Sabtu, 20 Juni 2015

Goodbye Sydney Wah Aku Sedih



Goodbye Sydney Wah Aku Sedih

By:
Marjohan Usman
Guru SMAN 3 Batusangkar, West Sumatra Indonesia
phone: 085264340180



1. Negaranya nyaman tetapi biaya hidup mahal
            Kami masih memiliki sisa waktu untuk mengukir sisa kenangan musim seni di kota Melbourne. Pohon- pohon yang meranggas sudah mulai menghijau ditumbuhi oleh pucuk-pucuk daun muda. Bis pesiar berhenti dan kami semua masuk ke dalam restoran Delima- sebuah restoran Indonesia di jantung kota Sydney.
            Ini adalah restoran halal. aku membaca sertifikat halal yang dikeluarkan oleh badan Islam Sydney. Sertifikat halal meliputi dalam penyiapan, penyimpanan dan penyajiannya. Batas sertifikat halal ada batasnya, mungkin per satu tahun atau per dua tahun dan berakhir per akhir tahun- yaitu 31 Desember.
            Ini adalah sarapan pagi terakhirkami. Aku sedih meninggalkan Sydney, aku masih merasa sangat senang disini. Namun terbang kembali ke Indonesia untuk bisa merasakan hangatnya iklim negeri kita dan merasakan kehangatan bersama sanak saudara di kampung sendiri. 
            Secara umum pengalaman yang aku rasa di negara ini, bahwa semua system telah berjalan dengan tertib. Lalu lintas sangat terarur dan nyaman. Australiajuga cukup terasa aman. Beberapa hari lalu, HP teman tertinggal di restoran dan masih bisakami jumpai lagi. Namun kehidupan kota- kota di Australia terasa sangat mahal.
Memang bahwa Australia adalah negara yang nyaman tetapi kemahalan. Menurut survey PBB (United Nations) mengenai negara-negara dan kualitas hidup di dunia, Australia berada di urutan ke 2 setelah Norwegia. Bertahun-tahun, Australia selalu menempati posisi tinggi dalam survey ini. Sebagai patokan, Indonesia berada di urutan 108 di dunia. Survey ini didasarkan pada jenjang umur penduduk, kesehatan, rata-rata pendapatan, tingkat pendidikan, kebebasan politik, persamaan hak penduduk[1].
Orang orang yang telah lama tinggal di Sydney, Australia, misalnya- merasakan hal yang demikian. Menurutku, memang negara ini sangat nyaman, bersih, dan aman. Gaji yang ditawarkan memang sangat tinggi, lebih tinggi dari gaji di London dulu. Pekerja sebagai pelayan restoran sambil kuliah dulu, tarif 1 jam-nya 18 Dollar, belum termasuk tip. Sebagai gambaran, upah minimum di London per jam-nya 5.75 Pound (8 Dollar Australia). Namun seiring dengan standar gaji di Australia yang tinggi, biaya hidup di Australia, khususnya Sydney dan Melbourne juga lebih tinggi.
Beberapa waktu terakhir, Dollar Australia terus menanjak harganya. Dari sekitar beberapa tahun lalu, yang kita ingat harga 1 Dollar Australia = 7000 Rupiah, sekarang sudah di atas Dollar Amerika. Memang ini saat yang tepat untuk memiliki gaji dalam Dollar Australia. Namun perkembangan ekonomi yang terlampau cepat juga akan memiliki dampak negatif ke depannya. Misalnya ekspor yang berkurang, karena mahalnya produk dari Australia sehubungan dengan tingginya nilai tukar Dollar. Di Sydney, makan siang paling tidak akan menghabiskan 10 Dollar- ini sudah tergolong murah.
Salah satu sebab harga-harga yang mahal di Australia adalah kurangnya kompetisi. Supermarket di Australia hanya 2 yang ukurannya paling besar, Woolworth dan Coles. Praktis merekalah yang menguasai dan mengatur harga pasaran. Merk-merk baju di Australia, rata-rata hanyalah produk lokal. Misalnya Country Road, atau beberapa merek lain.
Untuk tiket pesawat, di Eropa kita bisa memilih pesawat-pesawat low budget seperti EasyJet dan Ryan Air. Tidak jarang para pelancong  membeli tiket pesawat seharga 5-30 Pound, untuk mencapai kota di negara lain. Dari informasi harga tiket, kita lihat bahwa kita bisa membeli tiket Oslo-London seharga 5 Pound. Di Australia, tiket pesawat dari Sydney ke Melbourne dengan pesawat low budget seperti Tiger Airways dan Jetstar, paling murah 100 Dollar. Ada seseorang yang  baru pulang dari San Francisco untuk training pekerjaan selama seminggu. Dia membawa 1 koper kosong dari sini, dan sepulang dari sana koper ini terisi penuh barang belanjaan. Biaya hidup di Amerika sudah tergolong murah untuk ukuran orang Australia. Bila kita makan di restoran di San Francisco, harganya bisa hanya sepertiga sampai setengah harga makanan di Sydney.

2. Sholat di Kaki Sydney Tower
            Aku tidak mau membuang-buang waktu selama berada di Sydney. Aku ingin selalu mencari-cari pengalaman baru dan juga membuat pengalaman baru. Sebagaimana kemaren dalam acara terakhir di kota Sydney. Bis wisata men-drop kami di kaki Sydney tower persis disamping Plaza Meiyer dan di bawah jalur monorail. Mono rail ini sudah lama tidak difungsikan, kemungkin karena penumpangnya sedikit, jadi tidak efektif buat dimanfaatkan.
            Dari kejauhan menara Sydney terlihat megah dan menjulang tinggi. Namun dari kaki menara ini kami tidak seperti berada di bawah menara. Ternyata di kaki menara ini adalah komplek plaza modern yaitu pusat pertokoan tentu saja harga barang- barang cukup mahal di sini.
            Kami tidak mungkin bisa berbelanja, karena harus mengehemat uang. Yang bisa kami lakukan adalah cuci mata. Melihat- lihat kegiatan toko yang semuanya banting harga. Disana sini aku melihat tawaran potong harga 20 % off, 50 % off  hingga 60 % off. Maksudnya yaitu: 20 % sikat, 50 % sikat atau 60 % sikat.
            Setelah kami hitung-hitung ke dalam konversi Rupiah tetap saja harganya terasa cukup mahal. Apalagi kalau kami bandingkan dengan harga komoditas yang cukup banyak di pasar Tanah Abang. Wah jauh murah harga komoditas dalam negeri kita. Itulah yang membuat aku sering berucap: I love you Indonesia.
            Kami punya waktu lebih kurang 3 jam buat cuci mata. Alfi Rokhana salah seorang teman wanita anggota rombongan juga bergabung dengan grup cowok. Dia kemudian jepret sana sini pada moment yang menarik matanya.
            “Alfi Rokhana, kamu cuma jepret itu dan jepret ini tanpa ada kamu dalamnya. Itu percuma saja. Itu tidak ada sweet memory buat orang-orang di kampung kamu. Ayo kamu berdiri disana, biar saya jepret kamu sepuas-puasnya”.
            Tentu saja Alfi Rokhana menjadi amat senang. Dia aku suruh berdiri dan membuat pose seperti pose berfoto para ABG- anak baru gede. Kadang-kadang ia mengangkat kedua tangannya, kadang- kadang ia mengacungkan dua jari membentuk huruf V- atau victory. Kadang-kadang ia berdiri dan menekuk sebelah kaki.
            Kami naik lift dan juga turun lift. Kami akhirnya mencapai ke lantai atau level 4. Di komplek pertokoan itu ada hingga level 6 dan setelah itu ada tangga menuju puncak tower dengan ketinggian lebih dari 300 meter. Dari sana kita akan dapat melihat view kota Sydney yang amat menakjubkan.
Kami ingin naik lift menuju puncak tower. Namun kami batal karena terkendala oleh mahalnya bayaran ke sana. Lagi- lagi karena alasan klasik- cadangan dollar kami sudah menipis hanya tinggal beberapa keeping lagi. Mungkin kami masih butuh sisa uang dollar buat membeli souvenir kota Sydney buat orang-orang yang kami cinta di tanah air. Meskipun barang yang bakal kami beli ada di tanah air, namun yang membuat berbeda adalah karena merek Sydney-nya.
Kami berkeliling-keling dan sempat berjumpa dengan petugas buat masuk kedalam resto Sydney- menuju Sydney tower. Buat masuk kesana musti melalui screening door dan metal detector. Petugasnya terlihat ramah dan ujung-ujungnya lebih enak bagi kami mengajaknya foto bareng. Itu bisa kami jadi sebagai sweet memory dan bahan cerita di tanah air. Itupun berarti kami sudah sampai di pinggang menara.
Kami kemudian memutuskan buat jalan-jalan- berkeliling. Imron selalu ngobrol dengan kami dalam bahasa Jawa yang aku sendiri juga separoh mengerti- suaranya sedikit lantang hingga memecah kesunyian. Volume suaranya mengalahkan volume suara pengunjung yang lain yang juga ngobrol dalam bahasa bangsa mereka.    
Entah Imron, entah Slamet, mereka mengusulkan agar kami bisa mencari tempat buat sholat. Soalnya kami belum sholat zhuhur dan sekarang waktu sholat ashar juga sudah jauh berlalu. Aku merasa amat senang dan juga merasa bersyukur punya grup yang cukup taat pada Allah Swt. Walau kami jauh di negeri Kangguru, tidak berjumpa dengan mesjid atau musholla maka sholat wajib selalu dilakukan.
Dingin membuat kami selalu mencari- cari lokasi toilet. Pada salah satu gang menuju toilet kami melihat balai-balai, wah ada teriakan dari belakang.
“Yuuk kawan- kawan kita sholat di sini saja. Sekarang kan sudah pukul 3.30 sore. Kita belum sholat zuhur dan sholat ashar juga belum. Kita berwudhuk saja di sini. Kita semua kan orang musyafir”.
Kami kemudian berwudhlu hanya pada wash tube saja. Kami terpaksa membawa kaki lebih tinggi untuk dibasuh. Kadang- kadang kami separoh rebutan dengan bule yang mau cuci tangan. Setelah itu kami sholat di atas balai- balai. Kami hanya sholat sambil duduk. Masing- masing sholat 2 rakaat, kami melakukan jamak dan qashar waktu zuhur dan ashar.
Bule-bule berjalan lalu lalang di samping kami. Sekali sekali mereka mengitip kami sholat lewat sudut mata mereka. Aku yakin bahwa mereka berfikir bahwa kami sedang yoga…karena gerak sholat kami sangat terbatas. Tidak…, ini tidak yoga, ini adalah sholat dalam keadaan darurat.
Kami masih mempunyai waktu satu jam tersisa. Berdasar kesepakatan bahwa satu jam lagi bis wisata akan datang buat menjemput kami. Kami semua memutuskan untuk keluar komplek Sydney tower. Kami berjalan menuju pusat keramaian. Woow ada lantunan lagu dari penyanyi jalanan. Ternyata benar bahwa pertunjukan musik gratis oleh seorang anak muda dengan tubuh tinggi sekitar 185 cm dan wajah tampan. Ia ternyata penyanyi dan pemusik yang berbakat.
Ternyata ia lagi memperkenalkan albumnya. Beberapa orang, terutama para wanita yang simpati dengan suara dan wajahnya segera membeli kepingan CD nya yang berisi lagu-lagu atau musik klip ciptaanya. Gadis-gadis lain, mungkin para siswi Secondary School juga mendekat dan membeli kepingan CD-nya, kemudian sebagai kenangan juga foto bareng dengannya. Gadis-gadis tersebut mengagumi suaranya dan juga penampilannya yang tinggi gagah.
Sore semakin gelap. Sopir kami belum juga datang buat menjemput. Aku masih memperhatikan aktivitas pemusik jalanan tersebut. Sementara teman- temanku yang lain duduk atau nongkrong di tempat lain buat menunggu bis.
“Ohh, tampaknya pemusik jalanan itu sudah mau tutup. Hari makin larut dan cuaca berubah lebih dingin. Ia melepaskan kabel-kabel sound system. Kemudian ada satu CD-nya bersisa. Ia sengaja meninggalkan CD tersebut pada pinggir trotoar. Mungkin tanggung buat dibawa pulang, tetapi CD-nya masih bagus”. Aku penasaran dan aku mendekati artis jalanan tersebut. Aku berniat membeli separoh harga dan aku bertanya:
Why do you toss that one. Let me buy it ?”
“ No,…just take it” Katanya.
Oke, good idea” Responku. Ya segera aku pungut CD itu tanpa memperhatikan orang-orang disekitar kami. Di sore itu ada ratusan orang duduk dan rileks menikmati suasana sore yang nyaman. Namun di Sydney ini aku tidak perlu merasa risih atau malu.
Aku jadikan CD itu sebagai souvenir. Kebetulan saat itu dekatku ada Alfi Rokhana dan aku ingin foto bareng dengan pemusik yang punya nama beken “JMF atau Jack Man Friday”. Alfi memotret kami, namun kualitasnya tidak begitu bagus. Aku menghampiri Jack lagi.
Hi Jack, look the photo quality is not nice. Let’s have re-photo !”
oke let me take for both of us”.  Aku berikan tabletku padanya dan ia mengatur fitur auto photo direction dan kami photo barengan. Ya hasilnya bagus sekali. Aku akan mengupload photo tersebut padaFacebook-ku.
Aku janji akan mengkonek facebooknya dan kami akan berteman. Inilah salah satu kisah nyata tentang Kackman Friday. Seorang pemuda berbakat musik dan lagu. Menciptakan lagu dan mengemasnya kedalam CD dan kemudian menjualnya ke pada publik secara konvensional.
Dalam waktu singkat kami segera berpisah. Jack menyalami aku dan aku bergabing dengan grup kembali ke bis wista yang sudah datang. Aku melangkah sambil mengagumi CD yang baru saja aku peroleh. Pada kovernya tertera ada 4 lagu popular yaitu seperti: You and I, Run Away, Take Aim dan Straight and Narrow. Thanks for your kindness Jackmanfriday, see you in Facebook !!!
Kami merasa sangat bahagia di sore itu namun kami malas ngobrol karena sudah terlalu kelelahan gara-gara tour yang amat padat. Sebentar kemudian kami kembali diturunkan di depan hotel Mercure. Ini adalah saat yang terakhir kami di Sydney. Nanti usai makan malam kami semua berkemas kemas buat cekout dari hotel dan mau terbang lagi ketanah air.

3. Serius Aku menjadi malu !!
            Aku tahu bahwa harga buku cukup murah di Australia karena harga penerbitan disubsini oleh pemerintah. Buktinya saja koran-koran dan tabloid yang ada ditempat publik boleh diambil secara gratis. Ini bisa dibuktikan di bandara dan di hotel. Aku amat senang dengan bacaan, sebelumnya aku sering dikirimi oleh-oleh dalam bentuk buku yang banyak oleh Craig Pentland dari Perth, Australia Barat.
            “Oh iya buku buku di Australia harganya cukup murah”. Saat sampai di bandaraSydney  dan juga di bandara Melbourne kami melewati lorong lorong dalam terminal. Kami berjalan di samping blok penjualan buku. Aku merasa ngiler tiap kali melihat buku karena sejak berusia remaja aku sudah terbiasa melahap berbagai jenis buku seperti biografi, psikologi, religious, filosofy, dll. Aku melihat tawaran harga dengan tulisan angka “3 for 4” atau 4 for 5”, namun saat itu aku belum paham maksudnya. Aku sedikit bisa menterjemahkan maksudnya.
            “Wah..buku-buku murah banget !!!, yang itu 3 buku hanya 4 dollar dan yang ini 4 buku hanya 5 dollar. Aku bisa borong yang banyak buat oleh- oleh dan bisa disumbang padaperpustakaan”
            Kami berada di bandara Sydney dan langkah teman-teman begitu cepat sehingga aku tidak bisa melihat lihat buku di permulaan gang terminal ini. meskipun Sydney dan Melbourne adalah kota besar namun di sini juga ada item-item yang dijual murah. Kemaren kami beli barang barang berkualitasbagus di Paddys Market- yapasar murah ala Australia. Kami menikmati shopping murah di pasar murah ini. semua pedagang di komplek ini berwajah Asia, mereka mungkin keturunan Vietnam, Thailand, Bangladesh, India, Srilanka, dll.   
            “Have alook, chep prize…lihat lihat barang murah….ada yang 3 for 5, ada yang 4 for 5”. Seorang pedagang perempuan menggodakami. Kami boleh mengambil 3 items dengan harga 5 dollar. Item jenis lain 4 keping dengan harga 5 dollar. Wow murah banget dan aku tergoda untuk membeli peci, gantungan kunci, pulpem dan juga baju kaos. Semua sebagai cendera mata buat teman di tanah air.
Ternyata cendra mata yang aku beli di Paddys Market di kotaMelbourne masih kurang. Kemaren aku masih memberi item yang lain di Paddys Market di kota ini- Sydney. Nama toko atau komplek pertokoannya sama yaitu “Paddys Market”.
Pagi ini aku sangat gembira di terminal bandara Sydney ini. aku melihat pajangan buku buku bagus dengan tawaran harga “3 for 5 dan ada juga 4 for 5”. Wah aku kan masih punya uang 15 dollars. Aku bahkan ingin membeli belasan buku bagus.
Aku langsung memilih beberapa biji buku bagus dan segeramembawanya ke counter. Dibelakangku ada Sumarno, guru asal Medan dan orangnya juga termasuk hobby baca seperti aku. Tapi dia hanya dengar- dengar saja. Aku mulai tawar menawar. Aku menyerahkan semua buku- buku dan menyerahkan uang $ 15.
Petugas counter bengong dengan uang yang aku berikan hanya $ 15. Agaknya timbul misunderstanding (salah pengertian) dan juga miscommunication (salah komunikasi) antara kami. Hingga petugas itu bertanya:
“Do you have credit card ?”
Yes I have but it is not for dollar currency, it is credit card of Bang Rakyat Indonesia”. Aku menjelaskan pada petugas counter dalam kebingungan dan aku juga kebingungan”.
“Mengapa sampeyen kok bengong, kan sampeyen guru Bahasa Inggris ?” Tanya Sumarno padaku.
“Saya baca tulisannya 3 for 5, itu berarti beli 3 dengan harga $ 5”. Kataku menjelaskan pada Sumarno.
“ Haaa..haa, 3 for 5 maksudnya, sampeyen beli 3 buku akan dikasih gratis 2 buku, jadi semuanya 5 buku. 4 for 5, maksudnya beli 4 buku, dapat gratisan 1 buku. Haaa…haaa, berapa TOEFL sampeyen….550 cukup tinggi bukan., tetapi tidak terbukti disini.
Oh I Am very sorry for misunderstanding, sorry….!!!” Aku menyesal dan maluuuu, sementara Sumarno terbahak bahak atas kebegokan aku. Kami melangkah meninggalkan counter dan bergabung dengan teman- teman dan juga penumpang lain yang sudah bersiap- siap untuk boarding untuk penerbangan Sydney- Jakarta di gate 08 siang itu.
Sumarno tidak bisa menahan rasa geli hatinya. Ia membongkar rahasiaku ke teman teman lain. Aku tidak bisamarah, kecuali ikut tertawa. Kami masih terbahak- bahak hingga kami melangkah menuju boarding process. Good bye Sydney…goodbye Australia.     








DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hajar. (2012). Jawara Untuk Kreativitas dan Inovasi Pembelajaran (dalam buku Menebar
Ispirasi Melalui Prestasi: Pengalaman Terbaik Guru SMA dan SMK Berprestasi Nasional). Jakarta: Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K.

Amat Jaedun (2011). Benchmarking Standard Mutu Pendidikan- Makalah Seminar Nasional.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Herfen Suryati. (2012). Sukses Pembelajaran Kooperatif Jigsaw (dalam buku Menebar Ispirasi
Melalui Prestasi: Pengalaman Terbaik Guru SMA dan SMK Berprestasi Nasional). Jakarta: Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K. 

Nikmah Nurbaity. (2012). Memberdayakan Dengan Partisipasi Dan Potensi (dalam buku
“Penjaga Mutu Sekolah: Pengalaman Terbaik Kepala SMA Berprestasi Nasional). Jakarta: Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K.

Garuda Indonesia Colour, September 2013. Jakarta: PT. Garuda Indonesia.

Katheryne Shine (2013) Talking and reading with your kids, dalam surat kabar-koran The
Australian, monday, September 16, 2013. Melbourne: The Australian. 

Nurhadi (2012). Berawal dari Gurdasus, Hingga Guru Berprestasi (dalam majalah PTK
DIKMEN- Media Informasi dan Komunikasi PTK Pendidikan Menengah). Jakarta: Direktorat PTK Dikmen, Kementrian P dan K.

Oz-Indo, Monthly Indonesian Magazine. Po Box 682. Rosebery -New South Wales

Rick Morton (2013). The Children of Yakanarra Community, dalam surat kabarThe Australian,
monday, September 16, 2013. Melbourne: The Australian.


[1] http://www.andryo.com/blog/australia-negara-yang-nyaman-tapi-mahal/

Orang Indonesia Juara Nyanyi di Australia



Orang Indonesia Juara Nyanyi di Australia
By:
Marjohan Usman
Guru SMAN 3 Batusangkar, West Sumatra Indonesia
phone: 085264340180


1. Konjen, Tempat  Yang Nyaman
            Hari terakhir di Australia kami habiskan di kantor Konsulate Jenderal RI di Sydney. Alamatnya adalah di 236 Maroubra Rd, Maroubra NSW 2035, Australia.  Selesai mengikuti kegiatan ramah tamah dengan Pak Nicolas dan juga Pak Akbar Makarti, kami semua menyebar ke sekeliling gedung. Aku merasa senang dan nyaman, seperti di rumah sendiri. Orang orang banyak yang datang dan pergi ke gedung ini.  
            Konsulate Jenderal memang sangat diperlukan. Seorang konsul atau konsul jenderal[1] adalah pemimpin sebuah konsulat  wakil resmi sebuah negara bertindak untuk membantu dan melindungi warga negaranya serta menfasilitasi hubungan perdagangan dan persahabatan (hal ini yang membedakan tugas antara seorang konsul dengan duta besar yang mewakili sebuah negara) yang ditugaskan di luar wilayah metropolitan atau ibu kota sebuah negara di luar negeri dan berkewajiban menjaga kepentingan negara serta rakyatnya yang berada di negara luar negeri tersebut. Kantor tempat konsul bertugas disebut konsulat atau konsulat jenderal, dan umumnya berada di bawah pimpinan sebuah kedutaan besar, yang biasanya terletak di ibu kota negara.
            Aku sempat berbincang- bincang dengan warga Indonesia yang telah lama tinggal di sini. Aku lupa dengan namanya. Ia mengatakan bahwa saat merasa sendiri di perantauan, kangen rumah sudah tentu melanda. Ingat teman-teman di tanah air, rindu keluarga di rumah, kangen masakan ibu dan segudang perasaan lainnya campur aduk di benak pelajar Indonesia di Australia. Untuk mengatasi perasaan ‘homesick’ itu ada banyak cara yang bisa dilakukan. Agar semakin bersemangat menimba ilmu di Negeri Kanguru siswa dapat bergabung dengan kelompok-kelompok kemahasiswaan maupun komunitas Indonesia di Australia. Biasanya kelompok-kelompok ini banyak di jumpai di Universitas atau kampus yang memiliki banyak pelajar dari Indonesia yang menuntut ilmu di beberapa kampus di Australia barat seperti Curtin University, Edith Cowan University, TAFE maupun Murdoch.
Salah satu contohnya adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia-Western Australia[2]. Perhimpunan ini menyatukan ratusan pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di negara bagian Australia paling barat. Mereka memiliki beragam aktifitas seperti Lomba Pidato Bahasa Indonesia, acara olah raga dan kesenian, ramah-tamah dengan penduduk Australia lewat pesta BBQ dan beragam kegiatan lainnya. Apabila Anda adalah pelajar Indonesia di Australia dan ingin bergabung, bisa mengisi formulir berikut ; http://ppia-wa.org/wp-login.php?action=register Dengan bergabung dalam perhimpunan ini, pelajar bisa bergabung, bertukar pikiran, berkegiatan, mempererat persaudaraan, membangun jaringan/networking, dan tentunya dapat bertemu sesama orang Indonesia dan merasa seperti di rumah sendiri.
Selain itu, Konsulat Jenderal Indonesia (seperti di Sydney, Perth dan tempat lain) siap membantu mengakomodir kepentingan warga Indonesia di Australia untuk tinggal secara nyaman. Berbagai informasi mengenai komunitas ini dapat dengan mudah di temui di Konjen RI yang terletak di Pusat Kota. Dengan bergabung bersama komunitas/perhimpunan tersebut dapat menjaga diri dari kegiatan-kegiatan negative yang mungkin dapat mempengaruhi tujuan utama kita untuk belajar di Australia demi masa depan. Komunitas-komunitas tersebut juga sangat welcome untuk menyambut anggota baru dan senang berbagi berbagai informasi penting tentang pengalaman mereka selama belajar, bekerja maupun tinggal di kota-kota Australia.
Di konjen Sydney ini ada cukup berita, apalagi tentang kemajuan bangsa kita di benua Australia ini. Aku merasa surprised saat mengetahui bahwa ternyata saat ada kegiatan pemilihan “Bintang Australia Idol- yang dalam programnya disebut Australia’s Got Talent atau AGT”, ternyata pemenangnya adalah orang kita yang bernama Julius Firdaus. Aku ingin menceritakan tentang pria ini buat teman- teman di Indonesia.

2. Julius Firdaus- Juaranya Australia Idol
            Julius Firdaus adalah asal Indonesia yang memperoleh juara sebagai Australia Idol, yang dalam nama kejuaraannya adalah “Australia’s Got Talent (AGT)”[3]. Media-media Australia menjulukinya gelar “a man with angelic voice’. Di satu sisi sebagai orang Indonesia kita merasa bangga, namun di sisi lain kita menyadari ironi betapa minimnya orang kita yang berpengaruh baik dalam segi entertainment maupun politik disbanding orang-orang background Asia lainnya di Australia. 
            Julius menjadi pioneer dan contoh bahwa orang Indonesia juga bisa turut berintegrasi dengan kultur mainstream entertainment di Australia. Julius datang ke Sydney kira- kira 3-4 tahun yang lalu. Ia adalah pelajar musik pada Australia International Conservatorium of Music di Rozelle.
            Ia datang ke Sydney karena mendapat beasiswa untuk classical singing di bidang opera. Lumayan terhormat karena dari semua murid conservatorium, ia satu satunya yang dapat beasiswa penuh dan satu satunya orang donesia. Kebanyakan pelajarnya datang dari Iran, Irak, Amerika, Perancis, Spanyol, dll. Ia pertama kali menemukan talenta dalam menyanyi saat iamasih kecil. Karena pada kenyataanya ia mendapat scholarship juga sejak dini. Sepertinya memang sudah jalan baginya, waktu kecil ia sudah ikut banyak kompetisi.
            Dalam keluarganya sendiri tak ada yang berdarah musik. Oleh karena itu dulu orang tuanya/ papanya sempat menentang hobbynya. Karena papanya punya bisnis besar, sukses dan papanya ingin agar ia menjadi penerusnya.
            Sebelum mengikuti kegiatan Australia Idol, ia memiliki kegiatan rutinitas sehari-hari. Kebetulan pas tahun kedua ia bikin program dan ia diminta jadi director acara tersebut. Sejak saat itu teman-temannya, rata-rata orang bule, berkata bahwa mereka ingin bekerjasama dan ingin belajar bersama. Maka ia mulai menjadi pengajar musik. Dan saat ia bertemu dengan komunitas Korea, mereka mengajak Julius buat membuka sekolah bareng di Ashfield dan Julius menjadi kepala pengajar hingga sekarang.
            Julius kemudian juga diangkat menjadi pengajar di conservatorium tempat ia belajar. Jadi ia sebagai pelajar dan sekaligus juga menjadi pengajar- semacam assisten professor. Memang hidup ini tidak ada yang terjadi secara instant (secara tiba-tiba. Semua harus dijalani dengan telaten.
            Pengalaman saat mengikuti AGT (atau Australia Idol) tentu saja pada mulanya ia sempat nervous. Apalagi iatahu bahasa Inggrisnya masih ajep-ajep. Namanya saja mengikuti acara Australia’s Got Talent, jadi ia harus tampil selayaknya orang Australia, bukan Indonesia. Jadi perjuanganya tiap saat harus berbicara bahasa Inggris. Sebagai orang Indonesia sebelum mengucapkan sesuatu harus mikir dulu, bahasa Indonesianya apa dan terus diterjemahkan ke bahasa Inggris.
            Bayangkan di dalam gedung ada 2000- 3000 orang dan 4 juri. Semuanya orang besar, salah satunya Geri Halliwell[4]…yang merupakan idolnya Julius sejak ia berumur 14 tahun. Mengetahui bahwa ia bakal nyanyi di depan mereka lalu akan dikomentari tentu membuanya nervous. Julius sangat bersyukur karena acara Australia idol itu hanya dibuka buat citizen Australia dan permanent resident, sementara ia belum- tapi sedang mengurus menjadi permanent resident. Namun ia bisa mengikuti acara tersebut.   
            Julius sering disebut sebagai penyanyi seriosa. Ia tahun bahwa kalau di Indonesia jaman dulu seriosa dimulai pas pada jaman pak Pranajaya[5]- merupakan seorang penyanyi tenor dalam musik seriosa Indonesia. Ia sering disebut sebagai "Bapak Seriosa Indonesia"-  dan banyak penyanyi era 1940- 1950. Sebenarnya seriosa itu diambil dari kata opera namanya seria. Jaman dulu ada istilah operetta, opera buffa dan opera seria.
            Berkat prestasi pada AGT Julius mendapat tawaran kontrak banyak label musik. Ada yang menawarkan untuk pindah ke London dan Amerika Serikat. Tentu saja tidak bisa diambil karena ia sebagai murid beasiswa sudah tanda tangan kontrak sampai selesai. Maka fokusnya untuk sementara hanya belajar dulu. Yang jelas ia tidak mau menjadi orang yang sebagai penonton saja, ia selalu ingin mengambil peran dalam hidup ini.
            Julius punya pesan bagi anak anak Indonesia agar bisa menjadi Go Internasional maka perlu mengubah cara berfikir. Memang itu semua soal mindset, musti dibentuk dari dalam. Kalau di Australia terlihat orang sini melihat apa yang kita bisa….bukan apa yang kamu punya. Sementara itu di Indonesia, sering lihatnya dari apa yang kita punya…bukan apa yang kita bisa. Yah kalau kitamau ingin jadi orang yang lebih internasional, maka jadilah orang yang kepribadian dan etos kerjanya internasional juga.  


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Konsul
[2] http://www.educationone-indo.com/perkumpulan-mahasiswa-dan-komunitas-indonesia-di-perth-australia/
[3] Oz-Indo, Monthly Indonesian Magazine. Po Box 682. Rosebery -New South Wales
[4] http://www.gerihalliwell.com/
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Pranajaya

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...