E.
Leadership Orang Jepang
Aku mengenal tiga
atasanku yaitu Fujioka, Fukuisan dan Oonishinorio San. Mereka punya sumbangsih
terhadap perkembangan bahasa Jepangku dan juga mental kerjaku. Bila aku
berbicara bahasa Jepang dan tidak mengerti apa yang ia maksud, maka ia
menjelaskan kata dalam bentuk defenisi atau memberi sinonimnya. Kalau juga aku
tidak mengerti maka ia menjelaskan sampai aku mengerti.
Fujioka mengurus
dokumen- dokumen kami. Fukuisan adalah instruktur kami sebelum bekerja di
lapangan, kami belajar dengannya selama satu bulan, dan Oonishinorio San adalah
pemilik perusahaan. Mereka bertiga memiliki pribadi yang baik. Fujioka orangnya
baik, suka menolong. Orang Jepang meskipun atasan kita mereka tidak otoriter
dan juga tidak neko- neko. Orang Jepang itu sederhana dan suka membantu kita
kalau kita punya kesulitan- ia langsung terjun memolong kita.
Fukuisan sudah terasa
ibarat orangtuaku sendiri. Ia memiliki jiwa kebapakan dan memiliki banyak
perhatian. Ia juga suka ngobrol dan bercanda dengan kita. Kalau kita ngomong
maka dia juga mendengar kita, jadi komunikasinya dengan bawahan adalah dua
arah. Aku juga meledeknya dalam bahasa Jepang. Aku merasakan dia sebagai teman
dan juga sebagai bapak.
Oonishinorio San
memiliki pribadi yang gigih. Orangnya juga baik dan suka menolong- dia juga
pekerja keras dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Ia tidak mau kalah dan
ia punya motto hidup yaitu ingin selalu menjadi nomor satu. Walau ia
dalam keadaan sakit maka ia tidak bilang ia sakit. Pokoknya ia bersemangat dan
tidak ada istilah mengeluh dalam hidup.
Saat ada penilaian
perusahaan berprestasi maka perusahaan tempat aku bekerja- perusahaan milik
Onochiario San meenjadi perusahaan terbaik di Jepang. Dia pergi menerima
penghargaan ke Kaisar Jepang. Ia memperoleh piagam sebagai perusahan pertanian
terbaik di Jepang.
1)
Emosi Orang Jepang
Setiap orang punya
emosi, namun aku jarang melihat atasanku/ bossku yang emosi. Kebanyakan aku
lihat orang Jepang kalau emosi mereka diam saja. Nanti kalau mereka habis minum
sake- ini tidak boleh kita tiru- hingga mereka jadi mabuk maka mereka meluapkan
emosinya. Jadi aku jarang atau tidak
pernah melihat orang Jepang yang marah secara langsung.
Bagaimana deskripsi orang
Jepang kalau emosi/ marah ? Aku fikir bahwa marah adalah manusiawi. Marah yang
bisa berdampak buruk adalah marah yang tidak dikelola. Sebaliknya bila kita mampu
mengelola amarah dengan tepat, maka ekspresi kemarahan kita justru akan
menyehatkan. Hal ini sudah terbukti pada sebuah penelitian yang menyatakan
marah akan lebih baik daripada memendam perasaan jengkel.
Marah juga merupakan
satu bentuk komunikasi. Karena adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang
ingin disampaikan ketika kita marah. Bentuk penyampaian marah bisa berbeda-beda
bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Di
Jepang, orang sering diam saat marah karena memang orang-orang Jepang tidak
terbiasa mengekspresikan perasaannya. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih
berterus terang mengungkapkan perasaannya atau sama halnya dengan Suku Batak di
tanah air kita.
2)
Gaya Kepemimpinan Jepang
Siapa yang tidak kenal
Jokowi, gebrakan orang nomor satu di DKI yang ingin mewujudkan "Jakarta
Baru" sebagai kota modern yang memiliki prasyarat berkebudayaan kian
hari kian populer dimata rakyat. Gaya kepimimpinan Jokowi sebagai sosok
yang fenomenal merupakan sesuatu yang baru di jajaran pemerintahan bahkan
dimata seluruh bangsa Indonesia., pasalnya negeri kita jarang menemukan
pemimpin yang sederhana,bersahaja, merakyat dengan bahasa yang mudah dicerna,
terkenal jujur dan anti korupsi.
Bagi mereka yang
memahami gaya kepemimpin Jokowi yang berorientasi lapangan tidak akan bertanya
lebih jauh apalagi meragukannya? Karena pola kepemimpinan semacam itu,
mengingatkan kita dengan strategi manajemen yang berorientasi lapangan
yang disebut “Genchi Genbutsu[4]”.
Istilah ini sangat
dikenal akrab dijajaran manajemen coorporate maupun pemerintahan Jepang, bahkan
konsep yang awalnya menjadi pilar keberhasilan Toyota tersebut telah mendunia,
diterapkan oleh beberapa pemimpin tersukses sekalipun dalam tatanan organisasi
korporat, sebut saja Jack Welch
mantan CEO General Electric, Konosuke Matsushita (Pendiri Panasonic)
bahkan Sakichi Toyoda (pendiri Toyota).
Para pemimpin di atas
merupakan tipe pemimpin yang dikenal paling sering turun kelapangan untuk
bertemu, menyapa, memotivasi serta memeriksa permasalahan yang dihadapi pekerja
maupun karyawannya, yang membawa dampak positif dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
Pendekatan tersebutlah yang bisa membuat para pekerja untuk sering ketemu
dengan Direktur atau bahkan Presiden Direktur. Malah, saking seringnya bertemu,
membuat reaksi para pekerjanya biasa-biasa saja saat berjumpa pemimpin
tertingginya. Tak ada persiapan khusus dan pengistimewaan yang
berlebihan.
Bandingkan jika ada seorang bupati, gubernur atau pejabat pusat berkunjung
kepolosok desa di daerah. Bisa dipastikan, jauh hari sebelumnya para aparat
desa, kecamatan bahkan PNS kita dimobilisasi secara masal untuk kerja bakti
merapikan kantor dan lingkungan serta jalan yang akan dilaluinya, dengan
beragam eksploitasi “kreatifitas” lainnya supaya sambutannya terkesan lebih
hidup dan mendapatkan pengakuan dan pujian.
Genchi Genbutsu merupakan ilmu yang umum digunakan oleh para eksekutif
Jepang untuk memecahkan setiap persoalan yang sering diabadikan dengan pengambilan
gambar visual sebagai fakta dilapangan. Awalnya Genchi Genbutsu merupakan salah
satu konsep sekaligus pilar keberhasilan
manajemen Toyota.
Secara harfiah “Genchi Genbutsu” berasal dari bahasa Jepang, yaitu pergi
dan lihat permasalahan di lapangan atau “Go
and See the Problem”. Genchi Genbutsu bukan sekedar teori, melainkan lebih
menekankan pada praktek dengan melakukan observasi lansung untuk memahami
masalah tersebut lebih dalam (real fact)
di ditempat terjadinya masalah (real
place) supaya paham terhadap persoalan
yang ada sebagai dasar untuk melakukan perbaikan yang cepat dan tepat.
F.
Strategi Orang Jepang Merawat Keluarga
Bagaimana
orang Jepang menjaga keakrapan dengan keluarga dan anak- anaknya. Setahuku bahwa
hari Minggu adalah hari buat keluarga. Kemungkinan phonecell mereka hari Minggu
tidak aktif buat orang lain, kecuali buat kontak anggota keluarga. Siapa saja
yang menelpon mungkin tidak bisa karena Minggu dalah hari keluarga.
Fukuisan
yang aku anggap sebagai otosan (ayah). Ia punya 2 anak. Maka aku terinspirasi
tentang bagaimana orang Jepang mendidik dan menumbuh-kembangkan anak mereka ?
Sebagian besar anak-
anak TK dan SD di Jepang bisa berangkat
dan pulang dari sekolah sendirian (berkelompok, tapi kadang tidak bersama orang
tua), kadang juga harus naik kereta tanpa pengawasan orang dewasa. Sementara
anak anak TK dan kelas satu SD di negeriku ke sekolah masih harus ditunggu
ibunya sampai jam istirahat pertama. Beberapa kali aku mengamati cara- cara
orang Jepang mendidik anak lewat beberapa acara TV, atau lewat tanya ke temen
orang Jepang.
Mungkin yang agak
mencolok adalah cara mereka mengajarkan tanggung jawab, dan keberanian.
Rata-rata mereka sejak kecil sudah diajari mengucapkan arigatou dan gomennasai.
ada satu acara TV di Jepang tentang mendidik anak yang paling saia suka namanya
HAJIMETE NO OTSUKAI. acara itu adalah reality show tentang mengajarkan anak
berbelanja untuk pertama kalinya.
Masih pengalamanku
dalam memahami keluarga Jepang, yang lain aku tahu adalah seorang ayah, namanya
Watanabe San. Orangnya juga baik- hari Minggu juga hari keluarga buat mereka. Hari
Senin sampai hari Jumat ia sibuk dengan pekerjaanya. Kalau tiba libur maka itu
jatah hari buat keluarga. Ini strategi untuk merawat mental anak- anak:
melakukan kebersamaan. Mereka pergi bermain bowling bersama istri dan anak-
anak. Atau juga pergi main game atau ke mall bareng keluarga.
“Pulang
kerja, kadang- kadang pergi keluar bersama keluarga buat makan malam atau makan
di rumah saja”.
Aku punya pengalaman
saat liburan akhir tahun atau tahun baru- tanggal 31 Desember, mereka punya
kebiasaan untuk memasak mochi. Mochi adalah makanan yang dibuat dari beras
ketan- ibarat lapek isi kalau di Padang- namun di dallamnya diberi isi kacang
merah. Aku ikut membantu istri Oonishinorio San buat bikin mocha dan malah ia juga
ikut di dapur bareng dengan anak- anaknya yang lain.
“Mereka kemudian melakukan
kunjungan keluarga dan juga pergi beribadah ke kuil”.
Oonishinorio San punya
keluarga (sebagaimana yang telah aku jelaskan) orang tuanya (ayahnya) meninggal
saat ia kecil- sekolah dasar, Dulu bapaknya punya usaha peternakan. Aku juga
pernah berjumpa dengan ibunya Oonishinorio San. Ibunya lembut dan senang
menerima tamu dan bergaul dengan orang lain. Ia juga termasuk tipe pekerja. Oonishinorio
San sejak kecil sudah melibatkan diri dalam beraktivitas- membantu orang tua ke
sawah.
Umur 10 tahun ia sudah
bisa menggunakan traktor di lahan pertaniannya. Jadi aku memperoleh banyak
cerita tentang kisah hidupnya dari dia langsung- itu sangat menambah semangat
hidupku. Semangat hidupnya sangat luar biasa.
G.
Strategi Orang Jepang Dengan Waktu
Bagaimana karakter
orang Jepang dalam menghargai waktu ? Orang Jepang suka minum sake, aku lihat sake
dibuat dari beras pulut hitam atau juga dari gandum. Rasanya seperti air tape.
Minum sake kalau sedikit bisa jadi obat (kata orang Jepang) dan kalau banyak
bisa mabuk. Kita harus tahu apa dan bagaimana hukum minum sake itu menurut agama Islam:
halal apa haram ?
Orang Jepang suka
membaca ? Ini aku saksikan ketika
aku pergi berlibur ke Nagano- libur tahun baru. Selama dalam kereta mereka
terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri- mereka membaca dengan asyik. Dalam
mobil aku juga melihat banyak yang membaca. Di dalam mall dan juga di
restaurant juga tersedia tempat untuk membaca. Paling kurang mereka membaca
komik. Berikut tentang keterangan gemar membaca orang Jepang:
1)
Membaca Komik Untuk Meningkatkan Minat Baca[5]
Seperti juga di Indonesia dan negara lainnya, anak dan remaja Jepang
tidak membaca koran sesering orangtua mereka. Padahal di negara Jepang adalah
salah satu negara yang termasuk penduduknya gila baca koran. Namun untuk
mengatasi hal tersebut, sekelompok masyarakat Jepang berupaya menerbitkan Manga
No Shimbun (koran Manga), sebuah situs surat kabar online yang mencakup
berita-berita mingguan dalam bentuk komik (manga). Semua cerita manga atau
komik bergambar di situs ini adalah kejadian dan peristiwa sehari-hari yang
benar terjadi baikdi Jepang atau di dunia. Setiap gambar dan tulisan komik
tersebut dibuat berdasarkan kejadian-kejadian nyata mulai dari politik,
olahraga, sosial, budaya, atau peristiwa kriminal lainnya.
Berita unik dari Indonesia tentang anak
merokok sepuluh batang sehari juga sempat ditampilkannya.
Tujuan mulia dari Manga
No Shimbun adalah untuk meningkatklan minat baca koran bagi anak dan remaja
Jepang. Situs itu bertujuan untuk membuat anak-anak dan para remaja Jepang
mengikuti perkembangan dunia, jangan cuma bisanya baca komik manga yang banyak
beredar. Ternyata misi tersebut berhasil. Koran online berbentuk manga itu
berhasil menarik simpati anak dan masyarakat Jepang.
Karena berhasil
diminati masyarakat jepang, situs tersebut berkembang pesat. Manga No Shimbun
telah mempekerjakan lebih dari 100 seniman manga untuk terus menampilkan
cerita dan berita bergambar 10-15 kali sehari. Berbagai jenis dan
variasi gambar yang ditampilkan. Ada bagian yang berwarna, hitam-putih
atau yang non realistis.
2)
Gila Baca Koran
Orang-orang Jepang dari
dulu memang sudah terkenal gila membaca koran.
Hal ini bisa ditunujukkan oleh penampilan surat kabar harian Yomiuri Shimbun, yang mempunyai jumlah sirkulasi lebih dari 14,000,000 eksemplar (10 kali lipat dari jumlah sirkulasi The New York Times).
Hal ini bisa ditunujukkan oleh penampilan surat kabar harian Yomiuri Shimbun, yang mempunyai jumlah sirkulasi lebih dari 14,000,000 eksemplar (10 kali lipat dari jumlah sirkulasi The New York Times).
Bagaimana pemanfaatan
waktu orang Jepang ? Orang Jepang sangat disiplin waktu, aku lihat mereka
sangat menghargai waktu, jalan pun mereka takut ketinggalan bis, cepet banget!
Dan harusnya jika kita memiliki waktu luang gunakanlah untuk membaca, ini
sebenernya banyak dilakukan masyarakat kita, yaitu maen hape! membaca sms lama,
atau status facebook temen, tapi ini sangat sedikit mendatangkan ilmu baru.
Mulai dari sekarang marilah kita tingkatkan penghargaan atas waktu, dengan cara
bersyukur ke pada Tuhan. dan memanfaatkan waktu untuk menambah wawasan, salah
satunya dengan membaca dan browsing di internet yang bermanfaat, semoga kita termasuk orang yg
beruntung, "hari ini lebih baik dari hari kemarin".
H.
Aktivitas Kami di Perusahaan
Kesibukanku dengan
kerja, ya bekerja dalam bidang pembibitan- aku menanam retasu. Musim pembibitan terjadi pada pertengahan
bulan delapan (Agustus) dan sebulan setelah itu (bulan September) sudah bisa
ditanam. Kemudian saat umurnya sudah 40
hari, sudah mulai dipanen. Penanaman retasu ini juga bergantung kepada suhu. Kami
menggunakan pupuk anorganik- bukan pupuk kimia- aku diajar cara membuat pupuk
anorganik di Jepang.
Aku ingin sedikit berbagi tentang cara pembuatan pupuk
organik "Dochakukin[6]".
Metode pembuatan pupuk organik dochakukin ini di kembangkan di Jepang. Untuk
mendukung program Go Organik yang di canangkan pemerintah, tidak ada salahnya
mengembangkan pupuk ini.Pada dasarnya pembuatan pupuk ini sama saja dengan
pupuk kompos, yaitu dengan fermentasi yang di lakukan oleh bakteri an-aerob. Langkah
pembuatannya sebagai berikut:
1). Pembuatan master
(biakan bakteri) dengan bahan- bahannya: tanah gembur yang agak kering (kurang
lebih 2 plastik hitam kecil), tepung mineral/mineral organik 1/3 bks, arang
yang telah di haluskan (kurang lebih 2 plastik hitam kecil), gula 1/4 kg dan air
secukupnya.
2).Cara
pembuatan: sediakan plastik bening ukuran 2x2 m untuk alas, campurkan tanah,
tepung mineral, arang, dan gula di atas plastik tersebut hingga rata, setelah
tercampur rata, tuangkan air sedikit sedikit sampai kadar airnya mencapai 60%, setelah
selesai, tutup menggunakan plastik berwarna gelap (usahakan tidak ada udara
yang keluar), fermentasi selama 10 hari, dan di balik pada hari ke 5.
3).
Pembuatan kompos sistem layer bahan: kotoran hewan, sampah organic, dochakukin
(biakan bakteri yang tadi di buat) dan air.
4).
Cara membuatnya: sediakan lahan (ukuran disesuaikan), ratakan kotoran hewan, taburkan
dochahkukin di atasnya, lalu di siram sedikit air, ratakan sampah organic, taburkan
dochakukin di atasnya, lalu di siram sedikit air, lakukan berulang ulang,
sampai bahan habis, yang ditumpukan paling atas usahakan berupa sampah organic,
setelah selesai, tutup dengan beberapa helai daun pisang, kemudian di atasnya
di naungi dengan terpal, fermentasi 90 hari, di balik setiap 30 hari. Sekarang pupuk
siap untuk digunakan.
Di
Jepang kami menanam bibit sayuran dalam polybag- ibarat petani kita menanam
bibit cabe. Polybagnya sudah dilengkapi lobang- lobang tempat rembesan air. Di
Jepang pertanian rakyatnya sudah moderen karena orang menggunakan mesin. Aku
sebagai pekerja di poerusahaan pertanian juga harus mengenal mesin- mesin yang
digunakan.
“Bertani di Jepang
memang sudah serba mesin dan manusianya tinggal lagi merapikannya memakai alat
tradisionil- cangkul, sabit dan sedok. Aku juga punya pengalaman dalam memanen
retasu (semacam lobak atau selada). Sayur yang dipanen dimasukan ke dalam
keranjang, selanjutnya dibawa ke dalam perusahaan untuk disortir. Yang bagus
diletakkan di atas mesin dan diberi plastik. Pekerja selanjutnya memproses
berdasarkan ukuram S (small), M (medium) dan L (large). Kemudian ditempatkan/
disusun ke dalamm box- ditimbang dan berat per-karton adalah 8.5 kg.kemudian
dibawa ke perusahaan koperasi untuk didistribusi ke toko/ mall dan departemen
store (swalayan)”.
Selain menanam retasu,
kami juga menanam bawang bombai, dan yang lain. Kami menanam retasu pada
lahan yang cukup luas. Kami mulai
menanam bulan 9 dan berakhir bulan 6. Gantian musim, musim panas kami menanam
daun bawang, bawang prei- ditanam di awal musim panas. Bawang bombai kami
menanam awal bulan Januari dan panennya bulan Juni atau Juli.
Selama musim panas maka
suhu terasa panas. Keringat kita keluar terasa panas. Saat cuaca masih segar,
kami bekerja di luar, kemudian bila sudah panah maka kami pindah beraktivitas
ke dalam ruangan. Daun bawang dipanen dan dibawa ke dalam ruangan buat diproses/
dibersihkan. Kalau panas matahari berkurang maka kami beraktivitas di luar
lagi.
Musim menanam, dari
bulan Juni sampai Agustus- ditanam daun bawang. Tanaman ini bisa tahan lama.
Menanam retasu dari bulan Agustus hingga bulan Juni- dalam waktu yang lebih
lama. Perubahan musim berpengaruh pada kehidupan orang Jepang- termasuk
dalam hal makan sayur.
Perubahan
musim dari musim dingin ke musim semi, lalu musim panas, musim gugur, dan
kembali ke musim dingin, memang aku rasa pengaruhnya. Yang paling terasa adalah
pakaian yang kita kenakan. Di musim dingin kita harus mengenakan pakaian tebal
dan berlapis-lapis. Di musim panas cukup selapis pakaian tipis saja. Selain
soal itu pergantian musim juga terasa pada jenis makanan yang kita makan.
Karena pengaruh musim, ada beberapa jenis (bahan) makanan yang hanya tersedia
pada musim tertentu. Atau, ada beberapa jenis makanan yang lebih lezat bila
dimakan pada musim tertentu. Menunggu suatu musim datang bisa pula berarti
menunggu saat untuk bisa makan sesuatu.
Musim
semi ditandai dengan munculnya tunas baru pada tumbuhan. Ada pula sayuran yang
bisa dipanen banyak pada musim semi. Salah satunya adalah nira
(kucai). Nira enak ditumis atau dibuat omelet. Sayuran lain di musim semi, yang
sebenarnya masih dapat dikategorikan sebagai sansai adalah rebung (take no
ko). Rebung bisa dimasak dengan berbagai cara, di antaranya ditanak
bersama nasi (take no ko gohan).
Musim
panas adalah saat di mana sayuran bisa dipanen dalam jumlah besar. Di masa lalu
hampir seluruh jenis sayuran hanya bisa dihasilkan selama musim panas. Musim
semi saat cuaca mulai hangat, orang mulai menanam sayur. Hasilnya baru bisa
dipetik saat musim panas. Karena keterbatasan ini orang Jepang mengembangkan
berbagai metoda untuk mengawetkan atau menam sayur, missal dalam rumah kaca.
Dengan
rumah kaca masa tanam sayuran jadi lebih panjang. Sayuran di Jepang tak banyak
berbeda dengan di Indonesia. Dalam soal keragaman sebenarnya kita lebih kaya.
Yang umum dimakan orang Jepang adalah berbagai jenis sawi, kubis (termasuk sawi
putih), brokoli, dan lain-lain. Juga yang khas Jepang seperti horenzo.
Jadi petani bertani tidak semau gue saja, kebanyakan terkelola agar bisa
memberi income yang menjanjikan.
I.
Anime Terpopuler di Jepang
Anak- anak
Jepang senang baca komik, orang tua juga sering membelikan komik buat cendera
mata (oleh- oleh) buat anaknya. Beda dengan kebiasaan orang kita yang
mana kalau memberi oleh- oleh cenderung dalam bentuk makanan- kue atau makanan atau malah dalam bentuk uang. Tokoh-
tokoh komik Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti Naruto,
Sinchan, One Piece, dan sebetulnya ada puluhan atau mungkin ratusan judul
komik.
Selain komik yang juga
digandrungi oleh anak- anak Jepang juga oleh anak-anak/ remaja Indonesia adalah
anime[7]. Anime Jepang adalah animasi khas jepang yang
dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh
dalam berbagai macam lokasi dan cerita yang ditujukan pada beragam jenis
penonton. Beberapa anime popular yang
digemari anak anak adalah sebagai berikut:
1)
Naruto
Manga
dan anime karya Masashi Kishimoto. Manga Naruto bercerita seputar kehidupan
tokoh utamanya, Naruto Uzumaki, seorang ninja remaja yang berisik, hiperaktif,
dan ambisius; dan petualangannya dalam mewujudkan keinginan untuk mendapatkan
gelar Hokage, ninja terkuat di desanya. Ia termotivasi untuk belajar dan menjadi
kuat dan mempunyai sesuat yang gelap dan jahat yang berada dalam tubuhnya.
“Iblis ekor sembilan” itulah nama kekutan gelap yang berada dalam tubuh naruto.
Kekuatan jahat ini ditangkap oleh seorang kepala desa ketika Naruto masih bayi.
Pemimpinnya adalah ayah Naruto dan kemudian meninggal setelah menyegel kekuatan
tersebut, orang dari desa banyak yang menyalahkan Naruto atas kehilangan ini.
Naruto memulain pencarian terhadap jati dirinya, berharap untuk menjadi
pemimpin rakyat desa tersebut, yang disebut Hokage.
Serial manga yang dikarang oleh Tite Kubo, ia bercerita tentang Ichigo
Kurosaki, seorang pelajar SMA yang memiliki kemampuan untuk melihat roh, dan
juga Rukia Kuchiki, seorang shinigami (dewa kematian) yang pada suatu hari
bertemu dengan Ichigo sewaktu sedang memburu roh jahat yang disebut hollow.
Pada saat Rukia bertarung melawan hollow tersebut, ia terluka dan oleh sebab
itu ia tidak memiliki jalan lain selain memindahkan kekuatan shinigami-nya
kepada Ichigo. Sejak saat inilah petualangan Ichigo dan Rukia dimulai.
3) Afro
Samurai
Dengan suara Samuel L. Jackson, Afro Samurai didasarkan pada novel grafis oleh Takashi Okazaki
dan menceritakan kisah tentang seorang afro samurai hitam
mengenakan berlebihan, yang memutuskan
untuk membalas dendam atas kematian
ayahnya jegomościu misterius yang disebut Hakim. Untuk membalas dendam ini, tentu saja harus menempuh perjalanan yang
panjang, membuat teman dan musuh di sepanjang jalan. Afro Samurai harus
mengatasi banyak musuh-musuh lama dan baru. Juga ingat masa lalu gelap nya.
4) Black
Lagoon
Black Lagoon: The Second Dam adalah cerita berkelanjutan Perusahaan
Lagoon dengan sekelompok tentara bayaran. Anime ini jelas merupakan suatu
koleksi aneh dan menyeramkan jadi hati-hati, ini bukan anime untuk orang –
orang yang penakut.
5) Hellsing
Manga ini adalah karya Kouta Hirano. Hellsing sendiri sebenarnya
merupakan spin-off dari sebuah novel karya Bram Stoker yang berjudul Dracula.
Jika dalam versi Bram Stoker dikisahkan sang Dracula diburu dan mati di tangan
Quincey Morris, maka dalam versi Hellsing Kouta Hirano berusaha menceritakan
mengenai apa yang seandainya akan terjadi apabila Dracula tidak dibunuh
melainkan ditangkap oleh Organisasi Hellsing (van Helsing) dan target-nya
“vampir”. Milenium, sebuah organisasi misterius yang mengkhususkan Nazi dalam
menciptakan vampir buatan.
6) Fullmetal
Alchemist
Adalah sebuah anime dan
manga karya Hiromu Arakawa. Fullmetall
Alchemist. The Elric terdiri
dari dua bersaudara – Edward dan Alphonse Elric – Fullmetal Alchemist membawa
kita ke sebuah fiksi ilmiah yang fantastis di mana perjalanan tercapai mempelajari
semua tentang prinsip-prinsip alkimia dan melihat langsung apa yang terjadi
jika kita tidak mematuhi.
7) MushiShi
Manga serial ini ditulis dan diilustrasikan oleh Yuki Urushibara, menceritakan
tentang makhluk halus yang terdiri dari dan terhubung pada seluruh sumber
kehidupan (Mushi). Setiap keberadaan mereka bisa memicu fenomena supranatural.
Ginko adalah seorang Mushishi, orang yang menyelidiki dan menetralkan efek
tidak baik dari mushi yang menjangkit. Karena Ginko berkelana dari satu kota ke
kota yang lain untuk mempelajari lebih dalam mengenai Mushi tersebut dan
membantu mereka-mereka yang terkenanya, kita jadi tahu takdir apa yang
membawanya pada keadaannya yang sekarang.
8)
One Piece
Sebuah anime dan manga
tentang sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh Monkey D. Luffy yang pergi
mencari harta karun legendaris bernama One
Piece. Luffy menjadi manusia karet yang memiliki kekuatan memanjangkan
tubuhnya setelah secara tak sengaja memakan buah gomu-gomu, salah satu dari
buah iblis. Selama perjalanan luffy banyak bertemu dengan teman baru dan musuh
yang beragam. One Piece
diciptakan oleh Eiichiro Oda.
J.
Menikmati Gaji Pertama
Aku
senang menerima gaji atas jasa kerjaku. Gaji pertama aku kirim buat orang tua
di kampung. Gaji kensu (masa training) aku punya uang ¥. 25.000 aku kirim buat orang tua. Aku ingin ibuku bisa
mencicipinya buat beli makanan- ternyata oleh ibu dibelikan ke bibit coklat. Dengan
alasan fikiran ibu bahwa kalau aku pulang ke Indonesia aku bisa menikmati hasil
panen coklat…ha..ha..ha.
Aku
perlu mengelola keuangan selama tinggal di Jepang. Tahun pertama aku belum bisa
lagi pergi rekreasi- aku pergi rekreasi pada tahun berikutnya. Aku menyediakan
gajiku sebanyak Rp 10 juta buat merasakan indahnya tahun baru di negeri orang.
Biaya naik kereta ke kota lain seperti ke Tokyo, Kobe dan lain-lain aku
habiskan dana sekitar Rp. 4 juta, demikian juga untuk kebutuhan jajan dan
akomodasi.
Bekerja
di perusahaan bukan berarti aku harus berkurung di perusahaan. Bila hari libur
seperti sabtu dan minggu maka nikmati untuk mengitari desa- desa sekitar dengan
sepeda. Sepeda masih merupakan transportasi murah yang dipakai oleh publik
untuk menempuh jarak- jarak yang dekat.
Pengalaman
pertama bersepeda membuat badanku pegal- pegal namun setelah terbiasa badan
terasa segar dan aku menjadi kenal dengan alam sekitar. Bersepeda di musim
dingin- ya terasa dingin, aku perlu pakaian tebal dan memakai sepatu boot. Hanya
mataku saja yang tidak tertutup dan semua tubuh aku bungkus.
Aku
juga berteman dengan orang Jepang seperti dengan Kanako San, Minggumi San, Su
Hea, Onosan, dan lain- lain. Semuanya bekerja di lingkungan kerjaku. Aku juga punya
teman Jepang di luar perusahaan, namanya Saki. Dia menemani aku berlibur ke
Nagano. Aku belajar main snowball dengannya.
Sakisan
kuliah di jurusan Bahasa Inggris dan ia pernah pergi ke Amerika Serikat. Ia
mengirimi aku post- card dari sana-
ia menceritakan sekilas tentang keindahan negara Amerika Serikat. Saki kemudian
jatuh cinta dengan pria satu kampung denganku- dari Batusangkar. Mereka menikah
dan ia sudah pergi ke Lintau Batusangkar. Dulu saat Saki berpacaran dengan
orang kampungku, ia banyak bertanya tentang bagaimana agama Islam dan bagaimana
budaya Sumatera. Saki juga banyak otodidak untuk mengenal Bahasa Indonesia,
mengenal Islam dan budaya Sumatera/ Indonesia.
“Sekarang
mereka berada di Padang. Mengapa Saki kecantol atau jatuh cinta dengan Uda
Dede. Ya gara- gara Saki menulis skripsi tentang tenaga kerja dan ia meminta
Uda Dede sebagai informan (pengalaman Uda Dede sebagai tenaga kerja dari
Indonesia) Ya muncul rasa simpati dan rasa saling mencintai- mereka pacaran dan
ada jodoh….ya menikah. Ia datang ke Lintau/ Batusangkar dan ia bahkan juga
datang ke rumahku di Lintau meski aku saat itu masih di Jepang”.
Saki
pernah bertanya seperti apa dan bagaimana memakai jilbab itu. Maka aku belikan
ia jilbab- bibiku membelikan aku jilbab di Padang dan dikirim lewat pos.
Kemudian aku ajari ia cara memakai jilbab. Saki terlihat cantik memakai jilbab.
Saki orangnya baik dan ia tak banyak cerita- tidak cerewet.
“Saki
berasal dari Ibaraki dan Uda Dede berasal dari Lintau- Batusangkar. Uda Dede
bekerja di perusahaan Jepang sebagai surveyor”.
Temanku
yang bernama Migu San, orangnya sangat baik Ia lebih tua dariku dan aku senpa-
senior- baginya di perusahaan. Kalau aku beri ia pengarahan tentang cara
bekerja, maka ia tidak protes- dia menerima dengan senang hati.
Temanku yang lain
bernama Kanaki. Orangnya berani dan suka beraktivitas. Ia sangat menghargai
orang lain, termasuk aku, meskipun ilmuku sedikit dan bahasa Jepangku masih
belum bagus.
“Saat senggang aku
bincang- bincang tentang kampungku- tentang Sumatera dan Indonesia. Mereka juga
merespon bahwa kalau aku menikah kelak, mereka akan datang untuk ikut
merayakannya. Rata- rata temanku orang Jepang tamatan universitas/ perguruan
tinggi, malah ada yang tamat pasca-sarjana, namun bekerja bareng bersama kami
yang datang dari Indonesia”.
Orang Jepang tidak
punya karakter gengsi-gengsian. Meskipun tamatan pascasarjana atau orang tuanya
kaya maka mereka juga mencari kerja. Malah mereka akan malu kalau tidak bekerja
demi menjaga gengsi atau menunggu kerja yang posisnya serba wah namun tidak
pernah kesampaian.
Aku berfikir bahwa
sebahagian orang kampungku memandan rendah pada profesi petani atau malu
menjadi petani- ya sudahlah ekonomi susah, pendidikan kurang dan malu lagi
untuk bekerja. Orang- orang kampungku (maaf aku mengkeritik) fikiran mereka
sudah tercuci oleh gaya hidup hedonism- ingin hidup mewah, fasilitas serba luks
dan ingin bermanja- manja.
“Dari pada menganggur
dan hidup susah, lebih baik bikin makanan goreng pisang buat dijual. Insyaallah
akan ada yang membeli. Ya dari pada menganggur, memuja muja kemewahan yang tak
mungkin datang tanpa ada usaha. Nah ini yang harus dibuang oleh orang kita, semangat
yang kendor dan rasa malas yang tinggi. Atau bikin masakan yang lain- tidak
masalah untung Rp. 50 ribu per-hari. Aku pernah buka kegiatan jual goreng
singkong antara jam 04.00 sore hingga jam 08.00 malam, ya untungnya lumayan
juga”.
Sementara teman-
temanku orang Jepang dengan wajah cantik- cantik dan terdidik tidak malu
menekuni profesi sebagai petani. Mungkin aku nanti harus berkampanye agar
orang- orang turut mencintai profesi petani- namun petani yang moderennya.
10)
Keselarasan Pendidikan Anak Di Rumah dan di Sekolah
Bagaima strategi orang tua Jepang dalam mendidik anak
hingga rata- rata mereka rajin-rajin. Tapi aku fikir karena yang pertama lewat
menanamkan kebiasaan berdisiplin. Karena disiplin sangat penting dalam hidup.
Itu
aku perhatikan bagaimana anak SD tidak diajar hidup cengeng. Meskipun orangnya
kaya- dan orang Jepang banyak yang kaya- kaya- namun semua anak SD pergi
sekolah berjanan kaki. Atau tidak ada orang tua yang mengantarkan anak mereka
sampai ke gerbang sekolah. Mereka rata- rata berjalan mungkin 1 km atau lebih
dari sekolah.
“Meskipun
dalam musim panas, meskipun dalam musim hujan- mereka membawa payung dan mereka
tetap berjalan ke sekolah. Ini berguna membuat mereka menjadi mandiri dan
memiliki tubuh dan mental yang kuat. Ini mungkin bisa ditiru oleh pendidikan
kita di Indonesia”.
Aku
mengenal bagaimana keadaan rumah orang Jepang dan aku hanya mengenal rumah dan
keluarga Sacho. Sacho yang memiliki perusahaan dan aku kesana saat akhir tahun
dan aku ikut menyaksikan bagaimana mereka membikin mocha- kue pulut berisi
kacang merah. Aku lihat mereka hidup akur- akur saja. Mereka makan bersama-
ngobrol bersama. Mereka terlihat sederhana- berbahasa sederhana- tidak ada
berbahasa emosional atau kasar.
“Aku
melihat Sacho marah pada anaknya yang kecil- kecil lagi berantem, tetapi
marahnya tidak mengomel berkepanjangan. Aku melihat biasa- biasa saja- namun
mereka punya waktu belajar. Tiba waktu belajar ya mereka belajar. Permainan
anak- anak mereka- seperti game lewat computer- permainan itu sudah ada pada
anak- anak kita, namun mereka tidak membuat anak mereka larut dalam permainan”.
Di
Jepang anak anak bersekolah dari Senin sampai Jumat, anak SD pulangnya jam
03.00 sore. Sabtu dan Minggu mereka libur. Pulang sekolah aktivitas anak SD di
rumah ya bermain sepeda yang terlihat dari luar. Namun pergi sekolah berjalan
kaki. Aktivitas mereka yang lain – yang banyak- adalah main game electronic dan membaca. Kalau pergi
kemana- manabareng orang tua anak- anak biasanya membawa game dan juga buku
cerita buat dibaca. Jadwal belajar dan aktivitas lain tentu saja dikendalikan
oleh orang tua mereka.
“Saat
libur mereka harus dulu menyelesaikan tugas- tugas buat ikut membantu di rumah,
merapikan kamar mereka dan tugas dari sekolah- bila selesai mereka baru boleh
main game electronic”.
Anak atasanku bersekolah di salah satu Sekolah Dasar di
daerah Kagagawa acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia,
sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok
nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana
anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan
melihat proses belajar mengajar mereka. Ada satu proses pembelajaran dan
pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat. Terlihat nyata
fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya
“Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak
di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral.
Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana
menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini
sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan
jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau
harta. Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat
aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain
(Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature
& the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group
& Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga
membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa
hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu
memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita
melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan
umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan
orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat
pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak memperoleh kebagian melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC,
menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan
menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak
sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir
tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi. Anak-anak di SD Jepang
tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang
materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara
pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan
masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis
itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua
di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah
tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang
diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam
keseharian sang anak. Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk
digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan adalah, makan siang
itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke
dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka
melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya
melayani orang lain. Aku yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya
nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah
minta dilayani[8].
K.
Agama Orang Jepang
Aku
pernah bertanya tentang agama orang Jepang, agama lamanya adalah Shinto. Shinto[9]
secara harfiah bermakna "jalan/jalur dewa" adalah sebuah agama yang berasal dari Jepang. Dari
masa Restorasi Meiji hingga akhir Perang Dunia
II, Shinto adalah agama resmi di Jepang.
Shinto
sebagai agama asli bangsa Jepang, agama tersebut memiliki sifat yang cukup
unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun
ajaran-ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak
istilah-istilah dalam agama Shinto yang sukar dialih bahasakan dengan tepat ke
dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto sendiri sebenarnya berasal dari bahasa
China yang berarti “jalan para dewa”, “pemujaan para dewa”, “pengajaran para
dewa”, atau “agama para dewa”. Dan nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan
untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa Jepang itu ketika agama
Buddha dan agama konfusius (Tiongkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam
masehi.
Pertumbuhan
dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan
kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu
telah menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari
luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli, dengan
pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya kehidupan spiritual
bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar
senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir
sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau
kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang
spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari
luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama
asli Jepang.
Namun
agama orang Jepang kebanyakan sekarang adalah Budha. Namun juga banyak orang
Jepang yang tidak tahu agamanya apa. Sehingga ada juga mereka yang mempelajari
agama Islam.
Mengapa
Jepang juga disebut dengan negara Matahari Terbit ? Sejak dahulu, Negara Jepang
disebut Nippon, atau Nihon dalam bahasa jepang. Kata Nippon dan Nihon berarti
Negara Matahari Terbit. Nama ini berasal dari utusan resmi negara China, dan
merujuk kepada kedudukan Jepang yang terletak di sebelah timur benua Asia.
Selain itu, Jepang
dijuluki Negara Matahari Terbit juga karena konon negara ini diciptakan oleh
Dewa Matahari dan kaisar Jepang adalah putra Dewa Matahari. Bendera nasionalnya
yang melambangkan matahari terbit juga berasal dari legenda itu. Nah, sebutan
Nippon ini sering digunakan dalam urusan resmi, termasuk nama negara dalam uang
Jepang, perangko, dan pertandingan olahraga internasional, karena itulah
sebutan sebagai Negara Matahari Terbit telah melekat kepada Jepang secara
internasional.
L.
Budaya Malu
Dalam buku karya Ruth
Bennedict[10]—The
Chrysanthemum and the Sword[11],
disebutkan bahwa orang Jepang lebih menganut budaya malu (shame culture);
sedangkan orang-orang Barat lebih menganut paham budaya dosa (sin culture).
Maksudnya ialah, sebelum berbuat, orang Barat mempertimbangkan masalah-masalah
moral sebagaimana yang diajarkan agama.
Pun bagi seorang
muslim, sebelum berbuat, maka ia mempertimbangkan dulu mana perbuatan yang
mendatangkan dosa atau pahala; bermanfaat atau tidak; pantas dan layak atau
tidak; baik dan benar atau tidak; dan norma-norma yang ada. Perasaan demikian
konon tak terdapat pada orang Jepang yang notabene tidak mengenal agama. Orang
Jepang menganggap agama hanyalah budaya saja. Lihat saja, shrine (jinja)
dan temple (tera) lebih banyak berfungsi sebagai objek wisata
ketimbang tempat ibadah. Beberapa diantaranya Kinkakuji dan Kiyomizudera (Kyoto),
Sensoji (Tokyo).
Yang menjadi
pertimbangan orang Jepang sebelum berbuat adalah apakah perbuatan itu akan
menyebabkan ia mendapat malu atau tidak. Tak mengenal rasa dosa. Orang Jepang
(meskipun tidak bisa digeneralisasi) lebih memerhatikan bagaimana anggapan
orang lain kepadanya dari segi sosial. Sebisa mungkin menghindari sikap yang
memalukan (awkward moment).
Usaha untuk
menghidarkan rasa malu tersebut adalah dengan jalan menyesuaikan diri dengan
orang lain—mengikuti mainstream. Melihat tetangganya rajin membersihkan rumah,
maka ia pun ikut rajin. Dia akan malu sendiri jika rumahnya kotor sedangkan
rumah semua tetangganya bersih. Orang Jepang juga lebih memilih untuk
berseragam ketika ke sekolah atau tempat kerja. Para sarariman (salary man—pekerja
kantoran) juga menyamakan pakaiannya dengan rekannya. Karena ia akan malu jika
tidak sama dengan sesamanya.
Ketika berada dalam
lingkungan orang-orang Jepang, seorang gai-jin (orang asing) juga akan
ikut “menganut” paham budaya malu. Malu melanggar peraturan karena merasa
dilihat orang Jepang; malu buang sampah sembarangan karena saat mabuk pun orang
Jepang masih membuang sampah di tempatnya; malu untuk terlambat karena orang
Jepang terkenal tepat waktu; malu kalau tidak mengantri; menjaga suara karena
orang Jepang tidak suka keributan, dsb. Perilaku kita akan ikut terjaga karena
berada dalam lingkungan orang yang juga menjaga perilakunya
M.
Kota Osaka
Kota Osaka itu
sangat bagus, bandaranya di pinggir pantai. Sebagian pantainya di dam dan di
sanalah dibuat landasan pacu pesawat. Di Osaka juga aku lihat tempat pengolahan
sampah- sampah tersebut dipisah- pisah pisah dan diolah lagi.
Osaka[12]
adalah sebuah kota di wilayah Kansai, Jepang. Selain sebagai ibu kota Prefektur
Osaka, kota ini ditetapkan sebagai salah satu Kota Terpilih berdasarkan Undang-Undang
Otonomi Lokal. Osaka adalah kota berpenduduk terbesar nomor tiga
di Jepang setelah Tokyo dan Yokohama.
Kota ini terletak di pulau Honshu, di mulut Sungai Yodo di Teluk Osaka. Osaka adalah
kota terbesar di kawasan Keihanshin sebagai pusat
industri dan pelabuhan untuk daerah metropolitan
Osaka-Kobe-Kyoto. Di
sebelah timur, Osaka bertetangga dengan Kyoto dan Nara, dan di sebelah barat
dengan kota Kobe.
Keihanshin adalah wilayah
metropolitan berpenduduk terbesar nomor dua di Jepang, dan salah
satu wilayah
metropolitan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 18
juta orang,[1]
sekaligus wilayah metropolitan terbesar nomor dua di Jepang berdasarkan PDB dan wilayah metropolitan terbesar nomor tujuh
di dunia.
Osaka merupakan sebuah
metropolis air
yang dikenal dengan sungai-sungainya dan jumlah jembatan
terbanyak di Jepang. Ada dua pusat kota di Osaka, yakni Umeda di sebelah utara,
dan Namba
di sebelah selatan. Kedua pusat kota ini dihubungkan oleh jalan utama yang
bernama Midosuji. Kantor-kantor perdagangan, bank, dan konglomerat Jepang
umumnya terpusat di sekitar Jalan Midosuji. Jalan Midosuji dikenal dengan
pemandangan daun-daun pohon ginkgo yang menguning di musim gugur.
Pada zaman dulu, Osaka
yang dikenal sebagai Naniwa sudah menjadi pintu gerbang perdagangan
internasional sejak sekitar abad ke-5. Pelabuhan Naniwazu merupakan pintu masuk
ke Jepang kuno di periode Tumulus (709 AD) di saat perdagangan dengan Tiongkok
dan semenanjung
Korea mencapai puncaknya. Dari Naniwazu masuk teknologi pembuatan
keramik, pertukangan, dan agama Buddha yang dibawa masuk dari Tiongkok dan Korea.
Sebagai kota pelabuhan,
peran Naniwazu adalah sebagai pusat transportasi. Dari gudang-gudang besar yang
berada di Naniwazu, barang dagangan diangkut melalui sungai Yodo menuju ibu
kota yang pada saat itu berada di Nara dan kemudian dipindah ke Kyoto.
Walaupun tidak
berlangsung lama, Osaka pernah menjadi ibukota Jepang kuno di zaman Naniwa (pertengahan
abad ke-7 sampai pertengahan abad ke-8). Kaisar Nintoku membangun Istana Naniwa
dan menamakan kota tempat istananya sebagai Naniwa no miya (Ibukota
Naniwa). Kejayaan Naniwa dapat dibuktikan dengan ukuran luas makam Kaisar
Nintoku di kota Sakai.
Kekacauan akibat perang
berkelanjutan yang dimulai sejak akhir zaman
Kamakura sampai zaman Istana
Utara dan Selatan membawa kehancuran Naniwa. Pada tahun 1532,
pendeta Buddha yang bernama Rennyo mendirikan kuil Ishiyama Honganji di
lokasi yang sesuai dengan keadaan tanahnya dinamakan Osaka (tanjakan
besar). Penduduk mulai bermukim di lokasi sekitar kuil yang merupakan cikal
bakal sebuah kota yang kemudian dikenal dengan nama Osaka.
Pada tahun 1583, Toyotomi Hideyoshi berhasil menjadi pemersatu
Jepang dan membangun istana yang diberi nama Istana Osaka
di lokasi reruntuhan kuil Osaka Honganji . Pemukiman penduduk di sekitar
Istana Osaka akhirnya meluas menjadi kota pusat ekonomi dan pemerintahan yang
bernama Osaka.
Sesudah meninggalnya
Toyotomi Hideyoshi dan jatuhnya Istana Osaka, shogun Tokugawa
Ieyasu memindahkan pusat pemerintahan Jepang ke Edo. Pemerintahan yang
disebut Keshogunan Edo membangun kembali istana dan
kota Osaka.
Di zaman Edo,
di Osaka dibangun kawasan pergudangan, kanal-kanal, dan jembatan-jembatan yang
mendorong lajunya perdagangan. Pada saat itu, Osaka dikenal sebagai "Dapur
Negeri" (Tenka no Daidokoro) karena Osaka merupakan pusat
distribusi bahan makanan untuk seluruh Jepang. Harga beras untuk seluruh Jepang
dipatok berdasarkan harga beras Pasar Beras Dojima yang ada di Osaka.
Pemerintah Keshogunan
Edo mengutus polisi keshogunan kota Osaka (Osaka-cho Bugyo)
untuk membagi pemukiman penduduk berdasarkan lokasinya: Rukun Utara (Kita-gumi),
Rukun Selatan(Minami-gumi), dan Rukun Temma (Temma-gumi). Rukun
Utara dan Rukun Selatan berada di distrik yang sekarang disebut Chuo-ku
sedangkan Rukun Tenmangu berada di sekitar kuil Osaka
Temmangu yang terletak di distrik Kita-ku. Pada saat itu, Osaka
disebut dengan nama Osaka san-go (tiga distrik Osaka) karena merupakan
gabungan dari tiga rukun penduduk.
Sesudah Restorasi
Meiji (1868) selesai, pemerintahan Meiji membentuk Prefektur
Osaka yang terdiri dari kota Osaka san-go dan wilayah yang
ada di sekelilingnya. Nama kota juga dikembalikan seperti semula, menjadi Osaka
tanpa akhiran "san-go," dan penggantian huruf kanji untuk kata
"saka" yang digunakan untuk menulis kata Osaka. Berdasarkan peraturan
pembagian wilayah Gun-ku-cho-son, kota Osaka kemudian dibagi menjadi 4
distrik: Kita-ku, Higashi-ku, Nishi-ku, dan Minami-ku.
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/JLPT
[3]
http://www.tabloidbintang.com/gaya-hidup/psikologi/17828-4-cara-beradaptasi-dengan-lingkungan-kerja-baru.html
[4]
http://wolio-molagi.blogspot.com/2012/12/jokowi-dan-gaya-kepemimpinan-genchi.html
[5]
http://newindonesiaonline.wordpress.com/2011/08/20/manga-no-shimbun-meningkatkan-minat-baca-anak-jepang/
[6]
http://www.margoyosoupdate.com/2012/09/membuat-pupuk-organik-dochakukin-takajo.html
[8]
http://azgi.blogspot.com/2013/02/sharing-sistem-pendidikan-di-jepang.html
[9]
http://id.wikipedia.org/wiki/Shinto
[10]
http://rizaldp.wordpress.com/2012/11/04/budaya-malu-orang-jepang/
[11] Ruth
Bennedict.2005. The chrysanthemum and the sword, New York: Houghton Mifflin
Company.
[12]
http://id.wikipedia.org/wiki/Osaka