Orang
Asia Timur Dalam Buku John Naisbitt
Saat
saya menjadi mahasiswa lebih dari 25 tahun yang lalu saya sempat membaca profil
John Naisbitt (1995) pada sebuah koran nasional. Ia adalah seorang penulis
hebat dari Amerika Serikat- berskala internasional. Ia juga berprofesi sebagai public speaker khusus untuk bidang future studies. Ia telah menulis buku yang cukup fenomena dan
menjadi best seller, karena
diterjemahkan/ diterbitkan ke dalam 57 negara dan terjual sekitar 14 juta copy.
Saya
akhirnya bisa menemukan bukunya 28 tahun kemudian. Uraian opininya sangat
menarik dan saya tenggelam dalam semua opininya yang sangat mencerahkan. Buku
fenomena tersebut, dalam versi bahasa Indonesia berjudul: Mega Trends Asia: Delapan Megatrend Asia Yang Mengubah Dunia. Saya
menyukai profil John Naisbitt dan sebuah quotation-nya
yang selalu diingat orang adalah “kita tenggelam dalam informasi namun
kelaparan dengan ilmu pengetahuan”.
Dalam
bukunya dipaparkan bahwa Asia telah menjadi dominan untuk bidang ekonomi,
politik, dan budaya. Inilah yang disebut
sebagai fenomena renaisans Asia atau kebangkitan Asia. Pertumbuhan ekonomi yang
pesat terjadi pada negara-negara diseputar pesisir Asia Timur hingga ke Asia
Selatan. Negara-negara tersebut meliputi Korea Selatan, Taiwan, Jepang,
Hongkong, Cina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Philipina, Indonesia
dan India.
Keutuhan
keluarga di negara-negara tersebut secara umum masih lebih terwujud. Di negara-negara
ini keluarga menjamin kesejahteraan sendiri, tanggung jawab pribadi sangat
ditekankan. Masyarakat di negara-negara tadi menghidupkan nilai-nilai keluarga.
Mereka juga mewujudkan swasembada- mencukupi kebutuhan sendiri- serta prinsip
kemandirian. Keutuhan perkawinan di Asia masih lebih bagus, anak-anak yang
lahir di luar ikatan perkawinan di Amerika Serikat (mungkin juga di Eropa)
mencapai 30%, dan di Malaysia, sebagai contoh, hanya 2% saja.
John
Naisbitt juga mengatakan bahwa yang menyebabkan membusuk atau punah/ hancurnya
kultur Eropa adalah karena hancurnya keutuhan keluarga-keluarga mereka. Di sana
terjadi pergaulan yang sangat bebas sehingga membuat perkawinan rapuh dan
perceraian meningkat. Kemudian angka kelahiran di luar nikah juga meningkat,
meningkatnya populasi anak dengan orang tua tunggal, dan menolak menikah.
Pembusukan/
pelemahan lembaga rumahtangga menyebabkan pembusukan/ pelemahan eksistensi
sosial. Menyebabkan melemahnya etos kerja, meningkatnya konsumsi hedonisme,
ekses dari individualisme, agitasi atas partisipasi dalam pemerintah. Gaya
hidup hedonisme juga memberi efek pada kekosongan rohani.
Ada
istilah penduduk Cina pribumi dan penduduk Cina perantauan (Cina migran). Orang
Cina yang berada di luar Republik Tionkok tentu disebut sebagai Cina Migran. Mmaka
karakter Cina Migran (perantauan) jauh lebih agresif (bersemangat) dalam
menggeluti perekonomian. Sebenarnya prilaku bisnis Cina perantauan sama agresif
dengan negara Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan Hongkong. Cina perantauan
menguasai 10 bursa saham Asia, yaitu: Seoul, Taipei, Sanghai, Shenzhen,
Hongkong, Bangkok, Kuala Lumpur, Singapura, Jakarta dan Manila. Cina perantauan
mendominasi perdagangan dan investor di negara-negara tersebut.
Cina
perantauan tinggal dan menjadi warga negara baru di luar Tiongkok (seperti di
Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Hongkong, Cina, Thailand, Vietnam, Malaysia,
Singapura, Philipina, Indonesia dan India) mereka adalah sebagai warga negara
minoritas, namun mereka aktif sehingga sangat menguasai perekonomian. Di
Indonesia keturunan Cina menguasai 70 % ekonomi negara, di Thailand 60 %, dan
di Philipina juga 70 %.
Orang
Cina punya ungkapan- utamanya Cina perantauan yang memiliki jiwa wirausaha-
bahwa “tidak ada prospek kehidupan bila kita bekerja untuk orang lain”. Maka
orang Cina ingin menjadi pusat bisnis dan menjadi bos dari usahanya sendiri.
Jadinya mereka cukup proaktif, agresif, berani mengambil resiko dan giat
berusaha. Mereka juga diajari oleh orangtua untuk selalu rendah hati dan tidak
boleh pamer harta/ pamer kekayaan. Juga mereka tidak boleh berbicara buruk
tentang orang lain.
Jepang
adalah negara teknologi terkemuka di Asia, dahulu ia menguasai pasar Asia,
namun sekarang digantikan oeh negara Asia Timur. Figur utamanya adalah Cina
perantauan (Cina Immigran). Kini investor negara Asean bukan lagi Amerika
Serikat dan Jepang, tetapi negara-negara Asia Timur.
Keturunan
Cina di negara baru selalu menjadi kaum minoritas, apakah itu di Indonesia,
Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea selatan, atau sekalipun di Jepang. Beda
karakter keturunan Cina dengan orang pribumi di Indonesia, itu bisa kita
analisa.
Saya sempat
melihat way of life warga keturunan
Cina lebih dekat di Sumatra Barat. Apa- apa saja keutamaan karakter Cina yang
menunjang kemajuan wirausahanya ? Ada beberapa poin, yaitu:
1).
Orang Cina gemar menabung dan berinvestasi. Kalau dapat rezki langsung mereka
tabung, kalau perlu hingga 75 %- 80 %, kemudian mereka beradaptasi/ berhemat
untuk hidup dengan sisa uang yang tinggal 25 %.
2).
Orang Cina tidak suka pamer harta lewat penampilan. Di kampung Cina di Padang
dan juga di Payakumbuh, rumah orang Cina tampak dari luar cukup bersahaja.
mereka tidak gengsi- gengsian dan mereka jarang memakai baju mahal dan perhisan
mewah, kecuali pada hari raya mereka.
3).
Dalam membeli kebutuhan, orang Cina lebih suka membeli secara tunai dan tidak
suka dengan kredit. Mereka menabung untuk bisa membeli secara tunai.
4).
Saat saya berada di Asian Market di Melbourne, yang banyak pembelinya adalah
yang bermata sipit atau orang Cina. Maksud yang saya tangkap bahwa mereka lebih
suka masak sendiri dari membeli makan siap saji, atau mereka lebih suka
produksi sendiri atau membuka warung sendiri.
5).
Orang Cina adalah pekerja keras dengan semangat yang tinggi, malah kalau ada
kesempatan buat lembur (part time job)
mereka lebih suka lembur buat cari uang, jadinya orang Cina tidak suka
bermalas-malas.
6).
Orang Cina rajin cari kerja sambilan, paling kurang kerja online atau memberi les. Di Payakumbuh saya melihat ada les bikin
kue dan les menjahit yang dilakoni oleh keturunan Cina.
7).
Orang Cina punya etos kerja yang tinggi. Saya beberapa kali mampir ke dealer
resmi sepeda motor di Padang yang bosnya berwajah Cina. Di sana juga ada pekerja
berusia muda keturunan Cina dan mereka terlihat punya etos kerja yang tinggi
jadinya, pekerjaan yang diberikan cepat selesai dan dikerjakan dengan sempurna.
Akhirnya mereka lebih disukai oleh bos.
8).
Orang Cina tidak begitu suka asal beli barang untuk membuat sumpek ruangan
rumah, mereka lebih mementingkan manfaat dan bukan asal gengsi-gengsian, tidak
mau berlomba membeli barang dengan tetangga hanya untuk sekedar pamer.
Tulisan
saya di atas bukan bertujuan untuk memuji-muji kelebihan Orang Cina, itu cuma
tinjauan karakter positif bagi mereka yang punya etos kerja tinggi. Tentu saja
tidak semua orang Cina yang begitu, saat saya kecil saya juga melihat ada orang
Cina yang kerjanya luntang-lantung, tidak punya kerjaan yang jelas. Di Malaka
saya sempat berjumpa dengan warga Malaysia keturunan Cina yang kerjanya adalah
menjaga toilet. Jadi semua orang sama saja, begitu juga dengan orang Cina, yang
punya mind-set (pola berpikir) yang tidak
berkembang hingga susah dapat kerja.
Namun di balik
itu di tanah air ini juga ada 4 suku bangsa yang cukup punya peran dalam
perekonomian bangsa, yaitu suku Minang, suku Jawa, suku Bugis dan suku Batak.
John Naisbitt hanya memandang perantau Cina secara global. Berikut sedikit
profil wirausaha 4 suku yang punya peran dalam perekonomian tanah air.
a). Suku Minang,
kelebihan suku ini dalam bidang wirausaha didukung oleh filsafat yang mereka
anut, yaitu antara lain:
1- Adat bersandi
syara’, syara’ bersandi kitabullah, ini berarti suku Minang punya
pegangan hidup dalam bidang agama.
2- Alam takambang jadi guru (alam
terbentang jadikan guru), ini berarti suku Minang
suka melakukan perubahan meniru hal-hal
inovatif dari lingkungan.
3- Dimana bumi
diinjak disana langit dijunjung (dima
bumi dipijak disinan langik
dijujuang),
filsafat ini menandakan suku Minang suka menyesuaikan diri
(beradaptasi) dengan lingkungan sosial yang
baru.
4- Belajar pada
yang menang mengambil hikmah atas kegagalan (baraja ka nan
manang-
mancotoh ka nan sudah), filsafat ini
menajarkan mereka suka untuk
meniru kiat sukses dari orang sukses.
5- Tiada rotan
akarpun jadi (indak ado rotan aka pun
jadi), menunjukan suku Minang
punya semangat pantang menyerah.
6- Terkurung
biar di luar, terhimpit biar di atas (takuruang
nak di lua, taimpik nak di
ateh),
menunjukan orang Minang berjiwa kreatif.
b). Suku Jawa,
adalah termasuk suku terbesar di tanah air dan juga punya peranan
dalam perekonomian negara. Ini didukung oleh
karakter orang Jawa seperti:
1- Senang
merantau
2- Cepat dan
mudah menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungan sosial yang
baru.
3- Mereka
berjiwa ulet dan pekerja keras.
4- Nrimo atau menerima apa adanya, tidak
gengsi-gengsian dan juga tidak pilih-pilih
pekerjaan.
5- Oranng Jawa
suka sungkan atau menyimpan perasaan dan dan tak suka
menyakiti perasaan orang.
6- Selalu akur
dengan sesama perantau.
7- Orang Jawa
kurang suka mengeluh dan juga tidak suka protes secara frontal.
8- Sama dengan
karakter Cina, maksudnya orang Jawa juga suka menabung.
9- Orang Jawa
bersikap ramah, sopan sehingga mudah hidup berdampingan dengan
siapapun.
10- Orang jawa
tidak suka dengan jiwa premanisme.
c). Suku Bugis,
adalah suku yang berasal dari Sulawesi. Orang Bugis bisa maju
karena mereka punya filsafat seperti:
1- Meminimalkan
modal, memaksimal untung, kalau mereka menimba ilmu-mencari
ilmu yang tinggi, mencari rezki dan mencari
karir, mereka usahakan semaksimal
mungkin.
2-Niat teguh,
tekad bulat, jadinya mereka punya semangat yang membara dan juga
harus kokoh, kokoh dan kekeh, mereka tidak
mau mundur.
3- Orang Bugis
mampu bersosialisasi, tidak suka merasa sok hebat- sok jago dan
bertindak sesuka hati.
d). Suku Batak,
adalah suku dari Sumatra Utara (dan semasa saya remaja kami punya tetangga keluarga
orang-orang Batak), jadi mereka bagian pengalaman dalam hidup saya. Mereka
punya karakter yang membuat mereka eksis di tanah air, yaitu seperti:
1- Bersikap
jujur, mereka bicara apa adanya, blakblakan dan bersikap terbuka.
2- Berwatak
keras dan konsisten, mereka menghargai kekerabatan dan
persaudaraan.
3- Kalau punya
problem, mereka selesaikan hingga tuntas.
4- Orang Batak
pantang menyerah, punya keyakinan yang tinggi untuk berhasil.
5- Orang Batak
berkarakter tangguh dan kuat dalam menjalani kehidupan.
6- Orang batak
bisa membaur dengan semua orang dan berteman dengan siapa
saja.
Dunia Barat yang
meliputi Eropa dan Amerika yang sebelumnya merupakan sumber inspirasi dan
sumber kekuatan budaya yang menggerakan peradaban dunia. Begitu banyak parah
tokoh dunia yang lahir dari Barat. Kemudian secara evolusi perananan Barat
dalam beberapa hal seperti ekonomi, politik dan budaya diambil alih oleh Asia,
bukan Asia secara umum. Tetapi oleh beberapa negara di bagian Asia Timur hingga
Asia Selatan yang menandai kebangkinan Asia atau renaisans Asia. Demikian John
Naisbitt meneropong dari sudut internasional.
Saya jadi berpikir
bagaimana strategi John Naisbitt dalam mempotulasi- membuat titik kontra- atas pandangan untuk menemui generalisasi dan
memaparkannya semua kedalam bukunya, sehingga bukunya menjadi enak buat
dicerna. Ternyata Gabor George Burt mengupas buku John Naisbitt dan menggunakan
stategi pro-kontra dalam memaparkan opini-opini pemikiran John Naisbitt dalam
mengembangkan ide-idenya untuk bukunya- mega trends Asia untuk topik-topik
berikut:
1- Masyarakat
industri versus masyarakat informasi
2- Teknologi
militer versus teknologi tinggi.
3- Ekonomi
nasional versus ekonomi dunia.
4- Jangka pendek
versus jangka panjang.
5- Sentralisasi
versus desentralisasi.
6- Institutional help versus self help
7- Demokrasi
yang diwakilkan versus demokrasi partisipasi
8- Hirarki
versus jaringan kerja
9- Negara utara
versus negara selatan
10- Dua pilihan
versus pilihan berganda
Demikian John
Naisbitt berkarya dalam memaparkan opininya ke dalam buku yang cukup fenomena
di dunia. Sebelum buku ini terwujud, dia sendiri memperkaya dirinya melalui
pendidikan di tiga universitas (Harvard, Cornell dan Utah) dan juga bekerja di
perusahaan (IBM dan Eastman Kodak). Dia pun kemudian juga mendirikan
perusahaan. Dia telah banyak mengunjungi negara dan banyak berdiskusi dengan
banyak orang, membuat banyak catatan perjalanan dan juga membaca banyak buku
dan pemikiran tokoh hebat dunia lainnya. Hingga akhirnya dia menjadi penulis hebat
dan juga publik speaker yang hebat.