I am MARJOHAN USMAN, the teacher at Senior High School. I like to meet many people and I like travelling. I love teaching and I love the world of kids. I have email : marjohanusman@yahoo.com and my youtube channel is: https://www.youtube.com/results?search_query=marjohan+usman
Kamis, 16 Juli 2015
The list of Potential Caves in Sumatra
GURU BERPRESTASI INDONESIA (The voice of "marjohan usman"): Potensial Caves in Sumatra: I am very proud that you present us regularly your tourism cover program that I know very much how exotic Indonesia is, especially west Sum...
Minggu, 05 Juli 2015
Kebijakan Pendidikan Negara Maju Sebagai Cermin Untuk Mendongkrak Kualitas Pendidikan Indonesia
Kebijakan
Pendidikan Negara Maju Sebagai Cermin Untuk Mendongkrak
Kualitas
Pendidikan Indonesia
Oleh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMA Negeri 3 Batusangkar
Setiap tahun lembaga
independen dunia tentang pendidikan selalu memonitor tentang kualitas SDM
bangsa-bangsa di dunia. Selalu ada versi negara terbaiknya, seperti tahun lalu ada
versi “The best top ten nations in
education quality”. Sepuluh negara terbaik dalam kualitas pendidikannya
yaitu: Amerika Serikat, Polandia, Jerman, Perancis, Israel, Swedia, England,
Korea Selatan, Jepang dan Kanada.
Negera-negara
tersebut bisa meraih predikat sebagai negara terbaik untuk kategori pendidikan
karena kemajuan kualitas SDM masyarakatnya, mereka punya wawasan dan
pengetahuan yang luas. Kondisi ini terbentuk karena faktor budaya membaca
mereka yang sangat kuat. Juga karena kualitas Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Lanjutan mereka yang sangat bagus. Kemudian, kaum perempuan mereka, sebagai pembentuk
kualitas keluarga, juga sangat menentukan. Inilah komponen dasar untuk menilai
kualitas pendidikan bangsa-bangsa di
dunia.
Selanjutnya
bagaimana keunggulan pendidikan pada masing-masing negara tersebut, kita akan
sorot secara singkat satu per-satu:
1) Kanada, negara ini memiliki
mutu pendidikan yang sangat bagus sejak jenjang Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA
hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuan juga sangat
bagus, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Sistem pendidikan
dikontrol oleh setiap propinsi. Ekonominya sangat kuat dan semua industri
sangat bersaing.
2) Jepang, memiliki
mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA
hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuannya sangat
bagus, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Yang juga menonjol
adalah adanya pusat pengembangan profesi guru. Kualitas sistem pendidikan disana
sudah merata dan terkontrol sangat baik pada setiap propinsi.
3) Korea Selatan, negara
memiliki mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD,
SLTP, SLTA hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuannya sangat bagus, punya wawasan dan pengetahuan yang
luas. Lembaga pendidikan memiliki ekskul yang bagus sehingga melahirkan banyak
atlit (untuk bidang olah raga) dan aktor/ aktris (dari ekskul seni/ musik).
Ingat dengan prestasi gemilang Boy Band, Girl Band dan K-Pop adalah berawal
dari ekskul pada bidang seni. Orang tua disana juga memberikan partisipasi yang
bagus.
Bandingan dengan
partisipasi orang tua di negara kita yang terkesan berlepas tangan, terkesan serba
menyerahkan kualitas pendidikan anak pada sekolah semata. Mungkin karena orang
tua di negara kita miskin dengan ilmu parenting.
Kegiatan self-study
atau otodidak sudah sangat lazim di Korea Selatan. Bandingkan dengan negara
kita untuk memacu seseorang prestasi hanya tergantung sebatas belajar pada
“bimbel- bimbingan belajar buat akademik”, pada sanggar seni. Di rumah motivasi
belajar mampir mencapai titik nol.
Untuk contoh bahwa
peningkatan kualitas Olah Raga tergantung hanya selama Diklat saja, tidak ada
Diklat ya tidak ada latihan. Panteslah kualitas olah raga kita selalu dilihat
orang sebelah mata di dunia. Budaya kompetitif (bersaing untuk maju) juga tumbuh
di Korea Selatan untuk memacu prestasi, terutama buat bidang akademik, olah
raga dan seni.
4) England, negara ini memiliki
mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA
hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuan mereka sangat
bagus, punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Yang sangat menonjol adalah
kemampuan membaca warganya yang kuat. Wajib belajar disana sampai usia 16 tahun
dan banyak sekolah menerapkan full time
study.
5) Swedia, mengapa
kualitas pendidikan negara ini terbaik di dunia ? Karena masyarakatnya punya
program membaca. Teman saya dari Swedia (Ulla mo, Eva dan Gunni) mengatakan
bahwa di kampung mereka ada “reading time”
yang dilakukan oleh semua warga. Juga ada pusat belajar bagi orang dewasa,
pendidikan bagi orang berkebutuhan khusus, dan masyarakat dengan semua tingkat
status sosial ekonomi punya hak yang sama buat bersekolah dan wajib belajarnya
selama 12 tahun- dengan praktek/ mutu yang bagus.
6) Israel merupakan
negara baru dan selalu konflik dengan negara tetangganya namun kualitas
pendidikannya sangat bagus di-dunia. Faktor penentu adalah kualitas lembaga
pendidikan, kualitas masyarakat dan kaum perempuan yang sangat tinggi. Mereka
memiliki tingkat akses ilmu pengetahuan yang bagus. Kemampuan membaca anak
didik di tingkat SD, SLTP dan SLTA sangat tinggi. Kemudian adanya keunggulan
dalam pendidikan seni dan sains.
7) Perancis, terkenal dengan
pendidikan inklusifnya ke seluruh dunia. Lycee atau sekolah SMA-nya sudah
berkualitas internasional. Maaf, tidak ibarat sekolah SMA RSBI (Rintisan
Sekolah Berstandar Nasional) yang menjamur di seantaro tanah air sebelumnya. Namanya
SMA RSBI tetapi pelaksanaanya, manajemen- kualitas guru- kualitas anak didik-
dan perhatian orang- semua bertaraf lokal.
Tingkat mengakses ilmu
pengetahuan seluruh masyarakat Perancis sangat bagus. Tingginya skor SDM
pendidikan Perancis karena desain Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan yang
berkualitas, juga mutu kaum perempuan dan masyarakat Perancis yang bagus.
Mereka memiliki wawasan dan pengetahuan yang tinggi.
8) Jerman, kualitas
lembaga pendidikan di tingkat rendah hingga pendidikan tinggi sangat bagus. Kaum
perempuan dan masyarakatnya memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup luas. Kekuatan
Jerman dalam mendorong kualitas SDM adalah dalam mendesain Pendidikan Usia
Dini. Aktifitas dan desain lembaga pendidikan ini sangat berkualitas. Yang
menonjol buat pendidikan Pre-School
ini adalah: kurikulum, aktifitas dan visinya jelas serta cukup akuntabel,
kemudian pemerintah selalu mendorong dan memonitor kualitas minat baca masyarakat
di seluruh Jerman.
Bandingkan dengan
pendidikan Pre-School di negara kita
yang hanya di daerah perkotaan saja yang mendapat perhatian. Dan nun jauh di
berbagai pelosok anak anak pra sekolah memperoleh perlakuan dan perhatian yang
rendah, intelektual mereka miskin rangsangan. Malah mereka kerap memperoleh bullying, diskriminasi, eksplotasi dan
kekerasan dari lingkungan.
9) Polandia, sempat
ambruk mutu SDMnya saat di bawah rezim komunis, dan sekarang negara ini sudah
bercorak negara Barat. Negara ini memperoleh capaian skor indeks SDM masyarakat
yang bagus. Kaum perempuan dan lembaga pendidikannya berkualitas, juga karena
adanya beberapa kebijakan positif pemerintah. Pemerintah mendesain “Pusat
Belajar Buat Orang Dewasa” dan “High
School Online”. Pemerintah selalu mengkampanyekan- mendorong dan memonitor-
minat baca masyarakat.
Sekarang mari kita
lihat keadaan di negara kita. Apakah ada fasilitas perpustakaan di setiap kota
? Kalaupun ada, apa cukup ramai dikunjungi masyarakat- wah tentu tidak. Kemudian
perpustakaanya berkualitas ? Bagaimana dengan perpustakaan kampus, hingga
perpustakaan sekolah di seantaro nusantara ini ? Nah inilah penyebab selalu
terpuruk kualitas SDM kita, yakni minat baca masyarakat yang rendah.
10) Amerika Serikat, akses
pendidikan di negara ini sudah merata. Ada 50 negara bagian di negara ini dan
semua negara bagian ini telah memiliki kualitas pendidikan yang sangat bagus,
tidak ada kesenjangan kualitas lagi. Komposisi ini membuat Amerika Serikat
menjadi negara yang sangat hebat pendidikannya dan terbaik se-dunia.
Sangat berbeda dengan
tanah air kita, bahwa dari 34 propinsi pada 5 pulau besar, maka yang bagus
kualitas pendidikannya adalah pada daerah DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jogjakarta dan Propinsi Bali. Sehingga Perguruan Tinggi di daerah ini
diserbu oleh alumni SLTA se-Indonesia.
Dari 10 negara terbaik
pendidikannya, saya terkesan dengan kemajuan pendidikan Amerika Serikat, Jepang
dan Perancis. Saya tertarik karena untuk Amerika Serikat adalah sebuah “Melting Pot” atau wadah besar sebagai
tempat meleburnya berbagai ras, agama dan kebudayaan berbagai bangsa. Jepang,
saya suka,karena orang-orangnya yang berkarakter serius dan bersungguh-sungguh.
Saya suka dengan Perancis karena ia sebagai negara pelopor untuk “egalite, fraternite et liberte” atau
persamaan, persaudaraan dan kebebasan hidup.
Pastilah kemajuan
negara- negara tersebut tergantung pada kebijakan pendidikan warga negara
mereka. Negara kita juga memiliki kebijakan pendidikan, dalam teori atau di
atas kertas memang bagus, namun dalam applikasi memang kualitas pendidikan
bangsa kita selalu rendah. Lebih detail tentang Amerika, Jepang dan Perancis
sebagai paparan di bawah.
a) Amerika Serikat
terkenal sebagai negara super power
yang memang superior pada segala bidang. Yang mencolok adalah pada bidang
pertahanan, tekhnologi dan ekonomi.
Indonesia dan Amerika
Serikat adalah sama-sama negara berukuran besar dan penduduk yang padat. Di kedua
negara ini sama-sama ada sekolah swasta dan sekolah publik. Bedanya adalah
kalau di Indonesia sekolah swasta dianggap lebih rendah dibanding sekolah publik.
Sementara kalau di Amerika sekolah swasta dianggap lebih tinggi dan lebih elit.
Karena fasilitas dan proses pembelajaran di sekolah swastanya lebih bagus, ya ibarat
belajar di Sekolah: Bali International
School.
Pendidikan kita hanya mengutamakan
teori, guru sekedar mengejar target kurikulum dan sebagian guru kita kurang memahami
gejolak-problem-yang ada dalam jiwa anak. Supervisi sekolah hanya sebatas
mengotak-atik dokumen dan minus memahami kualitas performance seorang guru
dalam keseharian. Meskipun sekolah Indonesia juga punya laboratorium, tetapi
laboratorium hanya digunakan seperlunya saja, malah ada yang tidak
menggunakannya sama sekali. Labor belum lagi menjadi tempat untuk mengembangkan
rasa ingin tahu siswa.
Di sekolah Amerika
Serikat rasa ingin tahun dan sikap ilmiah siswa dirangsang melalui gaya belajar
“learning by doing- belajar dengan
cara berbuat”. Pada pelajaran sains, lab-nya pasti ramai. Kalau di Indonesia
hanya pada kelas dan sekolah unggul saja yang berfungsi lab tersebut.
Negara Amerika adalah
negara sekuler, pendidikan agama diserahkan ke orang tua. Namun bukan berarti
mereka tidak belajar tentang akhlak atau etiket. Kita di Indonesia memang
belajar tentang etiket melalui Pendidikan Agama, namun hanya sebatas teori.
Guru agama hanya berceramah dan berkhotbah dari depan kelas. Dan akhirnya siswa
kita cenderung tidak kenal etiket bergaul yang ideal- coba lihat prilaku
tawuran missal, bullying, kekerasan sesama remaja.
Di sekolah sana
pendidikan budi pekerti dan etiket diberikan dalam bentuk kegiatan amal atau charity. Mereka beraktifitas untuk
masyarakat yang dikelola oleh Osis dan guru/sekolah. Jadi mereka mengerti
tentang etiket, bagaimana menghargai orang, menolong dan berbahasa yang sopan
melalui praktek nyata. Sejak kecil secara langsung mereka telah tahu tentang apa
yang boleh dan yang tidak boleh dalam masyarakat.
Sekolah dan rumah
(karena orang tua mereka mengerti tentang parenting), mereka selalu memperkenalkan
pada anak tentang: how to dine, telephone
manner, on correspondence, be gracious pada orang lain.
Setiap anak harus diberi
tahu bahwa shoes are important. Mereka
tidak membiasakan anak untuk bertelanjang kaki, be open to the new food, tahu tentang bertanya yang baik, santun
saat berada di meja makan, mereka musti bisa bersikap ramah dan mereka musti
terbiasa mengucapkan thanks.
Cukup kontra dengan lingkungan
kita. Masyarakat kita senang trendy,
suka ikut-ikutan dan berkarakter konsumerisme. Mereka suka gonta ganti hp meski
hanya sebatas bergaya dan itu adalah perilaku konsumtif. Memakai behel malah
juga jadi trendy dan saya malah susah menemukan bule yang memakai behel di
Indonesia.
Penyebab konsumerisme
adalah dampak dari iklan. Ya pengaruh iklan…yang dengan parahnya sudah menyusup
ke dalam rumah melalui media elektronik. Konsumerisme juga oleh dorongan peer- teman sebaya:
“Wah kamu kuno karena
HP-nya tuh udah jadul banget”. Ya diledekin oleh teman sehingga telinga jadi
merah rasa terbakar emosi.
Orang di sana juga suka
konsumerisme, tetapi mereka bisa menahan diri karena mereka tahu dengan konsep
yang jelas tentang keuangan. Kemudian tentang remaja, bahwa remaja kita yang
lagi sekolah dan kuliah banyak yang bergantung pada kucuran uang orang tua. Dan
tidak memuji berlebihan pada anak Amerika, bahwa mereka terbiasa berlatih
mencari uang sendiri dengan bekerja pada restoran, jadi cashier, cuci piring, bus-boy,
ya mereka nggak gengsi-gengsian yang berlebihan dan merasa sok elite.
b) Jepang, konsep
pendidikannya adalah berdasarkan moral atau akhlak. Ternyata konsep akhlaknya
juga sesuai dengan ajaran Islam, karena akhlak yang baik sifatnya sangat
universal. Di awal tahun pembelajaran, orang tua diundang ke sekolah. Mereka
diajak ke dalam kelas buat melihat langsung praktek pendidikan anak mereka.
Semua mata pelajaran di
sekolah Jepang juga berdasarkan moral. Sejak dari usia dini dan di SD mereka
sudah diajar untuk punya rasa malu, dan punya harga diri. Mereka bukan diajar
bersekolah untuk bisa berlomba menjadi kaya.
Ada 4 bentuk dari harga
diri yaitu: regarding self,
menghargai orang lain- relation to other,
menghargai lingkungan dan keindahan- relation
to nature and sublime, dan menghargai komunikasi dan kelompok- relation to group and society. Setiap
anak sekolah harus memahami dan mempraktekan konsep ini dan sehingga orang
Jepang jadi suka saling menghagai.
Guru/ sekolah juga menugaskan
agar anak di rumah diberi tugas untuk menyikat WC, menyapu, mengepel lantai,
jadi bukan harus dibebaskan- tidak terlibat- untuk ikut merapikan rumah. Mereka
diajakan untuk tahu arti bertanggung jawab, bukan diajar buat bersenang- senang
atau menjadi tuan besar. Ya akibatnya anak jadi menghargai orang lain dan hidup
bersahaja, bukan hidup dengan tinggi hati.
Anak-anak Jepang tidak
ada yang membawa HP ke sekolah. Mereka tidak terbiasa berbicara tentang materi,
karena itu adalah memalukan dan dianggap rendah di sana.
Di sekolah anak Jepang
juga punya jadwal piket. Juga membersihkan kelas, lantai menyikat WC dan memilih
sampah- kalau ada. Mereka makan siang di sekolah dan saling melayani teman-
teman mereka. Setelah makan langsung ruangan dirapikan kembali. Praktek
pendidikan seperti ini berlaku untuk semua sekolah, bukan hanya berlaku di
sekolah unggul saja.
Anak Jepang tidak boleh
memakai kendaraan. Itu untuk alasan keselamatan juga untuk kebersihan udara dan
lingkungan. Dan Jepang sebagai negara modern tetap memberikan pelajaran Home Economy, dimana anak-anak diajar
melakukan simple cooking dan sewing. Bagaimana dengan sekolah negara
kita, ya buru-buru menghapus pelajaran life
skill ini, hingga anak-anak kita tidak tahu cara memasak dan menjahit,
paling kurang membetulkan kancing baju yang sudah terlepas. Seharusnya ahli
pendidik kita kembali membetulkan praktek pengajaran yang salah itu lagi.
Dalam PBM- dalam kelas-
anak tidak duduk berderet. Mereka duduk dalam grup kecil. Dalam kegiatan
tahunan, sekolah melakukan acara jalan-jalan ke object bersejarah, ke festival
dan bereksplorasi. Melakukan kegiatan ini untuk beberapa hari dan setelah itu
membuat project- laporan perjalanna.
Kegiatan ekskul juga
harus diikuti oleh semua siswa. Dan ada beberapa klub ekskul pilihan seperti sport team, music, art group, dan science club. Club sport yang mereka
ikuti, mereka ikuti dengan serius sehingga melalui ekskul ini bermunculan para
atlit kelas nasional dan kelas internasional.
c) Perancis, bumi
diberi Perancis juga bisa disebut dengan bumi Air-Bus, karena pesawat udara Air
Bus dibuat di negara ini. Orang Perancis sangat patriotik dengan negara dan
bangsa mereka. Mereka hanya menggunakan bahasa Perancis dan suka menggunakan
produk Perancis. Film Hollywood dan lagu dari Korea Pop tidak begitu terkenal
di sana.
Beda dengan orang di
Malaysia yang senang dan bangga memakai bahasa bangsa penjajah, sehingga
kemampuan bahasa Malaysia mereka terabaikan. Demikian juga dengan sikap orang
kita yang gemar mengkonsumsi produk asing dan label asing ketimbang produk dan
label dari dalam negeri sendiri.
Umumnya orang tua Perancis
lebih tertarik menyekolahkan anak mereka pada Grade Ecole, dari pada ke Universitas yang mana mahasiswanya kurang
mantap penguasaan life skill mereka. Grande Ecole adalah semacam Sekolah
Tinggi yang jelas arahnya setelah menamatkan pendidikan.
Ada beberapa Grande Ecole, seperti Ecole Polythechnique, Ecole National
d’administration, dan Ecole Normal
Superirur. Orang Perancis sadar betul bahwa pendidikan itu adalah investasi.
Maka setiap orang punya semangat yang kuat dalam belajar di sekolah.
Kalau lagi dalam
belajar, orang Perancis menganggap bahwa merekalagi sedang bekerja. Pas deranger moi, Je suis en travailler-
mohon saya nggak diganggu soalnya neh lagi bekerja (lagi belajar).
Sekali lagi bahwa di
sana, pendidikan dianggap sebagai investasi. Jadi semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin luas kemungkinan ia bisa bikin peluang kerja. Sebaliknya
pendidikan kita cenderung berorientasi buat cari uang:
“Saya ingin kuliah
dokter, saya ingin kuliah di perminyakan karena masa depannya cerah dan lebih
mudah buat mendapatkan uang”. Apakah fenomena betul atau salah, maka tentu
andalah yang lebih tahu.
(Marjohan, M.Pd- Guru
SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email: marjohanusman@yahoo.com).
Kamis, 02 Juli 2015
Ternyata Generasi Emas Itu Suka Meremehkan Tanah Air, Memuja Olah Raga Eropa dan Musik Korea Sangat Berlebihan
Ternyata
Generasi Emas Itu Suka Meremehkan Tanah Air,
Memuja Olah Raga Eropa dan Musik Korea Sangat
Berlebihan
Oleh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMA Negeri 3 Batusangkar
Saya merasa
sangat beruntung bisa berjumpa langsung dengan Prof. Dr. Muhammad Nuh, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dalam kepemimpinan Presiden SBY. Kami para guru-guru
berprestasi Indonesia memperoleh wejangan tentang rencana Pemerintah, melalui
Kementrian P dan K untuk melahirkan generasi emas sebagai kado bagi hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di
tahun 2045 kelak.
Menteri
mengatakan bahwa saat itu bangsa kita akan menjadi bangsa yang sangat maju
karena keberadaan Generasi Emas tersebut. Dikatakan bahwa antara tahun 2012
hingga 2045, kita menanam generasi emas tersebut. Indonesia akan mendapatkan bonus
demografi yaitu jumlah usia penduduk produktif paling tinggi antara masa
anak-anak dan orang tua. Generasi emas ini akan siap mengantarkan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan akan menduduki posisi berkualitas
setara dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
“Bagaimana cara
melahirkan generasi emas ini ?”
Pemerintah telah
menyiapkan grand-design pendidikan. Pendidikan
anak usia dini digencarkan dengan gerakan PAUDisasi. Kemudian pembangunan dan
rehabilitas sekolah dan ruang kelas baru secara besar-besaran. Aka nada intervensi
khusus untuk meningkatkan Angka Partisipasi Khusus (APK) siswa SMA dan minimal para pekerja kita
adalah lulus SMA.
Kementrian P dan K akan
mencanangkan gerakan PAUDisasi- pelayanan pemberian pendidikan buat anak-anak usia dini, usia
seputar 4 dan 5 tahun. Buat mereka- anak TK dan PAUD, diberikan pendidikan yang
ramah anak. Di dalamnya terdapat penghargaan terhadap hak-hak anak, yaitu hak
untuk memperoleh pendidikan berkualitas, hak buat dihargai dan untuk memperoleh
lingkungan bebas dari kekerasan, eksplotasi dan diskriminasi.
Wah grand design yang sungguh hebat yang
sangat tulus dari pemerintah lewat Kementrian P dan K. Namun apakah ini bisa
benar- benar terwujud ? Memang andai kata negara ini luasnya sama dengan negara
Singapura- negara paling mungil di Asia Tenggara dan negara yang rajin reklamasi untuk memperluas
negaranya, memiliki luas sekitar 637 km2, ya sedikit di bawah Jakarta- tentu
saja kita mungkin bisa terwujud dalam hitungan semester saja.
Atau andai tanah air
ini luasnya sama dengan Malaysia mungkin bisa terwujud dalam hitungan tahun. Tetapi
luas tanah air ini sama dengan benua Eropa atau negara benua Australia dan
penduduknya beriringan banyak dengan penduduk Amerika Serikat dan Russia.
Sementara itu persoalan way of life
dan kultur manusia Indonesia ini sangat multi kompleks.
Jadi harapan untuk
memperoleh generasi emas seperti yang dicanangkan oleh Prof. Dr Muhammad Nuh
sungguh mulia, namun dalam realita tidak semudah membalik telapak tangan. Andai
para petinggi negara ini sering-sering blusukan ke bawah, tidak hanya blusukan
sebatas di kota Jakarta saja akan terpantau bagaimana cara untuk merealisasikan
mimpi tersebut.
Apa bisa mewujudkan generasi
emas dalam kurun waktu 30 tahun terjadi, kalau orang tua dan masyarakat
Indonesia pada umumnya terbiasa berlepas tangan dalam mendidik anak ?. Kalau
sudah ada generasi muda yang terlihat cerdas namun mereka mengadopsi gaya hidup
ingin senang- mereka bermental hedonis dan ingin hidup jalan pintas.
Kemudian cobalah para
Petinggi Negara pergi blusukan ke daerah yang jauh akan dijumpai sekolah PAUD
dan TK yang sangat tidak layak. Belajar di sebuah ruangan reot, kursi dan meja
tidak layak pakai dan diajar oleh guru PAUD dengan wajah lesu karena honor
mereka susah turun, kalaupun turun hanya bisa untuk menghidupi diri selama 3
hari. Sehingga suasana belajar PAUD dan TK tersebut sangat sepi dan jauh dari
keceriaanya dunia anak-anak.
Bapak Muhammad Nuh
mengatakan bahwa untuk mewujudkan generasi emas akan dilakukan pembangunan dan
rehabilitas sekolah dan ruangan kelas baru secara besar-besaran. Sekarang pun
ini sudah dilakukan, namun gedung-gedung pendidikan yang dibangun sangat sarat
dengan mark-up- penggelembungan harga
dan mentalitas korupsi.
Coba perhatian pada
pembangunan ruangan sekolah yang baru. Setelah beberapa waktu kemudian,
pintunya akan lepas, penggantung jendela akan copot dan di sana-sini ada- ada
saja yang terkelupas. Sungguh untuk menumbuhkan generasi emas diperlukan
masyarakat yang juga berhati dan berfikiran emas- bukan berhati yang gemar
korupsi dan mencari komisi.
Untuk mendapatkan
generasi emas juga dibutuhkan orang tua yang bertangan emas dan kenal dengan
ilmu parenting agar tahu bagaimana
menjadi orang tua yang punya peran yang benar. Sehingga mereka bisa membimbing
putra putri mereka. Namun yang kerap terjadi adalah ‘Fail Parenting- atau orang tua yang gagal”.
Ada beberapa kebiasaan
yang dilakukan oleh orang tua yang berakibat terjadinya fail parenting. Bentuk fail
parenting ini adalah: menghukum
tanpa mengajarkan contoh yang seharusnya, orang tidak mengontrol ucapan yang
dilontarkan pada anak, orang terbiasa banyak mengkritik dan bukan mendukung,
juga sering orang tua tidak melibatkan anak dalam aktifitas keluarga di rumah.
Deskripsi atas beberapa kesalahan dalam mendidik anak atau fail perenting ini (http://lifestyle.okezone.com/read)
adalah sebagai berikut:
1) Menghukum tanpa mengajarkan
Banyak orangtua yang memberi
kebebasan kepada anak dengan syarat harus bertanggungjawab. Misal, orangtua
memberi anak kamar pribadi agar anak memiliki privasi dan bebas melakukan yang
mereka inginkan. Tapi, orangtua hanya menuntut anak merapikan kamar tanpa
mengajarkan bagaimana cara merapikannya. Dan ketika orangtua mendapati kamar
berantakan mereka menghukum dengan cara memarahi anak. Dalam kasus ini, anak
tidak akan merasa bahagia dan dicintai walau mendapat fasilitas dari orang
tuanya.
2) Tidak mengontrol ucapan
Orangtua sering banyak
bicara dalam memerintah anak. Akan tetapi, kemampuan anak dalam menerima pesan
cukup terbatas. Mereka hanya bisa menerima pesan pendek, selebihnya pesan
orangtua justru terabaikan. Orangtua lebih baik menahan ucapan mereka yang
hanya terbuang sia-sia.
3) Banyak mengkritik bukan mendukung
Percayalah, anak akan
lebih merasa bahagia ketika mereka menerima dukungan dari orangtua, bukan mengkritik.
Sebab anak belum memahami apa arti kritikan
seperti orang dewasa mengartikannya.
4) Tidak melibatkan anak
Alih-alih orang tua tidak
ingin pekerjaan membereskan rumah mereka menjadi kacau karena keterlibatan
anak, maka orangtua melarang anak ikut membantu. Seharusnya gunakan hati nurani
mereka sebagai orangtua dan mengalah demi anak. Biarkan anak ikut serta
membereskan rumah walaupun pekerjaan menjadi kacau atau memakan waktu lebih
lama. Jangan biarkan anak merasa kecewa dan merasa tidak dicintai karena sikap
orangtuanya.
Jauh sebelum Prof Dr
Muhammad Nuh mengungkapkan gagasan untuk melahirkan generasi emas, telah ada
gagasan kea rah itu. Pemerintah, masyarakat dan stake-holder (pengambil kebijakan) merancang program sekolah
unggulan, sekolah model, sekolah percontohan, sekolah perintis. Dan masyarakat
menyerbu sekolah berlabel.
Putra putri mereka
memang tekun belajar dalam menuntut ilmu agar menjadi generasi emas. Terkesan mereka
semua ingin menjadi intelektual dengan melahap semua pelajaran yang terlibat
dalam UN- Ujian Nasional seperti. Skor UN harus tinggi agar bisa menyerbu
jurusan favorite ddi Universitas bergengsi agar nanti bisa hidup senang dan
kaya raya.
Impian yang begitu
praktis hanya dengan sekedar mengejar skor UN yang tinggi, kapan perlu dikebut
dengan metode belajar yang memang hebat di tempat Bimbel eksklusif yang
berharga mahal. Beberapa semester setelah itu memang banyak yang mampu kuliah
di Perguruan Tinggi favorite dan jurusan basah. Namun coba lihat setelah itu
setelah mereka menjasi sarjana, apa memang mereka sukses, mendapat pekerjaan
seperti yang mereka impikan dan menjadi kaya raya sementara mereka sendiri
miskin dengan life skill dan makna
menjalani kehidupan yang semestinya.
Pendidikan unggul yang
buat sementara dengan tujuan menciptakan generasi emas adalah dengan
favoritekan nilai akademik, menganggap mata pelajaran UN itu adalah raja dan
segala- galanya. Fenomena begitu bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada
fenomena industry olah raga di Eropa dan industry music di Korea Selatan.
Saat anak-anak kita
belajar dan hidup hanya sekedar membahas pelajaran UN, dan masa bodoh dengan
hal lain, termasuk juga tidak begitu mengidolakan mata pelajaran olah raga,
sehingga tubuh mereka jauh dari kesan atletik dan tidak menyukai pelajaran
kesenian, tidak tahu bermain music kecuali memuja-muja produk music orang.
“Ya memang benar bahwa
Generasi Emas kita adalah penggemar music bangsa lain, terutama K-Pop, dan juga
penggagum berat prestasi sepak bola bangsa Eropa”.
Di Eropa dan juga di
Korea Selatan, mata pelajaran UN bagi kita seperti Matematika fdan mata
pelajaran Sains, atau mata pelajaran social yang diunggulkan sudah dianggap
biasa-biasa saja. Mereka, terutama pemerintah, selalu mendorong untuk membentuk
event Olah Raga dan Seni: lagu dan music, sehingga berkembang dan sangat
bergairah. Kini prestasi Olah Raga Eropa, dengan munculnya klub-klub bola
bergengsi, dan kebijakan pemerintah Korea Selatan untuk menjadi seni menjadi industry
telah menghasilkan industry sepak bola dan music Korea Pop yang sangat
menggoncang dunia. Sehingga Generasi Emas juga ikut ikutan mengagumi dan
mengidolaka mereka. Malah merasa malu dan gengsi dengan seni dan olah raga yang
ada di negara mereka sendiri.
Liga-liga sepakbola
Eropa selalu menjadi daya tarik bagi pesepak bola dari berbagai belahan dunia (https://mercusuarku.wordpress.com),
karena menjanjikan kebesaran nama dan tentunya penghasilan yang bisa melimpah
ruah. Seorang bintang bahkan dapat mencapai nilai transfer trilyunan rupiah.
Ya, sepakbola telah menjadi sebuah industri hiburan – dan menempatkan para
pemain bintang menjadi selebritis. Keberhasilan Eropa membuat sepakbola
menjadi ladang uang mengubah wajah cabang olah raga ini di seluruh dunia. Bagaimana
dengan Indonesia?
Kita mungkin termasuk
orang yang pesimis dengan perkembangan sepakbola nasional kita sendiri. Bayangkan,
bangsa sebesar ini, dengan kesebelasan nasional dan team lokal yang pernah
sanggup berbicara di pentas Asia (paling tidak), sekarang berada di titik nadir
yang memilukan. Pemain asing yang didatangkan memang meramaikan persepakbolaan
nasional – sebagai industri hiburan – namun tak kunjung mengangkat potensi
pemain lokal menjadi kompetensi. Buktinya, dalam segala event internasional
belakangan ini, team Indonesia selalu terpuruk.
“Karena mental berlatih
dan bekerja keras dan juga semangat otodidak para atlit dan generasi muda
memang sangat lemah. Pemerintah dan masyarakat mengagung-agungkan nilai
akademik putra-putri mereka dan hanya berbasabasi saja untuk melahirkan pelajar
untuk menjadi atlit kelas dunia, karena nilai otot/ keterampilan gerak otot
masih dianggap sebagai prioritas kelas dua.
APA YANG HILANG dari
pemain sepakbola kita? Kecerdasan,
motivasi, nasionalisme, atau apa?
Kenapa mereka sepertinya tidak malu selalu kalah? Hingga bisa ditebak – kalau
tidak ada berita di televisi berarti kalah, tapi kalau menang pasti heboh. Atlit-atlit
kita di masa lalu tidak diguyur dengan nilai gaji yang menggiurkan, tetapi
dinding mereka kaya dengan medali, piagam penghargaan, dan foto kejuaraan.
Bagaimana dengan atlit Indonesia sekarang?
Barangkali remaja Korea
Selatan, tidak tergila gila lagi dengan mata pelajaran sains- tetapi dengan
mata pelajaran kesenian: nyanyi dan usik
karena pemerintah mereka mendorong dan memberi reward muncul industri seni:
nyanyi dan usik K-Pop yang menggoncang
dunia (http://korgpa5.blogspot.com/2013/10/anak-muda-lebih-suka-budaya-korea.html).
Perkembangan musik
K-POP ke dunia In ternasional jelas sangat berpengaruh terhadap segala aspek
permusikannya. Mulai dari jenis musiknya, packaging nya, gaya dance
membawakannya dan masih banyak lagi. Demam K-Pop sepertinya mampu membuat
banyak remaja Indonesia Ingin sekali bisa mengenal artis Korea idolanya lebih
dekat lagi. Tak heran jika di Indonesia sendiri kita menemukan para K-Popers
gemar meniru apapun yang sudah menjadi trand mark artis- artis Korea. Entah itu
soal gaya bernyanyi, dance, hingga fashion yang mereka bawakan. Hingga banyak
tabloid remaja yang mengulas soal profil mereka. Uniknya lagi para penggemar
K-Pop pun kerap meniru gaya nge dance dan bernyanyi boyband dan girls band asal
Korea tersebut. Hal ini jelas menunjukkan bahwa perkembangan musik K-POP ke
Indonesia pada khususnya sangat mempengaruhi selera musik bangsa kita sendiri.
Tentu saja lewat
mencintai budaya music Korea yang berlebihan memberi dampak negate pada budaya
sendiri. Yaitu seperti:
1. Mengurangi rasa
cinta terhadap musik Indonesia.
2. Musik asli Indonesia
lama kelamaan akan hilang.
3. Membuat pergeseran
budaya lokal.
4. Mayarakat kita khususnya
anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena
gaya hidupnya cenderung meniru budaya KPOP yang oleh masyarakat dunia dianggap
sebagai kiblat.
5. Tercampurnya
kebudayaan dalam negeri dengan kebudayaan luar, khususnya permusikan itu
sendiri.
Tidak ada yang salah
kalau olah raga Eropa, seperti Sepakbola, dan budaya KPOP dari Korea juga ikut
membuat generasi emas kita juga tergila gila, hingga hampir lupa atau telah
melupakan identitas bangsa mereka sendiri. Kenapa tidak seorang anak Indonesia
akan merasa bangga memakai baju kaos murahan asal di punggung mereka ada label “Club
Sepak Bola Juventus”, dan merasa sangat malu memakai baju kaos berharga satu
juta perak namun ada label “Club Sepakbola Nusantara”.
Memang banyak
penyebabnya dan tidak dapat kita salahkan kalau “Ternyata Generasi Emas Itu
Suka Meremehkan Tanah Air, Memuja Olah Raga Eropa dan Musik Korea Sangat
Berlebihan. Penyebanya seperti:
1) Media lokal lebih
banyak menayangkan budaya global yang lebih modern dan lebih menarik tanpa
memperdulikan budaya lokal.
2) Tidak ada
pembaharuan pada budaya lokal seperti pengemasan dalam pentas, sehingga banyak
masyarakat yang bosan dengan budayanya sendiri.
3) Media hanya
memperhitungkan bisnis semata demi mendapatkan untung yang besar tanpa melihat
faktor budaya tulent.
4) Tidak ada kebijakan
pemerintah terhadap media baik elektronik maupun non elektronik berkaitan
dengan penayangan budaya lokal itu sendiri.
5) Dan terakhir,
kegasalahan parenting kita dan juga kebijakan pendidikan yang mendorong
generasi muda hanya menomorsatukan nilai akademik, dan memfasilasi nilai
kehidupan social dan life skill sebagai prioritas belakang. Disamping mental “Man Jadda Wa Jadda kita semua memang
sangat lemah”.
(Marjohan, M.Pd- Guru
SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email:
marjohanusman@yahoo.com)
Rabu, 01 Juli 2015
Berharap Presiden Jokowi Berlari Sekencang Kepala Negara Malaysia dan Singapura
Berharap
Presiden Jokowi Berlari Sekencang Kepala Negara Malaysia dan Singapura
OLeh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMAN 3 Batusangkar
Dalam kehidupan
ini sering kita melihat sekelompok kecil orang berbagi cerita- ngobrol- tentang
hal yang ada di seputar mereka. Paling sering ngobrol tentang anggota keluarga.
Membahas tentang kelebihan dan kekurangan anak- anak mereka, atau mungking
membahas tentang keunggulan pasangan hidup: suami atau istri mereka. Jauh di
sana juga ada kelompok lain yang mungkin mengupas tentang issue yang
berhubungan dengan negara, tentu itu semua dalam bentuk debat kusir. Sebuah
perdebatan yang tentu tidak perlu begitu sistematis sehingga tidak ada yang menang
dan tidak ada yang kalah.
Kita
ini adalah rakyat dari sebuah negara yang wilayahnya begitu luas dan
penduduknya begitu padat, termasuk terpadat ke empat di dunia, setelah Cina,
India dan Amerika Serikat. Dan negara ini, setelah merdeka sekitar 70 tahun,
telah dipimpin oleh 7 orang Presiden. Tentu saja figure mereka sangat menarik
buat diperbincangkan, sebagaimana kita memperbincangkan orangtua: ayah dan ibu
kita.
Presiden
BJ Habibi, sangat membanggakan, karena memiliki latar belakang pendidikan yang
sangat bagus di tingkat internasional. Beliau sangat intelektual dan sholeh. Konon
kabarnya ia senang berpuasa Senin- Kamis, jago dengan tekhnologi dirgantara,
menguasai bahasa Inggris dan Jerman dan terkenal di internasional.
Presiden Megawati juga membanggakan
kita. Karena ia membuktikan pada dunia internasional bahwa Perempuan dari
negara mayoritas Islam juga bisa menjadi pemimpin negara yang sangat luas.
Kemudian,
Presiden Abdul Rahman Wahid, atau popular dengan panggilan Gus Dur, juga
terkenal di dunia. Beliau memiliki wawasan yang luas, intelektual, jago bahasa
Inggris dan Bahasa Arab, dan sebagai penulis. Beliau adalah seorang ulama yang
moderat dan politikus ulung. Semasa pemerintahan Gus Dur, beliau memberi
kemerdekaan berekspresi kepada suku minoritas (Cina) dan agama minoritas Kong
Hu Cu. Sehingga suku minoritas dengan senang hati sudah memperlihatkan
eksistensi mereka. Setiap tahun baru Imlek, suku bangsa Cina telah bisa
mengucapkan Xong Chi Fa Chai. Suku bangsa Cina meski jumlah mereka minoritas
namun punya peran signifikan dalam kemajuan ekonomi bangsa.
Presiden
SBY, atau Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Suharto sangat membanggakan
kita. Mereka berdua sangat gagah dan berbibawa, dunia internasional cukup
menganggumi dan mereka mengerti dengan militer dan membuat kestabilan buat
bangsa yang luas ini.
Presiden
Sukarno, presiden pertama Republik Indonesia adalah presiden yang sangat saya
kagumi. Agaknya banyak orang di Indonesia punya prinsip yang sama dengan saya.
Presiden Sukarno sangat popular, melebihi populernya dari presiden- presiden
yang telah saya sebutkan di atas.
Kepopuleran
Presiden Sukarno yang begitu dahsyat adalah karena ia memiliki kualitas SDM
yang lebih tinggi. Kualitas kepemimpinan Presiden Sukarno saat itu sama levelnya
dengan pemimpin dari negara- negara lain, dan mereka adalah pemimpin level
dunia atau level internasional. Presiden Sukarno berteman akrab dengan berbagai
kepala negara seperti: Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Gamal
Abdul Nasser (Presiden Mesir), John Fitzgerald Kennedy (Presiden Amerika
Serikat), Fidel Castro dan utusannya Che Guevara
(dari Cuba), Nikita Kruschev (Pemimpin Uni Soviet- Sekarang bernama Rusia), dan
Josep Broz Tito (dari Yugoslavia). Mereka itu semua merupakan kepala negara
bergengsi dari benua Afrika, Eropa, Asia dan Amerika.
Saya
merasa beruntung sempat membaca buku biografi Presiden Sukarno dalam bahasa
Inggris yang judulnya “Soekarno as retold
to Cindy Adam”. Isi buku tersebut sangat berbekas dalam memori. Di sana
dipaparkan tentang bagaimana seluk beluk dan sepak terjang kehidupan Presiden
Sukarno dari kecil hingga ia menjadi orang yang berpengaruh di Indonesia dan di
internasional. Dalam paragraf berikut akan saya paparkan serba sedikit tentang
beliau.
Banyak masyarakat sekarang yang belum mengenal bagaimana
proses belajar yang hebat itu. Paling sering mereka hanya terbiasa belajar
karena selalu diberi komando dalam belajar oleh orang tua dan guru. Atau mereka
pergi ke pusat Bimbel (bimbingan belajar) atau pergi belajar ke rumah guru agar
jadi pintar. Di pusat bimbinan belajar atau di rumah guru merekapun hanya
sebatas mengolah soal soal ujian matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa
Inggris, pokoknya pelajaran yang menjadi acuan dalam ujian nasional. Namun
apakah ini yang dinamakan sebagai proses belajar yang kreatif ?
Belajar sebagaimana yang digambarkan di atas baru hanya
sebahagian kecil dari proses belajar, hanya sekedar menguasai konsep, dan belum
lagi disebut sebagai belajar yang sejati. Untuk melakukan proses belajar yang
hakiki atau belajar yang sejati maka kita bisa mengambil cermin diri dari tokoh
sejarah, misal bagaimana Presiden Sukarno (Bung Karno) pada waktu kecil belajar
dan melakukan proses kreatifitas yang lain (?).
Membaca adalah kebiasaan positif yang selalu dilakukan Bung
Karno sejak kecil. Apa alasan mengapa Bung Karno harus gemar membaca, rajin
belajar dan belajar tentang segala sesuatu ?
Didorong oleh ego yang meluap-luap untuk bisa bersaing dengan
siswa-siswa bule, maka Bung Karno sangat tekun membaca, dan sangat serius dalam
belajar. Ketika belajar di HBS- Hoogere Burger School Surabaya, dari 300 murid yang ada dan hanya
20 murid saja yang pribumi (satu di antaranya adalah Bung Karno) yang sulit
menarik simpati teman-teman sekelas. Mereka memandang rendah kepada anak
pribumi sebagai anak kampungan. Namun Bung Karno adalah murid yang hebat
sehingga satu atau dua guru menaruh rasa simpati padanya.
Rasa simpati gurunya, membuat Bung Karno bisa memperoleh
fasilitas yang lebih untuk
“mengacak-acak atau memanfaatkan” perpustakaan dan membaca segala buku, baik
yang ia gemari maupun yang tidak ia sukai. Umumnya buku ditulis dalam bahasa
Belanda. Problem berbahasa Belanda menghambat rasa haus ilmunya (membaca buku
yang ditulis dalam bahasa Belanda). Entah strategi apa yang ia peroleh secara
kebetulan, namun Bung Karno punya jalan pintas (cara cepat) dalam menguasai
bahasa Belanda. Bung karno menjadi akrab dengan noni Belanda sebagai
kekasihnya. Berkomunikasi langsung dalam bahasa asing (Bahasa Belanda) adalah
cara praktis untuk lekas mahir berbahasa Belanda. Mien Hessels, adalah salah
satu kekasih Bung Karno yang berkebangsaan Belanda.
Dalam usia 16 tahun, Bung Karno fasih berbahasa dan membaca
dalam Bahasa Belanda. Ia sudah membaca karya besar orang-orang besar dunia. Di
antaranya dalah Thomas Jefferson dengan bukunya Declaration of Independence. Bung Karno muda, juga mengkaji
gagasan-gagasan George Washington, Paul Revere, hingga Abraham Lincoln, mereka
adalah tokoh hebat dari Amerika Serikat. Tokoh pemikir bangsa lain adalah
seperti Gladstone, Sidney dan Beatrice Webb juga dipelajarinya. Bung Karno juga
mempelajari ‘Gerakan Buruh Inggris” dari tokoh-tokoh tadi. Bung Karno juga
membaca tentang Tokoh Italia, dan ia sudah bersentuhan dengan karya Mazzini,
Cavour, dan Garibaldi. Tidak berhenti di situ, Bung Karno bahkan sudah menelan
habis ajaran Karl Marx, Friedrich Engels, dan Lenin. Semua tokoh besar tadi,
menginspirasi Bung Karno muda untuk menjadi maju dan smart.
Penelusuran atas dokumen barang-barang milik Bung Karno di
Istana Negara, yang diinventarisasi oleh aparat Negara yang ditemukan setelah
ia digulingkan. Dari ribuan item miliknya, hampir 70 persen adalah buku.
Sisanya adalah pakaian, lukisan, mata uang receh, dan pernak-pernik lainnya.
Harta Bung Karno yang terbesar memang buku.
Dari biografinya (Sukarno As
retold to Cindy Adams) diketahui bahwa betapa dalam setiap pengasingan
dirinya, baik dari Jakarta ke Ende, dari Ende ke Bengkulu, maupun dari Bengkulu
kembali ke Jakarta, maka bagian terbesar dari barang-barang bawaannya adalah
buku. Semua itu, belum termasuk buku-buku yang dirampas dan dimusnahkan
penguasa penjajah. Apa muara dari proses belajar sepanjang hidup yang sangat
kreatif adalah mengantarkan Bung Karno menjadi Presiden yang pernah memperoleh
26 gelar Doktor Honoris Causa.
Jumlah gelar doktor yang ia terima dari seluruh penjuru dunia, 26 gelar doktor
HC yang rinciannya, 19 dari luar negeri,
7 dari dalam negeri. Ia memperoleh gelar doctor HC dari Far Eastern University,
Manila: Universias Gadjah Mada,
Yogyakarta: Universitas Berlin: Universitas Budapest: Institut Teknologi
Bandung: Universitas Al Azhar, Kairo: IAIN Jakarta: Universitas Muhammadiyah
Jakarta: dan universitas dari negaralain seperti Amerika Serikat, Kanada,
Jerman Barat, Uni Soviet, Yugoslavia, Cekoslovakia, Turki, Polandia, Brazil,
Bulgaria, Rumania, Hongaria, RPA, Bolivia, Kamboja, dan Korea Utara.
Kemudian, bagaimana masa kecil dan proses kreatifitas Bung Karno yang lain? Agaknya Bung Karno
telah memiliki jiwa leadership
(kepemimpinan) sejak kecil, karena apa saja yang diperbuat Bung Karno kecil,
maka teman-temannya akan mengikuti. Apa saja yang diceritakan Bung Karno kecil,
maka teman-teman akan patuh mendengarkannya. Oleh teman-temannya, Bung Karno
bahkan dijuluki “jago”. karena gayanya yang begitu “pe de”. Itu pula yang
mengakibatkan ia sering berkelahi dengan anak anak Belanda.
Ada satu karakter yang tidak berubah selama enam dasawarsa
kehidupannya. Salah satunya adalah karakter pemuja seni. Ekspresinya disalurkan
dengan cara mengumpulkan gambar bintang-bintang terkenal. Karena kecerdasan dan
keluasan wawasannya sejak kecil maka pada usia 12 tahun, Bung Karno sudah punya
gang (pasukan pengikut yang setia). Kalau Bung Karno bermain jangkrik di tengah
lapangan yang berdebu, segera teman temanya mengikuti. Kalau Karno diketahui
mengumpulkan prangko, mereka juga mengumpulkannya. Kalau “gang” mereka bermain panjat pohon,
maka Bung Karno akan memanjat ke dahan paling tinggi. Itu artinya, ketika jatuh
Bung Karno pun jatuh paling keras daripada anak-anak yang lain. Dalam segala
hal, Bung Karno selalu menjadi yang pertama mencoba. “Nasib Bung Karno adalah
untuk menaklukkan, bukan untuk ditaklukkan”.
Bung karno menganut ideologi ‘berdiri di atas kaki sendiri’.
Saat menjadi presiden Bung Karno dengan gagah mengejek Amerika Serikat dan
negara kapitalis lainnya: “Go to hell with your aid.” Persetan dengan
bantuanmu. Ia mengajak negara-nega-ra sedang berkembang (baru merdeka) bersatu.
Pemimpin Besar Revolusi ini juga berhasil mengge-lorakan semangat revolusi bagi
bangsanya, serta menjaga keutuhan NKRI. Bung Karno juga memiliki slogan yang
kuat yaitu “gantungkan cita-cita setinggi bintang untuk membawa rakyatnya
menuju kehidupan sejahtera, adil makmur”.
Bung Karno adalah juga orator Ulung. Gejala berbahasa Bung
Karno merupakan fenomena langka yang mengundang kagum banyak orang.
Kemahirannya menggunakan bahasa dengan segala macam gayanya berhubungan dengan
kepribadiannya dan latihan latihan berpidato yang ia lakukan. Ketika masih
belajar Bung Karno sering berlatih berpidato sendirian di depan kaca dan juga
berbicara di depan gang nya. Bung Karno
juga gemar menuliskan opini-opininya dalam bentuk artikel. Kumpulan tulisannya
dengan judul “Dibawah Bendera Revolusi”, dua jilid. Jilid pertama boleh
dikatakan paling menarik dan paling penting karena mewakili diri Soekarno
sebagai Soekarno. Tulisanya yang lain dengan judul “Nasionalis-me, Islamisme,
dan Marxisme” adalah paling menarik dan mungkin paling penting sebagai
titik-tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam gelora masa mudanya.
Apa yang dapat kita jadikan I’tibar (pembelajaran) dari
uraian di atas (dari kehidupan Bung Karno) dan kita hubungkan dengan cara
belajar dan gaya hidupm kita ? Bahwa membaca adalah kebiasaan positif yang
perlu selalu dilakukan. Sebagaimana halnya Bung Karno membaca buku-buku
berbahasa asing (bahasa Belanda). Untuk membuat bahasa asingnya lancar adalah
dengan mempraktekan/menggunakan bahasa tersebut dengan orang yang mahir
(pribumi maupun orang asing). Setelah lancar berbahasa asing/ bahasa Belanda,
ia tidak cepat merasa puas dan berhenti belajar. Ia malah membaca biografi
tokoh tokoh besar di dunia dan juga buku buku berpengaruh di dunia sehingga ia
memiliki wawasan dan cara pandang yang luas.
Untuk menjadi sukses maka juga perlu punya prinsip hidup
“mandiri atau berdikari (berdiri pada kaki sendiri), jangan terlaku suka untuk
mencari bantuan. Kemudian juga penting untuk mengembangkan pergaulan/ teman
yang banyak untuk melakukan proses bertukar fikiran. Juga penting untuk melatih
jiwa pemimpin- bukan jiwa penurut, pasif atau pendengar abadi.
Selanjutnya bahwa juga penting
mengembang kemampuan berbicara/ berpidato lewat latihan sendiri dan berpidato
didepan kelompok. Kemampuan berbicara/ berpito perlu didukung oleh kemampun
menulis, karena membuat pidatio punya kharismatik an menarik. Ini dapat
dikembankan melalui latihan demi lathan. Untuk menjadi maju maka kita perlu
pula memiliki keterampilan berganda (menguasai seni, olah raga, dekat dengan
Manusia dan dengan Sang pencipta (Allah Azza Wajalla) serta mencari inspirasi
dari tokoh hebat. Maka salah satunya gaya belajar Bung Karno juga bisa menjadi
inspirasi bagi kita.
Nah
sekarang kita punya Presiden lagi, yaitu Presiden Joko Widodo. Presiden ini
terkenal dengan profile merakyatnya, karena suka blusukan dan tidak segan buat
loncat-loncat ke dalam got untuk menginvestigasi kerusakan lingkungan. Beliau
adalah figure Presiden yang merakyat banget.
Dalam
zaman cyber ini, semua orang bebas berekspresi dan tentu saja musti berekspresi
yang sangat bertanggung jawab. Saat saya membuka email Yahoo, terbaca pada
situs berita sebuah kritikan pedas Amin Rais yang mengatakan bahwa Presiden
Jokowi ibarat burung onta yang suka menunduk-nundukan kepala. Maksudnya bahwa
Presiden Jokowi suka mengundur-undur rencana untuk merombak kabinet (reshuffle cabinet). Karena kinerja
menteri, sebenarnya juga termasuk kinerja Pak Jokowi, yang di awal masa
kepemimpinan ini terkesan kurang berhasil Alasannya karena ia gagal dalam menstabilkan
harga Rupiah yang melemah, harga pasar yang anjlok, ekonomi yang kurang
bergairah dan angka pengangguran yang tinggi.
Dulu,
Presiden Sukarno punya teman- teman banyak dari pimpinan negara terkemuka di
dunia dan mereka saling berbagi, maka Pak Jokowi idealnya juga harus demikian, ia
perlu menimba ilmu kepemimpinan.
Bak kata pepatah
“Tuntutlah Ilmu ke Negeri Cina”. Tetapi pak Jokowi tidak perlu jauh- jauh dulu
ke cina, yang memang pemerintah dan masyarakatnya memiliki karakter yang
tangguh, bersungguh-sungguh dalam membidangi sesuatu. Presiden Jokowi cukup
belajar memimpin negara kepada Kepala Negara tetangga seperti Singapura dan
Malaysia yang perkembangan negara mereka sudah jauh- amat pesat- meninggalkan
negara Indonesia.
Negara
Singapura adalah sebuah negara yang sangat mungil. Andai negara pulau ini
digunting dan dijatuhkan pada geografi Indonesia, hanya hampir seluas Danau
Toba di Sumatera Utara, mungkin lebih kecil lagi. Benar, Singapura panjangnya
42 km dan lebanya sekitar 20 km.
Negara
kecil ini cukup miskin dengan sumber daya alam, tidak punya areal peternakan,
tidak ada danau buat kolam ikan atau tambak udang, tidak ada air terjun
besar dan areal perkebunan, sawah dan
ladang, namun penduduknya yang sangat padat tidak ada yang mati kelaparan.
Malah penduduknya tergolong terkaya di dunia, jauh lebih kaya dari bangsa kita
yang mayoritas banyak hidupnya yang sengsara.
Apa
kuncinya ? Pemerintah Singapura menciptakan pulau negara ini menjadi pusat
Industri. Manajemen negaranya memakai manajemen negara industri. Maka sekarang
berdiri cukup ramai pusat industri, bukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat
singapura tetap untuk tujuan memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Singapura juga menyulap
lembaga pendidikan menjadi dunia industri. Mereka mendirikan sekolah dan
Universitas dan mendesai kurikulum untuk tujuan masyarakat internasional dan
mendesain dan mempromosikan industri pendidikan buat negara luar. Anak-anak
Indonesia yang bisa belajar di Singapura merasa bangga dan terhormat dengan
sendirian. Mereka benar-benar pintar merancang image.
Bayangkan
dari kebijakan menciptakan negara berbasis industri- industry oriented- maka bermunculan begitu banyak industri seperti:
industri parawisata, industri pendidikan, industri pasar, industri elektronika,
industri perdagangan, dll. Dari industri parawisata orang berdatangan hanya
sekedar berbelanja di pasar-pasar mereka yang serba sempit.
“Saya pernah makan pada
sebuah restoran yang tergolong besar di sana dan ternyata masih tergolong kecil
untuk ukuran Indonesia”.
Dari industri
pendidikan, maka berlomba-lomba para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka
untuk bersekolah di sana. Apalagi orang tua yang berduit banyak lebih getol
menyekolahkan anak mereka di sana. Promosi Pendidikan adalah kekuatan mereka
dalam memajukan industri pendidikan tersebut. Promosi mereka adalah untuk
tujuan internasional, sehingga masyarakt internasional yang berduit berdatangan
ke sana. Mereka membawa valas (valuta asing) mereka dan menukarkannya dengan
valuta Singapura dan dampaknya hasil Dollar Singapura menjadi sangat stabil dan
sangat kuat di internasional.
“Salah satu kelemahan
manajemen pendidikan kita adalah, lembaga pendidikan kita hanya punya promosi
berskala lokal, buat masyarakat lokal, membawa mata uang lokal (Rupiah),
sehingga mata uang Rupiah menjadi bertebaran, berserak-serak, akhirnya nilainya
rendah”.
Presiden Jokowi, dan
kita semua, juga patut belajar dari Kepala Pemerintahan Malaysia. Sepuluh atau
dua puluh tahun yang lalu, kondisi negara Malaysia hampir mirip dengan kondisi
negara Indonesia saat itu. Dan saat Pimpinan Pemerintahan dibawah kendali Doktor
Mahatir Muhammad, maka terjadilah perubahan yang sangat dahsyat.
Kuala lumpur yang
sembrawut ibarat kota Jakarta dibenahi. Disamping kota Kuala Lumpur diciptakan
sebuah kota satellite yang bernama “Puta Jaya”. Kota ini disulap, semua wilayah
didesain dalam bentuk sebuah taman yang maha luas dan di dalamnya berdiri
gedung-gedung megah buat pusat pemerintahan. Dan Kuala Lumpur sengaja menjadi
Ibu Kota negara dan pusat perekonomian.
Di kota Putra Jaya
didirikan juga gedung-gedung yang artistik. Ada gedung yang mnyerupai objek
wista di Mesir, Iran, Amerika Serikat, India, dll. Kemudian ini semua dirancang
buat industri parawista. Malaysia memang pintang membuat label wistaa, yaitu “Malaysia is truly Asia”. Anda belum
betul-betul berkunjung ke benua Asia, kecuali kalau sudah mampir di Putra Jaya
Malaysia”.
Wah promosi mereka
dahsyat, dibandingkan dengan promosi
parawista di kampung saya yang sangat tertinggal. Suatu ketika saya mendapat
telephone dari grup wisata warga Singapura. Mereka ingin melihat Pesta Pacu
Jawi namun menerka tidak tahu bagaimana cara pergi ke sana. Mereka menelpon
saya karena memoperoleh nomor HP saya melalui blogger saya di internet.
“Encik Marjohan…, we are a group of tourist from Singapore and want to
see Program Pacu Jawi in your country, could you explain us how we go
there..???.Masya Allah kenapa mereka menelpon saya ???”
Dan ternyata informasi
parawista di kampung saya memang minus dan kurang update dan informasi dirancang hanya buat konsumsi masyaraksat lokal.
Saat itu saya memandu perjalan mereka lewat telepon hampir satu hari hingga
akhirnya kami berjumpa dan sayapun juga ikut menikmati attraksi pacu jawi
tersebut.
Balik ke judul topik
bahwa berharap Pak Jokowi bisa berlari sekencang Kepala Negara Singapura dan
Malaysia. Sebetulnya Mahatir Muhammad, yang sudah membuat gebrakaan dahsyat
buat Malaysia, adalah seorang ahli ekonomi. Presiden kita juga seorang ekonom
atau pengusaha- yaitu kabarnya memiliki usaha meubel di kota Solo.
Bedanya adalah Mahatir
Muhammad adalah ahli ekonomi berkelas internasional dan Pak Jokowi masih belum,
beliau adalah praktisi ekonom hanya untuk seukuran kota Solo saja baru. Karena figur
dan kehangatan pribadi Pak Jokowi belum terasa betul sampai ke Ujung pulau
Sumatra, bida jadi nggak begitu terasa keberadaanya di Kalimantan, Sulawesi,
dll. Seharusnya figure dan popular pengaruh Pak Jokowi harus terasa ke negara
tetangga Australia, Malaysia, Thailand, dan kapan perlu hingga ke Eropa dan
Amerika.
Gebrakan yang dilakukan
oleh Perdana Menteri Malaysia saat itu, Mahatir Muhammad, untuk memajukan
perekonomian dan peradaban Malaysia mirip seperti yang dilakukan noleh negara
Singapura yaitu “State industry oriented”.
Apa saja bentuk sektor negara berbasis industri: industri parawista, industri
perdagangan, industri transportasi, hingga pendidikan juga berbasis industri.
Lagi lagi pengalaman
saya saat berkunjung ke sebuah Perguruan Tinggi di Malaysia, di kawasan daerah
biasa-biasa saja di kota Nilai, yang namanya “Nilai College”. Pemerintah telah
merancang lembaga pendidikan ini buat konsumsi masyarakat internasional. Lagi-lagi
Badan Promosi Pendidikan Internasional, yang belum dimiliki oleh mayoritas
Perguruan Tinggi di Indoinesia, telah mampu mengundang warga internasional
seperti dari negara Timur Tengah, Cina, India, Srilangka, Myanmar, Pakistan,
Thailand, Eropa dan juga Indonesia untuk belajar di sana.
Anak anak yang belajar
di sana terlihat tidak begitu hebat dan cerdas namun yang jelas mereka semua
sudah menjadikan kampus itu menjadi komunitas internasional. Tentu saja akan ada
kunjungan orang tua dari siswa dan mahasiswa asing tersebut untuk melihat anaknya belajar di Malaysia.
Kunjungan warga internasional yang begitu signifikan ke negara Malaysia membuat
valuta asing berlimpah di negera jiran ini, hingga mata uang Ringgit tetap
berkualitas di dunia internasional.
Begitu banyak yang bisa
kita petik dari “best practice”,
praktek terbaik dalam menjalankan pemerintahan oleh Kepala Negara Malaysia dan
Singapura. Kita berharap agar Kepala Negara kita yang sekarang. Pak Joko
Widodo, bisa merombak kabinet. Namun yang jelas kita berharap agar Presiden
Jokowi bisa berlari sekencang pimpinan pemerintah Singapura dan Malaysia agar
negara kita bisa Berjaya seperti mereka. Hingga mata uang Rupiah bisa berdiri
dengan gagahnya, industry bermunculan, perekonomian bergairah dan pengangguran
menurun.
(Marjohan, M.Pd- Guru
SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email:
marjohanusman@yahoo.com)
Langganan:
Postingan (Atom)
Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"
SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...
-
Semangat Eksplorasi Dan Kualitas Pendidikan Oleh. Marjohan M.Pd Guru SMA Negeri 3 Batusangkar Kata lain dari “eksplorasi” adalah menjelajah....
-
Orang Lintau Juga Bisa Jadi Doktor (Inspirasi dari pr...
-
Naskah Buku The Inner Changing-Perubahan Dari Dalam Diri Ditulis oleh : MARJOHAN M.Pd Guru SMA Negeri 3 Batusangkar, Kab. Tanah Datar, S...