Menunggu
Cita-cita Jatuh Dari Langit
Oleh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMAN 3 Batusangkar
Saat kita masih kecil sekolah di TK dan SD, ibu guru, bapak guru
dan orang tua kita rajin memotivasi kita agar kita memiliki cita-cita- kelak di
masa depan bisa menjadi orang sukses. Mereka berdoa dan berharap “moga-moga
kamu kelak bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa negara dan agama. Untuk
itu gantungkanlah cinta-cintamu setinggi bintang di langit.
Ya…jadinya sejak itu kita
menggantung cita-cita setinggi bintang di langit dan belajar sekuat tenaga.
Cita-cita anak-anak TK dan SD memang sangat tinggi, mereka ingin menjadi
Presiden, menjadi Menteri dan menjadi Jenderal. Bertambah usia maka cita-cita
mereka sedikit menjadi lebih realis, kemudian mereka ingin menjadi dokter,
polisi, pilot, tentara, perawat, dan pramugari. Cita-cita mereka sesuai dengan
profesi yang sering mereka jumpai, cara berpakaian orang dengan profesi yang
telah kita sebutkan di atas membuat mereka kagum dan ingin pula berkarir
seperti mereka.
Kebanyakan anak-anak (siswa SD
hingga siswa SLTA) berfikir bahwa untuk menggapai sebuah cita-cita tidak begitu
ribet. Cukup belajar sekuat mungkin. Bila mereka bisa juara kelas apalagi juara
umum maka kelak karir yang hebat bakal berada digenggam. Saat mereka duduk di
bangku SMA, maka kalau mereka ujian dan mampu memperoleh skor mata pelajaran
yang masuk ke dalam Ujian Nasional, maka mereka bakal mampu kuliah di Perguruan
Tinggi favorite. Dan kalau sudah kuliah di sana (menjadi sarjana) maka karir yang basah dengan gaji yang gede
bakal mengucur ke dalam kantong mereka.
Dalam zaman merekrut PNS, Pegawai
BUMN dan pegawai swasta yang begitu agak longgar- hanya berdasarkan skor memang
mereka termasuk orang-orang yang beruntung. Namun peraturan sudah jauh berubah.
Untuk PNS, misalnya, pemerintah sangat membatasi penerimaannya. Karena selama
ini jumlah PNS yang berlimpah dan tak terkendalikan telah ikut memberatkan
anggaran negara untuk menggaji mereka. Dan gara-gara rektuitmen PNS dilakukan
secara asal-asalan maka cukup banyak yang direkrut para PNS yang kurang rajin,
yang kinerjanya kurang bagus dan kurang mampu memajukan negara.
Dulu nilai yang tinggi seolah-olah
berguna buat menjangkau bintang-bintang yang tinggi, atau cita-cita yang
bertebaran di langit. Begitu juara umum maka kelak seseorang bisa meraih karir
sebagai dokter, perawat, pramugari, dll. Sekarang tidak lagi, malah dikatakan
nilai yang tinggi berguna hanya buat syarat kelulusan dari Perguruan Tinggi,
sementara untuk karir lebih didukung oleh keterampilan berwirausaha, leadership dan kemampuan berkomunikasi.
Sebetulnya juga ada karir yang cukup
menantang yang tidak mutlak ditentukan oleh nilai atau skor yang tinggi, tapi
dipengaruhi oleh multi talenta seseorang. Untuk hal ini kita bisa bercermin
pada biografi public figure, sebut
saja seperti Mutiara Djokosoetono , Najwa Shibab, dan Oki Setiana Dewi.
Bagi warga Jakarta dan siapa saja yang
mengunjungi Jakarta sudah pasti mengenal Taksi Blue Bird, ya sebuah armada
taksi yang banyak bersileweran di kota Jakarta, dan sudah merupakan salah jenis
kendaraan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di ibukota Jakarta. Pendiri Taksi Blue Bird adalah seorang
perempuan pejuang dari Malang bernama Mutiara
Siti Fatimah Djokosoetono. Ia berasal dari keluarga berada, namun pada
usia 5 tahun keluarganya bangkrut. Kehidupan berubah drastis. Dari seorang
gadis cilik yang dikelilingi fasilitas hidup naik kemudian menjadi miskin. ia
kemudian meniti bangku sekolah dalam kesederhanaan luar biasa.
Jadi penderitaan dan hidup susah bisa memicu
seseorang dalam memperkuat motivasi berprestasinya. Kesederhaan hidup Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono telah
menjadi motivasi hidupnya. Kesederhanaan hidup Bu Djoko semasa kecil,
seperti makanan yang tak pernah cukup, pakaian seadanya, tak pernah ada uang
jajan.
Menginjak remaja ketegaran semakin terasah.
Ia bertekad memperkaya diri dengan ilmu dan kepintaran atau skill. Ia banyak
membaca kisah-kisah inspiratif yang diperoleh dengan meminjam. Jadi tidak ada
orang yang ingin sukses menjauhi kebiasaan membaca. Membaca malah bisa
memperkaya wawasan berfikir seseorang.
Ia menyelesaikan pendidikan HBS, kemudian
lulus Sekolah Guru Belanda atau Europese Kweekschool. Dengan tekad yang kuat ia
meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Jakarta. Dan berhasil masuk
Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan menumpang di rumah pamannya di
Menteng. Kemudian jalan hidup membawa berkenalan dengan Djokosoetono, dosen
yang mengajarnya, yang juga pendiri serta Guberbur Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian. Laki-laki itulah yang menikahinya selagi Bu Djoko masih kuliah.
Mereka dikaruniai 3 anak, bekerja sebagai
dosen di FHUI dan PTIK. Untuk menambah penghasilan keluarga, Bu Djoko berjualan
batik door to door. Tak ada gengsi, tak ada malu, tak ada rasa takut
direndahkan oleh sesama isteri. Karakter tidak gengsi-gengsian penting untuk
meraih sukses. Namun penjualan batik yang sempat sukses kemudian menurun.
Hingga Bu Djoko beralih kemudian berusaha telur di depan rumahnya.
Realita berjualan telur menjadi pilihan
bisnis yang brilian masa itu. Saat itu telur belum sepopuler sekarang. Kemudian
suaminya sakit-sakitan dan suaminya meninggal. Tak berapa lama setelah
kepergian suaminya. PTIK dan PTHM memberi kabar yang cukup menghibur keluarga. Ia
mendapatkan dua buah mobil bekas, sedan Opel dan Mercedes. Disinilah embrio
lahirnya Taksi Blue Bird.
Pada suatu malam, Bu Djoko mulai merancang
gagasan bagi operasional taksi yang dimulai dengan dua buah sedan pemberian
yang dimiliki. Bu Djoko menyusun konsep untuk menjalankan usaha taksinya. Ia memikirkan
mobil, cara mengelola dan juga memikirkan pengemudi. Pengemudi itu akan dididik
dengan baik, dibina, dirangkul untuk sama-sama berkembang. Inilah fase yang
penting dalam sejarah kelahiran Blue Bird.
Usaha taksi terebut menggunakan penentuan
tarif sistem meter yang kala itu belum ada di Jakarta. Untuk order taksi, ia
menggunakan nomor telefon rumahnya. Karena Chandra ditugaskan menerima telepon
dari pelanggan maka orang-orang menamakan taksi itu sebagai Taksi Chandra.
Taksi Chandra yang hanya dua sedan itu kemudian melesat popular di lingkungan
Menteng karena pelayanan yang luar biasa. Order muncul tanpa henti. Dari hasil
keuntungan saat itu, BU Djoko bisa membeli mobil lagi.
Permintaan akan Taksi Chandra terus mengalir.
Beberapa mobil yang telah dimiliki dirasa kurang mencukupi. Titik layanan kian
melebar, tak hanya di daerah Menteng, tebet, Kabayoran Baru dan wilayah-wilayah
di Jakarta Pusat, tapi juga sampai ke Jakarta Timur, Barat dan Utara. Dalam
kesederhanaan Bu Djoko memimpin perjalanan besar membawa Blue Bird siap
mengarungi zaman. Dia menanamkan kepada awak angkutan bagaimana menumbuhkan sense of belonging yang tinggi terhadap
Blue Bird dengan menjadi "serdadu-serdadu" tangguh dan penuh
pengorbanan.
Oki Setiana Dewi, sosok publik figur satu ini mungkin sudah
tidak asing lagi di telinga kita, wanita muslimah yang cantik ini mulai dikenal
ketika ia sukses membintangi film yang berjudul "Ketika Cinta Bertasbih”. Aktif
sebagai seorang penulis, pembicara di berbagai pertemuan serta juga sebagai
uztadzah,
Oki sendiri menyelesaikan SMA nya juga di
SMAN 1 Depok. Ketika SMA, Oki selalu langganan menjadi juara kelas. Ia juga
sering mewakili sekolahnya dalam berbagai perlombaan akademis dan non akademis.
Oki termasuk siswa yang pintar hingga bisa diterima di Universitas Indonesia.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya pada tahun 2012.
Usai meraih gelar sarjana, Oki menjadi
santriwati program Tahfidzul Qur’an di Rumah Qur’an yang terletak di Depok.
Lalu, ia mempelajari bahasa arab di Universitas Umm Al Qura di Makkah pada
tahun 2012.
Kisah Oki ketika memutuskan memakai jilbab
adalah ketika sang bunda terserang sakit yang kata dokter sudah sulit
disembuhkan. Mendengar itu Oki jadi sangat sedih. Ia pun lalu memutuskan untuk
berjilbab agar bisa lebih dekat dengan Allah dan bisa lebi khusyuk mendoakan
kedua orang tuanya terutama bundanya. Sejak saat itulah Oki memakai jilbab.
Selain menjadi artis, ia juga aktif sebagai
penulis dengan beberapa judul bukunya yaitu Melukis Pelangi :Catatan Hati Oki
Setiana Dewi, Sejuta Pelangi : Pernik Cinta Oki Setiana Dewi, Cahaya Di Atas
cahaya Perjalanan Spiritual Oki Setiana Dewi, Hijab I'm In Love, Dekapan
Kematian, Ketika Guru SD Sakit. Dalam bukunya yang berjudul Hijab I’m In Love,
merupakan karyanya yang paling berbeda karena ia juga mengeluarkan album
perdananya dengan judul yang sama.Dalam album Hijab Im in Love (2013) ini
dinyanyikan bersama adiknya bernama Shindy.
Oki juga sering mengisi seminar kemuslimahan
dan kepemudaan. Oki juga meluangkan waktunya mengajar ngaji di TPA untuk
anak-anak dan ibu-ibu. Oki menggalakkan kegiatan DMKM yaitu Dari Masjid ke
Masjid dan juga program “Yuk Mengaji, Al Qur’an di Hati” dimana pelaksanaannya
juga menyentuh lingkungan Lapas Wanita Tangerang. Kecerdasan dan prestasi Oki
juga diakui ketika dirinya ditunjuk sebagai duta untuk Anak-anak Rumah Autis
(2012) dan duta Internet Sehat dan Aman oleh kementrian Komunikasi dan
Informatika 2010. Oki Setiana Dewi menikah dengan Ory Vitrio yang seorang
pengusaha pengusaha restoran.
Kita telah membaca kisah sukses Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono dan Oki
Setiana Dewi secara sekilas, kemudian bagaimana dengan kisah sukses Najwa
Shihab ? Najwa Shihab nama wanita satu ini dikenal masyarakat sebagai
presenter atau pembawa acara di Mata Najwa yang disiarkan di Stasiun televisi
Metro TV. Dia merupakan putri kedua dari seorang Tokoh bernama Prof. Dr. Quraish Shihab yang merupakan
seorang cendekiawan muslim Indonesia. Berarti Najwa didik dengan banyak ilmu
pengetahuan dan banyak pengalaman.
Mengenai pendidikan, Ketika di Sekolah
Menengah Atas (SMA), Najwa Shihab terpilih sebagai siswa yang berangkat ke
Amerika selama satu tahun dalam program bernama AFS yang dikelola oleh Yayasan
Bina Antarbudaya, karenamemiliki wawasan yang luas dan didukung dengan
kemampuan berbahasa Inggris. Najwa Shihab kuliah di Universitas Indonesia
dengan mengambil jurusan Ilmu Hukum dan menjadi alumni pada tahun 2000. Kendati
lulus sebagai Sarjana Hukum, Najwa Shihab lebih memilih terjun di dunia
jurnalistik ketimbang seorang pengacara.
Tidakah mengehrankan, ia kemudian bergabung
dengan Metro TV salah satu Stasiun Televisi Indonesia untuk mengasah
kemampuannya dibidang jurnalistik. Dia dianugrahi penghargaan dari Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dalam hal laporan-laporanya ketika menjadi
repoter bencana Tsunami di Aceh dimaa ia merupakan reporter pertama yang
berhasil melaporkan kondisi setelah tsunami menerjang Aceh, dari laporan atau
liputannya, dinilai memberi andil yang sangat berarti dalam hal berkembangnya
kepedulian dan juga rasa empati masyarakat luas terhadap tragedi tsunami
tersebut yang banyak memakan korban jiwa.
Terlihat bahwa cita-cita seseorang tidak
jatuh dengan mudah dari langit. Cita-cita setinggi bintang di langit adalah
kata-kata yang diucapkan buat anak-anak kecil sebatas ilusi. Kisah hidup
ringkas 3 publik figure di atas memberi tahu pada kita bahwa cita-cita buat
sukses harus dipersiapkan, bukan semudah membalik telapak tangan dan, juara
kelas saja juga tidak menjamin buat sukses.
Mutiara Siti
Fatimah Djokosoetono mengingatkan kita betapa pentingnya seseorang bisa membaca
peluang- seperti memimpikan bisnis dalam sektor transportasi taxi yang didukung
dengan semangat dan kegigihan tekad. Pintar saja secara akademik, sebagaimana
yang dimiliki Oki, juga belum menjamin buat sukses. Ia mengasah potensi diri
untuk memilki keterampilan berganda, bisa sebagai pembicara dan penulis. Tentu
saja sejak kecil dan remaja ia juga rajin berlatih berpidato, ikut
berorganisasi dan berlatih dalam menulis dan jurnalistik, kemudia ia juga
mendalami ilmu Al-Quran dan ilmu jiwa, hingga ia menjadi seorang public figure
nasional.
Begitu juga dengan
Najwa Shihab, bahwa ia juga memilki kepintaran berganda, kemampuan berbahasa
Inggris dan keberanian. Andai ia seorang perempuan yang pasif dan pemalu maka
tentu ia sulit untuk move-on. Jadinya bahwaaktif berorganisasi, banyak membaca
untuk memperluas wawasan serta kemampuan dalam menulis- jurnalistik- telah
memuluskan karir Najwa Shihab itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them