education) memaparkan tentang faktor-faktor
utama mengapa skor reading literacy
Findlandia begitu bagus. Masyarakat Findlandia sangat mendukung aktivitas
membaca, jadinya sekolah dan guru tidak sendirian.
Perpustakaan
Findlandia memiliki sistem perpustakaan terbaik di dunia. Perpustakaan
merupakan lembaga kebudayaan yang paling disukai oleh masyarakat, warga merasa
dekat dengan Perpustakaan. Ibarat kedekatan hati orang Islam dengan mesjid,
atau pemeluk agama lain dengan rumah ibadah mereka. Karena itu jumlah buku-buku
yang dipinjam dari perpustakaan umum dan juga jumlah buku-buku baru buat
anak-anak dan para remaja begitu tinggi. Kaum wanita sendiri merupakan pembaca
buku yang sangat antusias dan mereka begitu memahami pentingnya membaca buku.
Umumnya
rumahtangga Findlandia berlangganan, paling kurang, satu koran. Nah bagaimana
dengan rumahtangga di negara kita ? Jelas bahwa kita belum punya budaya dan
rasa butuh untuk berlangganan koran. Kemudian bahwa program TV asing tidak
didubbing dengan bahasa melainkan menggunakan subtitles. Ini berguna dalam meningkatkan rutinitas membaca
anak-anak.
Di
Findlandia, bahwa selalu ada kegiatan menceritakan kisah-kisah menjelang tidur
(bed-time stories) buat anak-anak.
Kegiatan ini sangat penting hadir dalam keluarga. Dengan demikian warga
Findlandia sangat menilai tinggi pada aktivitas membaca dan sekaligus dalam
mencintai bahasa nasional. Beginilah cara-cara mereka dalam membuat literatur
tersebut selalu hidup.
Bahwa
menjadi guru di negara Findlandia merupakan profesi yang sangat diminati oleh
banyak warga negara. Para siswa dan mahasiswa terbaik banyak yang memutuskan
untuk menjadi guru. Sehingga sekarang banyak guru yang berbuat ekstra untuk
kemajuan pendidikan. Mereka bekerja sebagai guru bukan karena ingin dipantau
dan dinilai oleh kepala sekolah dan supervisor pendidikan. Kebaikan dan
keikhlasan yang mereka lakukan di luar agenda resmi mengajar sudah dilakukan
oleh banyak orang.
Bagaimana
gambaran tentang pendidikan di Findlandia? Kesempatan yang sama- tanpa
memandang gender, status sosio ekonomi, bahasa, agama, budaya, dan domisili- diberikan
untuk semua orang dalam memperoleh pendidikan. Sekolah yang terdekat adalah
sekolah yang terbaik bagi seorang anak, jadi warga Findlandia tidak mengenal
istilah sekolah elit atau sekolah berlabel unggul.
Prinsip
pendidikan Findlandia bahwa setiap sekolah memiliki wilayah geografisnya
sendiri, tidak ada sekolah elit, tidak ada sekolah swasta. Pendidikan dasar bersifat
komprehensif dan tidak ada pilih-pilih sekolah. Tidak ada ujian nasional (ini
bisa jadi terwujud karena Findlandia adalah negara kecil dengan populasi yang
juga kecil).
Menjadi guru
adalah profesi impian bagi kaum muda, terutama anak perempuan yang mana punya prestasi
lebih baik di sekolah daripada anak laki-laki. Namun status profesi guru juga
dipandang cukup tinggi, sebagaimana profesi dokter dan pengacara.
Pendidikan
Findlandia agaknya sangat bercorak inklusif, bukan eksklusif, maksudnya tidak
pilih-pilih murid. Anak-anak difabel (siswa cacat) dengan prosedur mudah
diterima sebagai siswa. Begitu pula dengan anak-anak para immigran, sebagaimana
Eropa telah menjadi destinasi immigrasi banyak bangsa di dunia. Maka anak-anak
para immigran dari Somalia, Iraq, Russia, Bangladesh, Estonia and Ethiopia juga
bisa dijumpai di sekolah Findlandia.
Tentu saja
anak-anak immigran merupakan siswa yang punya problem dengan keuangan. Namun
walau mereka kurang mampu dalam hal finansial dan lemah SDM-nya, pelayanan
guru-guru tetap profesional dan berkualitas sebagaimana mereka mendidik warga
negara Findlandia secara umum.
Sebagai
contoh, bahwa Louhivuori yang berprofesi sebagai guru mendapatkan Besart Kabashi
yang berusia 13, anak pengungsi dari Kosovo. Tidak seperti anak-anak lain,
bahwa siswa ini punya kendala dalam belajar, sehingga Louhivuori memberi
perhatian khusus yang sangat tulus. Dia membawa Besart Kabashi ke kantornya dan
memberi bimbingan ekstra dan mempersilahkan Besart Kabashi membolak-balik
buku-buku milik Louhivuori dengan rasa aman hingga minat literasi Besart
Kabashi tumbuh dan berkembang. Akhirnya dia mampu menaklukan (membaca) banyak
literatur secara aktif dan mandiri. Membaca secara aktif dan mandiri merupakan
budaya belajar anak-anak di negara maju. Dan ini menjadi rahasia mengapa para
siswa Findlandia sangat menonjol dalam bidang pendidikan.
Beberapa
belas tahun kemudian Besart Kabashi telah tumbuh dewasa dan telah memiliki
usaha sendiri. Ia membuka usaha bengkel resmi mobil dan sebuah usaha lain. Dia
menyempatkan waktu untuk mengunjungi Louhivuori yang telah menjadi mentor
terbaik dalam kehidupannya.
Kisah Louhivuori
dan Besart Kabashi, gurunya, bukanlah sebuah cerita dongeng, namun kisah nyata
dan juga mungkin dilakoni oleh banyak guru-guru lain. Kisah-kisah sukses dan
kebaikan hubungan guru dan murid, tanpa pilih-pilih latar belakang mereka,
telah menjadi fenomena positif bagi kemajuan pendidikan Findlandia.
Lynnell
Hancock menambahkan bahwa kisah Louhivuori dan Besart Kabashi, yaitu kisah
kebaikan dan ketulusan dalam mendidik tidak hanya terjadi pada mereka dan di
sekolah mereka, namun juga terjadi pada 62.000
guru Finlandia di 3.500 sekolah. Mengapa bisa terjadi ?
Karena yang
direkrut menjadi guru adalah 10 persen dari lulusan terbaik dan kemudian
melanjutkan pendidikan ke level master dalam bidang pendidikan. Rata-rata
ukuran sekolah kecil-kecil dan populasi siswa di kelas juga relatif kecil,
sehingga memungkinkan bagi setiap guru buat mengenal dan memahami setiap anak
didik mereka.
Tentu saja
dalam mengajar para guru menerapkan bervariasi metode dan model pembelajaran. Jika
satu metode gagal, maka sang guru berkonsultasi dengan rekan kerja untuk
mencoba metode yang lain. Mereka tampaknya menikmati tantangan. Hampir 30
persen anak-anak Finlandia menerima semacam bantuan khusus selama sembilan
tahun, yaitu dari kelas satu hingga kelas sembilan.
Selama
bertahun-tahun banyak negara, termasuk Indonesia, terinspirasi dengan kemajuan Amerika.
Apalagi negara ini dipandang sebagai negara adidaya, yang mana kuat peranan
ekonomi, militer, media massa dan pendidikannya. Bahwa Amerika Serikat
memperkenalkan persaingan pasar ke sekolah umum. Dalam beberapa tahun terakhir,
sekelompok pemodal Wall Street telah menempatkan uang di balik sektor pendidikan. Kemudian uang sudah menjadi
standar ukuran dalam test dan dalam mengukur kualitas seorang guru, akhirnya
muncul semboyan “money is everything”.
Sementara
hal begini tidak terjadi dalam pendidikan Findlandia. Timo Heikkinen, seorang pendidik Findlandia
mengatakan bahwa “If you only measure the
statistics (money), you miss the human aspect.” Tidak ada tes standar yang
diamanatkan di Finlandia, selain satu ujian di akhir tahun terakhir di sekolah menengah. Tidak ada rangking, tidak
ada perbandingan atau persaingan antara siswa. Tidak ada persaingan antar sekolah atau daerah. Setiap sekolah
memiliki tujuan nasional yang sama. Hasilnya adalah bahwa anak Finlandia
memiliki kesempatan untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama tidak
peduli apakah dia tinggal di desa atau kota universitas. Perbedaan antara siswa
terlemah dan terkuat adalah yang terkecil di dunia.
Meskipun
peringkat pendidikan Findlandia menempati posisi terbaik di dunia, namun untuk
mendapatkan posisi terbaik menurut score Pisa bukanlah menjadi tujuan utama
pendidikan negara ini. Di sekolah anak-anak lebih antusias untuk merayakan
kemenangan tim hockey mereka, bukan merayakan peringkat score Pisa yang tinggi.
Sebagaimana dikatakan oleh Pasi Sahlberg bahwa sekolah mempersiapkan anak untuk
belajar bagaimana belajar, bukan bagaimana cara memperoleh skor test yang
tinggi.
Praktek
pembelajaran di sana bukan sekedar mencari muka- seperti mengejar skor yang
tinggi atau malah mencari target-target yang semu semata. Jadinya iklim belajar
jauh dari rekayasa, kebosanan dan tekanan atau stress. Suasana belajar yang
menonjol adalah suasana rileks, nyaman, satau dan antusias, ramah tamah dan
sangan bebas dari tekanan.
Praktek
pembelajaran di sekolah perlu selalu memberikan suasana nyaman dan
menyenangkan, bukan suasana yang menegangkan dan membosankan. Makanya pada
hari-hari tertentu, misanya saat merayakan May Day (? ), para guru mendekorasi
penampilannya hingga terlihat menyenangkan. Maija Rintola, salah seorang guru
sekolah dasar, sengaja memakai jalinan benang warna-warni menutupi rambut
tembaganya seperti wig yang dicat. Guru-guru lain juga memakai kostum yang
memikat perhatian siswa. Dan para siswa juga memakai assesori yang lucu-lucu.
Apakah kita
masih terobsesi semata-mata hanya oleh kemajuan pendidikan Amerika Serikat?
Namun beberapa negara seperti Findlandia, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura
lebih mengungguli Amerika Serikat ditinjau dari kemampuan reading-litercynya.
Amerika
Serikat adalah negara dengan populasi penduduk termasuk kategori terbesar di
dunia. Mengelola pendidikan dengan populasi penduduk yang cukup besar bukanlah
masalah yang mudah. Sejauh ini, menurut penilaian PISA bahwa kategori SDM siswa
negara ini masih tergolong bagus. Sementara SDM pendidikan Findlandia telah
menjadi rujukan pendidikan terbaik di dunia. Jadinya kita masih perlu
mengadopsi model kedua pendidikan negara tersebut.
Catatan:
1). Lynnell
Hancock (2011). Why Are Findland’s Schools Successful? Helsinki: Smithsonian
2). Pirjo Sinko
(2012). Main factors behind the good PISA reading results in Finland.
Helsinki:
Finnish National Board of Education IFLA (https://www.ifla.org/files/assets/school-libraries-resource-centers/conferences/2012/finnish-pisa-results-2012.pdf).