Rabu, 06 Desember 2017

Kebiasaan Yang Membuat Seseorang Jadi Hebat



 Kebiasaan Yang Membuat Seseorang Jadi Hebat

Kemampuan Awal Kita Adalah Menangis
            Saat lahir ke dunia semua orang memiliki kemampuan yang sama yaitu “crying- menangis”. Ibarat perlombaan lari, kita sama-sama memulainya pada garis start atau “titik nol”. Namun setelah 5 tahun setelah itu mulai terlihat perbedaan. Setelah 10 tahun, perbedaan kualitas hidup kita terlihat lebih jelas dan setelah 20 atau 30 tahun perbedaan- perbedaan tersebut sudah semakin melebar.
Siapa yang merawat dan dan membesarkan kita, bagaimana mereka memperlakukan kita, juga pengalaman yang kita lalui semuanya “membentuk siapa kita”. Dengan demikian mengapa ada orang yang berkualitas sangat hebat, ada biasa-biasa saja, ada yang tertinggal dan malah ada orang yang selalu dilupakan.
            Memang hidup ini dimulai dari titik nol, dengan hal yang sama, kemampuan awal yang sama. Orang awam membiarkan hidupnya mengalir, namun orang yang pro pada kemajuan mereka merancang masa depan mereka.
Ya kita harus merancang masa depan kita. Kita harus mendesain A Life Plan. Sebuah rencana tentang apa yang akan kita lakukan, rencana tersebut akan membantu kita. Kita perlu menentukan tujuan dan melakukan perubahan demi perubahan. Umumnya rencana hidup seseorang dirancang atas tujuan-tujuan kecil untuk mencapai tujuan jangka panjang atau tujuan yang lebih besar (Jessica A. Jonikas dan Judith A. Cook, 2004).

Beberapa Langkah Untuk Menjadi Hebat
            Perjalanan hiduplah yang membuat kita jadi saling berbeda satu sama lainnya. Buku Tom Corley (2016) dengan judul “16 Rich Habits: Your Autopilot Mode Can Make You Wealthy or Poor” tentu bisa menginspirasi kita. Bahwa Kecerdasan, bakat dan pesona itulah yang membuat seseorang jadi hebat, tetapi ini belum seberapa. Namun yang membuat seseorang saling berbeda yaitu “good habit and bad habit”, dan jurang pemisah antara “rich habits and poverty habits” sangat mengejutkan.

Dari 16 kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang kaya (orang sukses), 6 kebiasaan yang baik diantaranya adalah : “a) Membaca setiap hari, b) Tidak banyak menghabiskan waktu dengan internet dan gadgets, c) Menghindari kebiasaan menunda waktu, d) Talk less and listen more, e) Menghindari toxic people, dan f) Milikilah seorang mentor (penasehat pribadi)”. Pembahasan poin-poin tadi adalah sebagai berikut:
1)- Membaca setiap hari
Membaca harus menjadi kebutuhan utama kita karena aktivitas ini begitu penting. Kalau kita ingin menjadi orang sukses maka kita harus membaca yang banyak tentang informasi. Karena itu semua akan meningkatkan ilmu pengetahuan kita. Jika mau sukses dalam bidang bisnis, maka kita perlu membaca tentang bisnis. Kebiasaan seperti ini akan membuat kita lebih bernilai di mata teman-teman, pelanggan atau klien. Di antara orang-orang sukses, 88% masih menyempatkan diri buat membaca. Paling kurang mereka masih meluangkan waktu selama 30 menit atau lebih buat membaca setiap hari.
Begitu pentingnya membaca sehingga meluangkan waktu buat menciptakan “reading time”. Mereka tidak asal membaca saja. Maka ada beberapa buku yang mereka prioritaskan buat dibaca. Khususnya buku-buku “autobiography, educational career, personal development, biography of succsess people, peristiwa-peristiwa terbaru, sejarah dan hiburan”.Dari variasi bacaan tadi maka Tom Corley (2016) memaparkan tentang proporsinya, yaitu sebagai berikut:
- Sebanyak 94% dari mereka membaca tentang current event atau peristiwa terkini. Bacaan jenis ini sangat penting agar mereka tidak ketinggalan informasi.
- Sebanyak 79% dari mereka membaca tentang educational career atau tentang topik yang berhubugan dengan karir yang dipilih.
- Sebanyak 63% dari mereka kalau tidak sempat membaca buku maka mereka mendengar audio book. Jadi saat mereka bosan membaca buku teks, maka mereka mendengar audio book. Dengan demikian telinga mereka tidak harus disodori dengan jutaan megabyte fitur lagu-lagu pop melulu. Namun lagu-lagu tersebut tetap signifikan sebagai selingan.
- Sebanyak 58% dari mereka membaca biografi tentang orang-orang sukses. Dengan membaca biografi mereka bisa memperoleh cermin hidup tentang proses tumbuh-kembang seseorang dalam kehidupannya.
- Sebanyak  51% dari mereka membaca tentang sejarah. Sejarah yang dibaca bisa jadi tentang perkembang suatu domain, seperti perdagangan, sosial, wisata, bisnis, olahraga, dll.
- Dan sebanyak 11% dari mereka membaca hal-hal yang berhubungan dengan hiburan, ya tentang profil seorang atlit, bintang film, figur publik, dll.
Alasan  mengapa orang-orang yang sukses masih membaca adalah agar selalu meningkatkan kualitas SDM mereka. Kebiasaan inilah yang membedakan mereka dari orang yang kurang sukses. Dengan meningkatkan pengetahuan akan membuat mereka mampu melihat lebih banyak kesempatan, yang mana mereka terjemahkan- wujudkan- ke dalam bentuk keuntungan (finansial). 
Ada juga orang yang tergolong sudah sukses, namun malas dalam membaca dan pada akhirnya kesuksesan mereka jadi redup. Sementara bagi yang selalu membaca, dapat memperbarui pengetahuan dan wawasannya, maka kesuksesan serta karir mereka selalu bertahan dan malah cenderung meningkat.
Siapa yang tidak mengenal para ideolog seperti Karl Marx, Stalin, Hitler, Mao, Khomeini, Hasan al-Banna, Gandhi? Siapa yang tidak mengenal para negarawan seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Tan Malaka, Gus Dur, Obama? Siapa yang tidak mengenal aktivis seperti Malcolm X, Che Guevara, Fidel Castro? Siapa yang tidak mengenal sang inovator tenar Steve Jobs? Siapa yang tidak mengenal budayawan sekaliber Ajip Rosdi? Mereka jadi orang besar karena membaca (Suherman, 2012).
2)- Tidak banyak menghabiskan waktu dengan internet dan gadgets.
Menggunakan internet buat tujuan menambah wawasan dan memperluas jaringan adalah sangat tepat. Internet merupakan media komunikasi yang menyuguhkan bervariasi fitur seperti Facebook, Twitter, Instagram, Friendster, dll. Itu semua merupakan fitur untuk tujuan medsos alias media sosial. Melalui aplikasi android orang juga bisa menggunakan jenis medsos yang lain seperti Whatsup, BBM, Skype, Line, dll. Jadi sudah demikian banyak variasi media sosial yang disuguhkan buat pengguna internet/ android.
Dewasa ini pengenalan gadget sebagai teknologi moderen  telah mengambil perhatian masyarakat secara global. Ketergantungan orang pada teknologi gadget sudah begitu tinggi. Tingkat ketergantungan ini telah menimbulkan “ketagihan atau kecanduan”. Orang-orang muda merupakan kelompok yang sangat rentan atas ketagihan ini. Ketagihan ini telah menimbulkan pengaruh negatif, yang berhubungan dengan kesehatan mental (keharmonisan pergaulan, penyebab timbulnya perselingkuhan) dan juga merupakan faktor penyebab perubahan gaya hidup. Dibalik itu, tentu keberadaan gadget juga memberikan dampak positif, seperti bertambahnya interaksi sosial, meningkatnya acces informasi, dan memudahkan kehidupan melalui applikasi beberapa fitur yang terdapat pada gadget itu sendiri (Jyoti Ranjan Muduli, 2014).
Jumlah medsos yang berlimpah dapat diibaratkan dengan jenis hidangan yang tersaji di atas meja makan. Apa semuanya harus dikonsumsi? Paling kurang hanya satu atau dua saja. Orang yang menyantap semua jenis sajian yang berkalori tinggi sepanjang waktu akan berefek diserang oleh penyakit stroke, diabetes, dan gangguan pencernaan.
Hal yang sama juga bisa diibaratkan dengan orang yang mengkonsumsi semua fitur medsos. Juga akan menimbulkan banyak masalah- utamanya kehabisan waktu, hingga menjadi orang yang anti sosial. Medsos yang dipakai seperlunya tentu bisa punya manfaat yang optimal. Bagaimana penggunaan mendsos yang tidak terkontrol?
Saya sempat menjadi salah seorang yang juga cenderung mengkonsumsi banyak fitur medsos. Ya saya pernah tergila-gila menggunakan fitur Twitter, Facebook, BBM, Line, WA, dll. Memang saya bisa punya banyak koneksi ke seluruh nusantara hingga ke negara lain. Bagaimana efeknya ? Apakah saya jadi produktif?
Saya bisa menjadi orang ngetop, namun ngetop secara fatamorgana- ngetop yang penuh kepalsuan. Namun produktivitas menulis saya telah mendekati titik nol. Dan tidak satupun artikel saya terbit pada koran-koran dalam rentang 3 tahun.
Tahun 1990-an  saya belum mengenal internet, apalagi android, karena benda ini belum ditemukan. Saat itu saya sangat produktif. Setiap kali saya punya kelebihan waktu, maka saya menulis dan menghasilkan sejumlah artikel. Saya hanya mengetik menggunakan mesik ketik bermerek olympus dan menggunakan tipe-ex kertas untuk mengkoreksi kesalahan. Terasa lebih sulit, namun saya bisa jadi dalam menulis.
Tom Corley (2016) mengatakan bahwa sungguh cukup banyak waktu yang sangat berharga telah hilang gara-gara kita terbiasa parkir (duduk berlama-lama) di depan layar laptop. Bahwa 2/3 dari populasi orang-orang sukses hanya menonton TV sekitar satu jam saja per-hari. Kemudian hampir 63% dari mereka menggunakan waktu kurang dari satu jam untuk internet. Itupun mereka gunakan untuk tujuan pekerjaan.
Benar bahwa orang-orang sukses menggunakan waktu lowong mereka buat hal-hal yang lebih effektif, yang berguna untuk pengembangan diri, memperluas networking- jaringan pekerjaan- menjadi volunteering, juga buat melakukan kerja samping atau untuk bisnis yang lain. Waktu lowong juga mereka manfaatkan buat keluarga dan orang banyak.
Sebaliknya bagaimana dengan remaja sekarang? Cukup banyak yang hanyut dengan gadget, mereka telah menjadi generasi merunduk- bola mata mereka hanya fokus membaca fitur pada layar android. Melepaskan diri dari ikatan emosi dengan orang-orang terdekat- di sekitar mereka. Mereka merespon dan beramah tamah pada banyak orang di dunia medsos (media sosial)- cyber. Hingga mereka terlihat tidak punya kesibukan, kadang lupa dengan  pelajaran, pekerjaan dan keakraban dengan sesama.  
3)- Menghindari kebiasaan menunda waktu.
Avoid procrastnation- hindari kebiasaan menunda waktu, menunda pekerjaan baik lainnya. Kalau ada pekerjaan atau tugas maka segeralah untuk diselesaikan. Tuhan (Allah swat) juga memberi nasehat pada kita (hamba-Nya) bahwa apabila kita sudah menyelesaikan suatu pekerjaan maka kita tetap bekerja serius dan melakukan pekerjaan lainnya (Al Quran surat 94:7). 
Orang-orang sukses sangat memahami bahwa menunda pekerjaan akan membuat kualitas diri juga jadi menurun, berdampak dalam menimbulkan ketidak-puasan pada orang lain. Juga mempengaruhi kepercayaan klien (pelanggan) serta menghancurkan hubungan non bisnis. Tom Corley (2016) memaparkan 5 strategi yang akan membantu kita untuk meninggalkan kebiasaan suka menunda-nunda waktu, antara lain seperti:
- Ciptakan agenda harian (daftar kegiatan harian) kemudian targetkan bahwa
   70% akan bisa rampung setiap hari.
- Prioritaskan agar kita bisa menyelesaikan 5 agenda setiap hari.
- Tuliskan dateline atau batas waktu atas target kerja yang kita rencanakan
- Miliki sejumlah teman yang cukup akuntabilitas, yang teruji kemampuan
   dan keterampilan mereka. Berkomunikasilah dengan mereka setiap hati
   dalam rangka mencapai target kerja, juga saling memotivasi satu sama lain.
- Tuliskan kata “do it now !!!- aku akan segera mengerjakannya !!!”. Maka
   betul-betul segera kita kerjakan dan selesaikan.  
4)- Talk less and listen more.
Pada suatu hari saya mengikuti sebuah seminar di gedung audiotorium IAIN Batusangkar dengan pembicaranya Dr Louis Down dari Amerika Serikat. Dalam waktu istirahat saya mendekatinya dan mencoba untuk mengajak dia buat ngobrol. Saya mengajukan beberapa pertanyaan.
Saya berpikir bahwa ia akan merespon dengan begitu bersemangat. Ternyata dalam ngobrol tersebut ia lebih memilih menjadi pendengar yang aktif. Dia sedikit berbicara dan banyak tersenyum.
Itu tidak hanya terjadi pada Dr Louis Down saja. Pada lain kesempatan saya juga sempat ngobrol dengan beberapa guru internasional- yang diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat sebagai tenaga educational volunteering-yaitu John Duke, Marry Cameroun, Katty dan Barbara-semua dari Australia- ternyata mereka juga ngomong sedikit dan banyak mendengar.
Talk less and listen more adalah ciri-ciri orang terkemuka atau orang-orang yang sukses”.

5)- Menghindari toxic people.
Toxic people yang berarti “manusia racun”. Wah ini sebuah istilah yang cukup sarkasme. Toxic people adalah orang-orang yang punya kebiasaan meracuni pemikiran orang. Yaitu seseorang yang dari ucapannya atau pengaruhnya bisa membuat orang jadi bertengkar, jadi putus asa, jadi pecah belah-pokoknya kepribadiannya selalu mengganggu atau meracuni orang lain.
Penelitian terbaru di Jerman menunjukkan betapa seriusnya keberadaan toxic people. Keberadaan mereka bisa menyebabkan tumbuhnya emosi negatif yang kuat pada lingkungan sosial. Mereka bisa menyebabkan stress yang banyak dan keresahan pada orang-orang sekitar. Itulah alasan mengapa orang toxic harus dihindari (Travis Bradberry, 2015).
Memang kita harus bergaul dengan banyak orang. Malahan salah satu badan PBB-Unesco- meluncurkan 4 pillar pendidikan untuk warga dunia, menjadi tujuan belajar abad ke 21, yaitu bahwa setiap orang harus dapat belajar untuk 4 hal (Indra Djati Sidi, 2001), yaitu seperti:
-Learning to be, yaitu bagaimana seseorang bisa menjadi dirinya sendiri dan
   juga bisa jadi mandiri.  
- Learning to do, yaitu bagaimana seseorang melakukan penyelesaian masalah
   (problem solving).
- Learning to know or learning to think, yaitu bagaimana seseorang bisa memiliki
   kemampuan berpikir kreatif (creative thingking).
- Learning to live together, yaitu bagaimana seseorang bisa hidup
   berdampingan dengan orang lain yang berbeda dalam pemikiran dan
   budaya. Inilah bentuk dari hidup secara toleran tersebut. 
Kita musti bisa bertoleran dengan banyak orang yang berbeda kepercayaan, karakter dan pemikiran. Namun kita sangat dianjurkan untuk selalu menghindari toxic people. Perlu untuk diketahui bahwa 86% dari orang sukses selalu berhubungan baik degan orang sukses lain dan mereka menghindari bergaul dengan toxic people- orang yang pribadinya tidak begitu positif.


6)- Kita harus memiliki seorang mentor (penasehat pribadi).
Mentor berarti seorang guru khusus, seseorang yang bisa meng-update, melatih kita hingga mengarahkan jalan hidup kita. Maka banyak orang sukses, 93%, memiliki mentor yang berhubungan dengan kesuksesan mereka. Tentu mentor yang kita miliki boleh saja banyak dan tidak harus satu orang.
Para mentor secara aktif dan secara teratur berpartisipasi  dalam pertumbuhan kualitas pribadi kita. Mentor yang baik akan selalu bersedia meminjamkan tangannya kepada kita. Dia biasanya memberi kita arahan tentang apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus kita hindari.
Itulah 6 kebiasaan positif yang kita sadur dari 16 kebiasaan positif yang dipaparkan oleh Tom Corley. 6 Kebiasaan positif tersebut adalah: 1)- Membaca setiap hari, 2)- Tidak banyak menghabiskan waktu dengan internet dan gadgets, 3)- Menghindari kebiasaan menunda waktu. 4)- Talk less and listen more, 5)- Menghindari toxic peopl, dan 6)- Kita harus memiliki seorang mentor (penasehat pribadi). Hal-hal positif kalau menjadi kebiasaan, selanjutnya akan mengkristal menjadi karakter kita, yaitu karakter positif.

Budaya Membaca Untuk Melejitkan Potensi Diri



Budaya Membaca Untuk Melejitkan Potensi Diri

Membaca Di Mana-Mana
            Saat saya terbang dengan pesawat Qantas dari Jakarta menuju Melbourne, saya menemui pemandangan dan pengalaman baru di bandara Ngurah Rai- Bali, Bandara Sydney dan bandara Tullamarine Melbourne. Tiga bandara dengan banyak orang asing. Ada perbedaan yang saya  lihat, terutama tentang cara orang dalam memanfaatan waktu senggang. 
            Orang yang berkulit sawomatang, saya asumsikan sebagai orang kita dan non sawomatang sebagai orang Australia. Bukan bermaksud buat merendah warga negara sendiri, namun sebagai suatu otokritik dan juga tujuan memotivasi. Bahwa selama dalam pesawat orang kita lebih suka ngobrol dan para remajanya (orang muda) sibuk main game atau mendengar lagu pop. Sementara yang berkulit putih lebih memilih tidur, mendengar e-book atau membaca buku yang sengaja mereka persiapkan dari rumah.
            Saya jadi teringat dengan catatan tentang literasi-membaca para siswa di dunia, sebagaimana tertera pada pada salah satu dinding bagian dalam di rumah puisi Taufik Ismail di Aie Angek dekat Padang Panjang, Sumatra Barat. Sella Panduarsa Gareta (2014) menyelami sastra di rumah Taufik Ismail, menyatakan bahwa ada beberapa negara yang mewajibkan siswa mereka untuk membaca buku- novel, biografi, dan buku sastra lainnya, yakni:
            a). Siswa Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam diwajibkan oleh pihak sekolah membaca 5 sampai 7 buku dalam waktu sekitar dua             tahun.
b). Siswa Rusia, Kanada, Jepang, Swiss dan Jerman diwajibkan pihak sekolah membaca 12 hingga 22 judul buku.
c). Siswa Perancis, Belanda dan Amerika Serikat diwajibkan pihak sekolah membaca 30 judul buku dalam waktu dua tahun”.
            ”Bagaimana dengan siswa di Indonesia?”
Siswa SMA di Indonesia tahun 1929 hingga 1942 juga membaca sekitar 25 judul buku pertahun. Yaitu di saat nama sekolah AMS Hindia Belanda, AMS itu singkatan dari “Algemeene Middlebare School”. Saat di sekolah AMS Hindia Belanda dahulu siapa yang membaca 25 judul buku pertahun?
Itu yang namanya Soekarno, Mohammad Hatta, Syafruddin Prawiranegara, Muhammad Natsir, Ali Sastromijoyo dan Muhammad Yamin. Namun dari tahun 1943- 2008, siswa wajib membaca nol buku pertahun.
            Di negara-negara maju yang saya tangkap pengertiannya bahwa betapa pendidikan di negara tersebut kegiatan membaca literasi telah melampaui target ketuntasan sehingga semua anak-anak sekolah sangat menyukai membaca dan membaca telah menjadi kebutuhan utama mereka. Sementara kemampuan membaca untuk pendidikan kita- dari kacamata dunia, kemungkinan belum mencapai target sempurna. Hanya baru sebatas kenal abjad dan mampu membaca penggalan dongeng ringan.

Kondisi Literasi Membaca Kita
            Bagaimana dengan kondisi literasi membaca bangsa kita? Membaca dalam pendidikan kita baru sebatas pemberian PR. Guru-guru menugaskan siswa buat membaca dan membuat ringkasan. Siswa membuat ringkasan dan membaca dengan perasaan enggan, bosan dan mendongkol.
            Saat membaca terasa sangat berat dan membosankan bagi kebanyakan siswa SD di negeri kita, sementara itu membaca di negara Skandinavia terasa sebagai kebutuhan primer. Begitu pulang sekolah para siswa dari kelas rendah membawa buku cerita atau novel anak-anak yag ukurannya cukup tebal. Membaca dengan antusias dengan bantuan orangtua di rumah. Membaca kemudian meningkatkan kualitas verbal dan komunikasi mereka, juga menggugah imajinasi mereka hingga mereka menjadi siswa terkemuka.
            Ngainun Naim (2013: 1-7) memaparkan tentang potret buram membaca literasi di negara kita. sebuah data paradoks menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang sukses menjadi model untuk pemberantasan buta aksara di kawasan Asia Pasifik. Namun angka yang sedemikian menggembirakan ternyata tidak seiring dengan hasil survei UNESCO tentang minat membaca masyarakat Indonesia. Survei tersebut menunjukan bahwa minat membaca masyarakat Inonesia sangat redah. Tahun 2006, minat membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi paling rendah di kawasan Asia. Sementara International Educational Achievement mencatat bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN.
            Apa yang menjadi penyebab membaca belum bisa menjadi budaya? Sesungguhnya siapapun orangnya, apa pun profesinya, memiliki tradisi membaca. Maka semua profesi punya kontribusi positif untuk membangun budaya membaca. Namun profesi yang paling menggalakan minat membaca adalah mereka yang berasal dari dunia pendidikan. Apalagi kegiatan sehari-hari mereka juga dekat dengan dunia pengembangan ilmu.
            Namun tampaknya dunia pendidikan juga belum terlalu dekat dengan tradisi membaca. Banyak dosen dan guru ternyata belum banyak yang membaca secara tekun. Pada hal bagi mereka membaca merupakan sarana yang paling efektif untuk memperkaya wawasan. Himbauan bahwa “dosen dan guru yang baik”  musti terbiasa membaca dan terus membaca untuk memperbarui dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuannya hingga mereka layaknya mencari orang berlevel internasional.
Kesukaan terhadap membaca yang tinggi saya temui pada Craig Pentland, teman Australia saya, dimana kami sudah berteman sejak 22 tahun yang lalu. Setiap kali datang ke Sumatra untuk berlibur dia selalu membawa dua atau tiga buku yang dibaca selama berada di Sumatra. Tak jarang begitu liburannya berakhir dan ia telah menyelesaikan membaca 2 atau 3 buku. Begitu juga dengan teman-teman saya dari Eropa- Louis, Annes Bedos dan Francois, juga memanfaatkan waktu istirahat mereka buat membaca buku-buku. Saat membaca mereka terlihat sangat fokus dan sangat menikmatinya.
Desi Anwar (2015: 90-93) seorang wartawan yang produktif dan seorang host pada Metro TV juga berbagi pengalaman tentag betapa membaca itu sangat penting dan sangat menyenangkan. Dia sudah gemar membaca sejak masih kanak-kanak. Pengalaman membacanya dimulai dengan membaca novel pada usia 7 tahun. Dia masih ingat betapa asyik rasanya memegang buku, terasa berat dan serius.
Pada mulanya Desi membaca degan susah payah, halaman demi halaman, seperti mahasiswa yang bersemangat menghadapi ujian. Dia sudah bertekad menyelesaikannya dan ia mengharuskan dirinya menyelesaikannya. Akhirnya dia merasakan kesenangan dalam membaca. Membaca telah membawanya ke masa yang lain, membaca telah menjadi sumber kesenangan yang sejati. Ya benar bahwa membaca adalah keunikan sejati yang dapat kita miliki karena membaca berarti menyerahkan diri kita kepada semua indra.   

Bagaimana Memulai Kegemaran Membaca?
Saya ingin berbagi pengalaman nyata tentang bagaimana saya memulai menyukai membaca. Tentu saja setiap orang punya pengalaman yang berbeda. Pertama kali membaca buku saya memang merasakan kesulitan dan kejenuhan dalam menaklukan halaman demi halaman. Dan buku pertama yang taklukan adalah sebuah buku biografi milik teman satu kos saya. Judul bukunya “Pasang Surut Pengusaha Pejuang- Otobiografi Hasyim Ning (AA Navis, 1987)”. Buku tersebut hanya setebal 392 halaman, namun terasa sangat tebal, membosankan menaklukan halaman demi halaman dan sangat berat saat itu. 
Yang penting saat itu saya sudah punya motivasi untuk membaca keseluruhan isi buku tersebut. Maka mulailah saya menamatkan buku tersebut dengan cara memaksa diri. Pada mulanya saya coba membaca 10 halaman, kemudian istirahat dan membaca 10 halaman lagi. Saya buat target buat menamatkan keseluruhan halamannya. Saya biasakan membaca buku dengan menggunakan pensil.
Bila ada hal-hal yang penting menurut saya, maka akan saya garis bawahi. Nanti setelah saya menamatkan buku tersebut baru saya pindahkan ke buku catatan. Akhirnya dengan susah payah saya berhasil menamatkan membaca buku tersebut dalam waktu hampir 2 minggu. Saya kemudian membaca tiap, sekarang setelah hampir 30 tahun , membaca sudah terasa sebagai kebutuhan primer saya.
Setiap orang yang telah terbiasa dengan budaya membaca mereka akan sangat beruntung. Sementara itu membaca sangat direkomendasikan oleh Al-Quran (oleh Allah Swt): Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Surat 96:1).
Budaya membaca akan mampu buat melejitkan potensi diri. Ngainun Naim (2013:155-189) mengupas tentang membaca dalam rangka menangkap makna dan meraih prestasi. Ada banyak orang yang berubah karena membaca, misal lewat membaca biografi yang bisa mengantarkan menjadi penulis hebat.  
Salah seorang yang hidupnya berubah karena membaca, khususnya membaca biografi orang-orang terkenal, adalah Edward Bok. Pada masa kecilnya, Bok yang merupakan imigran Belanda di Amerika hidup dalam kubangan kemiskinan. Dalam sejarah hidupnya, Bok tidak pernah bersekolah lebih dari enam tahun.
Dia meninggalkan sekolah ketika berumur tiga belas tahun. Sebagai gantinya ia mulai mendidik dirinya sendiri. Dia menabung sampai dia mendapatkan cukup uang untuk membeli ensiklopedi biografi Amerika. Kemampuan membeli ensiklopedi ini membuatnya memperoleh banyak inspirasi dan membangun kreativitas dirinya. Pengaruh bacaan tersebut mendorongnya untuk melakukan hal yang luar biasa. Dalam perjalan selanjutnya, Bok menjadi penulis biografi yang ternama. Ia telah mewawancarai ratusan tokoh terkenal dan menulis biografi mereka. Semua itu bermula dari sebuah langkah mendasar, yaitu membeli dan kemudian membaca secara intensif biografi mereka (Maria Lauret, 2013).
Salah seorang pakar psikologi Indonesia adalah Prof. Dr. Ashar Sunyoto Munandar. Dalam perjalanan panjang hidupnya, Ashar mengaku bahwa ia begitu dipengaruhi oleh kata-kata yang tersusun rapi dalam aneka buku dongeng. Beberapa buku cerita dari masa kecilnya yang berkesan adalah Dik Trom, Piltje Bel, dan buku cerita karya Dr. Karl May. Bahkan, tanpa disadarinya, buku cerita itu pula yang memberikan rangsangan imajinasi dan wawasan luas tentang kehidupan.
Kesempatan meminjam buku bacaan di usia belia ini menjadi penanda signifikan bagi munculnya minat besar Prof. Ashar untuk membaca. Sejak itu, minatnya  membaca tumbuh pesat. Membaca dan terus membaca telah menjadikan Prof. Ashar sebagai pribadi penuh kualitas sehingga ia menjadi seorang pakar psikolog ternama di negeri ini. Bacaan cerita di masa kecilnya telah menjadikan dia sebagai pribadi yang terus tumbuh dan berkembang.
Besarnya pengaruh buku cerita juga dialami oleh penuis cerita yang cukup populer di dunia melalui bukunya Harry Potter, dia adalah J.K Rowling. Ia menulis novel legendaris tersebut dalam tujuh seri. Itu tentu saja merupakan hasil kerja keras dan perjuangan J.K Rowling yang sangat luar biasa. Orang mungkin hanya melihat dari sisi hasilnya saja. Padahal, kesuksesan yang diraihnya sesungguhnya dipegaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah pengaruh bacaan pada masa kecilnya.
J.K Rowling menuturkan tentang kenangannya yang paling jelas mengenai masa kanak- kanaknya. Adalah ayahnya yang duduk dan membacakan buku buatnya The Wind in the Willows. Bacaan demi bacaan yang terus digelontor orang tuanya pada masa kecil J.K Rowling secara tidak disadari telah membuat kesan hebat pada dirinya. Maka J.K Rowling mulai memimpikan cerita- cerita fantasis yang anehnya memiliki alur yang bagus dengan tokoh-tokoh yang begitu nyata.
Pengaruh bacaan kemudian mendorongnya untuk menjadi seorang penulis. Menulis baginya merupakan dorongan yang sangat hebat. Yang jelas membaca telah memberi kontribusi besar pada kemampuan J.K Rowling dalam menulis. Kesuksesan yang kini diraihnya merupakan akumulasi dari bacaan yang telah lengket dalam kehidupannya semenjak kecil. Begitulah, membaca kisah hidup para tokoh telah mengubah kehidupannya. Tentu saja ada banyak orang yang telah memperoleh manfaat positif dari kebiasaan membaca.



Daftar Pustaka

AA Navis (1987). Pasang Surut Pengusaha Pejuang. Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti.

A.Bobby (2015). Ajik Cok- Lihat, Tiru, Kembangkan. Jakarta: Kompas

Agus Nggermanto (2003). Quantum Quotient, Kecerdasan Quantum- Cara
Melejitkan Iq, Eq dan Sq Secara Harmonis. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Ahmad Faiz Zainuddin (2009). SEFT- Spiritual Emotional Freedom. Jakarta: Afzan
Publishing.

Ahmad Fatahillah (2014). 21 Tokoh Sukses Top Dunia Yang Ternyata Drop Out Dari
Sekolah. Mojokerto: NLP-NAC-ESQ (https://www.slideshare.net).

Annie Mueller (2015). Work Experiences VS Education- Which Lands You The Best
Job?”New York: Investopedia (www.investopedia.com).

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2002). Quantum Learning- Membiasakan
Belajar  Nyaman Dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Bonnie D. Singer (1999). You Are What You Say, To Yourself.  Newton, MA: American
Speech-Language-Hearing Association

Caroly Medel dan Anonuevo (2002). Integrating Life Long Learning Perspective.
Hamburg: Unesco Institute For Education (www.unesco.org/education/uie).

Cindy Adams (1965). Sukarno: An Autobiography. Indianapolis: Bobbs Merrill.  

Coline Rose dan Malcom.J. Nicholl (2003). Accelerated Learning For the 21st Century-
Cara Belajar Cepat Abad 21. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Craig Pentland (2014). Behavioural Ecology of The Black-Flanked Rock-Wallaby,
Petrogale lateralis lateralis (Disertasi). Perth: Edith Cowan University, The Faculty of Health, Engineering and Sciences, School of Natural sciences (http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi).

Dario Maestripieri (2012). The truth about why beautiful people are more successful-
The truth about why beauty pays. Chicago: University Chicago (https://www.psychologytoday.com/blog/games-primates-play).

Dave Meier (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa

Deb Shapiro (2008). Your Body Speaks Your Mind: Decoding the Emotional,
Psychological, and Spiritual Messages That Underlie Illness. New York: ReadHowYouWant.com (https://books.google.co.id/books/about/Your_Body_Speaks_Your_Mind.htm).

Dewi Utama Faizah (2009). Anak- Anak Yang Digegas Menjadi Cepat Mekar Cepat
Matang Cepat Layu (artikel). Jakarta: Direktorat Pendidikan TK dan SD, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas (http://nurfika.blogdetik.com).

Desi Anwar (2015). Hidup Sederhana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Dian Wibowo Utomo (2009). Hambatan, Motivasi, dan Strategi Pemecahan Masalah
Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yang Sedang Mengerjakan Skripsi (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (https://repository.usd.ac.id).

Dian Wirawan Noeraziz (2013). Self determination, Otentisitas,dan kebebasan
(Tugas Psikologi Humanistik). Surabaya: FakultasPsikologi, Universitas Airlangga.

Dominic O’Brien (2005). How To develop a Perfect Memory. Cambridge: Library Com

Fasli Jalal (2010). Education Decentralization In Indonesia, Lesson Learned And
Challenges. Jakarta: Ministry Education of Indonesia).

George D. Kuh (2015). The Chronicle of Higher Education. New York: Investopedia

Georgia Soares (2013). Attractiveness Leads To Success. Houston: Rice University

Grolier (1965). History- Our Worl In Colour. London: The Grolier Society Limited.

Harold S. Osborne (1943). Biographical Memoir of Alexander Graham Bell.
Washington: National Academy of Sciences

Hamermesh D.S (2011). Beauty Pays Why Attractive People Are More Successful.
Princeto- New Jersey: princeton Press

Hatch Robert A (1998). Sir Isaac Newton Footprints of  the Lion exhibit. Cambridge:
Cambridge University Library (https://www.perimeterinstitute.ca/files/articles).

Hazrul Iswadi (2017). Sekelumit Dari Hasil PISA 2015 Yang Baru Dirilis. Surabaya:

Ubaya- Iniversitas Surabaya (http://www.ubaya.ac.id/2014/content/article). 


Ibrahim Elfiky (2011). Terapi Berfikir Positif- Biarkan Mukjizat Dalam Diri Anda
Melesat Agar Hidup Lebih Sukses Dan Lebih Bahagia. Jakarta: Zaman.

Indra Djati Sidi (2001). Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru.
Jakarta: Logos.

Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat-
(https://id.wikipedia.org/wiki/Irwan_Prayitno).

Jalaluddin Rakhmat (1998). Komunikasi Antar Budaya, Paduan Berkomunikasi
Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Jesse Hicks (2012). Ray Tomlinson, the inventor of email: I see email being used, by

and large, exactly the way I envisioned. Peterborough-Canada: The Verge (https://www.theverge.com/2012/5/2/2991486/ray-tomlinson-email-inventor).


Jessica A. Jonikas dan Judith A. Cook (2004). This Is Your Live! Creating Your Self
Directed Life Plan. Chicago: University of Illinois, National Research & Training Center on Psychiatric Disability

Jyoti Ranjan M uduli (2014). Addiction to Technological Gadgets and Its Impact on
Health and Lifestyle: A Study on College Students (thesis).Rourkela: Department of Humanities and Social Sciences, National Institute of Technology (http://ethesis.nitrkl.ac.in/5544/1/e-thesis).

 

Kay Melchisedech Olson (2006). Johann Gutenberg and the Printing Press- Inventions

and Discovery. Mankato MN-USA: Graphic Library (https://www.amazon.com/Johann-Gutenberg-Printing-Inventions-Discover).


Lev Grossman (2010). Mark Zuckerberg (Biography). New York: Time

Louis Deharveng (2005). Expedition Sumatra 2002- Compte Rendu Speleologique.
Toulouse- France: Societe Speleologique de L’Ariege- Pays d’Olmes. 

Mahmood Khalil dan Zaher Accariyal (2016). Identifying Good Teacher For Gifted
Students. Sakhnin: The College of Sakhnin, Academy Colleg For Teacher Educatio (https://file.scrip.org).

Marjohan Usman dan Ranti Komala Dewi (2012). Tuntutlah Ilmu Sampai Negeri
Prancis. Jogjakarta: Diva Press.

Maria Lauret (2013). When Is an Immigrant’s Autobiography Not an Immigrant
Autobiography? The Americanization of Edward Bok. Las Vegas: MELUS- Department of English,  University of Nevada (MELUS, Volume 38, Issue 3, 1 September 2013, Pages 7–24, https://doi.org/10.1093/melus/mlt033).

Marjohan Usman dan Syaiful Amin (2013). Akhirnya Kutaklukan Kampus Jerman.
Jogjakarta: Diva Press.

Maureen Cane (2015). Practical Lessons And Resources For Teachers From
Foundation To year 10. Heidelbeg, Victoria: Volunteering And Contact Act (https://www.volunteeringaustralia.org). 

Melissa Stanger (2012). Attractive People Are Simply More Successful (artikel). New
York: Business Insider  (http://www.businessinsider.com/attractive-people-are-more-successful).

Mochamad Basuki, Yanti Muchtar, dan Theresia (2012). The Power of Literacy:
Woman’s Journey in India, Indonesia, Philipine and New Guinea. Quezon: ASPBAE (http://www.campaignforeducation.org).

Mudji Sutrisno (1994). Getar-Getar Peradaban. Yogyakarta: Kanisius.

Murad Maulana (2014). 31 Hal Yang Harus Anda Ketahui Tentang Gayatri Wailisa.
Yogyakarta: Pustakawan Blogger, UGM (www.Muradmaulana.com ).

Ng Aik Kwang (2001). Why Asians Are Less Creative Than Westerners (article).
Brisbane: University of Queensland (http://shadibakri.uniba.ac.id/wp-content).

Ngainun Naim (2013). The Power of Reading- Menggali Kekuatan Membaca Untuk
Melejitkan Potensi Diri. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Nurul Duariyati (2006). Makna Sukses Pencari Kerja Dan Motif Menjadi PNS
(Skripsi). Surabaya: Universitas Airlangga (http://repository.unair.ac.id). 

OECD/Asian Development Bank (2015). Education in Indonesia: Rising to the
Challenge. Paris: OECD Publishing. (http://dx.doi.org/10.1787/9789264230750-en).

Rhenald Kasali (2011). Wirausaha Muda Mandiri, tentang kisah inspiratif anak-anak
muda menemukan masa depan dari hal-hal yang diabaikan banyak orang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rhenald Kasali (2016). Self Driving Menjadi Driver atau Passenger? Jakarta: Mizan

Rhenald Kasali (2017). Disruption- Tak Ada Yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi
Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta: Kompas Gramedia.   

Robert Reardon (2016). John L Holland: Perspectives on Theory, Research And
Practice. Florida: Society for Vocational Psychology, Florida State University (

Ruth Callaghan (2016). Graduate Recruitment: Academic Results No Longer Matter
As Much. Melbourne: KMG House (http://www.afr.com/leadership).

Sahar F Abu Jarour (2014). Person Demotivation In Organization Life (Journal). Amman:
College Of Business And Management, Amman Arab University (https://ijbssnet.com/journal).

Sean Maloney (2008). Oral History of Martin Cooper. Mountain View- California:
Computer History Museum

Sean N. Talamas, Kenneth I. Mavor, dan David I (2009). Blinded by Beauty:
Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of Academic Performance. California: University Of Southern California

Sella Panduarsa Gareta (2014). Menyelami Sastra di Rumah Taufik Ismail. Jakarta:
Antara News (www.antaranews.com).

Setia Furqon Khalid (2010). Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses. Sumedang: Rumah
Karya.

Sri Owen (2008). Something About Myself. London:Journal dan Weblog

St. Sularto, Ed (2010). Guru-Guru Keluhuran, Rekaman Monumental Mimpi Anak
Tiga Zaman, Jakarta: Kompas.

Suherman (2012). Mereka Besar Karena Membaca. Bandung: Literate Publishing

Syahrial Syarbaini, Rusdiyanta (2009). Dasar-Dasar Sosiologi. Jakarta: Yogyakarta:

Tejvan Pettingen (2010). Biography Of Wright Brother. Oxford:

Tom Corley (2016). 16 Rich Habit: Your Auotopilot Can Make You Wealthy or Poor
(Article).Dallas- Texas: Success Magazine (https://www.success.com/article/16-rich-habits)

Torsten Husen (1995). Masyarakat Belajar. Jakarta: Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 

Travis Bradberry (2015). 10 Toxic People You Should Avoid At All Costs. Jersey

City:Forbes Magazine (https://www.forbes.com/sites/travisbradberry)


Victor Mc Elheny (1999). Edwin Herbert Land-A Biographical Memoir. Washington:
The National Academy Press
(http://www.nasonline.org/publications/biographical-memoirs)

Warni Tune. S dan Intan Abdul Razak (2016). Strategi Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...