Alumni ITB Jadi Tukang Becak
Begitu sulitnya kehidupan saat ini, segala cara yang penting halal, akan dilakukan hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Sekolah tinggi-tinggi ternyata tidak menjadi jaminan hidup akan sukses apalagi kalau hanya sekedar tamatan sekolah menengah. Saat ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kemauan yang kuat untuk bisa lepas dari kesulitan hidup.
Mungkin kita tidak heran ketika mendengar berita seorang keluarga miskin yang mampu menyekolahkan anaknya sampai sarjana atau berita seorang tukang beca yang berhasil menjadi alumni ITB atau UGM. Namun ketika kita mendengar ada seorang alumni ITB menjadi tukang beca, tentu kita akan mengurut dada antara percaya dan tidak percaya. Padahal ketika pertama kali menginjakkan kaki dikampus, akan terlihat sebuah spanduk untuk menyambut mahasiswa dan mahasiswi baru dengan slogan “SELAMAT DATANG PUTRA-PUTRI INDONESIA TERBAIK”
Fakta adanya alumni ITB menjadi tukang beca bukan hanya sekedar isu saja tapi terbukti benar adanya. Dimana disaat Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara sedang mengadakan acara Silaturahmi dan Perkenalan Calon Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB periode 2011-2015 yang diselenggarakan di Hotel J W Marriot Medan. Ketika acara makan malam tiba-tiba ada seseorang menghampiri ketua umum Hermanto Dardak MSc, orang itu mengaku bernama Suhunan Napitupulu mengaku pernah satu angkatan dengan Hermanto Dardak. Suhunan Napitupulu, dengan serius berbincang dengan Hermanto hingga akhirnya terungkap, bahwa benar Suhunan Napitupulu adalah Alumni ITB yang berprofesi sebagai Tukang beca.
Pengakuan polos dari Suhunan bahwa dia berprofesi sebagai tukang beca jelas membuat semua yang hadir terkejut, antara percaya dan tidak percaya bahwa ternyata mungkin masih ada banyak lagi teman-teman yang bernasib seperti Suhunan Napitupulu. Pertemuan Silaturahmi dan Perkenalan ini setidaknya bisa menjadi Momentum yang tepat agar Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB harus tetap memperhatikan nasib teman-teman mereka yang kebetulan tidak seberuntung nasib sebagian besar alumni lainnya.
Kisah Suhunan alumni ITB yang menjadi tukang beca adalah cermin kondisi nyata, begitu sulitnya orang saat ini untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga segala cara dilakukan yang penting halal walaupun hanya menjadi tukang beca, yang sebenarnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya itu. apalagi saat ini Jumlah Pengangguran di Indonesia sudah mencapai angka 8,12 Juta Orang, Pengangguran ini terjadi di sebabkan adanya kesenjangan antara penyediaan lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan. Minimnya Sektor Penerima Tenaga Kerja serta semakin tumbuhnya Angkatan kerja baru, sudah barang tentu berdampak banyaknya Jumlah Pengangguran di Indonesia.
Ada kisah baru selain cerita Suhunan Napitupulu berikut kisahnya:
Karena sulitnya mencari pekerjaan, ada seorang lulusan Universitas Indonesia akhirnya menerima kerja dikebun binatang ragunan pasar minggu, Tiap hari kerjanya memakai Kostum Gorila, mungkin dia pikir gak ada yang melihat, toh, pake topeng.
Mungkin kita tidak heran ketika mendengar berita seorang keluarga miskin yang mampu menyekolahkan anaknya sampai sarjana atau berita seorang tukang beca yang berhasil menjadi alumni ITB atau UGM. Namun ketika kita mendengar ada seorang alumni ITB menjadi tukang beca, tentu kita akan mengurut dada antara percaya dan tidak percaya. Padahal ketika pertama kali menginjakkan kaki dikampus, akan terlihat sebuah spanduk untuk menyambut mahasiswa dan mahasiswi baru dengan slogan “SELAMAT DATANG PUTRA-PUTRI INDONESIA TERBAIK”
Fakta adanya alumni ITB menjadi tukang beca bukan hanya sekedar isu saja tapi terbukti benar adanya. Dimana disaat Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara sedang mengadakan acara Silaturahmi dan Perkenalan Calon Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB periode 2011-2015 yang diselenggarakan di Hotel J W Marriot Medan. Ketika acara makan malam tiba-tiba ada seseorang menghampiri ketua umum Hermanto Dardak MSc, orang itu mengaku bernama Suhunan Napitupulu mengaku pernah satu angkatan dengan Hermanto Dardak. Suhunan Napitupulu, dengan serius berbincang dengan Hermanto hingga akhirnya terungkap, bahwa benar Suhunan Napitupulu adalah Alumni ITB yang berprofesi sebagai Tukang beca.
Pengakuan polos dari Suhunan bahwa dia berprofesi sebagai tukang beca jelas membuat semua yang hadir terkejut, antara percaya dan tidak percaya bahwa ternyata mungkin masih ada banyak lagi teman-teman yang bernasib seperti Suhunan Napitupulu. Pertemuan Silaturahmi dan Perkenalan ini setidaknya bisa menjadi Momentum yang tepat agar Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITB harus tetap memperhatikan nasib teman-teman mereka yang kebetulan tidak seberuntung nasib sebagian besar alumni lainnya.
Kisah Suhunan alumni ITB yang menjadi tukang beca adalah cermin kondisi nyata, begitu sulitnya orang saat ini untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga segala cara dilakukan yang penting halal walaupun hanya menjadi tukang beca, yang sebenarnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya itu. apalagi saat ini Jumlah Pengangguran di Indonesia sudah mencapai angka 8,12 Juta Orang, Pengangguran ini terjadi di sebabkan adanya kesenjangan antara penyediaan lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan. Minimnya Sektor Penerima Tenaga Kerja serta semakin tumbuhnya Angkatan kerja baru, sudah barang tentu berdampak banyaknya Jumlah Pengangguran di Indonesia.
Ada kisah baru selain cerita Suhunan Napitupulu berikut kisahnya:
Karena sulitnya mencari pekerjaan, ada seorang lulusan Universitas Indonesia akhirnya menerima kerja dikebun binatang ragunan pasar minggu, Tiap hari kerjanya memakai Kostum Gorila, mungkin dia pikir gak ada yang melihat, toh, pake topeng.
Kerjanya mengunyah kacang dan pisang terus menerus, dia berlompat-lompatan setiap hari dengan lincahnya, dan juga dapat berhitung !! Semenjak itu Pengunjung Kebun Binatang bertambah banyak untuk menyaksikan Gorila yang lincah dan juga pintar, maklum lulusan Universitas Indonesia.
Akhirnya pada suatu hari, Tibalah saat yang na’as itu !!! Waktu dia melompat-lompat, dia tergelincir dan terjatuh kekolam Buaya, matilah aku kali ini, katanya dalam hati, dia berusaha memanjat secepat-cepatnya kepinggir kolam, Namun Buaya lebih cepat mendekati dengan mulut menganga lebar dan gigi-gigi yang runcing siap merobek-robek tubuhnya.
Para Pengunjung berteriak ngeri ketika moncong Buaya menyergapnya, antara sadar dan pingsan, dia mendengar bisikan dari dalam mulut Buaya, jangan takut mas, saya juga lulusan dari ITB, he he he.
Maaf ya, cerita buaya tadi cuma cerita humor yang didapat dari beberapa cerita humor di internet, cerita Suhunan dan Humor buaya ini adalah cermin kehidupan terhadap kondisi Bangsa Indonesia yang para pemimpinnya cenderung lebih mengutamakan nafsu keserakahan untuk pribadi, keluarga dan konco-konconya daripada mementingkan nasib rakyat yang memang sedang kesulitan ekonomi, di tambah begitu sulitnya mencari pekerjaan sekarang ini ? Jangankan lulusan SMA atau sederajat, Sarjana pun di Republik ini masih banyak yang menganggur ?
Akhirnya pada suatu hari, Tibalah saat yang na’as itu !!! Waktu dia melompat-lompat, dia tergelincir dan terjatuh kekolam Buaya, matilah aku kali ini, katanya dalam hati, dia berusaha memanjat secepat-cepatnya kepinggir kolam, Namun Buaya lebih cepat mendekati dengan mulut menganga lebar dan gigi-gigi yang runcing siap merobek-robek tubuhnya.
Para Pengunjung berteriak ngeri ketika moncong Buaya menyergapnya, antara sadar dan pingsan, dia mendengar bisikan dari dalam mulut Buaya, jangan takut mas, saya juga lulusan dari ITB, he he he.
Maaf ya, cerita buaya tadi cuma cerita humor yang didapat dari beberapa cerita humor di internet, cerita Suhunan dan Humor buaya ini adalah cermin kehidupan terhadap kondisi Bangsa Indonesia yang para pemimpinnya cenderung lebih mengutamakan nafsu keserakahan untuk pribadi, keluarga dan konco-konconya daripada mementingkan nasib rakyat yang memang sedang kesulitan ekonomi, di tambah begitu sulitnya mencari pekerjaan sekarang ini ? Jangankan lulusan SMA atau sederajat, Sarjana pun di Republik ini masih banyak yang menganggur ?
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them