Rabu, 09 Maret 2016

Drama Jebolan UI dan ITB.... Berusaha Untuk Tidak Menganggur

Mencari pekerjaan di Indonesia sangatlah sulit,fakta itu tidak terbantahkan dengan banyaknya pengangguran seperti menurut data dari BPS ada kisah/sindiran lucu yang saya dapat dari seorang teman,ini ceritanya: Karena setelah sekian lama menjadi pengangguran, akhirnya seorang lulusan UI terpaksa menerima tawaran untuk bekerja di Kebun Binatang Ragunan Jakarta

 “Apa boleh buat daripada nganggur kerja beginian juga bolehlah, yang penting halal!” begitu tekadnya. Maka sejak hari itu sang insinyur muda mulai bekerja sebagai “monyet-monyetan” Sepanjang hari harus betah mengenakan baju monyet, pakai topeng monyet sambil mengunyah pisang atau kacang rebus terus-terusan. Dan harus jempalitan selincah mungkin untuk menarik perhatian pengunjung.

 Pokoknya tak beda dengan monyet asli yang sudah mulai punah. Tak ayal lagi pengunjung Kebon Binatang Ragunan membludak lantaran mau ‘ngeliat si monyet super yang konon tidak hanya lincah dan gesit tetapi juga cerdas! Wong UI kok.. Sayang sekali yang namanya sial itu sulit dielakkan ….dan akhirnya bisa datang juga. Sedang enak-enaknya jumpalitan, tiba-tiba: “gedebuk…..byurrrrrrrrrrr” Sang monyet terjatuh ke dalam kandang buaya. “Waduh, mati aku!” pikirnya sebelum dimangsa oleh buaya-buaya ganas itu. 

Tapi ketika mulut buaya terbuka lebar siap menggigit, dari dalam terdengar suara berbisik “jangan takut mas….kami dari ITB"*******************************************************

itulah potret Hidup Bangsa Indonesia pengangguran merajalela yang cari duit di luar negeri sudah mencapai angka 4,3 juta jiwa MAU KEMANAKAH ARAH BANGSA INDONESIA ? Kehancuran seolah hanya menunggu waktu saja.. Bangsa Indonesia butuh Persatuan,namum apakah Kita bisa bersatu? UNTUK SEMUA BANGSA INDONESIA Saya sudah bekerja di Korsel genap 7 tahun pada bulan juli nanti, dan selama itu telah menjadikan Saya mengerti kenapa Indonesia, Negeri Kita tercinta tidak bisa sejahtera Rakyatnya. 

Di sini juga memang ada pengemis tapi hanya sedikit saja, sedangkan Indonesia pengemis berserakan dimana-mana. Dan kenapa sulit sekali mencari kerja di negeri sendiri, pengangguran merajalela. Dan tahukah Anda, sekarang jumlah Warga Negara Indonesia yang mencari makan di Negara Orang (TKI) sudah lebih dari 4,2 juta jiwa. SOLUSI UNTUK BANGSA INDONESIA 

Setelah Saya melalui perjalanan Hidup di sini, saya tahu bagaimana kita seharusnya Bangsa Indonesia. Saya tahu bagaimana caranya agar Indonesia makmur dan sejahter kehidupan rakyatnya. Ada syarat utama jika Bangsa Indonesia ingin makmur sejahtera, yaitu: Persatuan, Bangsa Indonesia  harus bersatu, satu visi, membangun Bangsa yang Jaya. Bagaimana agar Indonesia bisa menciptakan jutaan bahkan puluhan juta lapangan Pekerjaan untuk Rakyatnya? Rakyat Indonesia harus pintar dalam membeli barang-barang yang mereka butuhkan, misalnya rakyat Indonesia harus beli makanan produk dalam negeri, kenapa ?..karena petani/pabrik yang mengolah makanan tersebut usahanya akan terus bertahan dan berkembang yang tentu akan menjadi/membuka peluang pekerjaan bagi Bangsa Indonesia, kemudian Rakyat Indonesia jika mau beli Sabun, sampo, pasta gigi dan keperluan lainnya harus produk Bangsa Indonesia, maksudnya walaupun pemilik Pabrik tersebut 

Orang asing namun pabriknya harus ada di Indonesia agar memberi peluang kerja untuk Rakyat Indonesia. Juga jika rakyat Indonesia beli handphone, belilah yang produksinya di pabrik di Indonesia, alasannya selalu agar membuka lapangan kerja untuk rakyat Indonesia. Belilah mobil, motor, televisi, komputer, laptop dan lain-lain yang pabriknya ada di Indonesia agar pabrik-pabrik tersebut terus berkembang dan semakin banyak membutuhkan karyawan, yang imbasnya rakyat Indonesia akan menjadi makmur sejahtera karena lapangan kerja tersedia semakin banyak.

INTINYA: Rakyat Indonesia Beli produk-produk yang diolah di negeri sendiri agar peluang pekerjaan semakin berlimpah untuk rakyat Indonesia, maka jika seluruh Rakyat Indonesia bersatu membeli produk produk/kebutuhan-kebutuhan yang pabriknya ada di Indonesia maka investor-investor pun akan berdatangan dengan sendirinya. Pemerintah dan Rakyat harus bersatu, jika tidak segera berubah maka keadaan bisa bertambah parah. Siapa yang bisa merubah nasib Bangsa Indonesia? Hanya kita sendiri, rakyat Indonesia. Apapun suku Anda,apapun bahasa Ibu Anda,apapun Agama Anda,Apapun Ras Anda,apapun Partai Anda,apapun jenis kelamin Anda dan apapun-apapun lainnya....selagi Anda adalah Bangsa Indonesia maka Anda wajib membeli barang-barang yang diproduksi di Indonesia agar Indonesia dap[at menjadi Negeri Sejahtera dengan terciptanya jutaan dan puluhan juta atau ratusan juta lapangan kerja.....Apa Indonesia mampu bersatu? Kita sendiri yang bisa menjawabnya,Bangsa Indonesia.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sidikgumelar.sandhika/drama-jebolan-ui-dan-itb_5500d3f6a3331118705120c5

Alumni ITB Jadi Tukang Becak

Alumni ITB Jadi Tukang Becak

Begitu sulitnya kehidupan saat ini, segala cara yang penting halal, akan dilakukan hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Sekolah tinggi-tinggi ternyata tidak menjadi jaminan hidup akan sukses apalagi kalau hanya sekedar tamatan sekolah menengah. Saat ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kemauan yang kuat untuk bisa lepas dari kesulitan hidup.


Mungkin kita tidak heran ketika mendengar berita seorang keluarga miskin yang mampu menyekolahkan anaknya sampai sarjana atau berita seorang tukang beca yang berhasil menjadi alumni ITB atau UGM. Namun ketika kita mendengar ada seorang alumni ITB menjadi tukang beca, tentu kita akan mengurut dada antara percaya dan tidak percaya. Padahal ketika pertama kali menginjakkan kaki dikampus, akan terlihat sebuah spanduk untuk menyambut mahasiswa dan mahasiswi baru dengan slogan “SELAMAT DATANG PUTRA-PUTRI INDONESIA TERBAIK”

Fakta adanya alumni ITB menjadi tukang beca bukan hanya sekedar isu saja tapi terbukti benar adanya. Dimana disaat Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara sedang mengadakan acara Silaturahmi dan Perkenalan Calon Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB periode 2011-2015 yang diselenggarakan di Hotel J W Marriot Medan. Ketika acara makan malam tiba-tiba ada seseorang menghampiri ketua umum Hermanto Dardak MSc, orang itu mengaku bernama Suhunan Napitupulu mengaku pernah satu angkatan dengan Hermanto Dardak. Suhunan Napitupulu, dengan serius berbincang dengan Hermanto hingga akhirnya terungkap, bahwa benar Suhunan Napitupulu adalah Alumni ITB yang berprofesi sebagai Tukang beca.

Pengakuan polos dari Suhunan bahwa dia berprofesi sebagai tukang beca jelas membuat semua yang hadir terkejut, antara percaya dan tidak percaya bahwa ternyata mungkin masih ada banyak lagi teman-teman yang bernasib seperti Suhunan Napitupulu. Pertemuan Silaturahmi dan Perkenalan ini setidaknya bisa menjadi Momentum yang tepat agar Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB harus tetap memperhatikan nasib teman-teman mereka yang kebetulan tidak seberuntung nasib sebagian besar alumni lainnya.

Kisah Suhunan alumni ITB yang menjadi tukang beca adalah cermin kondisi nyata, begitu sulitnya orang saat ini untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga segala cara dilakukan yang penting halal walaupun hanya menjadi tukang beca, yang sebenarnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya itu. apalagi saat ini Jumlah Pengangguran di Indonesia sudah mencapai angka 8,12 Juta Orang, Pengangguran ini terjadi di sebabkan adanya kesenjangan antara penyediaan lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan. Minimnya Sektor Penerima Tenaga Kerja serta semakin tumbuhnya Angkatan kerja baru, sudah barang tentu berdampak banyaknya Jumlah Pengangguran di Indonesia.

Ada kisah baru selain cerita Suhunan Napitupulu berikut kisahnya:

Karena sulitnya mencari pekerjaan, ada seorang lulusan Universitas Indonesia akhirnya menerima kerja dikebun binatang ragunan pasar minggu, Tiap hari kerjanya memakai Kostum Gorila, mungkin dia pikir gak ada yang melihat, toh, pake topeng.
Kerjanya mengunyah kacang dan pisang terus menerus, dia berlompat-lompatan setiap hari dengan lincahnya, dan juga dapat berhitung !! Semenjak itu Pengunjung Kebun Binatang bertambah banyak untuk menyaksikan Gorila yang lincah dan juga pintar, maklum lulusan Universitas Indonesia.

Akhirnya pada suatu hari, Tibalah saat yang na’as itu !!! Waktu dia melompat-lompat, dia tergelincir dan terjatuh kekolam Buaya, matilah aku kali ini, katanya dalam hati, dia berusaha memanjat secepat-cepatnya kepinggir kolam, Namun Buaya lebih cepat mendekati dengan mulut menganga lebar dan gigi-gigi yang runcing siap merobek-robek tubuhnya.

Para Pengunjung berteriak ngeri ketika moncong Buaya menyergapnya, antara sadar dan pingsan, dia mendengar bisikan dari dalam mulut Buaya, jangan takut mas, saya juga lulusan dari ITB, he he he.

Maaf ya, cerita buaya tadi cuma cerita humor yang didapat dari beberapa cerita humor di internet, cerita Suhunan dan Humor buaya ini adalah cermin kehidupan terhadap kondisi Bangsa Indonesia yang para pemimpinnya cenderung lebih mengutamakan nafsu keserakahan untuk pribadi, keluarga dan konco-konconya daripada mementingkan nasib rakyat yang memang sedang kesulitan ekonomi, di tambah begitu sulitnya mencari pekerjaan sekarang ini ? Jangankan lulusan SMA atau sederajat, Sarjana pun di Republik ini masih banyak yang menganggur ?

sumber: http://agussutondomediacenter.blogspot.co.id/2012/03/alumni-itb-jadi-tukang-becak_9169.html

jurusan bergengsi tapi setelah itu nganggur

Halo Guys, happy new year 2015 semuanya! Biasanya awal tahun itu ditandai dengan semangat baru, ada yang mulai pada bikin resolusi tahun baru, ditandai dengan tempat-tempat gym yang tiba-tiba penuh sama orang yang bertekad buat mulai hidup sehat, begitu pula dengan traffic zenius.net yang mendadak meningkat drastis menandakan semangat belajar zenius-user lagi tinggi-tingginya. Kalo kata orang sih "Tahun baru saatnya membuka lembaran baru!" Hehehe.. mungkin kedengerannya klise yah? Padahal tahun baru itu kan cuma kembalinya titik poros bumi terhadap posisi matahari, ngapain perlu dirayain segala, tahun baru cuma ilusi doang sebetulnya ga ada moment apa-apa yang perlu dirayakan.
Yah, emang bener sih, tapi walau sebetulnya cuma "ilusi", buat sebagian orang (dan mungkin juga diri kita sendiri) butuh sebuah moment untuk sekedar berhenti sejenak dari rutinitas, melihat kebelakang sebentar, untuk kemudian melangkah dengan pertimbangan yang lebih matang. Yup! terlepas dari hingar-bingar pesta merayakan pergantian tahun, biasanya moment tahun baru itu juga dijadikan moment untuk berkontemplasi.
Kontemplasi dalam arti kita mencoba untuk merenungkan apa aja udah kita lewati di tahun sebelumnya, mengevaluasi kesalahan dan kekeliruan kita, mempertimbangkan mana keputusan kita yang tepat dan mana yang keliru, juga menyusun ulang strategi serta membuat keputusan untuk memperbaiki hidup kita di tahun yang baru.
Nah, artikel kali ini gua bikin khusus buat lo yang udah melewati setengah tahun pertama (semester satu) kuliah dengan perasaan yang kurang sreg, gerah, gusar, gundah, atau apa pun lah istilahnya. Mungkin beberapa di antara lo ada yang ngerasa kuliahnya gak enjoy, ngerasa kok jadi banyak ngeluh ampir tiap hari, bawaannya pingin bolos kelas terus, gak niat ngerjain tugas, males belajar buat ujian... atau mungkin singkatnya : Lo udah mulai ngerasa terjerumus masuk ke Genk Mahasiswa Galaw Karena Salah Masuk Jurusan!

"Iyaa-iyaaa... ini gua bangeeet...!! Gimana dong yaahDuh gua bingung nih, apakah gua tetep ngelanjutin kuliah aja atau ngulang ambil kuliah jurusan lain di tahun ajaran berikutnya?? :("

Okay, kalo saat ini lo ngerasa ciri-ciri yang gua tulis di atas rada nyambung sama apa yang lo rasain selama kuliah ini, berarti lo wajib baca artikel ini sampai beres. Di artikel ini, gua akan sharing tentang pengalaman gue sekaligus ngebahas dikit tentang dilema klasik buat mereka yang mulai ngerasa salah jurusan di awal-awal masa perkuliahannya. Nah, sebelum gua bahas lebih lanjut, hal pertama yang perlu lo semua ketahui dan renungkan masing-masing adalah satu pertanyaan dari gue ini :

Apakah lo betul-betul salah masuk jurusan kuliah?

Beneran nggak sih lo salah masuk jurusan? Atau mungkin sebetulnya lo lagi galaw sama masalah yang lain aja? Mungkin sebetulnya lo lagi sebel aja sama lingkungan kampus yang beda banget sama kehidupan SMA, mungkin lo lagi kekih karena senior lo yang galak dan sok kuasa, atau bisa jadi masalahnya lo cuma lagi kesulitan beradaptasi aja di lingkungan yang baru... Yah, apapun itu, gue ngerti kok kalo emang ada segudang kesulitan yang dialami oleh maba (mahasiswa baru) sebagaimana dulu gua juga (dan hampir semua mahasiswa) pernah mengalami kesulitan yang sama.
Nah, cuma khususnya dalam artikel ini gua akan ngebahas satu topik yang spesifik, yaitu tentang salah jurusan. Jadi sebelum lo mendeklarasikan dalem hati "Iya deh gue ngaku, gue emang salah masuk jurusan", pastiin dulu sebetulnya apa akar dari permasalahan lo. Cara paling simpel untuk mengetahui apakah lo beneran salah jurusan atau cuma lagi ada masalah adaptasi doang, ada di rumus yang dulu pernah gua sebutin di artikel SERIOUS WARNING: Jangan Sampai Lo Salah Milih Jurusan!. Gua sebutin rumus gua di artikel itu yah:

"Pilih bidang yang membuat lo tertantang... Pilih bidang yang bikin lo penasaran sampai lo rela buat ngulik itu siang-malem tanpa kenal waktu biar gak dibayar sekalipun. Pilih bidang yang tanpa disuruh pun lo curi-curi waktu buat belajar sendiri, atau tanpa sadar suka cari-cari info di internet atau lewat google.. Pilih jurusan memicu 'sense of wonder' dalam diri lo. Pilih jurusan yang bener-bener jadi muara ilmu pengetahuan yang ingin lo tekuni sampai akhir hayat lo..."

Okay, di atas adalah rumus yang (menurut gue sih) paling tepat dalam menentukan jurusan kuliah. Sekarang coba lo renungkan baik-baik, apakah jurusan sekarang yang lo ambil itu membuat lo tertantang dan penasaran? Apakah jurusan yang lo jalani sekarang ini memicu "sense of wonder" dalam diri lo? dan apakah lo bener-bener yakin jurusan yang lagi lo tekuni sekarang ini mau lo jadiin muara ilmu pengetahuan sampai akhir hayat lo? Kalo jawabannya IYA, berarti lo sebetulnya gak salah jurusan tapi cuma lagi ada masalah adaptasi aja, tapi kalo jawabannya NGGAK, berarti mau gak mau lo harus akui kalo emang sekarang ini lo lagi salah masuk jurusan.

Okay deh... gue akui kalo gue emang bener salah masuk jurusan, terus gimana dong? Apakah gue harus ngulang atau paksa terusin aja?

Salah jurusan itu ibarat salah naik angkot, makin lama lo nunda buat berhenti dan segera berbalik arah, makin jauh lo tersesat dari tujuan lo semula. Terus, apakah satu-satunya solusi itu emang harus berhenti dan berbalik arah? Sebetulnya nggak juga, sederhananya sih ada 2 pilihan: pertama cepatlah berbalik arah terus naik angkot yang bener sesuai tujuan semula, atau kompromi sama keadaan untuk ngejalanin jalur lain ini dan bikin tujuan baru dalam hidup lo. Mana tujuan yang paling bener di antara kedua pilihan itu, balik lagi sih semua TERSERAH sama pilihan lo sendiri.
Di sini, gua nggak mau ambil alih buat nentuin keputusan mana yang harus lo ambil dalam hidup lo, sebab biar gimana pun juga, lo sendiri yang akan menjalani semua itu, jadi  pada akhirnya lo sendirilah yang harus ambil keputusan dan bertanggung jawab sama keputusan itu. Nah, apa pun keputusan lo itu, yang pasti harus diiringi dengan pertimbangan yang matang. So, melalui tulisan ini gua mau sharingpengalaman gua yang udah melewati masa-masa galaw yang lo jalanin sekarang, moga-moga tulisan ini bisa jadi bahan pertimbangan lo buat nentuin keputusan yang tepat.
Pertama, yang perlu lo sadari di antara dua keputusan itu adalah KONSEKUENSI-nya dulu. Apapun keputusan lo itu, konsekuensi yang akan lo hadapi mencakup 3 hal, yaitu (1) waktu yang terbuang, (2) biaya yang dikeluarkan, dan yang paling penting (3) masa depan lo sendiri. Dari ketiga point inilah, nantinya lo menimbang-nimbang mana bobot yang perlu lo jadiin prioritas. Tentunya setiap orang menghargai setiap point secara berbeda, makanya keputusan pada akhirnya harus kembali pada pertimbangan lo masing-masing. Nah, berdasarkan pengalaman gue yang selama ini, biasanya ada 5 pertanyaan yang paling sering ditanyain seputar dilema "pindah jurusan atau tetep lanjut" ini, berikut adalah kelima pertanyaan itu - yuk kita bahas satu per satu!

1. Orang tua gue nggak ngijinin gue pindah kuliah, gimana dong?

Masa SMA menuju kuliah kalo boleh gua bilang adalah sebuah masa transisi. Masa transisi apaan nih? Masa transisi ketika secara perlahan orangtua gak perlu lagi ambil banyak peran dalam hidup lo. Kalo waktu SMA, mungkin tanggung-jawab akademis lo masih banyak melibatkan orangtua, dari mulai pengambilan rapor sama orangtua, sampai ada pemanggilan orangtua kalo lo bikin ulah di sekolah. Di dunia kampus gak ada lagi tuh ceritanya pengambilan nilai semester diambil orangtua, nggak akan ada lagi juga sesi pemanggilan orangtua kalo lo bikin ulah di kampus, yang ada juga lo langsung diamankan satpam atau bahkan langsung berurusan sama polisi. Apa maksud point gua di sini? Point gua adalah: setelah lo lulus SMA, lo (seharusnya) udah bisa bersikap dewasa untuk bisa bertanggung jawab terhadap semua tindakan dan keputusan lo sendiri, tanpa perlu lagi melibatkan orang lain, termasuk orangtua.
Dari pengalaman gue kuliah dan ketemu sama begitu banyak temen-temen gue (dan juga murid zenius)yang ngaku salah jurusan, bisa dibilang HAMPIR SEMUANYA ngaku kalo dia ngambil kuliah tersebut karena dorongan dari orangtua atau karena disuruh sama orangtua. Nah ini dia nih fenomena klise yang seringnya berakibat fatal. Kenapa gua bilang fatal? karena tanpa lo sadari, lo lagi gak menjalani hidup yang sesuai sama keinginan dan keputusan lo sendiri.
Gua yakin pada awalnya maksud orangtua kita milihin jurusan buat kita itu baik, dengan pengalaman dan pertimbangan mereka, orangtua tentu mau yang terbaik buat anak-anaknya. Tapi terkadang mereka lupa, kalo anak-anaknya ini gak kerasa udah pada gede, udah umur 18 tahun ke atas, dan udah saatnya mereka untuk "melepaskan" anak-anaknya untuk hidup sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Karena pada dasarnya yang akhirnya ngejalanin kuliah, ngerasain jerih-payahnya bikin tugas, sidang, skripsi, dlsb itu kan elo, bukan orangtua lo, bukan siapa-siapa.
Mungkin bagi orangtua itu, anak-anaknya masih pada polos dan gak ngerti dunia luar, tapi (menurut gua sih ya) yang namanya milih jurusan itu bukan perihal memahami dunia luar, tapi memahami diri sendiri! Sekarang siapa sih sebetulnya yang paling ngerti sama diri kita? Di dunia ini gak ada satu orang pun yang lebih mengerti diri kita ketimbang diri kita sendiri, jadi siap-gak-siap kita harus nerima bahwa orang yang paling tepat buat nentuin masa depan kita ya diri kita sendiri juga, dari mulai milih jurusan sampai keputusan buat berhenti kuliah dan ganti ke jurusan lain, itu diri kitalah yang paling tau.

"Terus, gimana dong cara ngebujuk orangtua kita supaya mereka mau merestui keputusan kita?"

Nah, ini juga pertanyaan yang sering banget ditanyain ke gue. Terus terang gua sendiri rada serba-salah jawabnya, di satu sisi gua gak mungkin bisa ngasih saran yang tepat karena gua gak tau kondisi keluarga lo dan gimana hubungan lo sama orangtua. Cuma pada prinsipnya, kalo lo mau didengerin sama orangtua, mau supaya orangtua bisa yakin sama keputusan lo, kuncinya menurut gua cuma satu:Lo harus bisa tunjukin ke orangtua bahwa sekarang lo udah dewasa. Lo harus bisa tunjukin kalo lo bisa dipercaya, bisa bertanggung-jawab sama keputusan lo sendiri dan bener-bener punya rencana yang matang sama masa depan lo. Kalo lo udah bisa nunjukin hal itu, gua yakin kalo lo bisa ngomong baik-baik sama orangtua lo, mereka pasti ngerti dan menghargai keputusan anaknya yang dia yakini udah dewasa, punya rencana yang mateng, dan bertanggung-jawab.

2. Kondisi finansial nggak mendukung buat kuliah lagi.

Gue ngerti, kalo bagi sebagian masyarakat, biaya masuk kuliah itu nggak murah, berarti kalo lo ngulang, ya berarti biayanya dobel. Urusan duit ini bisa jadi pertimbangan yang krusial juga, apalagi mungkin sebagian besar dari lo biaya kuliah masih ditanggung sama orangtua, mungkin lo juga gak enak ngebebanin orangtua lagi dengan keputusan lo.
Untungnya sih peraturan dari pemerintah sekarang ini (untuk PTN) penerapan biaya kuliah didasarkan pada Permendikbud no 55 tahun 2013, yang mewajibkan seluruh Perguruan Tinggi Negeri menerapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ditanggung setiap mahasiswa disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Selain biaya yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua / wali, sistem UKT juga tidak akan terlalu membebani ekonomi orang tua / wali di awal masuk kuliah karena biaya UKT dipukul rata setiap semester dan tidak ada uang pangkal. Buat lo yang keadaan ekonominya masih belum berlebihan, harusnya sistem UKT ini udah lumayan banyak bisa ngebantu kendala yang berhubungan sama duit.
Ngomong-ngomong soal hitungan duit, ada satu hal lagi yang perlu lo pertimbangin terkait faktor biaya. Mungkin buat sebagian dari lo yang ngerasa salah jurusan ngerasa sayang banget kalo harus ngeluarin duit lagi buat ngulang ambil kuliah di jurusan yang lain, tapi kalo dari pengalaman gua sih... di antara temen-temen gua yang ngerasa salah jurusan tapi maksa terus lanjutin kuliah, HAMPIR GAK ADA satu pun yang akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah mereka sampai selesai.
Inilah yang perlu lo camkan baik-baik, yang namanya menjalani kuliah di Indonesia itu bisa gua bilang tantangan yang cukup BERAT, dari mulai banyaknya jumlah sks yang harus dijalani, tugas-tugas yang menumpuk, kerjaan di laboratorium, ujian semester, kerja praktek lapangan, seminar, sidang, skripsi, dsb. Jelas, kalo itu semua nggak lo jalanin dengan penuh ketekunan karena lo bener-bener menyukai bidangnya, bisa gua bilang sulit banget buat lo untuk bisa bertahan sampai lulus. Berdasarkan pengalaman gua, mereka-mereka yang maksain kuliah walau udah nggak niat tuh biasanya ujung-ujungnya Drop Out juga.
Jadi, sekarang coba pertanyaannya dibalik dari yang...

"Berapa sih duit yang dikeluarin buat ngulang kuliah (yang notabene disesuaikan juga sama keadaan ekonomi ortu) dibandingin sama biaya yang keluar kalo lo maksa nerusin kuliah sampai 5-7 tahun tapi ujung-ujungnya D.O juga?"

Nah, moga-moga refleksi dari gua ini bisa sedikit jadi bahan pertimbangan buat lo dalam mutusin lanjut kuliah atau ngulang sesuai dengan pilihan lo sendiri.

3. Kalo belajar SBMPTN sambil kuliah, bisa gitu?

Kalo ditanya "bisa" atau "nggak" ya jawabannya sih bisa-bisa aja. Tapi, apakah belajar SBMPTN sambil kuliah itu pilihan yang bijak, ya belum tentu juga. Itu semua sebetulnya tergantung jawaban lo dari dua pertanyaan gue di bawah ini:
  1. Udah seberapa muak lo sama jurusan yang lo jalanin sekarang?
  2. Sampai sejauh mana lo mau keluar dari zona nyaman lo, buat kembali mengejar apa yang betul-betul mau lo tekuni?
Bagi lo yang nggak mau ambil risiko, mungkin mikir kalo lo bisa belajar buat SBMPTN sambil nerusin kuliah yang lagi lo jalanin sekarang ini, tentu dari satu sisi ini adalah pilihan yang aman. Tapi harus lo sadari juga, bahwa pada saat yang sama, ada ribuan dari saingan lo yang betul-betul mendedikasikan waktunya buat persiapan belajar SBMPTN, bahkan ada yang memutuskan untuk nganggur setahun buat ngambil persiapan belajar yang mateng. Di sini, faktor persaingan harus jadi bahan pertimbangan lo yang mateng juga.
Jadi, pada prinsipnya sih, untuk bisa menjawab pertanyaan ini dengan bijak, lo sebaiknya merenungkan kembali 2 point pertanyaan yang udah gua sebutin di atas. Kalo emang pada dasarnya lo udah bener-bener muak sama kuliah lo sekarang, ya ngapain juga lo nyiksa diri buat nerusin? Yang jelas, kalo keputusan lo setengah-setengah gitu, hasil yang didapet juga susah buat maksimal, bisa jadi lo malah gak lolos SBMPTN plus nilai kuliah semester 2 lo juga ancur.
Selain itu, tergantung juga sama seberapa besar penghargaan lo terhadap bidang yang betul-betul mau lo tekuni? Kalo lo cuma ngerasa nggak sreg sama jurusan lo yang sekarang tapi di sisi lain lo juga belum bisa nentuin jurusan mana yang lo mau tekuni ya sama juga bohong, hehe.. (Baca nih: tips cara milih jurusan yang tepat)

4. Emangnya masih sempet gitu kalo baru mulai belajar SBMPTN mulai dari sekarang?

Nah, ini juga pertanyaan yang seriing banget ditanyain, dan terus terang gua bingung jawabnya gimana, haha... Coba deh kalo lo di posisi gua terus ditanyain kayak gini di twitter atau ask.fm, serba-salah nggak tuh jawabnya? Di satu sisi, gua bukan tipe motivator yang bisa sekedar jawab "Masih sempet kok, makanya belajar yang rajin dari sekarang pake zenius yah". Sebaliknya di sisi lain gua juga gak mungkin jawab "Ya udah gak sempet lah kalo baru mulai dari sekarang, mampus aja lo!" Hahaha...
Sebetulnya masalah "sempet" atau "gak sempet" itu yah relatif tergantung sama 2 hal ini aja:
  1. Pertama, sejauh mana lo kesiapan lo sampai dengan saat ini? Kalo emang lo orang yang udah punya basic yang kuat, mungkin belajar 1-2 bulan aja udah cukup. Tapi buat lo yang selama ini gak bener-bener paham konsep dari bahan materi SBMPTN, ya mungkin lo perlu seenggaknya 3-6 bulan buat bener-bener siap buat bersaing.
  2. Kedua, tergantung juga sama kondisi persaingan dari jurusan yang mau lo tuju. Jelas faktor waktu juga berkolerasi dengan peluang jurusan favorit/non-favorit. Bagi lo yang mau masuk FKUI yang peluang lolosnya di bawah 2%, ya pasti lo perlu persiapan yang lebih panjang untuk siap bersaing. Sebaliknya kalo jurusan inceran lo persaingannya relatif gak terlalu ketat, mungkin waktu persiapannya juga gak butuh waktu terlalu lama. Jadi, coba deh lo mulai sekarang, cari tau dikit-dikit tentang tingkat peluang kelolosan dari jurusan yang lo incer, pasti banyak kok informasinya di google.
Terlepas dari kedua hal di atas, menurut gua sih lo gak perlu terlalu larut dengan kekhawatiran "Masih sempet nggak yah kalo belajar mulai sekarang?" Karena toh itu nggak akan membawa lo kemana-mana. Realitanya biar bagaimana pun juga kita gak mungkin bisa menambahkan waktu yang tersisa.Waktu akan selalu berjalan maju tanpa memperdulikan kita siap/gak siap, atau sempet/gak sempet. Lo harus terima bahwa saat dimana lo membaca artikel ini adalah moment yang tersisa buat lo, jadi satu-satunya cara ya manfaatkanlah waktu yang tersisa ini sebaik-baiknya,
Nah, daripada lo terus larut dan galau mikirin masih/sempet atau nggak kalo belajar dari sekarang. Gua mau kasih tau satu kabar baiknya nih. Buat lo semua yang bener-bener mau serius ngejar SBMPTN atau ujian mandiri, di website zenius.net kita udah siapin semua fasilitas belajar yang lengkap banget buat ngebantu semua persiapan lo untuk menghadapi SBMPTN. Dari mulai video pembahasan teori setiap mata pelajaran, yang terdiri dari TKPA, Saintek, maupun Soshum... sampai video pembahasan soal-soal SBMPTN tahun-tahun lalu (lengkap dari tahun 2002-2014), latihan soal per bab untuk semua mata pelajaran, tips-tips cara belajar sbmptn yang bikin lo enjoy, dan masih banyak lagi
sumber: https://www.zenius.net/blog/6519/salah-milih-jurusan-kuliah


Pilih Jurusan yang Spesifik, Jangan Ikut Ikutan

Tahun terakhir SMA (saat-saat akan masuk kuliah S1) adalah waktu yang sibuk dan cukup menekan untuk saya. Di samping harus mempersiapkan Ujian Nasional dari Pemerintah, Ujian Sekolah – baik dengan belajar di rumah, di sekolah serta di bimbingan belajar yang rasanya tidak selesai-selesai (setiap hari saya bisa les 2-3 mata pelajaran berturut-turut) – saya juga harus memilih jurusan dan universitas. Rasanya bisa lulus SMA saja sudah merupakan suatu prestasi luar biasa dan cukup membuat deg-degan apakah saya bisa lulus atau tidak.
Betapa tidak, saat itu saya termasuk di daftar siswa yang pernah dipanggil kepala sekolah karena nilai Fisika dan Kimia saya yang kurang memuaskan dan karena saya ada di jurusan IPA, ini merupakan suatu hal yang penting. Untungnya setelah bergulat dengan soal-soal IPA yang rasanya tidak ada habisnya, saya lulus SMA dengan nilai cukup memuaskan. Merdeka!
Nah, saya tentu saja harus memilih jurusan sebelum lulus karena saat itu (dan saya yakin saat-saat sekarang trennya juga begitu) para institusi pendidikan tinggi sudah berlomba-lomba membuka pendaftaran lebih awal, bahkan dengan diskon early bird, di mana kalau kita mendaftar lebih awal, kita dapat potongan harga.
Memilih Jurusan dan Universitas
Pertanyaan paling penting: apa yang ingin saya pelajari? Apa jurusan yang mau saya geluti selama 3-4 tahun ke depan?
Saat SMP dan SMA, saya sudah bingung memikirkan hal ini, sudah tidak sabar ingin cepat-cepat kuliah, menjadi dewasa dan mandiri. Saya sering ikut tes minat dan bakat serta tes IQ walaupun kadang-kadang hasilnya (rasanya) kurang akurat karena salah satu jurusan yang dianjurkan adalah matematika (salah satu mata pelajaran momok).
Di dalam hati, saya menyimpan impian, saya sangat ingin menjadi seorang perancang busana sukses. Dari kecil, saya juga hobi menggambar dan membaca majalah-majalah wanita seperti Femina, DewiElle, dan Vogue.
Saya sudah mencari informasi tentang program desain busana dan hampir mengikuti tes masuk untuk kuliah di sebuah institut di Singapura ketika orangtua menyatakan keberatan mereka. Mereka ingin saya kuliah di Indonesia. Alasannya, mereka mengganggap saya belum bisa dilepas sendiri. Mereka takut saya tidak betah dan minta pulang. Saat itu saya mendengar pendapat mereka dan menyetujuinya; saya memang merasa belum siap secara mental untuk tinggal sendiri di negara asing. Kedengarannya cengeng, tetapi persiapan mental memang merupakan sesuatu yang harus dimiliki seseorang untuk dapat sukses kuliah dan tinggal di luar negeri.
Pada saat itu, saya tidak menemukan program S1 di bidang desain busana di Indonesia yang kelihatannya cocok. Maka, saya memilih secara acak program S1 lain yang kelihatannya menarik dan tersedia di universitas yang saya mau. Saat itu merupakan saat-saat yang cukup kacau, satu keluarga saya berkumpul membantu saya memilih jurusan. Mereka menyarankan program Bahasa dan Sastra Inggris, alasannya karena saya selalu dapat nilai bagus di pelajaran Bahasa Inggris, jomplangjika dibandingkan dengan nilai di pelajaran MaFiA (Matematika, Fisika, Kimia). Saya juga hobi membaca novel dalam bahasa Inggris. Di brosur, pilihan karirnya juga cukup beragam: menjadi guru, penerjemah, dosen, sekretaris, entrepreneur, kerja di industri pariwisata, dll. Akhirnya saya memilih Sastra Inggris sebagai pilihan pertama karena berpikir mungkin bisa kerja di perusahaan apapun dengan jurusan fleksibel seperti Sastra Inggris ini. Selamat tinggal, MaFiA! Saya tidak punya ekspektasi apa-apa. Saya cuma ingin kuliah dan dapat gelar S1.
Kuliah Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris
Sangat mengejutkan bagi saya ketika saya menjalani kuliah di program Bahasa dan Sastra Inggris ini. Saya sangat amat menikmatinya! Saya dapat dengan lancar berpartisipasi dalam semua diskusi kelas. Saya merasa menemukan dunia baru yang mengasyikkan dalam diskusi-diskusi kelas, khususnya dalam diskusi sastra. Ketika ada pembagian konsentrasi dalam jurusan ini (antara sastra, linguistik, dan pendidikan guru), tanpa ragu saya memilih sastra dengan satu tujuan: menjadi editor buku saat lulus nanti karena saya tahu sangat sedikit opsi karir untuk sastra. Naifnya, saya tidak punya cadangan karir lain. Saya cuma ingin menjadi editor buku fiksi, kalau bisa bahkan buku dalam bahasa Inggris, titik. Saya merasa jika saya sungguh-sungguh menginginkan sesuatu dan mau bekerja sekeras mungkin, peluang pasti muncul.
Pengalaman kuliah S1 ini sangat berkesan. Dari bukan siapa-siapa di SMA, saya menjadi lulusan terbaik dari fakultas saya dan berpengalaman menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan di jurusan saya, serta berpidato dalam upacara kelulusan universitas waktu itu. Saya sangat bersyukur atas lingkungan belajar yang suportif dan stimulatif, yang membuat rasa percaya diri saya yang lemah dapat meningkat.
Mencari Pekerjaan!
Saat sidang akhir selesai, saya tahu saat mencari pekerjaan tiba. Saya kurang berpengalaman saat itu, saya hanya pernah sekali kerja paruh waktu menjadi guru les Inggris saat semester terakhir. Kalau saya tahu sejak dulu, saya akan lebih aktif mencari kerja sambil kuliah untuk mempersiapkan karir lebih dini, sekaligus mencoba-coba pekerjaan di berbagai bidang. Perjuangan masih panjang setelah lulus S1. Sesungguhnya, perjuangan yang sebenarnya baru dimulai karena menurut pengalaman saya, jurusan di S1 tidak selalu berbanding lurus dengan karir.
Setelah menamatkan S1, di ijazah saya, yang tercetak adalah S.Pd (Sarjana Pendidikan) dan resume saya menunjukkan saya lulusan terbaik Fakultas Pendidikan walaupun saya tidak pernah mempelajari cara menjadi guru barang sedikitpun di kuliah (Sastra dan Bahasa Inggris berganti nama menjadi Pendidikan Bahasa Inggris). Alhasil, setiap kali saya melamar kerja menjadi guru bahasa Inggris, saya selalu dipanggil wawancara atau tes mengajar. Memang, IPK dan gelar yang bagus selalu membuka jalan ke tahap paling pertama.
Walaupun terlambat, saya menyadari situasi bursa kerja yang nyata. Profesi pendidik sedang amat dibutuhkan. Banyak anak masuk sekolah, sekolah-sekolah dibuka, bertebaran dan berkompetisi menarik murid di mana-mana. Sekolah nasional plus juga memberikan gaji yang lumayan besar untuk guru-guru. Guru juga merupakan suatu profesi yang cukup terhormat. Dibandingkan dengan industri penerbitan buku di Indonesia yang didominasi sebuah penerbit besar, industri pendidikan tentu saja menawarkan peluang kerja yang lebih banyak dan lebih baik.
Saya sangat mencintai buku dan dunianya, tetapi karena setelah beberapa bulan terkatung-katung melamar kerja dan selalu tidak berhasil melamar kerja di bidang penerbitan buku (entah karena lokasi yang jauh menurut saya, keberatan dari pihak penerbit, atau apapun itu), saya menyerah dan mau mencoba menjadi guru. Guru kan juga harus banyak membaca, saya pikir. Tiga bulan pertama dari program pelatihan guru di sebuah sekolah nasional plus, saya keluar. Tidak sanggup, rasanya ada beban mental dalam mengajar murid-murid SD, jika saya salah mengajar mereka menambah-mengurangi-mengali-membagi, bagaimana nasib mereka nanti saya pikir.
Sebuah kesempatan menjadi penerjemah datang dari kenalan saya. Saya ingat sekali, waktu itu sambil mengobrol, ia bertanya saya ingin jadi apa. Saya jawab menjadi penerjemah mungkin. Kebetulan, ia butuh seseorang untuk menerjemahkan sesuatu katanya. Saya langsung menyanggupi. Akhirnya sambil mencari kerja lain, saya menjadi penerjemah.
Pekerjaan Kedua
Bisa tebak pekerjaan kedua saya? Rupanya saya tidak kapok juga, saya kembali menjadi guru. Tetapi ini profesi guru yang berbeda, karena saya menjadi guru sastra Inggris untuk SMA! Saya mengambil peluang ini karena saya punya guru-guru sastra Inggris yang hebat saat kuliah. Saya sangat suka mereka karena mereka dapat menerangkan sastra dengan sangat mengasyikkan dan jelas. Mungkin ini akan lain, saya pikir. Pada akhirnya memang lain karena saya cukup menikmati mengajar sastra kepada murid-murid SMA. Banyak dari antara mereka kritis dan sudah memiliki fondasi bahasa Inggris yang baik. Mengajar juga jadi menantang untuk saya. Saya jadi belajar menjadi guru yang baik dan bagaimana berinteraksi dengan orang-orang dan kelas yang berbeda.
Sumber: http://indonesiamengglobal.com/2015/02/memilih-jurusan-dan-karir-yang-tepat-bagian-1/

Selasa, 01 Maret 2016

“Cinta Palsu” Beredar Luas di Kalangan Orang Muda Termasuk Mahasiswa

“Cinta Palsu” Beredar Luas di Kalangan Orang Muda Termasuk Mahasiswa

Usia saya tidak muda lagi dan masa remaja sudah lama meninggalkan saya, namun kali ini saya bikin tulisan yang berjudul: “Cinta Palsu” Sudah Menjadi Fenomena di Kalangan Orang Muda. Judul ini muncul setelah saya mengikuti tema program pada 2 buah TV swasta.
Terus terang saya bukan penggemar acara berisi hura-hura atau yang berbau remaja alay. Anak- anak saya dan juga istri saya hampir tiap sore asyik mengikuti topik topik pembahasan dalam 2 program TV swasta nasional. TV ini adalah Trans TV dan juga Trans 7.
Dimana-mana saya duduk- maksudnya di warung, di lobby, dan di rumah orang, saya kerap menemui banyak orang lebih suka memilih TV swasta ini. Mungkin karena program siarannya lebih unik dibanding dengan TV lain yang isinya banyak bertemakan film yang ending topiknya dapat ditebak, atau program TV yang selalu menayangkan kehidupan politik yang carut marut.
Akhirya saya juga coba mengikuti salah satu program yang diminati oleh keluarga saya yaitu program “Katakan Putus” di Trans TV. Juga program “Rumah Uya” di Trans 7. Kedua-dua TV ini programnya cukup kompak dibawah arahan Trans Media- ini menurut saya.
Kesannya acara Rumah Uya ini agak hura-hura, namun diakhir acara ada pelajaran yang diperoleh. Yaitu jangan terjebak dalam cinta yang salah. Begitu juga dengan acara Katakan Putus, yang berharap sepasang tokoh yang hubungan pacarannya diterpa masalah agar segera putus dan ada pelajaran bagi sang tokoh yang gemar memberi PHP (Pemberian Harapan Palsu) atau PHO (Penggaggu Hubungan Orang).
Bedanya bahwa kalau acara Rumah Uya. Ini semacang Talk Show. Rumah Uya mendatangkan tokoh (sepasang orang muda) yang diterpa masalah cinta. Tentu saja mereka datang dan rela problem mereka buat diekspos. Biasanya ada seorang Cowok gateng yang mencintai gadis dan secara diam diam juga mencintai pacar orang. Kemudian mereka berbohong untuk saling merayu dan saling menutupi modus cintanya. Lihat dulu foto icon Rumah Uya..dibawah ini !!
Wah salah upload. Itu icon buat Trans Tv yaitu "Katakan Putus" Ini yg dibawah baru icon buat Rumah Uya di Trans 7.

Tidak mutlak Cowok ganteng yang membuat masalah, pada beberapa sesi juga ada seorang Cewek Cantik yang jatuh cinta dengan seorang pemuda dan entah apa prinsipnya maka dia juga mencintai pemuda lain, dan kerap pemuda itu juga mengkhianati kekasihnya yang setia.
Pada acara Katakan Putus, awak Trans TV menemani tokoh yang mengalami korban cinta. Bisa jadi ia seorang wanita yang cintanya dikhianati oleh kekasihnya yang munafik- pura pura cinta sejati, namun dibalik itu ia adalah pengkhianat sejati. Juga bisa jadi ia adalah seorang cowok yang dengan enteng menaklukan hati wanita dan sekaligus menkhianati beberapa wanita.
Awak Trans TV menemani sang korban untuk berburu dan membongkar kepalsuan cinta. Dalam satu episode terbongkarlah kepalsuan kepalsuan cinta. Rata rata tokoh-tokoh cinta yang penuh dengan kepalsua itu jago bersandiwara- manis mulut, cantik dan ganteng, berdandan modist. Ini semua kelebihannya untuk menaklukan dan sekaligus mengibuli hati dan cinta pasangannya.
Terkesan bagi saya bahwa banyak cinta yang ditawarkan dan dilakoni oleh orang muda- umumnya mereka adalah mahasiswa- penuh kepalsuan. Apakah dia wanita atau pria, ketika dia menjalin komunikasi dan menjalin cinta dengan seseorag maka pada saat yang sama dia juga mempunyai PIL (Pria Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain).
Saya salut dengan kehidupan cinta masa lalu, karena lebih awet, sehat dan tahan lama. Nggak percaya..??? Coba lihat kehidupan cinta ayah dan ibu anda. Mereka sudah menikah lebih dari 20 tahun dan cinta mereka awet. Atau lihat cinta kakek- nenek anda. Usia cinta mereka sudah puluhan tahun, ya lebih tua dari usia ibu anda. Dan sungguh kita kagum atas kualitas cita mereka.
Sebaliknya coba simak kisah cinta anak anak muda sekarang dan juga para tokoh selebrity. Ya sangat rentan dan mudah hancur. Saat mereka jatuh cinta, keromantisan mereka diuber dan diekspos ke publik seolah-olah merekalah yang paling bahagia dan paling beruntung di dunia ini. Namun beberapa bulan kemudia cinta mereka berantakan. Malah kalau mereka dah punya anak, anak mereka menderita menjadi korban ...hidup tanpa ayah atau tanpa ibu. Cukup banyak anak-anak dirawat dan dibesarkan oleh single parent. Dibesarkan oleh single parent yang galau...dan kelak anak mereka juga tumbuh kurang sehat emosi dan jiwanya.
Apa sih penyebab keretakan cinta remaja sekarang ? Mengapa orang muda sekarang rentah mudah putus cita, bercerai, konflik perkawinan ? Mengapa perkawinan orang muda sekarang kalah sehat dari perkawinan generasi lama- Ayah ibu dan kakek nenek mereka ? Salah satu penyebabya adalah “Media Sosial” degan SMS dan chattingannya. Kalau begitu FACEBOOK, TWITTER, INSTAGRAM, WHASUP, LINE, BBM, dll adalah racun bagi kelanggenangan cinta. Ya Mengapa ???

SMS dan Chatting Salah Satu Penyebab Perceraian. Melihat meriahnya sebuah pesta perkawinan, rasanya tidak ada pasangan yang bercita-cita untuk bercerai. Bukan berarti sebuah bahtera perkawinan akan langgeng sampai akhir hayat. Tidak jarang, bahtera perkawinan itu akan pecah ditengah perjalanan dengan berbagai sebab, salah satunya adalah gangguan pihak ketiga.
Selama ini, Kabupaten Aceh Tengah dikenal sebagai daerah yang “adem,” warganya rukun, angka perceraian rendah karena kentalnya ikatan kekerabatan. Namun, warga Kabupaten Aceh Tengah terkaget-kaget membaca data perceraian yang dilansir media online Lintas Gayo, Sabtu (9/3/2013). Baru memasuki bulan ketiga 2013, Mahkamah Syar'iyah (Pengadilan Agama) Takengon telah memutuskan 58 perkara cerai gugat dari 155 perkara yang diterima pengadilan itu. Apa penyebabnya? Menurut Drs HM Yacoeb Abdullah, Ketua Mahkamah Syar'iyah Takengon, perceraian itu terjadi disebabkan, antara lain karena krisis moral, tidak ada tanggung jawab, penganiayaan berat, cacat biologis (impotensi-pen), poligami, kawin paksa, cemburu dan gangguan pihak ketiga.
Memang, akhir-akhir ini gangguan pihak ketiga menjadi trend baru runtuhnya sebuah bahtera rumah tangga. Lebih-lebih setelah hampir semua kawasan Aceh Tengah terjangkau jaringan handphone dan maraknya penggunaan media jejaring sosial. Ditengarai, SMS dan chatting menjadi alat pihak ketiga untuk berkomunikasi dengan isteri/suami orang lain sehingga berpotensi mengganggu rumah tangga pasangan lainnya. Berawal dari sebuah SMS iseng yang menanyakan kabar, lama-lama menjadi ajang curhat.
Begitu saling curhat, terbukalah berbagai hal yang terkait dengan problem rumah tangga kedua belah pihak. Setelah curhat, SMS mengarah ke masalah yang lebih pribadi, sampai akhirnya membuat janji pertemuan disebuah tempat diluar kota. Itulah sepenggal pengakuan yang diungkapkan HA (40) seorang laki-laki yang harus didamaikan oleh cerdik pandai.
Bercerai dari Suami Akibat Kecanduan Chatting (ummuraihanah: http://jilbab.or.id/archives/403-bercerai-dari-suami-akibat-kecanduan-chatting). Duh,…siapa yang tidak kenal dengan chatting?? Rasanya hampir sebagian besar umat manusia diatas muka bumi ini mengenal chatting dengan baik,…bahkan amat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.Sarana yang satu ini memang sangat bermanfaat sekali bagi mereka yang jauh dari keluarga,handai taulan,teman atau saudara dan yang lainnya.
Enak mengobrol di sini karena selain murah juga praktis ditambah teknologi sekarang yang bisa memuat suara kita didalamnya sekaligus webcamnya maka jadilah berkomunikasi jarak jauh ini nyaris sempurna.Orang jadi lebih suka memilih teknologi ini dibandingkan dengan komunikasi lewat telpon karena biayanya yang tidak murah selain itu Penelpon tidak bebas ngobrol karena teringat biaya pulsa yang bisa aja membengkak!!Akan tetapi tahukah anda bahwa dibalik itu semua bagi mereka yang tidak pandai menggunakannya bisa terfitnah dengannya,..terfitnah dengan chatting kok bisa?? Ya…bisa bahkan ada salah satu akhwat muslimah tertinah dengan chatting ini,..sampai ia harus bercerai dengan suaminya gara-gara chatting ini,…kisah nyata yang perlu kita baca untuk diambil ibrahnya
Kisah ini terjadi di Lebanon berdasarkan apa yang saya dengar lewat kajian bersama ustadz di majelis ilmu syar’i…ustadz menguraikan kisah ini agar bisa menjadi perhatian bagi muslimah disini (Sydney) agar mereka berhati-hati terhadap chatting ini dan tidak melayani sapaan dari laki-laki yang suka iseng menggoda lewat chatting ini…
Beliau adalah seorang wanita muslimah yang alhamdulillah Allah karuniakan kepadanya seorang suami yang baik akhlak dan budi pekertinya.Dirumah iapun memilki komputer sebagaimana keluarga muslim lainnya dimana komputer bukan lagi merupakan barang mewah di Lebanon.Sang suami pun mengajari bagaimana menggunakan fasilitas ini yang akhirnya beliaupun mahir bermain internet.Yang akhirnya iapun mahir pula chatting dengan kawan-kawanya sesama muslimah.
Awalnya ia hanya chatting dengan rekannya sesama muslimah,…hingga pada suatu hari ia disapa oleh seorang laki-laki yang mengaku sama-sama tinggal dikota beliau.Terkesan dengan gaya tulisannya yang enak dibaca dan terkesan ramah..sang muslimah yang telah bersuami ini akhirnya tergoda pada lelaki tersebut.
Bila sang suami sibuk bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya beliau akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan lelaki itu lewat chatting ,…sampai sang suami menegurnya setiba dari kerja mengapa ia tetap sibuk diinternet.Sang istripun membalas bahwa ia merasa bosan karena suaminya selalu sibuk bekerja dan ia merasa kesepian,… ia merahasiakan dengan siapa ia chatting ..khawatir bila suaminya tahu maka ia akan dilarang main internet lagi….sungguh ia telah kecanduan berchatting ria dengan lekai tersebut.
Fitnahpun semakin terjadi didalam hatinya,..ia melihat sosok suaminya sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut, enak diajak berkomunikasi, senang bercanda..dan sejuta keindahan lainnya dimana setan telah mengukir begitu indah didalam lubuk hatinya,..
Duhai fitnah asmara semakin membara,…ketika ia chatting lagi sang laki-laki itupun tambah menggodanya,..ia pun ingin bertemu empat mata dengannya..Gembiralah hatinya,..iapun memenuhi keinginan lelaki tersebut untuk berjumpa.Jadilah mereka berjumpa dalam sebuah restoran,..lewat pembiacaran via darat mereka jadi lebih akrab.Dari pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya….
Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hatinya,..sang suami yang menasehati agar ia tidak lama-lama main internet tidak digubrisnya..Akhirnya suami wanita ini menjual komputer tersebut karena kesal nasehatnya tidak di dengar,…lalu apa yang terjadi ?? Langkah itu (menjual komputer) membuat marah sang istri yang akhirnya iapun meminta cerai dari suaminya.Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki terse but yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.
Sang suami yang sangat mencintai istrinya tersebut tentu saja menolak keputusan cerai itu,..karena terus didesak sang istri akhirnya iapun dengan berat hati menceraikan istrinya.Sungguh betapa hebatnya fitnah lelaki itu.Singkatnya setelah ia selesai cerai dengan suaminya iapun menemui lelaki tersebut dan memberitahukan kabar gembira tentang statusnya sekarang yang telah menjadi janda.Lalu apakah si lelaki itu mau menikahinya sebagaimana janjinya???
Ya,..ukhti muslimah dengarlah penuturan kisah tragis ini,…dengan tegasnya silelaki itu berkata “Tidak!! Aku tidak mau menikahimu! Aku hanya mengujimu sejauh mana engkau mencintai suamimu,ternyata engkau Hanyalah seorang wanita yang tidak setia kepada suami.Dan, aku takut bila aku menikahimu nantinya engkau tidak akan setia Kapadaku! Bukan ,..bukan..wanita sepertimu yang aku cari, aku mendambakan seorang istri yang setia dan taat kepada suaminya..!” Lalu ia pun berdiri meninggalkan wanita ini,..sang wanita dengan isak tangis yang tidak tertahan inipun akhirnya menemui ustadz tadi dan menceritakan Kisahnya….iapun merasa malu untuk meminta rujuk kembali dengan suaminya yang dulu…mengingat betapa buruknya dia melayani suaminya dan telah menjadi istri yang tidak setia.

Sungguh kisah diatas patut untuk direnungkan bersama semoga kita semua ukhti muslimah tidak terfitnah dengan sarana ini (chatting ini),..dan agar lebih waspada serta hati-hati…bila ada yang ingin menggodamu maka acuhkan saja,…selain karena resikonya yang tinggi (kita tidak tahu siapa dia)mungkin ia hanya ingin meluangkan waktu senggangnya dengan menggoda anda…Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita.Dan, penulis berdo’a semoga peristiwa diatas tidak menimpa muslimah lainnya.amiin.

Jumat, 26 Februari 2016

Kunci Kehebatan Bangsa Barat ?

Kunci Kehebatan Bangsa  Barat ?
                                                                                                                 
            Umumnya banyak orang menyebut bangsa Eropa sebagai orang barat. Namun dibalik itu bahwa kata “barat” lebih menunjukan status kebudayaan seperti lebih individualisme, suka berkompetisi, lebih mandiri, menggunakan logika, dan mereka menghargai privacy (hak-hak pribadi) yang mana budaya ini dipakai pada umumnya di Benua Eropa, Australia dan Amerika.
Sejak dulu orang barat itu memang hebat. Kunci kehebatannya karena mereka mempunyai semangat eksplorasi dan curiosity (rasa ingin tahu)  yang sangat tinggi. Penulis sendiri memiliki pengalaman positif bersama teman-teman yang berasal dari barat. Bukan berarti penulis terlalu menganggungkan karakter orang barat. Tentu saja orang-orang kita juga memiliki karakter yang juga hebat. Namun penulis ingin mengupas beberapa karakter positif yang dimiliki oleh orang barat tersebut.
            Jalaluddin Rakhmat (1998) menulis tentang protipe (karakter umum) orang Barat. Dia mengatakan bahwakalau di Asia atau Indonesia lelaki dewasa boleh menangis dan berteriak histeris, namun di mata orang barat akan terlihat kekanak-kanakan. Karakter pertama yang terlihat dari mereka adalah keteraturan dalam memanfaatkan waktu.
Mempelajari eksistensi orang barat dari berbagai sudut pandang selalu menarik. Segala pencapaian yang telah mereka peroleh. Kita bisa melihat seberapa besar pengaruh dan kontribusi orang-orang barat terhadap dunia.  Itu terjadi karena dilator belakangi oleh semangat kerja keras (endeavour) hingga akhirnya bisa menorehkan jasa yang tinggi.
            Prestasi orang  barat tidak hanya dalam satu bidang, namun di berbagai bidang, seperti dalam prinsip dan teori keilmuan, sains, teknologi, dan beberapa bidang lainnya. Kelebihan orang barat selama ini sudah banyak yang kita ketahui. Penemuan mereka dibutuhkan oleh umat manusia. Mereka yang berhasil tersebut memiliki  semangat yang hebat. Dalam belajarpun semangat mereka sungguh sangat hebat, karena memang prinsip hidup bahwa mereka memperioritaskan pendidikan.
            Karena begitu pentingnya peran pendidikan, maka sistem wajib belajar  bagi anak-anak juga pertama kali muncul di negara barat. Ada kebiasaan positif yang diterapkan oleh orang barat. Kebiasaan tersebut telah terlaksana turun temurun. Pendidikan buat anak-anak telah mereka lakukan sejak dari dalam kandungan.
            Geert Hofstede dalam Jalaluddin Rakhmat (1998) mengatakan bahwa mahasiswa barat tertarik untuk menguasai dan mendalami satu atau lebih mata pelajaran. Sementara kebanyakan mahasiswa di negara berkembang, termasuk di Indonesia, hanya tertarik sekedar lulus dalam ujian.
            Ketepatan waktu penting di Barat. Sementara ketepatan waktu di negara kita tergantung pada status sosial. Orang golongan atas, seperti kepala dan orang yang dianggap penting lainnya, cenderung memperlambat kedatangannya untuk orang bawah. Dan orang lapisan bawah harus on time untuk mereka. Orang yang merasa terdidik- karena pendidikan mereka tinggi- cenderung untuk enggan melakukan pekerjaan kasar. Mereka memandang status akan tinggi kalau tidak bekerja dengan tangan.  
Orang orang barat yang pintar terlahir dari kelurga yang sangat peduli dengan arti sebuah pendidikan. Untuk melihat keunggulan barat, mungkin bisa dengan cara membandingkan dengan budaya Timur. Walaupun beberapa negara di timur atau di benua Asia juga sudah sangat maju menyamai negara-negara Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan dan Singapura. Namun kita bandingkan dengan kondisi negara Asia secara umum dengan budaya bangsa barat.
Budaya maksudnya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan lain lain. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Ada beberapa perbedaan antara budaya barat dan timur yang dewasa ini dapat kita amati dari media sosial- media elektronik dan juga media cetak. Bebeeapa perbedaan terlihat dari life style, trendy, nilai sosial, dan pendidikan. Life style atau gaya hidup orang Barat cenderung bersifat individualis. Mereka lebih senang hidup sendiri, berbeda dengan orang timur yang cenderung lebih bersosialisasi.
Tentang trendy, bahwa orang barat cenderung tidak mengikuti trend dan lebih memilih sesuatu yang bersifat tradisional. Penulis jadi memahami mengapa teman-teman penulis yang datang dari Eropa dan Australia, saat berlibur di Sumatera, mereka sangat menikmati kunjungan ke tempat- tempat tradisionil. Sementara kita, sebagai orang timur lebih memilih untuk mengikuti trend yang berbau modern, rasanya lebih enak menghabiskan waktu di mall atau pusat perbelanjaan yang modern. Kita menganggap orang yang tidak mengikuti trend sebagai orang yang belum mengenal selera modern. Jadinya orang barat lebih kaya pengalaman, apalagi saat berada dalam lingkungan tradisionil, mereka terlihat melakukan observasi atau pengamatan.
Menurut kebanyakan orang timur bahwa orang barat cenderung kurang mengetahui tata krama karena bersifat individualis, atau karena cara berpakaian mereka yang jauh berbeda dari standar orang timur. Anggapan demikian tentu bersifat subjektif, karena mereka juga memiliki ukuran etiket dan tata karma sendiri. Mereka lebih mandiri, percaya pada diri sendiri dan malah lebih patriot dan mencintai tanah air mereka- misalnya Orang Perancis sangat bangga menggunakan bahasa mereka. Orang Jerman tidak akan begitu bangga dalam menggunakan bahasa Inggris, mereka bangga dengan bahasa Jerman mereka.
Kemajuan orang barat, mereka peroleh kemajuan melalui pendidikan yang berkualitas dan percaya diri yang tinggi. Orang barat terlihat lebih mementingkan pendidikan. Mereka berlomba-lomba dalam hal mengejar prestasi. Sementara kita sebagai orang timur cenderung cepat puas dengan dengan ijazah yang kita peroleh.
Mari kita perhatikan, begitu banyak masyarakat kita yang menuntut ilmu di sekolah dan perguruan tinggi. Mereka belajar hanya sebatas mengerjakan PR atau belajar hanya sekedar mencari skor untuk ujian. Kalau tidak ada ujian maka cara belajar mereka terlihat melorot. Banyak yang pergi kuliah hanya untuk mendapatkan ijazah dan setelah selesai dari pendidikan mereka terlihat malas untuk menambah ilmu pengetahuan.
Filosofi yang berbunyi “tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat, atau long life education” hanya diaplikasikan oleh orang- orang barat (dan juga orang-orang yang datang dari maju lainnya di Asia). Kita sendiri, belum sepenuh hati dalam menggeluti ilmu pengetahuan. Karena mayoritas orang barat berpendidikan tinggi maka orang barat lebih tinggi tingkat kepercayaan dirinya.
Dimana letak kehebatan bangsa barat yang lain ? Kehebatan mereka terlihat dari ketertiban atau kedisiplinan. Pendidikan yang tinggi mempengaruhi tingkah laku seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi lebih taat pada peraturan. Orang barat lebih disiplin dalam mengendarai kendaraan, menyebrang pada tempatnya dan mereka lebih mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. 
Di Melbourne, penulis lihat bahwa traffic light (lampu lalu lintas) dipatuhi oleh semua pengguna jalan. Saat lampu merah menyala maka trem, taxi, motor atau kenderaan pribadi hingga pengendara sepeda juga pada berhenti.  Tidak ada yang suka menyerobot dan menyerempet pengguna jalan lainnya dan semua warga menyebrang jalan pada tempatnya.
Dalam keluarga barat, anak dididik supaya mandiri sejak kecil, setelah dewasa orang tua sudah melepaskannya dan hidup masing masing. Berbeda dengan kebiasaan dalam masyarakat kita, perlakuan orang tua terhadap anak sangat protektif, sehingga anak tidak mandiri. Keluarga barat juga terbiasa menanamkan pola-pola berfikir jangka panjang, anak-anak harus memiliki tujuan hidup yang konkrit dan cara berfikir mereka lebih kritis dan terbuka. Kalau bangsa kita ingin maju maka kita musti memiliki pola berfikir jangka panjang.
Gaya kepemimpinan di barat juga membuat mereka lebih maju. Ada tiga bentuk gaya mempin yang kita kenal, seperti otoriter, demokrasi dan laissez-faire atau serba membolehkan. Orang barat sangat mengenal konsep demokrasi yang diadopsi orang orang tua di rumah hingga di perusahaan atau negara. Power gap (jarak antara pemimpin dan yang dipimpin) dalam masyarakat demokrasi sangat dekat.
Dalam masyarakat barat jarak antara pemimpin dan rakyat sangat dekat. Sebaliknya di negeri kita secara umum jarak antara pemimpin dan rakyat sangat jauh jauh. Begitu pada banyak rumah dimana orang tua seperti kepemimpinan seorang ayah- yang cenderung menjaga wibawanya dengan membuat jarak dengan anak-anak mereka. Jadinya  sistem masyarakat kita dan pemerintahan kita beda dengan gaya pemerintahan bangsa-bangsa yang ada di barat yang jarak antara pemimpin dan jarak tidak terlau jauh atau disebut juga Low Power Gap.
Low power gap ini membuat komunikasi atas-bawah, anak dan orang tua, guru dan murid, hingga boss dan buruh sangat nyambung. Mereka bisa melaksanakan manajemen rumah tangga, manajemen sekolah atau pendidikan hingga manajemen dalam masyarakat dan negara menjadi lebih berkualitas. Ini juga menjadi alas an mengapa orang barat bisa menjadi lebih hebat. Jadi kehebatan orang barat terbentuk dari way of life  mereka.
Sebenarnya remaja kita di Indonesia juga bisa menjadi lebih hebat. Sumarkoco Sudiro (1990) mengatakan bahwa untuk bisa menjadi hebat maka para remaja harus mempunyai identifikasi dan penjelajahan. Identifikasi bisa diperoleh dalam semua bidang seperti: ilmu pengetahuan, seni, rohani, spiritualisme, dll. Maka orang tua dan guru harus menghargai dan menumbuhkan identifikasi diri melalui jati diri atau karakter tokoh yang harus ditiru.
Maka kualitas diri akan muncul melalui identifikasi, yaitu melalui pengalaman langsung, dengan membaca buku-buku dan dengan budaya lain. Remaja yang kurang punya identifikasi cenderung punya pribadi yang lemah. Untuk mengembangkan identifikasi adalah dengan memperbanyak penjelajahan ke museum, melalui sekolah yang bermutu, melakui rumah/ keluarga yang bermutu, juga mengunjungi universitas, pabrik dan pergi ke seminar. Kegiatan jelajah lainnya adalah dengan menjumpai langsung berbagai orang dengan berbagai jenis pekerjaan. Juga dengan mengenal tokoh-tokoh hebat lewat membaca biografi mereka. 

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...