Goodbye Sydney Wah Aku Sedih
By:
Marjohan
Usman
Guru
SMAN 3 Batusangkar, West Sumatra Indonesia
phone:
085264340180
1. Negaranya nyaman
tetapi biaya hidup mahal
Kami masih memiliki sisa waktu untuk
mengukir sisa kenangan musim seni di kota Melbourne. Pohon- pohon yang
meranggas sudah mulai menghijau ditumbuhi oleh pucuk-pucuk daun muda. Bis
pesiar berhenti dan kami semua masuk ke dalam restoran Delima- sebuah restoran
Indonesia di jantung kota Sydney.
Ini adalah restoran halal. aku
membaca sertifikat halal yang dikeluarkan oleh badan Islam Sydney. Sertifikat
halal meliputi dalam penyiapan, penyimpanan dan penyajiannya. Batas sertifikat
halal ada batasnya, mungkin per satu tahun atau per dua tahun dan berakhir per
akhir tahun- yaitu 31 Desember.
Ini adalah sarapan pagi
terakhirkami. Aku sedih meninggalkan Sydney, aku masih merasa sangat senang
disini. Namun terbang kembali ke Indonesia untuk bisa merasakan hangatnya iklim
negeri kita dan merasakan kehangatan bersama sanak saudara di kampung
sendiri.
Secara umum pengalaman yang aku rasa
di negara ini, bahwa semua system telah berjalan dengan tertib. Lalu lintas
sangat terarur dan nyaman. Australiajuga cukup terasa aman. Beberapa hari lalu,
HP teman tertinggal di restoran dan masih bisakami jumpai lagi. Namun kehidupan
kota- kota di Australia terasa sangat mahal.
Memang bahwa Australia adalah negara yang nyaman tetapi kemahalan. Menurut survey PBB (United
Nations) mengenai negara-negara dan kualitas hidup di dunia, Australia berada di urutan ke 2 setelah Norwegia.
Bertahun-tahun, Australia selalu menempati posisi tinggi dalam survey ini.
Sebagai patokan, Indonesia berada di urutan 108 di dunia. Survey ini
didasarkan pada jenjang umur penduduk, kesehatan, rata-rata pendapatan, tingkat
pendidikan, kebebasan politik, persamaan hak penduduk.
Orang orang
yang telah lama tinggal di Sydney, Australia, misalnya- merasakan hal yang
demikian. Menurutku, memang negara ini sangat nyaman, bersih, dan aman. Gaji
yang ditawarkan memang sangat tinggi, lebih tinggi dari gaji di London dulu. Pekerja
sebagai pelayan restoran sambil kuliah dulu, tarif 1 jam-nya 18 Dollar, belum
termasuk tip. Sebagai gambaran, upah minimum di London per jam-nya 5.75 Pound
(8 Dollar Australia). Namun seiring dengan standar gaji di Australia
yang tinggi, biaya hidup di Australia, khususnya Sydney dan Melbourne juga
lebih tinggi.
Beberapa
waktu terakhir, Dollar Australia terus menanjak harganya. Dari sekitar beberapa
tahun lalu, yang kita ingat harga 1 Dollar Australia = 7000 Rupiah, sekarang
sudah di atas Dollar Amerika. Memang ini saat yang tepat untuk memiliki gaji
dalam Dollar Australia. Namun perkembangan ekonomi yang terlampau cepat juga
akan memiliki dampak negatif ke depannya. Misalnya ekspor yang berkurang,
karena mahalnya produk dari Australia sehubungan dengan tingginya nilai tukar
Dollar. Di Sydney, makan siang paling tidak akan menghabiskan 10 Dollar- ini
sudah tergolong murah.
Salah satu
sebab harga-harga yang mahal di Australia adalah kurangnya kompetisi.
Supermarket di Australia hanya 2 yang ukurannya paling besar, Woolworth dan
Coles. Praktis merekalah yang menguasai dan mengatur harga pasaran. Merk-merk
baju di Australia, rata-rata hanyalah produk lokal. Misalnya Country Road, atau
beberapa merek lain.
Untuk tiket
pesawat, di Eropa kita bisa memilih pesawat-pesawat low budget seperti EasyJet
dan Ryan Air. Tidak jarang para pelancong
membeli tiket pesawat seharga 5-30 Pound, untuk mencapai kota di negara
lain. Dari informasi harga tiket, kita lihat bahwa kita bisa membeli tiket
Oslo-London seharga 5 Pound. Di Australia, tiket pesawat dari Sydney ke Melbourne
dengan pesawat low budget seperti Tiger Airways dan Jetstar, paling murah 100
Dollar. Ada seseorang yang baru pulang
dari San Francisco untuk training pekerjaan selama seminggu. Dia membawa 1
koper kosong dari sini, dan sepulang dari sana koper ini terisi penuh barang
belanjaan. Biaya hidup di Amerika sudah tergolong murah untuk ukuran orang Australia.
Bila kita makan di restoran di San Francisco, harganya bisa hanya sepertiga
sampai setengah harga makanan di Sydney.
2. Sholat di
Kaki Sydney Tower
Aku tidak mau membuang-buang waktu
selama berada di Sydney. Aku ingin selalu mencari-cari pengalaman baru dan juga
membuat pengalaman baru. Sebagaimana kemaren dalam acara terakhir di kota
Sydney. Bis wisata men-drop kami di kaki Sydney tower persis disamping Plaza
Meiyer dan di bawah jalur monorail. Mono rail ini sudah lama tidak difungsikan,
kemungkin karena penumpangnya sedikit, jadi tidak efektif buat dimanfaatkan.
Dari kejauhan menara Sydney terlihat
megah dan menjulang tinggi. Namun dari kaki menara ini kami tidak seperti
berada di bawah menara. Ternyata di kaki menara ini adalah komplek plaza modern
yaitu pusat pertokoan tentu saja harga barang- barang cukup mahal di sini.
Kami tidak mungkin bisa berbelanja,
karena harus mengehemat uang. Yang bisa kami lakukan adalah cuci mata. Melihat-
lihat kegiatan toko yang semuanya banting harga. Disana sini aku melihat
tawaran potong harga 20 % off, 50 % off
hingga 60 % off. Maksudnya yaitu: 20 % sikat, 50 % sikat atau 60 %
sikat.
Setelah kami hitung-hitung ke dalam
konversi Rupiah tetap saja harganya terasa cukup mahal. Apalagi kalau kami
bandingkan dengan harga komoditas yang cukup banyak di pasar Tanah Abang. Wah
jauh murah harga komoditas dalam negeri kita. Itulah yang membuat aku sering
berucap: I love you Indonesia.
Kami punya waktu lebih kurang 3 jam
buat cuci mata. Alfi Rokhana salah seorang teman wanita anggota rombongan juga
bergabung dengan grup cowok. Dia kemudian jepret sana sini pada moment yang
menarik matanya.
“Alfi Rokhana, kamu cuma jepret itu
dan jepret ini tanpa ada kamu dalamnya. Itu percuma saja. Itu tidak ada sweet
memory buat orang-orang di kampung kamu. Ayo kamu berdiri disana, biar saya
jepret kamu sepuas-puasnya”.
Tentu saja Alfi Rokhana menjadi amat
senang. Dia aku suruh berdiri dan membuat pose seperti pose berfoto para ABG-
anak baru gede. Kadang-kadang ia mengangkat kedua tangannya, kadang- kadang ia
mengacungkan dua jari membentuk huruf V- atau victory. Kadang-kadang ia berdiri
dan menekuk sebelah kaki.
Kami naik lift dan juga turun lift.
Kami akhirnya mencapai ke lantai atau level 4. Di komplek pertokoan itu ada
hingga level 6 dan setelah itu ada tangga menuju puncak tower dengan ketinggian
lebih dari 300 meter. Dari sana kita akan dapat melihat view kota Sydney yang amat
menakjubkan.
Kami ingin naik lift menuju puncak tower. Namun kami batal karena
terkendala oleh mahalnya bayaran ke sana. Lagi- lagi karena alasan klasik-
cadangan dollar kami sudah menipis hanya tinggal beberapa keeping lagi. Mungkin
kami masih butuh sisa uang dollar buat membeli souvenir kota Sydney buat
orang-orang yang kami cinta di tanah air. Meskipun barang yang bakal kami beli
ada di tanah air, namun yang membuat berbeda adalah karena merek Sydney-nya.
Kami berkeliling-keling dan sempat berjumpa dengan petugas buat masuk
kedalam resto Sydney- menuju Sydney tower. Buat masuk kesana musti melalui
screening door dan metal detector. Petugasnya terlihat ramah dan ujung-ujungnya
lebih enak bagi kami mengajaknya foto bareng. Itu bisa kami jadi sebagai sweet
memory dan bahan cerita di tanah air. Itupun berarti kami sudah sampai di
pinggang menara.
Kami kemudian memutuskan buat jalan-jalan- berkeliling. Imron selalu
ngobrol dengan kami dalam bahasa Jawa yang aku sendiri juga separoh mengerti-
suaranya sedikit lantang hingga memecah kesunyian. Volume suaranya mengalahkan
volume suara pengunjung yang lain yang juga ngobrol dalam bahasa bangsa mereka.
Entah Imron, entah Slamet, mereka mengusulkan agar kami bisa mencari
tempat buat sholat. Soalnya kami belum sholat zhuhur dan sekarang waktu sholat
ashar juga sudah jauh berlalu. Aku merasa amat senang dan juga merasa bersyukur
punya grup yang cukup taat pada Allah Swt. Walau kami jauh di negeri Kangguru,
tidak berjumpa dengan mesjid atau musholla maka sholat wajib selalu dilakukan.
Dingin membuat kami selalu mencari- cari lokasi toilet. Pada salah satu
gang menuju toilet kami melihat balai-balai, wah ada teriakan dari belakang.
“Yuuk kawan- kawan kita sholat di sini saja. Sekarang kan sudah pukul
3.30 sore. Kita belum sholat zuhur dan sholat ashar juga belum. Kita berwudhuk
saja di sini. Kita semua kan orang musyafir”.
Kami kemudian berwudhlu hanya pada wash tube saja. Kami terpaksa membawa
kaki lebih tinggi untuk dibasuh. Kadang- kadang kami separoh rebutan dengan
bule yang mau cuci tangan. Setelah itu kami sholat di atas balai- balai. Kami
hanya sholat sambil duduk. Masing- masing sholat 2 rakaat, kami melakukan jamak
dan qashar waktu zuhur dan ashar.
Bule-bule berjalan lalu lalang di samping kami. Sekali sekali mereka
mengitip kami sholat lewat sudut mata mereka. Aku yakin bahwa mereka berfikir
bahwa kami sedang yoga…karena gerak sholat kami sangat terbatas. Tidak…, ini
tidak yoga, ini adalah sholat dalam keadaan darurat.
Kami masih mempunyai waktu satu jam tersisa. Berdasar kesepakatan bahwa
satu jam lagi bis wisata akan datang buat menjemput kami. Kami semua memutuskan
untuk keluar komplek Sydney tower. Kami berjalan menuju pusat keramaian. Woow
ada lantunan lagu dari penyanyi jalanan. Ternyata benar bahwa pertunjukan musik
gratis oleh seorang anak muda dengan tubuh tinggi sekitar 185 cm dan wajah
tampan. Ia ternyata penyanyi dan pemusik yang berbakat.
Ternyata ia lagi memperkenalkan albumnya. Beberapa orang, terutama para
wanita yang simpati dengan suara dan wajahnya segera membeli kepingan CD nya
yang berisi lagu-lagu atau musik klip ciptaanya. Gadis-gadis lain, mungkin para
siswi Secondary School juga mendekat dan membeli kepingan CD-nya, kemudian
sebagai kenangan juga foto bareng dengannya. Gadis-gadis tersebut mengagumi
suaranya dan juga penampilannya yang tinggi gagah.
Sore semakin gelap. Sopir kami belum juga datang buat menjemput. Aku
masih memperhatikan aktivitas pemusik jalanan tersebut. Sementara teman-
temanku yang lain duduk atau nongkrong di tempat lain buat menunggu bis.
“Ohh, tampaknya pemusik jalanan itu sudah mau tutup. Hari makin larut dan
cuaca berubah lebih dingin. Ia melepaskan kabel-kabel sound system. Kemudian
ada satu CD-nya bersisa. Ia sengaja meninggalkan CD tersebut pada pinggir trotoar.
Mungkin tanggung buat dibawa pulang, tetapi CD-nya masih bagus”. Aku penasaran
dan aku mendekati artis jalanan tersebut. Aku berniat membeli separoh harga dan
aku bertanya:
“Why do you toss that one. Let me
buy it ?”
“ No,…just take it” Katanya.
“Oke, good idea” Responku. Ya
segera aku pungut CD itu tanpa memperhatikan orang-orang disekitar kami. Di
sore itu ada ratusan orang duduk dan rileks menikmati suasana sore yang nyaman.
Namun di Sydney ini aku tidak perlu merasa risih atau malu.
Aku jadikan CD itu sebagai souvenir. Kebetulan saat itu dekatku ada Alfi
Rokhana dan aku ingin foto bareng dengan pemusik yang punya nama beken “JMF
atau Jack Man Friday”. Alfi memotret kami, namun kualitasnya tidak begitu
bagus. Aku menghampiri Jack lagi.
“Hi Jack, look the photo quality is
not nice. Let’s have re-photo !”
“oke let me take for both of us”. Aku berikan tabletku padanya dan ia mengatur
fitur auto photo direction dan kami photo barengan. Ya hasilnya bagus sekali.
Aku akan mengupload photo tersebut padaFacebook-ku.
Aku janji akan mengkonek facebooknya dan kami akan berteman. Inilah salah
satu kisah nyata tentang Kackman Friday. Seorang pemuda berbakat musik dan
lagu. Menciptakan lagu dan mengemasnya kedalam CD dan kemudian menjualnya ke
pada publik secara konvensional.
Dalam waktu singkat kami segera berpisah. Jack menyalami aku dan aku
bergabing dengan grup kembali ke bis wista yang sudah datang. Aku melangkah
sambil mengagumi CD yang baru saja aku peroleh. Pada kovernya tertera ada 4
lagu popular yaitu seperti: You and I, Run Away, Take Aim dan Straight and
Narrow. Thanks for your kindness Jackmanfriday, see you in Facebook !!!
Kami merasa sangat bahagia di sore itu namun kami malas ngobrol karena
sudah terlalu kelelahan gara-gara tour yang amat padat. Sebentar kemudian kami
kembali diturunkan di depan hotel Mercure. Ini adalah saat yang terakhir kami
di Sydney. Nanti usai makan malam kami semua berkemas kemas buat cekout dari
hotel dan mau terbang lagi ketanah air.
3. Serius Aku
menjadi malu !!
Aku tahu bahwa harga buku cukup
murah di Australia karena harga penerbitan disubsini oleh pemerintah. Buktinya
saja koran-koran dan tabloid yang ada ditempat publik boleh diambil secara
gratis. Ini bisa dibuktikan di bandara dan di hotel. Aku amat senang dengan bacaan,
sebelumnya aku sering dikirimi oleh-oleh dalam bentuk buku yang banyak oleh
Craig Pentland dari Perth, Australia Barat.
“Oh iya buku buku di Australia
harganya cukup murah”. Saat sampai di bandaraSydney dan juga di bandara Melbourne kami melewati
lorong lorong dalam terminal. Kami berjalan di samping blok penjualan buku. Aku
merasa ngiler tiap kali melihat buku karena sejak berusia remaja aku sudah
terbiasa melahap berbagai jenis buku seperti biografi, psikologi, religious,
filosofy, dll. Aku melihat tawaran harga dengan tulisan angka “3 for 4” atau 4 for 5”, namun saat itu aku belum paham maksudnya. Aku sedikit
bisa menterjemahkan maksudnya.
“Wah..buku-buku murah banget !!!,
yang itu 3 buku hanya 4 dollar dan yang ini 4 buku hanya 5 dollar. Aku bisa
borong yang banyak buat oleh- oleh dan bisa disumbang padaperpustakaan”
Kami berada di bandara Sydney dan
langkah teman-teman begitu cepat sehingga aku tidak bisa melihat lihat buku di
permulaan gang terminal ini. meskipun Sydney dan Melbourne adalah kota besar
namun di sini juga ada item-item yang dijual murah. Kemaren kami beli barang
barang berkualitasbagus di Paddys Market-
yapasar murah ala Australia. Kami menikmati shopping murah di pasar murah ini. semua
pedagang di komplek ini berwajah Asia, mereka mungkin keturunan Vietnam,
Thailand, Bangladesh, India, Srilanka, dll.
“Have alook, chep prize…lihat lihat
barang murah….ada yang 3 for 5, ada yang 4 for 5”. Seorang pedagang perempuan
menggodakami. Kami boleh mengambil 3 items dengan harga 5 dollar. Item jenis
lain 4 keping dengan harga 5 dollar. Wow murah banget dan aku tergoda untuk
membeli peci, gantungan kunci, pulpem dan juga baju kaos. Semua sebagai cendera
mata buat teman di tanah air.
Ternyata cendra mata yang aku beli di Paddys
Market di kotaMelbourne masih kurang. Kemaren aku masih memberi item yang
lain di Paddys Market di kota ini-
Sydney. Nama toko atau komplek pertokoannya sama yaitu “Paddys Market”.
Pagi ini aku sangat gembira di terminal bandara Sydney ini. aku melihat
pajangan buku buku bagus dengan tawaran harga “3 for 5 dan ada juga 4 for
5”. Wah aku kan masih punya uang 15 dollars. Aku bahkan ingin membeli
belasan buku bagus.
Aku langsung memilih beberapa biji buku bagus dan segeramembawanya ke
counter. Dibelakangku ada Sumarno, guru asal Medan dan orangnya juga termasuk
hobby baca seperti aku. Tapi dia hanya dengar- dengar saja. Aku mulai tawar
menawar. Aku menyerahkan semua buku- buku dan menyerahkan uang $ 15.
Petugas counter bengong dengan uang yang aku berikan hanya $ 15. Agaknya
timbul misunderstanding (salah pengertian) dan juga miscommunication (salah
komunikasi) antara kami. Hingga petugas itu bertanya:
“Do you have credit card ?”
“Yes I have but it is not for
dollar currency, it is credit card of Bang Rakyat Indonesia”. Aku
menjelaskan pada petugas counter dalam kebingungan dan aku juga kebingungan”.
“Mengapa sampeyen kok bengong, kan sampeyen guru Bahasa Inggris ?” Tanya
Sumarno padaku.
“Saya baca tulisannya 3 for 5, itu berarti beli 3 dengan harga $ 5”.
Kataku menjelaskan pada Sumarno.
“ Haaa..haa, 3 for 5 maksudnya, sampeyen beli 3 buku akan dikasih gratis 2
buku, jadi semuanya 5 buku. 4 for 5, maksudnya beli 4 buku, dapat gratisan 1
buku. Haaa…haaa, berapa TOEFL sampeyen….550 cukup tinggi bukan., tetapi tidak
terbukti disini.
“ Oh I Am very sorry for
misunderstanding, sorry….!!!” Aku menyesal dan maluuuu, sementara Sumarno
terbahak bahak atas kebegokan aku. Kami melangkah meninggalkan counter dan
bergabung dengan teman- teman dan juga penumpang lain yang sudah bersiap- siap
untuk boarding untuk penerbangan Sydney- Jakarta di gate 08 siang itu.
Sumarno tidak bisa menahan rasa geli hatinya. Ia membongkar rahasiaku ke
teman teman lain. Aku tidak bisamarah, kecuali ikut tertawa. Kami masih
terbahak- bahak hingga kami melangkah menuju boarding process. Good bye Sydney…goodbye Australia.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Hajar. (2012). Jawara Untuk Kreativitas dan Inovasi Pembelajaran (dalam buku
Menebar
Ispirasi Melalui
Prestasi: Pengalaman Terbaik Guru SMA dan SMK Berprestasi Nasional). Jakarta:
Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K.
Amat
Jaedun (2011). Benchmarking Standard Mutu Pendidikan- Makalah Seminar Nasional.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Herfen
Suryati. (2012). Sukses Pembelajaran Kooperatif Jigsaw (dalam buku Menebar
Ispirasi
Melalui
Prestasi: Pengalaman Terbaik Guru SMA dan SMK Berprestasi Nasional). Jakarta:
Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K.
Nikmah
Nurbaity. (2012). Memberdayakan Dengan Partisipasi Dan Potensi (dalam buku
“Penjaga Mutu
Sekolah: Pengalaman Terbaik Kepala SMA Berprestasi Nasional). Jakarta:
Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K.
Garuda
Indonesia Colour, September 2013. Jakarta: PT. Garuda Indonesia.
Katheryne
Shine (2013) Talking and reading with your kids, dalam surat kabar-koran The
Australian, monday, September 16, 2013.
Melbourne: The Australian.
Nurhadi
(2012). Berawal dari Gurdasus, Hingga Guru Berprestasi (dalam majalah PTK
DIKMEN- Media
Informasi dan Komunikasi PTK Pendidikan Menengah). Jakarta: Direktorat PTK
Dikmen, Kementrian P dan K.
Oz-Indo,
Monthly Indonesian Magazine. Po Box 682. Rosebery -New South Wales
Rick
Morton (2013). The Children of Yakanarra Community, dalam surat kabarThe
Australian,
monday, September 16, 2013. Melbourne:
The Australian.