Sabtu, 15 April 2017

Menyingkirkan Semua Alasan Untuk Menjadi Maju



Menyingkirkan Semua Alasan Untuk Menjadi Maju
Oleh: Marjohan, M.Pd

            Umumnya orang ingin menjadi maju dan mereka senang untuk dimotivasi. Namun motivasi yang diberikan pada seseorang ada yang bertahan lama dan cukup banyak tidak begitu dipedulikan. Motivasi yang diberikan oleh orangtua pada anak atau dari guru buat murid banyak yang kurang mujarab. Banyak orang yang ingin sukses namun ketika mau melangkah mereka buru-buru berarguen dengan seribu alasan.
            “Saya ingin maju tetapi..., saya ingin pandai tetapi..., saya ingin seperti anda tetapi..., tetapi saya nggak punya waktu”. Demikianlah bagaimana banyak orang gemar berlindung dibalik kata “tetapi”. Kata-kata penuh alasan selalu membenamkan banyak orang dalam kemunduran danketidak berdayaan. Pada hal untuk bisa sukses dan berjaya kita harus mampu menyingkirkan seribu satu alasan yang telah menjadi kerikil penyandung pada langkah kaki kita.
Benar sekali bahwa untuk bisa maju kita harus menyingkirkan semua alasan yang membelenggu mental dan semangat kita. alasan yang bertumpuk tumpuk ini telah membuat kita untuk memilih jalan yang stagnan- jalan di tempat.
Kondisi secara umum bahwa orang yang berasal dari keluarga besar dan didera oleh kemiskinan yang berkepanjangan akan susah untuk sukses. Namun tidak semuanya yang demikian, sebagian juga ada yang mampu untuk melompati kondisi ini. Juga menjadi fenomena bahwa orang-orang yang berasal dari daerah terpencil dan jauh dari sentuhan teknologi akan susah buat menjadi maju. Juga sebagian ada yang mampu melompati kondisi ini.
Saya memperoleh wawasan baru setelah membaca artikel yang ditulis oleh Alison Bert, editor in chief dari www.elsevier.com. Dia memaparkan tentang perjuangan lima ilmuwan wanita yang merangkak untuk menggapai sukses dalam artikelnya yang berjudul: five women scietis tell their stories of hard-earned success.
Para wanita tersebut berasal dari negara-ngara yang tidak begitu tersohor di dunia, yaitu Vietnam, Sudan dan Nigeria. Mereka membuktikan bahwa sukses bisa datang dari mana saja, tidak harus datang dari Jepang, Eropa, Amerika atau Australia, namun juga bisa dari Vietnam, Sudan dan Nigeria.
Para wanita yang yang diekspos oleh Alison Bert adalah Rabia Sa’id, Mojisola Usikalu dan Mojisola Adeniyi yang berasal dari Nigeria, Nashwa Eassa dari Sudan, dan Dang Thi Oanh dari Vietnam. Mereka semua berasal dari dunia ketiga- alias dari negara yang sedang berkembang. Secara terperinci bahwa mereka tidak berasal dari kota besar. Mereka malah berasal dari daerah pinggiran atau kota kecil, berasal dari keluarga besar, juga ada yang berasal dari keluarga broken home. Dengan keadaan ekonomi pas-pasan dan malah cenderung mendekati garis kemiskinan.
The Elsevier Foundation merupakan yayasan di bidang kemanusiaan dengan tujuan non profit, dan setiap tahun menyelenggarakan kompetisi untuk menjaring ilmuwan wanita terkemuka di dunia. Yayasan ini lebih mengutamakan untuk menyeleksi  para ilmuwan wanita dari dunia ke tiga, seperti negara- nagara dari Asia dan Afrika. Profil ilmuwan yang terpilih akan diekspos guna memotivasi para wanita lainnya di dunia untuk bisa bangkit dan berperan lebih banyak.
Para wanita pemenang yang telah diseleksi oleh The Elsevier Foundation untuk tahun 2015 yaitu seperti yang telah kita paparkan di atas (Alison Bert adalah Rabia Sa’id, Mojisola Usikalu dan Mojisola Adeniyi yang berasal dari Nigeria, Nashwa Eassa dari Sudan, dan Dang Thi Oanh dari Vietnam). Berikut profil sikat mereka yang berguna buat menginspirasi kita:
1). Dang Thi Oanh, Ph.D (Vietnam)
Sebagaimana banyak orang yang tumbuh dan dibesarkan dalam kesusahan, ini juga dialami oleh Dang Thi Oanh. Ia dibesarkan di sebuah di pedalaman Vietnam. Ia dan orangtuanya hidup dalam rumah yang sangat bersahaja. Atap rumah terbuat dari anyaman daun kelapa dan tanpa ada penerangan listrik. Motivasinya tumbuh oleh semangat belajar yang tinggi, meskipin di malam hari ia belajar hanya dengan penerangan lampu minyak tanah. Buat memasak makanan, keluarganya belum mengenal bahan bakar minyak, apalagi tabung gas, namun menggunakan kayu bakar yang ia kumpulkan dari hutan di belakang rumahnya untuk memasak.
“Saya harus berjuang agar lolos dari kelaparan dan kemiskinan”. Demikian tekad Dang Thi Oanh, dan sering kesusahan hidup, sebagai uncomfort zone, membuat orang memiliki semangat dan motivasi hidup yang tinggi. Sebaliknya banyak orang yang bearasal dari keluarga sangat berkecukupan- comfort zone- namun memiliki motivasi dan semangat belajar yang rendah. Ya karena mereka kurang merasakan adanya tantangan dalam hidup, sebab apa saja yang mereka mau, semua tersedia dalam lingkungan rumah.
Dang Thi Oanh dibesarkan di Vietnam Utara dari suku masyarakat Tay. Dia bersaudara 12 orang dan 7 orang yang masih hidup. Dia mengatakan bahwa dalam meraih sukses ada mentor dalam kehidupannya. Mentor itu adalah seseorang yang selalu memberinya semangat dan bimbingan hidup. Maka mentornya Dang Thi Oanh adalah kakak perempuannya yang berprofesi sebagai guru matematika di sebuah SMA. Dang Thi Oanh memperoleh pendidikan dalam bidang teknologi informatika di sebuah universitas di kota Hanoi.
2). Nashwa Eassa, Ph.d
Nashwa Eassa lahir dan dibesarkan di luar kota Khartoum, ibukota Sudan. Ayahnya seorang guru dengan 6 orang anak, dan semuanya lulus perguruan tinggi. Sering cita-cita nyata seseorang lebih terbentuk saat dia bersekolah di tingkat SLTA. Nashwa minatnya dalam bidang sains tumbuh karena rasa ingin tahunya tentang dunia saat belajar di sebuah SLTA. Ia tertarik dengan alam semesta. Di sekolah dia termasuk siswa yang cerdas, namun untuk pilihan karir ia memilih jurusan yang berbeda dari teman-temannya.
‘Dimana-mana di dunia ini sama saja, terutama di negara berkembang. Kalau seseorang memiliki nilai yang bagus, maka ia akan memilih jurusan kedokteran atau engineering (teknik). Kalau nilai agak rendah maka mereka memilih bidang sains. Banyak yang memilih kedokteran dan teknik karena memberikan pekerjaan yang lebih baik”, kata Nashwa.
Ia sendiri mendalami bidang fisika dan memperoleh pendidikan master dalam bidang sains untuk bidang fisika material dan nano teknologi dari Universitas Linkoping di Swedia. Kemudian ia meraih pendidikan doktoral dalam bidang dari Universitas Metropolitan Nelson Mandela di Afrika Selatan.
3). Mojisola Usikalu, Ph.D
Mojisola Usikalu dilahirkan di kota kecil di daerah barat daya Nigeria. Dia seorang anak yatim karena saat berusia 6 tahun ayahnya meninggal dunia. Dia dibesarkan oleh ibunya seorang guru dengan gaji yang sangat kecil, sehingga perlu dukungan keuangan dari saudaranya yang lain.
Mojisola Usikalu menjadi tertarik dalam bidang sains ketika ia belajar di SLTA. Dia memperoleh untuk meraih sukses dari mentornya, yaitu gurunya sendiri- seorang guru fisika yang memotivasinya untuk mendalami bidang fisika. Hampir semua orang sukses terjadi karena mereka puya mentor dalam belajar dan bekerja.
“Saya yakin bahwa apa yang ita berikan kepada lingkungan kita adalah apa yang kita peroleh”, kata Mojisola Usikalu. Untuk menopang kuliah dan kehidupan maka ia juga bekerja sambilan, yaitu sebagai tenaga guru honorer.
Angka putus sekolah cukup tinggi di negara-negara yang SDMnya tergolong rendah, demikian pula halnya dengan Nigeria. Sehingga Mojisola Usikalu sering berbagi motivasi (sebagai seorang motivator) terutama buat pelajar perempuan dan juga bagi siswa/ mahasiswa perempuan yang berniat untuk berhenti bersekolah/ kuliah.
“Begitu kita berjumpa dengan seorang tokoh yang sukses, maka nasehat-nasehat yang ia tuangkan sangat berpengaruh untuk membangkitkan kesuksesan kita”, demikian papar Mojisola Usikalu.
4). Rabia Sa’id, Ph.D
Rabia Sa’id dibesarkan dalam sebuah keluarga polygami dan ini dilegalkan di Nigeria. Ayahnya yang berkarir sebagai tentara punya dua orang istri dengan 10 orang anak, namun meninggal 3 orang. Pada mulanya Rabia Sa’id sempat bersekolah di tingkat SLTA saja. Dia kemudian menikah, namun setelah punya 3 orang anak ia terpikir lagi untuk melanjutkan pendidikan. Saat dia jadi mahasiswi baru di sebuah universitas, teman-temannya sudah pada bekerja dan ia hanya berstatus sebagai mahasiswi dan seorang ibu rumah tangga. Dia memotivasi dirinya sehingga dia mampu memperoleh prestasi terbaik di kampus.
Bila ingin sukses maka semua rintangan tentu harus dilalui. Untuk itu motivasi diri yang kuat adalah modal untuk memacu diri. Sekarang Rabia Sa’id menjadi dekan pada Universitas Bayero, di Kano- Sudan.
5). Mojisola Oluwayemisi Adeniyi, Ph.D
            Mojisola Oluwayemisi Adeniyidibesarkan dalam keluarga di kota kecil Iwo di Nigeria Tenggara. Dia anak kedua dari 8 bersaudara. Dia menyenangi pelajaran sains. Salah seorang guru SMA-nya membuatnya tertarik dengan mata pelajaran fisika.
            Great teacher makes great student. Seorang guru yang baik dan bisa memberi inspirasi akan mempengaruhi masa depan para muridnya. Mojisola Oluwayemisi Adeniyi menemukan guru yang hebat, yang mampu membuat pelajaran fisika menarik dan terasa lebih mudah.
            Dalam memilih cita-cita atau karir buat anak, umumnya orangtua mengarahkan anak agar mereka menjadi dokter saja. Kedua orangtua Mojisola juga demikian, menyarankan dia untuk bisa jadi dokter, karena gajinya lebih banyak. Nilainya terlalu bagus untuk mata pelajaran fisika, sehingga ia memutuskan untuk kuliah pada bidang fisika di Universitas Ibadan. Ia juga memperoleh pendidikan dari Universitas Birmingham Inggris.
            Demikian cuplikan profil lima ilmuwan wanita dalam menggapai karirnya. Bahwa lokasi daerah yang jauh dari ibu kota dan kondisi keluarga, sekalipun dari keluarga kurang berada juga bisa meraih cita-cita mereka. Malah orang yang demikian juga dikatakan sebagai orang yang berasal dari keluarga uncomfort zone- wilayah atau rumah yang kurang nyaman, biasanya memiliki tekad dan motivasi yang jauh lebih tinggi dari orang yang dibesarkan dalam keluarga comfortzone- yaitu keluarga yang berada.

Indonesia Butuh Sarjana Pemberani, Bukan Sarjana Penakut



Indonesia Butuh Sarjana Pemberani, Bukan Sarjana Penakut
Oleh: Marjohan, M.Pd

            Saya kembali membaca biografi singkat tentang Ciputra dalam buku yang editornya St. Sularto (2010), Jakarta: Penerbit Kompas. Dimana Ciputra memaparkan profilnya- dalam sub tittle- yang berjudul: Indonesia Negara Entrepreneur.
            Ciputra memang memulai hidupnya dengan sebuah mimpi yang kecil, dan kemudian dia punya mimpi yang lebih besar. Persisnya di awal usianya 30 tahun dia mampu mewujudkan mimpinya menjadi nyata- dream come true. Yaitu sebagai direktur sebuah perusahaan Pt. Pembangunan Jaya. Buat ukuran anak-anak zaman sekarang perjalanan hidup Ciputra untuk menapak karirnya sungguh sangat impossible- sangat sulit- dan juga mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka. Mengapa demikian ?
            Ciputra betul-betul mengawali hidupnya dari kondisi uncomfort zone- suasana rumah yang memang jauh dari suasana nyaman.Memasuki masa remaja sekitar zaman perang dunia ke-2, saat tinggal di Sulawesi Tengah, ia kehilangan ayahnya yang tercinta.
            Ia menyaksikan tentara Jepang menyeret ayahnya dan memisahkan dari keluarga. Ia dituduh sebagai mata-mata Belanda dan dijebloskan ke dalam penjara. Ayahnya meninggal dalam tahanan Jepang, namun hingga sekarang dia tidak mengetahui kuburan ayahnya.
            Ia tidak saja kehilangan ayah, namun juga kehilangan mata pencarian. Toko kelontong, sumber rezki/ sumber keuangan buat menghidpi keluarga juga hancur. Sejak itu mereka (ia dan keluarganya) jatuh miskin. Masa remaja yang seharusnya ceria ia lalui dengan penuh suasana suram.
            Fenomena umum adalah bahwa orang miskin jarang diperhitungkan keberadaanya. Mereka sering dilihat sebelah mata. Itu sangat dirasakan oleh Ciputra. Ia merasakan betapa tidak enaknya menjadi orang miskin dan tidak pernah/ jarang dihargai eksistensinya oleh orang lain. Inilah pemicunya bagi Ciputra untuk segera bangkit dan mematrikan tekad “Aku harus menjadi orang kaya dan sukses”.
            Untuk menjadi kaya dan sukses harus melalui jenjang prestasi. Makanya ia ingin berprestasi dan juga ingin independent (mandiri). Ia juga ingin bisa membantu orang lain. Tentu saja itu bisa dilakukan melalui strategi. Apa strategi yang ditempuh Ciputra ?
            “Yaitu dengan meninggalkan kampung halaman, dengan cara merantau atau hijrah”.
            Ia memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa, pulau yang SDM-nya lebih baik dari pulau-pulau lain di Indonesiasejak dahulu. Utamanya ia pergi ke pulau Jawa adalah untuk menuntut ilmu, yaitu ingin masuk ke ITB.
            Apa mustahil untuk bisa kuliah di ITB saat itu ? Transportasi menuju pulau Jawa di tahun 1940-an dan 1950-an belum lagi semudah dan senyaman zaman dirgantara sekarang. Saat itu hanya mengandalkan kapal laut dengan jarak tempuh hitungan minggu. Begitu pula masuk ITB di tahun-tahun tersebut juga tidak semudah di zaman cyber sekarang, yang kadang kala juga banyak program-program yang membuat calon mahasiswa memperoleh kemudahan.
            Dengan berbagai tantangan dan keterbatasan maka Ciputra berhasil menjadi mahasiswa ITB. Namun kehidupannya sebagai mahasiswa ITB tidak senyaman teman-temannya yang lain. Sejak tingkat dua ITB kiriman keuangan dari ibunya sudah terputus. Akibat kesulitan ekonomi, jadinya Ciputra memutar otaknya bagaimana untuk bisa mencari duit agar mampu membantu diri sendiri- menopang kehidupan sebagai seorang mahasiswa yang lagi dilanda kesulitan hidup.
            Sebagian teman-temannya mempunyai kecukupan uang dan mereka bisa hangout, mengikuti kegiata ekskul, menekun hobby di bidang kesenian dan olahraga, atau meluangkan waktu untuk memadu janji dengan kekasihnya. Maka hal seperti itu sangat mustahil bagi Ciputra.
            Ia mencari kerja serabutan sambil kuliah. Ia pernah menjadi pedagang batik. Ia bukan menggelar dagangannya di pasar kakilima di kota Bandung. Namun ia mencari batik ke Bandung dan menjualnya ke Medan. Selain itu ia juga sempat menjual meubel. Ia merancang gambar meubel  dan membayar tukang meubel untuk membuatkannya.
            Banyak orang yang malah merintis usaha- bisnis- setelah mereka wisuda, menjadi seorang sarjana. Sehingga merasa kesulitan untuk eksis. Namun Ciputra memulai usaha bisnis saat masih kuliah, itu karena desakan ekonomi- kesulitan biaya hidup. Maka berama temannya mereka mendirikan konsultan yang mereka beri nama “PT Perentjanaan Djaja”. Betl-betul kesulitan hidup- suasana uncomfort zone- memberi dampak motivasi yang dahsyat. Perusahaan yang mereka rancang tersebut masih beroperasi hngga sekarang. Agar kuliah tidak terganggu, maka Ciputra sangat ketat dengan pengelolaan waktu- time management yang bagus.
            Mengapa Ciputra memulai kemandirian hidup dan semangat entrepreneur sedini mungkin ? Sekali lagi, bahwa itu karena faktor kesusahan hidup. Derita kemiskinan dan merasa tidak nyaman diremehkan orang akibat faktor kemiskinan dan juga faktor kesulitan keuangan saat kuliah di ITB telah menjadi bahan bakar buat menyalakan semangan juangnya.
            Semangat entrepreneurnya muncul karena ia lahir di tengah keluarga pedagang. Tidak heran kalau sejak kecil ia bisa bermain dan bergerak di antara barang dagangaan. Ia bertemu dan berkomunikasi dengan pelanggan toko sejak masa kanak-kanak. Orangtuanya telah berhasil menciptakan lingkungan enterpreneur buatnya. Nilai-nilai enterpreneurship tertanam sejak kecil, hingga remaja dan juga hingga dewasa.
            Seorang enterpreneur harus menghormati dan menghargai pelanggannya. Ciputra tahu dari ayah dan ibunya, bahwa seorang pedagang/ enterpreneur harus menghargai pelanggannya. Keunggulan dalam pelayanan terwujud dalam bagaimana cara memuaskan pelanggan.
            “Apa saja yang dijual Ciputra pada waktu kecilnya ?”
            Ia juga harus mampu menjual hasil pertanian untuk kehidupan keluarga sehar-hari.  Ia juga terbiasa membuat topi dari pandan dan menjual ke masyarakat. Ia tidak merasa malu atau enggan melakukannya. Begitulah cara Ciputra dalam mengisi masa remajanya, dan sekali lagi kebiasaan ini menubuhkan jiwa enterpreneur dalam dirinya.
            Bagaimana dengan orang sekarang dalam menumbuhkan jiwa enterpreneurnya ? Ya utamanya dalam bentuk membaca buku-buku tentang wirausaha, juga menghadiri seminar tentar kewirausahaan hingga yang diperoleh hanya sebatas teori demi teori tentang cara berwirausaha. Mereka umumnya buta untuk melangkah, atau juga belum kuat percaya dirinya untuk terjun sebagai seorang wirausahawan muda. Teapi that is oke dari nggak pernah tahu tentang kewirausahaan sama sekali.
Paling kurang sejak usia anak-anak hingga remaja, seseorang yang ingin berwirausaha musti rajin-rajin untuk bertandang/ berkunjung ke pusat-pusat wirausaha agar mereka keciprat semangat wirausaha.
Membangun wirausaha saat masih kuliah , ini adalah awal sukses bisnisnya Ciputra. Ya saat para temannya asyik menggeluti hobby, maka Ciputra telah memulai merajut mimpinya dengan serius. Yakni untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dibelit kesusahan finansial.
“Saya harus menjadi arsitek yang berjiwa enterpreneurial. Hasrat inilah yang akhirnya membawa keputusan saya untuk mendirikan PT Penbangunan Jaya bersama pemerintah DKI Jakarta dan beberapa pengusaha nasional. Saya bukan pasif lagi menunggu pekerjaan, tetapi aktif menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain”.  Demikian papar Ciputra dalam meneguhkan dirinya.
Hidup perlu punya visi dan kita harus selalu bermimpi. Itulah prinsip hidup Ciputra. Dalam tahun 1960-an ia mendirikan Jaya Group, dan selanjutnya tahun 1970-an ia mendirikan perusahaan Metropolitan Group bersama kawan-kawannya dari ITB. Kemudian pada tahun 1980-an ia mendirikan Ciputa Group, bukan bersama teman-temannya, namun bersama anak-anaknya sendiri.
Saya yang lagi menulis artikel ini lagi merasa bersimpati kepada seseorang yang baru saja meraih gelar sarjananya dari jurusan teknik. Ia lulusan universitas terkemuka dengan nilai sangat bagus yang telah membuat bahagia orangtuanya. Namun setelah itu ia terlihat kebingungan hendak bagaimana lagi dan hendak mau diapakan ijazah sarjananya.
Terasa kalau hanya bangga dengan nilai yang tinggi itu adalah kebanggaan yang semu. Nilai yang tinggi tak lebih hanylah sebagai hiasan pada selembar ijazah. Sarjana baru ini terlihat sangat tidak berdaya dan barangkali sarjana baru ini adalah gambaran dari sebagian sarjana baru di Indonesia yang hanya sekedar jago atau cerdas dengan kertas. Setiap hari waktunya habis dengan merunduk mengotak atik gadgetnya dan ia tidak jauh berbeda dengan anak-anak SMP dan juga anak SMA yang sedang mabuk dengan gadgetnya.
Ya sarjana baru ini hanya sebatas cerdas kertas, cerdas dengan teori. Ibarat orang yang ingin pintar main bola maka dia sudah terlalu banyak membaca buku teori bagaimana cara main bola. Yang dia butuhkan bukan teori tetapi dia butuh langsung berlatih menendang bola. Semakin banyak ia berlatih menendang bola makaakan semakin hebat ia untuk menjadi pemain profesional. Jadi yang dibutuhkan mahasiswa baru ini adalah sebuah action.
“Sarjana baru yang bermental penakut ini tidak perlu lagi pendidikan, dengan arti kata kata belajar sebatas teori, belajar sebatas mencari perhatian dosen agar bisa memperoleh nilai yang tinggi. Yang dia butuhkan adalah latihan demi latihan. Ia membutuhkan ratusan kali latihan di lapangan kerja yang nyata. Berinteraksi dengan banyak orang, tidak perlu merasa alergi atau merasa lebih hebat dengan orang- orang yang bukan tamatan universitas, karena bisa jadi mereka lebih hebat lewat pengalaman lapangannya. Indonesia sangat membutuhkan sarjana yang berani, dan tidak membutuhkan sarjana yang penakut untuk menghadapi hidup.
Semua anak muda dan terutama para sarjana harus berani. Sekarang pekerjaan amat sulit, namun kesempatan buat berwirausaha sangat terbuka lebar. Ciputra menyatakan bahwa wirausaha harus dimulai dari pendidikan yang bukan asal-asalan. Karena kunci utama perubahan manusia ada pada diri manusia itu sendiri. Dengan kata lain kunci utama mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan adalah dengan mendidik dan “melatih diri, pratek langsung sebanyak mungkin”.
Maka manusia seperti inilah yang kita sebut sebagai manusia enterpreneur. Manusia enterpreneur tidak akan jadi beban masyarakat, ia malah bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain. Ia akan mampu mengubah kekayaan alam dan budaya Indonesia menjadi produk yang dibutuhkan dunia. Kalau boleh jiwa enterpreneur harus dimulai lebih dini agar tumbuhnya dalam jiwa lebih kuat, kalau diperkenalkan saat sudah dewasa maka dampaknya sedikit membekas. Pendidikan Amerika Serikat meberikan latihan enterpreneurship lebih dini yakni sejak dari pendidikan dasar, dan enterpreneur memperkaya kurikulum mereka. Jadinya enterpreneur mereka lebih sukses. Kita di Indonesia juga harus lebih sukses, semoga.


Sabtu, 08 April 2017

unforgetable steps in Sydney

 We are at Sydney airport and prepare to go back to Jakarta (Photo: Marjohan Usman)
 I am listening to the street singer in MSydney Mall park, and I meet him JACKMAN FRIDAY and I got his CD song
 She is one of Indonesia Scholarship from Rumania and we met in Jakarta..in Millenium hotel
  I am listening to the street singer in MSydney Mall park, and I meet him JACKMAN FRIDAY and I got his CD song
 Alvin From Borneo meet my Students at SMAN 3 Batusangkar
 Alvin From Borneo meet my school ... SMAN 3 Batusangkar
We (me and Safriwendi) were at still in Pesantren Al Kautsar in Tanjung Pati Payakumbuh

Selasa, 04 April 2017

Beberapa Prinsip Hidup Positif

Beberapa Prinsip Hidup Positif
Oleh: Marjohan, M.Pd
(Guru SMAN 3 Batusangkar)
Diri kita ibarat sebuah mobil, perlu dikendalikan. Pikiran kita merupakan driver atau pengendalinya. Semua bentuk pikiran kita akan memebentuk kualitas kepribadian kita. Dalam hidup ini kita dapat menemukan orang- orang yang punya kualitas, orang yang biasa- biasa saja hingga orang yang mudah dilupakan oleh sesama. Namun tentu saja semua orang ingin menjadi pribadi yang berkualitas dan sukses dalam hidup. Sekali lagi, bahwa menjadi sukses adalah pilihan hidup.
Memang dalam hidup ini terdapat banyak pilihan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Tom Corley menulis artikel pada www.success.com dengan judul: 16 Rich Habit: Your Auotopilot Can Make You Wealthy or Poor.
Ia mengatakan bahwa kecerdasan, bakat dan ketampanan/ kecantikan adalah anugerah dari Tuhan. Kalau kita pisahkan antara orang-orang sukses dengan orang-orang yang kurang beruntung, maka ini terjadi karena pilihan hidup dan juga kebisan- kebiasan yang berulang kali mereka lakukan. Perbedaan kebiasaan yang kita lakukan akan tejadi setiap detik, menit, hari, dll dan sepanjang waktu hingga ini semua membentuk wajah kita.
Ya tubuh kita ini adalah kendaraan dan dan ego atau pikiran kita adalah auto driver atau autp pilotnya. Kemana arahnya...ya kita yang menentukan. Setiap kebiasaan akan tersimpan dalam memori kita- dalam otak kita. Jadi otak kita selalu teribat dalam setiap keputusan yang kita lakukan sepanjang hari. Tentu saja kebiasaan itu yang berbentuk baik atau buruk.
Tom Corley menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk mempelajari tentang kebiasaan orang-orang yang hidup di negara kaya dan juga di negara miskin. Ia melakukan riset- mengajukan pertanyaan pada responden yang hidup di kedua jenis negara ini. Ia kemudian menganalisa. Akhirnya ia memperoleh kesimpulan tentang kebiasaan orang orang dari kedua kelompok negara tersebut. Ia kemudian menulis petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menuntun seseorang yang ingin menjadi orang yang sukses.
Ada beberapa kebiasaan positif yang dilakukan oleh orang orang kaya/ sukses. Saya memilih beberapa prinsip hidup positif mereka, di antaranya sebagai poin-poin berikut:
- Hidup sedang sedang saja.
- Mengontrol emosi.
- Membangun hubungan yang berkualitas
- Selalu senang beraktivitas.
- Memiliki tujuan hidup
- Tidak suka menyerah.
- Membentengi diri dari pikiran-pikiran negatif.
- Mengurangi kebiasaan yang jelek
- Mengenal target target utama.
1) Hidup sedang sedang saja.
Live within your means atau hiduplah sedang-sedang saja. Dalam gambaran saya bahwa semua orang kaya dan sukses itu akan merefleksikan kemewahan dan kesenangan dalam semua domain kehidupan. Penampilannya akan terlihat lebih berkelas dibandingkan orang-orang secara umum. Namun ternyata tidak.
Seseorang yang pernah saya jumpai tergolong relatif sukses. Sebelumnya ia tinggal dan menuntut ilmu di Eropa, dan ia memperoleh pendidikan master di Inggris. Saat ia mengunjungi neneknya di Sumatra orang tidak mengira kalau ia orang berkelas dunia, karena penampilannya tidak jauh beda dengan orang-orang yang hidup di Sumatra. Maksudnya ia dan istrinya betul-betul living within their mean- hidup dan berpenampilan biasa-biasa saja”.
Mereka berpenampilan sederhana, berbusana seperti orang-orang kebanyakan. Istrinya juga tampil sederhana, tidak seperti toko perhiasan berjalan. Perkatanyaan efektif, tidak asal ngomong dan senyumnya lebih banyak serta ia lebih aktif dalam mendengar.
Memang orang-orang sukses- punya kualitas pribadi yang bagus- sering menghindari hidup yang norak dan berlebihan. Mereka juga punya kebiasaan dalam menghemat income sampai 20 % perbulan untuk masa depannya. Kalau mereka punya income 100 %, maka mereka lebih teliti untuk menganggarkan memenuhi kehidupan, seperti:
- 25 % akan digunakan buat keperluan biaya perawatan rumah.
- 15 % untuk keperluan makan.
- Membatasi anggaran buat tujuan hiburan. Ada orang yang menghabiskan anggaran/ income hanya untuk menonton, main golf, dan berlibur. Maka orang sukses untuk tujuan berlibur dan hiburan, mereka hanya menyisihkan anggaran 5 % pertahun.
- Untuk perawatan kendaraan juga 5 %. Mereka tidak suka berfoya-foya, malah mereka menggunakan kendaraan hingga betul-betul usang. Mereka memilih menghemat uang untuk tujuan jangka panjang.
- Mereka juga menghindari kebiasaan berhutang, apalagi sampai mengakumulasi (menumpuk) hutang yang banyak.
- Mereka tetap melakukan banyak aktivitas untuk mendapatkan tambahan income, yang mana sangat berguna buat ditabung untuk persiapan di hari tua.
2) Mengontrol emosi.
Ada seorang pemimin pada sebuah instansi. Kinerjanya cukup bagus karena ia punya visi dan juga mengerti cara mewujudkan misinya. Namun sayang ia adalah seorang pemimpin yang sangat emosional. Kalau marah dia tidak hanya “angry (marah” tetapi malah cenderung emosi besar dalam level “fury atau naik pitam”. Dalam keadaan marah besar, wajah, telinga dan matanya menjadi merah dan orang=orang di sekitar satu persatu jadi menghindar. Jadinya banyak orang terdekatnya an juga anak buahnya jadi kehilangan simpati padanya. Akhirnya, ia ibarat pohon kayu yang tinggi yang jadi kering, lapuk, dan tumbang. Benar saja, ia tidak lama bertahan di intansi tersebut akhirnya ia keluar, tersingkir, semua orang terlihat senang dan ia menjadi pemimpin yang selalu dilupakan.
Jadi tidak setiap buah pikiran harus segera diungkapkan ke mulut kita, juga tidak setiap emosi harus kita ekspresikan. Sebab bila kita asal ngomong saja. Kita ngomong hanya berdasarkan buah pikiran yang dangkal maka setelah itu kita akan beresiko untuk melukai perasaan orang. Dalam hidup, ada orang punya mulut longgar. Ngomong seenak hatinya saja. Namun, sebaliknya, bahwa 94 % orang orang sukses lebih suka memfilter emosi mereka terlebih dahulu. Karena orang yang nggak bisa megontrol emosi, mereka akan beresiko dalam merusak hubungan di tempat kerja dan juga dalam keluarganya.
Maka kalau ada hal-hal yang terlihat kurang beres, maka berharap kita jangan buru-buru untuk ngomong. Idealnya tenangkan dulu pikiran dan setelah itu temukan waktu yang tepat buat mengungkapkan pikiran dengan lebih objektif. Dari pada kita buru-buru mengumbar emosi. Dengan cara tenang kita akan mampu membangun rasa percaya diri kita.
3) Membangun hubungan yang berkualitas
Membangun hubungan kerja yang berharga sangat berguna buat pelanggan atau klien. Lebih lanjut kita juga perlu buat mengembangkan hubungan yang lebih pribadi dengan orang-orang yang akan mendukung ide dan program yang kita punya.
4) Selalu senang beraktivitas.
Orang- orang yang kurang sukses itu karena mereka terbiasa menolak tanggung jawab. Menolak tanggung jawab itu adalah syndromnya mereka. “Wah yang ini bukan tanggung jawab saya dan yang itu bukan urusan saya !!!”
Akhirnya sebagai konsekuensi atas syndrom ini, atasan mereka enggan memberi orang-orang pemalas ini tanggang jawab dan kepercayaan. Kadang- kadang ada kegiatan/ tanggung jawab maka akan ada upah atau uang lemburnya. Jadi orang yang suka menolak tanggung jawab rezekinya bisa berkurang. Sementara orang sukses karena sering ikhlas dan senang dengan tanggung jawab, maka rezekinya bertambah dan bertambah selalu. ,
5) Memiliki tujuan hidup
Buatlah target dan tujuan hidup. Namun jangan banyak berharap, jadi kita harus “set goal and have no wishes”.Sesungguh yang suka banyak berharap itu hanyalah anak kecil pada orang tuanya. Orang tua yang bijaksana tidak akan memenuhi semua harapan sang anak. Kecuali harapan yang sangat relevan dan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan primer dan sekundernya.
Orang orang yang hanya pandai berharap- ibarat pandai bermimpi di siang bolong. Apalagi kalau malas berusaha maka dia akan sangat mudah dilanda oleh rasa frustasi dan kekecewaan. Untuk positifnya, buatlah target dan berusaha untuk mencapainya. Karena 70 % dari orang sukses adalah mereka yang gemar berbuat. Paling kurang mereka memiliki satu tujuan atau target dalam satu waktu. Kemudian mereka melangkah buat mewujudkannya.
6) Tidak suka menyerah- don’t give up.
Jangan pernah kenal kenal dengan kata merah. Don’t give up ! Orang-orang yang sukses adalah mereka yang tidak mengenal dngan kata menyerah. . mereka tetap memiliki prinsip hidup yaitu “selalu fokus, sabar dan selalu tabah”. Andai kata ada kendala maka mereka tidak akan langsung menyerah- berhenti untuk mencapai tujuan. Pada dinding memori mereka telah terpajang ungkapan “don’t give up”.
7) Membentengi diri dari pikiran-pikiran negatif
Sering terjadi orang lebih suka melihat kekurangan diri sendiri. Atau seperti ungkapan bahwa “rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita miliki”.
“Wah saya ingin jadi hebat, jadi pintar, jadi sukses, namun saya tidak punya waktu dan tidak punya kesempatan”.
Ungkapan seperti di atas sangat tidak bagus. Maka dinasehati agar “set aside the self-limiting belief holding you back- bentengilah diri dari barbagai pikiran negatif”. Buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa diri kita tidak berdaya, diri kita tidak mampu, dan diri kita punya keterbatasan untuk menjadi orang yang terbaik.
Di dunia Barat orang-orang yang suka pesimis dan juga kurang percaya diri akan berkata: “Poor people can’t become rich, rich people have good luck and poor people have bad luck. I am not smart, I can not do anything right. I fail at everything I try”. Ya marilah kita berhenti untuk berkata dan berpikir seperti kalimat di atas, karena 4 dari 5 orang sukses menghubungkan kesuksesan dan mewujudkan kesuksesan tersebut karena bentuk keyakinan positif yang mereka miliki.
“Saya juga bisa berbuat sebagaimana orang lain berbuat. Saya juga bisa maju sebagaimana orang lain bisa maju”. Maka kita perlu mengganti keyakinan atas konsep diri yang negatif menjadi konsep yang positif atas kemampuan diri sendiri.
8) Mengurangi kebiasaan yang jelek (Eliminate “bad luck” from our vocabulary)
Kepintaran seseorang juga bisa diukur dari jumlah kosakata yang mereka miliki. Dalam mempelajari bahasa asing, seseorang musti punya target penguasaan kosakata. Apa berada pada tingkat beginner, intermediate atau advance. Untuk ukuran, apakah level kosakatanya 3000, 5000, 10000 atau malah lebih. Namun dalam kehidupan ini cobalah miliki kosakata sebanyak mungkin, tetapi eliminir (hapus) kosakata “bad luck atau saya lagi tidak beruntung” dari galeri memori kita.
Rasa tidak beruntung atau perasaan sial terbentuk dari kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan buruk yang berkumpul dalam memori akhirnya akan menjadi badai atas pikiran kita sendiri hingga berdampak pada gangguan kesehatan kita, seperti darah tinggi, stroke, stress dan deprssi. Juga bisa menggangu pada keluarga
pekerjaan, perkawinan hingga juga bisa menghancurkan prestasi atau bisnis yang telah kita bangun.
9) Mengenal target target utama.
Terakhir, bahwa kita perlu mengenal tujuan hidup yang utama. Juga kebiasaan orang sukses dalam hidup, mereka memiliki tujuan utama. Ini merupakan kebiasaan yang sangat penting. Orang yang lagi bergiat untuk menggapai mimpinya berarti mereka lagi melangkah menuju tujuan dan target utama kehidupannya.
Jadi itulah beberapa kebiasaan positif yang dimiliki oleh para orang sukses, dan mereka lakukan secara berulang-ulang. Pribahasa mengatakan bahwa “alam terbentang jadikan guru”. Maka beberapa poin pengalaman yang telah saya paparkan di atas sangat layak buat kita adopsi dalam melangkah untuk menuju sukses.

Mengapa Anak Laki-Laki Harus Tumbuh Menjadi Orang dewasa Yang Lebih Kuat

Mengapa Anak Laki-Laki Harus Tumbuh Menjadi Orang dewasa Yang Lebih Kuat
Oleh: Marjohan, M.Pd
(Guru SMAN 3 Batusangkar)
Adalah fenomena umum, namun banyak yang tidak menyadari, bahwa setiap semester saat penerimaan raport dan selalu ada pengumuman tentang para juara kelas di mulai dari sekolah rendah (SD) hingga tingkat SLTA (SMA/MA dan SMK). Mayoritas murid perempuan tercatat sebagai peraih nomor 1, 2 dan 3 pada banyak sekolah. Apa ini maksudnya ?
Bahwa murid perempuan terbiasa belajar lebih bersungguh-sungguh dibandingkan dengan murid-murid laki-laki. Terus memasuki perguruan tinggi populasi anak perempuan (mahasiswi) selalu lebih banyak dibandingkan kaum laki-laki. Selanjutnya saat wisuda, jumlah mahasiswi juga jauh lebih banyak dibandingkan para kaum laki-laki (mahasiswa). Apa maksudnya ini ?
Bahwa sejak berusia kecil secara umum anak laki-laki telah memperlihatkan prilaku yang kurang unggul dibandingkan anak perempuan. Perhatikanlah buku catatan anak perempuan. Terlihat bahwa mereka memiliki buku catatan yang lebih rapi dan lebih lengkap sehingga mereka pantas untuk menjadi lebih unggul. Belajar dengan buku catatan yang rapi tentu lebih menyenangkan. Sementara banyak anak laki-laki yang buku catatannya ditulis nggak lengkap dan asal-asalan. Jadinya mereka belajar juga sering dengan kurang semangat. Jadinya mereka terkesan kurang unggul.
Bagaimana kalau fenomena ketidak unggulan laki-laki dalam belajar berlanjut- tumbuh dan berkembang- dalam masyarakat ? Tentu pada akhirnya akan banyak laki-laki yang bertekuk lutut pada hegemoni kaum perempuan dalam bidang akademik. Kelak bila dewasa, bila laki-laki muda menikah maka sang perempuan bisa menjadi pencari nafkah yang utama dan suami mereka akan mengemis uang jajan setiap pagi pada sang istri.
Saya terkesima membaca artikel yang ditulis oleh Maureen Rice, yang berjudul “can love survive when a woman earns more than a man ?” Dia mengatakan bahwa dewasa ini, terutama di negara maju dan mungkin di negara berkembang, bahwa sangat banyak kaum perempuan yang bekerja dan gaji atau upah mereka sama banyak dengan uang upah/ gaji yang diterima oleh kaum laki-laki.
Bukan hanya dengan perolehan “uang nafkah (gaji atau upah) yang sama”, malah juga ada sebagian perempuan yang mampu memperoleh pendapatan (uang) yang porsinya 5 kali lebih banyak dari suami mereka. Memang di negara maju banyak perempuan- mungkin ada sekitar 19 %- yang mampu memperoleh income yang jauh lebih tinggi dari income suami mereka. Melihat fenomena ini tentu saja ada yang bertanya-tanya tentang “bagaimana perasaan mereka dan sikap/ perasaan suami mereka atas status baru ini (?). Yaitu status yang mungkin perempuan tersebut bisa menjadi “new role model” pagi para perempuan mudayang sedang gila-gilanya mencari jadi diri dan mencari life style buat menuju masa depan. Atau mereka malah akan mengalami relationship disaster- bencana dalam hubungan perkawinan mereka (?)
“Arrijalu qawwamuna ‘ala nnisak”. Demikian firman Allah SWT (4:34), yang berarti bahwa bahwa kaum laki-laki pelindung (pemimpin) bagi perempuan. Para suami adalah pelindung bagi istri dan keluarganya. Maka akan terasa adanya rahmat- yaitu dalam bentuk ketenangan atas harga diri. Namun kalau malah para perempuan yang lebih kuat- lebih dominan- maka akan terasa adanya bencana. Atau paling kurang adanya sedikit
pergesekan pada perasaan suami. Karena terganggu egonya, mereka merasa kehilangan harga diri.
Kewibawaan laki-laki, sebagai pemimin dan pelindung, akan tersandung oleh kelebihan-kelebihan yang dimiliki perempuan. Utamanya kelebihan atas “money, education level and communication ability. Perempuan tersebut pada akhirnya menjadi pengendali kewibawaan rumah tangga dan laki-laki- sang suami- akan menjadi orang yang gengsi atau wibawanya ditaklukan oleh wibawa perempuan/ istrinya.
Di suatu tempat saya dengar ada seorang suami ngambek dan dia kabur menuju rumah orangtua. Dia meninggalkan empat anaknya yang masih kecil begitu saja- hanya sekedar menitipkan ketetangga, saat sang istri pergi bekerja ke kantor.
Itulah laki-laki itu kadang-kadang ibarat seorang bayi yang bertubuh besar. Ya susah juga untuk membujuk suami yang ngambek dari rumah untuk balik pulang karena ia punya kriteria atau persyaratan buat menjemputnya. Setelah diadakan rapat keluarga dari kedua belah pihak, setelah diusut tentang sebab dan akibat mengapa hal itu terjadi- sang suami yang kerjanya serabuta harga dirinya lagi terluka oleh ucapan dan beberapa hal kecil dari prilaku istrinya.
Suami yang berhati rapuh ini ternyata lagi menderita penyakit “rendah diri”. Pekerjaannya tidak menentu dan jumlah uang yang dia peroleh tidak menentu- kadang banyak dan sering hanya sedikit yang hanya sekedar pembeli secangkir kopi pahit. Sementara kedudukan istri sebagai seorang pegawai di tempat yang cukup basah hingga bisa selalu membawa jumlah uang yang lebih. Secara tidak langsung dia merasa lebih terhormat di mata keluarga. Dia menjadi pencari nafkah utama buat keluarga dan anak-anak
Kasus hubuganrumah tangga yang lain adalah akibat perbedaan status- yaitu tingkat pendidikan. Sepasang suami istri yang sebetulnya jumlah income yang mereka peroleh perbulan cenderung sama, malah kadang- kadang suami bisa membawa pulang jumlah uang yang berlebih. Namun jumlah uang berlebih itu belum berarti apa-apa buat istrinya. Kecuali kalau suaminya tamatan universitas dan bisa membawa uang lebih dan ini baru bisa diberi acungan dua jempol.
Memang istrinya lulusan universitas dan bekerja dan suaminya hanya berpendidikan diploma dua. Dalam candaan sang istrinya selalu membanggakan status kesarjanaanya. Dia merasa dirinya lebih terdidik, lebih berkualitas. Memang suaminya hanya tersenyum dan dibalik senyuman itu sang suami memutuskan untuk mengakhiri perkawinan dengan segala resiko di meja pengadilan agama. Tidak lama setelah perceraian, sang suami meneruskan pendidikannnya ke strata sarjana dan kemudian memutuskan pernikahan keduanya setelah itu. Candaan dan perbedaan penddidikan dengan keunggulan istri juga memicu kejengkelan suami.
Demikian juga halnya dengan kemampuan berkomunikasi. Meskipun sang suami uangnya lebih banyak dari istri dan juga karir suami lebih bagus, namun komunikasi istri lebih lincah. Ini juga berpotensi menimbulkan pergesekan hati. Ya laku-laki terlahir sebagai makhluk yang lebih ego. Dia dia sulit untuk diberi nasehat apalagi sampai diceramahi/ digurui secara terang-terangan oleh sang istri.
Ya banyak laki-laki kalau diberi saran atau masukan oleh sang istri dianggap sebagai tindakan yang mendikte dan cerewet. Laki-laki yang kurang lincah dalam berkomunikasi pada akhirnya untuk mempertahankan perkawinan mereka dengan cara strategi banyak bungkam- malas banyak omong pada istri. Akhirnya sang suami menjadi jago diam dan istri tidak punya tempat lagi buat curhat- curah pendapat di rumah.
Perempuan yang pribadinya lebih unggul dibandingkan suami, selain mengganggu keharmonisan hubungan perkawinan dengan suami, juga ikut mempngaruhi pribadi anak-anak mereka, terutama tumbuh-kembang psikologi anak laki-laki mereka dalam mencari identitas diri.
Dalam mencari identitas diri, anak laki-laki merefleksikan dirinya melalui diri ayahnya. Seorang bocah laki-laki tentu akan selalu ingin meniru kegiatan sang ayah. Ia ingin setinggi ayah, dan setampan ayah. Ia juga ingin sehebat dan sepopuler sang ayah. Namun apa jadinya setelah ia tahu bahwa sang ayah kalah unggul dibanding ibu dan akhirnya ayah bukanlah orang yang hebat dalam pandangannya.
Dengan arti kata bahwa seorang ibu yang lebih “gede” pengaruhnya dibandingkan pengaruh ayah akan mempengaruhi nyali anak laki-lakinya, nyalinya lebih kecil. Selain itu, ayah dan anak laki-laki yang interaksi mereka kurang berkualitas- mungkin juga ayah jarang hadir bersama anak- juga akan mempengaruhi nyali anak laki-lakinya, nyalinya lebih kecil.
Banyak contoh dan peristiwa tentang ibu yang punya power otoriter yang berlebihan. Ini membuat pribadi anak-anak mereka tumbuh dengan kekacauan dalam mencari identitas diri. Sekali lagi, anak laki-laki menjadi kurang berani alias bernyali yang kecil.
Memang setiap orang punya kisah dan takdir kehidupan yang berbeda. Pada sebuah tempat, seorang anak laki-laki yang hidup bersama ibu yang super tegas- sementara ayahnya berada jauh di tempat lain, telah menumbuhkan dan mendidik anaknya dengan penuh disiplin dan peraturan yang kaku. Ada selusin “some do’s dan some don’ts” tertera didinding. Yang jelas sang anak laki-laki harus belajar dan belajar selalu, tidak boleh pergi ke rumah teman hingga keluyuran.
Sang anak memang bisa masuk SD, SMP dan SMA yang berkualitas dan hampir tak punya waktu buat menikmati hobi dan bersosial. Hingga dia bisa melanjutkan kuliah ke perguruan favorite dimana dia sangat tertarik hanya buat belajar dan kurang membuka diri dalam bergaul serta beraktivitas. Begitu wisuda dan wisuda dia menerima selembar ijazah dan ia selanjutnya kebengonngan- nggak tahu- mau dibawa kemana ijazah tersebut. Ternyata semua perguruan tinggi tidak memberikan pekerjaan, hanya memberikan mimpi dan selembar ijazah.
Banyak orang yang hanya sekedar tahu dimana mau kuliah dan setelah itu bila selesai kuliah, jarang mereka tahu dimana mau bekerja atau pekerjaan apa yang mau dibikin. Apalagi perguruan tinggi hanya menawarkan jurusan yang kadang kala tidak begitu laku lagi dalam dunia pekerjaan. Namun bagi sebagian orang sangat memahami bahwa kuliah dan menuntut ilmu hanyalah sarana untuk mematangkan diri. Sementara untuk kehidupan sangat dipengaruhi oleh keterampilan bergaul, bukan oleh kemampuan akademik melulu. Jadinya nilai jazah perlu didukung oleh nyali yang gede, kemampuan berdaptasi, kemampuan berkomunikasi dan bergaul, serta kerja keras.
Power ibu yang kelewatan monopoli, pinter dan tegas juga membuat jati diri dua anak laki-laki dan seorang anak perempuannya jadi kacau balau. Sekarang kedua anak laki-laki sudah berusia melebihi kepala tiga, namun tidak memiliki keberanian untuk menikah, bagaimana menikah sebab saat remaja, mereka hampir tidak pernah membahas tentang jatuh cinta, dan bagaimana buat berpacaran. Karena itu semua adalah tabu. Namun saat sang ibu yang sudah berangkat tua dan ingin agar anak-anak mereka semuanya menikah agar mereka kelak bisa punya keturunan dan sebagai cucu buat ditimang- ditimang. Namun sudah terambat karena hati sang anak susah buat terbuka untuk kehadiran hati orang lain.
“Arrijalu qawwamuna ‘ala nisak- bahwa laki-lakilah yang sangat ideal untuk menjadi pelindungnya perempuan”.Namun merujuk pada perolehan prestasi akademik yang bertaburan sejak dari bangku SD, SMP, SMA hingga ke perguruan tinggi, lebih banyak diraih oleh kaum perempuan. Maka bisa jadi kelak bermunculan ratuhan, ribuan dan mungkin jutaan laki-laki yang kalah unggul pengaruhnya dibandingkan kaum perempuan.
“Wahai para pemuda....baik yang sedang belajar di bangku SLTA maupun yang lagi menuntut ilmu di perguruan tinggi, jadilah pemuda yang memiliki pribadi yang lebih kuat melebihi perempuan, terutama perempuan yang kelak menjadi istrimu !!! Kalau pribadi dan kualitas dirimu lebih lemah, maka rumah tanggamu akan mengalami masalah perkawinan. Anak-anak mu, terutama anak laki-lakimu akan bengong dalam mencari identitas dirinya”. Kalau demikian, apa yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki agar bisa menjadi laki-laki yang lebih berkualitas ?
Man jadda wa jadda. Siapa saja yang bersungguh-sunggu maka ia akan berhasil dalam setiap domain kehidupan.kalau dibikin rumus tentang bagaima lelaki yang berkualitas itu, ia harus memiliki kualitas yang ditandai oleh “head, heart and hand” yang berisi. Ia harus memilii kecerdasan, sholeh dan kuat.
Para nabi dan rasul adalah manusia yang memiliki otak yang cerdas, hati dengan keimanan yang kuat dan tubuh yang sehat dan kuat. Dari biografi Nabi Muhammad SAW dapat kita ketahui bahwa pada masa kecil beliau memperoleh pengalaman yang sangat
banyak dan juga diajar tentang rasa tanggung jawab, peduli dengan makhluk dan peduli dengan sesama manusia. Kualitas hati, pemikiran dan perbuatannya menjadi rujukan bagi kita- pemeluk agama Islam- dalam menjalani kehidupan ini.
Para pemimpin dan banyak laki-laki sukses di Indonesia dan di dunia adalah mereka yang memiliki kualitas pemikiran, dan keuangan serta pengaruh yang jauh lebih kuat melebihi para istri mereka. Utamanya dalam bidang pengetahuan, keuangan, pengaruh atau kemampuan bargaul dan berkomunikasi. Artikel ini tidak bernada untuk menghasut agar para laki-laki untuk bisa lebih unggul dan melecehkan kaum perempuan. Sekali lagi tidak bermaksud untuk merendahkan kaum perempuan. Tidak !!!
Namun mengajak mereka-para lelaki yang berusia muda- agar segera memiliki kualitas diri. Sebab kalau mereka kelak menikah maka mereka tentu harus menjadi pemimpin dan pelindung bagi keluarganya. Namun perempuan juga harus menjadi orang yang lemah kualitasnya, kualitas laki-laki dan perempuan atau suami dan istri musti berimbang.
Dalam dunia moderen ini hubungan perkawinan dari laki-laki dan perempuan musti bersifat partnership, yaitu saling melengkapi dan saling bekerja sama. Mengurus anak dan rumah tangga bukan tanggung jawab perempuan, namun dikelola oleh kedua belah pihak. Jadi kita, sekali lagi, berharap agar pemuda, siswa dan mahasiswa untuk pedulis memilki kualitas diri yang mencakupi pemikiran, spiritual, pengalaman hidup, wawasan dan kemampuan bersosial. Dari sekarang mereka harus think smart dan work hard.

Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan

Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan
Oleh: Marjohan, M.Pd
(Guru SMAN 3 Batusangkar)
Saya sangat tertarik dengan tulisan Annie Mueller yang saya baca pada www.investopedia.com dengan judul: work experience vs education- which lands you the best job ? Tulisan ini dijabarkan dalam bentuk tinjauan pro dan kontra. Beberapa argumen yang dipaparkannya adalah seperti:
- Pendidikan tinggi hanya membuktikan bahwa anda hanya bisa sukses dalam
bidang akademik, bukan dalam dunia kerja yang nyata.
- Sukses dalam pekerjaan yang aktual (pengalaman kerja) lebih berarti dari sukses
dalam bidang pendidikan.
Tinjauan pro dan kontra di atas didukung oleh pendapat George D Kuh yang menulis tentang “the chronicle of higher education”. Ia mengatakan bahwa seseorang yang bekerja saat masih kuliah akan memperoleh keterampilan yang sangat berguna seperti keterampilan team work dan manajemen waktu.
George D Kuh menambahkan bahwa bekerja part time (sambil kuliah) akan membantu mahasiswa untuk melihat dari dekat tentang nilai praktek sesuai dengan teori yang dipelajari dalam kelas dan diapplikasikan dalam bentuk nyata. Pengalaman tersebut juga akan punya dampak langsung dengan cita-cita atau karir yang sedang dicari.
Gelar kesarjanaan yang diperoleh seseorang 20 tahun lalu, khususnya untuk bidang tekhnologi, ilmunya bisa jadi tidak begitu terpakai untuk saat ini. Kecuali kalau seseorang memiliki akumulasi pengalaman kerja yang relevan yang lamanya juga 20 tahun. Dengan demikian pengalaman kerja lebih punya nilai signifikan dibandingan teori yang diperoleh melalui pendidikan sebelumnya. Sekarang banyak hal telah berubah maka kita sangat direkomendasi untuk memahami berbagai kecendrungan- trendy- di dunia ini namun kita selalu bisa melatih diri agar selalu memiliki banyak pengalaman kerja.
Paparan di atas, sekali lagi, merupakan pro dan kontra atas issue “mana yang lebih punya pengaruh signifikan antara pengalaman kerja atau keberadaan pendidikan dengan pengalaman akademiknya ?”.Namun saya ingin menggabungkan kedua titik pandang tersebut menjadi dua kekuatan yang aat bermanfaat untuk menuju masa depan menjadi konsep pemikiran yaitu: Kemampuan Akademik Dan Pengalaman Kerja Sebagai Jalan Toll Menuju Masa Depan.
Saya juga termasuk orang yang mendukung bahwa pengalaman kerja tetap lebih signifikan dari hanya sekedar memiliki segudang teori yang diperoleh lewat gelar kesarjanaan. Saya terinspirasi dengan kesuksesan dua orang tokoh yaitu pengalaman hidup Presiden Sukarno dan Ciputra, seorang pengusaha sukses dan konglomerat terkaya di Indonesia. Kedua-duanya adalah alumnus ITB.
Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah ITB yang telah mampu membuat mereka sukses atau malah mereka yang secara sugnifikan membuat ITB menjadi lebih populer ?” Dan pertanyaan ini tidak perlu untuk direspon.
Benar bahwa ITB merupakan salah satu perguruan tinggi yang paling populer dan bergengsi di tanah air. Dan pada perguruan tinggi ini sempat belajar dua orang yang juga cukup populer. Dari biografi kita tahu bahwa yang membuat mereka lebih sukses adalah proses belajar dan proses kehidupan yang mereka ciptakan dan lewati.
Bagaimana pendapat banyak orang tentang apa yang perlu dimiliki oleh para siswa dan juga mahasiswa agar mereka mampu meraih masa depan ? Mayoritas orang tua
berpendapat bahwa sekolah atau pendidikan merupakan jembatan emas buat mengantarkan mereka menuju mimpi mereka tersebut. Sekolah yang juga identik dengan dunia akademik. Maka di sekolah para siswa yang jagoan dalam bidang akademik, ya merekalah yang dianggap sebagai orang yang sukses. Para siswa yang memperoleh juara kelas, juara bidang studi, juara olimpiade, hingga juara umum, ya mereka dielu-elukan ibarat seorang hero.
Para orangtua juga demikian, mereka rela untuk membebaskan anak dari tanggung jawab ikut mengerjakan house work- membersihkan rumah, menyapu, cuci piring, menutup warung, dll- asal anak mereka bisa ikut bimbel dan melahap semua contoh-contoh soal ujian. Sebab terbayang sudah bahwa kalau sang anak mampu memperoleh ijazah dengan skor- skor yang fantastis, wow dapat dipastikan bahwa jalan toll menuju masa depan sudah terbentang. Sang anak akan melenggang kangkung buat melangkah menuju perguruan tinggi favorit dan sebentar lagi mimpi mereka akan menjadi kenyataan.
Fenomena bahwa cukup banyak anak- anak yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi namun terlihat kebingun. Mereka bengong hendak mau dibawa kemana dibawa ijazah tersebut. Bahkan cukup banyak pemuda dan pemudi yang telah menyelesaikan studi di perguruan tinggi, sekalipun dari perguruan tinggi favorit, masih memperpanjak kontrak rumah kost mereka agar bisa tinggal lebih lama dan berharap kerja favorit yang mereka impikan jatuh dari langit atau segera datang melayang mendekatinya. Itu semua nonsense !!!
Ternyata nggak ada pekerjaan yang jatuh dari langit atau datang melayang-layang mendatangi seseorang yang sekalipun jagoan akademik. Bahwa pekerjaan itu tidak akan datang mengejar kita dan juga tidak datang dengan mudah. Bahwa kitalah yang wajib mencari pekerjaan atau menciptakan suatu pekerjaan. Ya kesuksesan kerja yang hebat itu kitalah yang menciptakannya.
Pernah dinyatakan bahwa kalau dahulu, 20 atau 30 tahun lalu, kalau ada kelulusan 100 % sarjana baru, maka yang 80 % memperoleh pekerjaan, sementara yang 20 % menjadi pengangguran. Mereka menjadi sarjana pencaker- pencari pekerjaan. Fenomena tersebut berbalik 180 derajat untuk kelulusan sarjana hari ini. Maka dari 100 % kelulusan sarjana baru, yang 20 % mampu memperoleh pekerjaan dan yang 80 % menjadi PTT alias Pengangguran Tingkat Tinggi.
Siapa sih 20 % para sarjana baru yang mampu memperoleh pekerjaan dan dari mana mereka berasal dan apa kegiatan mereka saat di SLTA dan saat jadi mahasiswa ? Para sarjana yang mampu memperoleh pekerjaan setelah wisuda adalah mereka para mahasiswa yang bukan mahasiswa “kupu-kupu”. Yaitu para mahasiswa yang kebanyakan hanya terfokus pada urusan akademik dan tahunya hanya “kuliah pulang- kuliah pulang”. Atau juga BUKAN tipe mahasiswa yang terjebak dalam karakter pasif- karakter 4D yaitu tahunya cuma “datang, duduk, dengar, diam”. Mereka adalah para mahasiswa yang selain aktif belajar juga ikut melibatkan diri dalam ekskul di kampus dan punya seabrek peran dalam hidup mereka.
Juga diperkirakan bahwa para sarjana yang mampu memperoleh pekerjaan tak lama setelah mereka wisuda adalah mereka yang saat jadi siswa SLTA bukan termasuk tipe siswa yang tahunya hanya jadi anak manis, siswa yang patuh, kaku, kuper, nggak punya banyak waktu buat membuka diri. Namun mereka adalah para siswa yang selain bertanggung jawab dalam belajar , juga meluangkan waktu dan fikiran dalam mengurus kegiatan OSIS di sekolah. Malah di rumah mereka adalah juga para anak yang juga pinter buat menyenangi hati orang tua- ayah dan ibuya.
“Jadinya mereka juga peduli dalam mengurus diri sendiri, merapikan kamar, membantu mama di dapur, menemani papa untuk beres-beres di perkarangan rumah”.
Untuk zaman sekarang para siswa yang hanya sekedar jago dalam menaklukan buku, bisa jadi juara kelas dan juara lomba bidang akademik, namun kurang membuka diri dan juga kurang peduli dengan sesama. Susah diajak ngomong dan susah buat bekerja sama dengan team work, maka diprediksi bahwa skor-skor yang tinggi pada selembar ijazah tidak akan banyak berguna bagi orang lain.
“Cukup banyak para pelajar yang pinter di sekolah, ya sekedar pinter cari nilai dan miskin pengalaman hidup, setelah dewasa hanya mampu jadi wong kecil atau pekerjaan biasa-biasa saja. Sementara itu ada orang yag saat remaja- sekolah di SMA/ MA yang pintarnya biasa-biasa saja, namun sangat peduli dengan sesama dan juga aktif dengan kehidupan sosial. Singkat kata dia adalah tipe orang yang cepat kaki- ringan tangan. Senang bekerja dan suka memberi bantuan pada sesama, maka setelah dewasa mereka alhamdulillah menjadi orang yang rata-rata tergolong sukses”.
Kalau demikian bagaima jadinya tentang sekolah ? Ya keberhasilan dalam hidup ini tidak hanya ditentukan semata-mata pada prestasi akademik. Prestasi akademik yang tinggi juga mutlak diperlukan bagi orang-orang yang juga akan berkarir dalam akademik, munkin untuk menjadi tentor pada bimbel, guru dan dosen. Namun pekerjaan di luar itu sangat direkomendasi untuk memiliki nilai dan keterampilan sosial yang juga ekstra. Kemampuan akademik tidak cukup buat meraih masa depan. Jadinya mereka mutlak untuk memili kecakapan hidup yang lain seperti kemampuan kerja sama (team work), keberanian, keterampilan berkomunikasi, kemampuan manajemen, kemampuan memimpin, kemampuan beradaptasi, dll.
Dari proses kehidupan bapak proklamator negara kita, Presiden Sukarno, tercatat bahwa prestasi akademik dan serangkaian pengalaman sosial/ pengalaman hidup telah menjadi kunci utama dalam mengantarkannya menjadi orang yang hebat dalam sejarah Indonesia, bahkan juga dalam sejarah dunia. Sejak berusia masih muda Presiden Sukarno sangat gemar belajar, membaca dan berorganisasi. Ia belajar secara otodidak untuk banyak bidang. Saat dia pindah rumah maka dia membutuhkan truk untuk membawa buku-bukunya dalam berbagai bahasa. Karena ia menguasai bahasa Inggris dan Belanda secara fasih dan beberapa bahasa asing lainnya.
Sukarno juga membaca banyak buku-buku politik, filsafat, agama, sosial dan biografi yang langsung ditulis oleh penuls besar di dunia. Dengan membaca buku-buku dalam bahasa Belanda dan Inggris maka ia langsung bersentuhan dengan para tokoh dunia. Untuk keterampilan sosial maka Sukarno banyak mengunjungi para tokoh hebat yang ada di kota dimana ia hidup. Dia senang bertukar fikiran, menulis dan berpidato sehingga ia adalah juga presiden yang jago menulis dan seorang orator ulung yang telah menggemparkan dunia. Melalui Sukarno maka orang-orang di dunia mengenal dan menyegani bangsa Indonesia.
“Betul bahwa ia tidak terpaku pada teori yang ia baca, maka ia juga aktif bergabung dengan berbagai klub dan partai politik yang mana merupakan wadah yang membuatnya bisa saling berbagi dan menyalurkan aspirasi untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka hingga bisa setara dengan bangsa-bangsa lain di duna”.
Begitu juga dengan Ciputra. Saat dia tercatat sebagai mahasiswa ITB, kemiskinan telah menjadi teman kehidupannya. Maka untuk melawan kemiskinan ini, ia memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Ia berkolaborasi dengan temannya untuk mendirikan usha konstruksi, pada mulanya hanya secara kecil- kecil. Ia memberanikan diri untuk menawarkan jasa konstruksi kepada pihak pemerintah dan swasta. Dia mengalami jatuh bangun dalam mengelola kehidupan dan bisnis. Walau ada badai menerjang, ia tetap bangkit dan bertahan. Hingga usahanya ikut mencerahkan konstruksi ibu kota dan beberapa persada nusantara.
Hidup memang selalu berjuang, bangkin dan bergerak. Kemampuan akademik yang didukung oleh berbagai keterampilan lain seperti keberanian, manajemen waktu, rasa tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi an beradaptasi mutlak untuk dimiliki. Ini semua merupakan jalan toll untuk memudahkan kita dalam menggapai masa depan kita.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...