Semakin Banyak Pengalaman Semakin Luas Pemikiran
Oleh: Marjohan, M.Pd
(SMAN 3 Batusangkar)
Bahagia
adalah hak setiap orang
Setiap orang tentu saja ingin berbahagia. Setiap saat
mereka berfikir bagaimana untuk bisa menjadi orang yang bahagia. Sekarang yang
bisa kita pertanyakan adalah: apakah bahagia itu bisa datang dengan tiba-tiba,
atau bahagia itu bisa saja jatuh dari langit ? Oh tentu saja tidak.
Bahagiaan itu harus ditemukan dan harus diciptakan.
Bahagia itu bukan ditunggu-tunggu agar datang dengan sendirian. Maka kita
sendirilah yang menciptakan dan membentuk bahagia itu. Kebahagiaan juga bisa
terbentuk dengan adanya perubahan dalam lingkungan. Benar bahwa lingkungan
punya efek untuk mewujudkan bahagia itu pada diri kita. Kalau demikian jadinya,
lingkungan punya peranan sendiri dalam menciptakan bahagia, yaitu melalui:
kebiasaan dan sikap hedonistik kita. Hedonisme adalah
pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari
kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan.
Dalam hidup di zaman sekarang, kita sudah terbiasa
menjumpai hal-hal yang berbeda setiap hari. Cara berpakaian, jenis musik dan
lagu yang berbeda, assesori dan warna kosmetik yang juga berbeda. Perbedaan
demi perbedaan telah menciptakan suatu perubahan. Akhirnya kita menjadi
terbiasa dengan perubahan. Sikap hedonistik yang dimaksud yaitu kebiasaan
berharap agar hal-hal yang terbaik bisa terjadi. Hingga terbentuk fenomena
yaitu kita selalu berharap banyak untuk meraih keinginan. Jadinya apa yang kita
lakukan, terutama untuk aktivitas positif atau yang bermanfaant, akan memberi
dampak yang signifikan dalam membentuk kebahagiaan.
Orang-orang awam, tentu saja berbeda dengan kaum
intelektual, mereka punya cara sendiri dalam meraih kebahagiaan. Mereka sering
merujuk pada resep yang diungkapkan oleh nenek moyang mereka dalam meraih
kebahagiaan adalah, beberapa resep terebut seperti:
- Selalu bersikap hati-hati
- Peduli dengan diri sendiri
- Memiliki pergaulan/hubungan yang positif dengan
orang-orang sekitar
- Memiliki sikap suka berterima kasih
- Selalu bersikap optimis
- Suka membantu orang lain
- Suka megerjakan kebaikan
- Menemukan makna dan tujuan hidup ini
Poin-poin di atas adalah resep untuk meraih bahagia.
Sebetulnya bahagia itu tergantung pada kondisi hati dan fikiran kita. Bahagia
atau tidak bahagianya seseorang bisa ditentukan oleh cara pengontrolan pola
pikiran dan suasana hati. Agama Islam mengajarkan pada kita untuk menjaga
kualitas hati, melalui cara berbaik angka, melakukan amal sholeh dan selalu
megingat Allah (mendekatkan diri padaNya, beribadah). Orang yang mengingat
Allah akan meraih ketenangan pada hati (qalbu).
Rasa bahagia selain ada dalam keluarga (di rumah) juga
perlu hadir di lingkungan sekolah. Guru-guru harus menjadi pribadi yang bahagia
dan semua siswa juga punya hak untuk meraih rasa bahagia sepanjang waktu.
Dengan kata lain bahwa suasana PBM (Proses Belajar Mengajar) harus bertaburkan
dengan sentuhan yang memberi rasa bahagia. Kalau begitu, apa manfaatnya bila
suatu sekolah melahirkan siswa-siswi yang berkarakter gembira ?
Lonna housman Moline menjelaskan bagaimana untuk meraih
bahagia sepanjang waktu. Bahwa pendidikan yang berkualitas akan lahir dari
sekolah-sekolah yang proses belajar mengajarnya penuh dengan suasana bahagia,
yaitu dari guru-guru yang punya karakter gembira. Pelajar-pelajar yang cerdas
dan juga sehat secara emosional berasal dari lingkungan sekolah dan keluarga yang
penuh dengan rasa bahagia.
Bahagia itu dapat dipelajari dan diajarkan pada orang
lain. Namun ternyata sebagian orang merasa sulit dalam meraihnya. Mereka adalah
orang-orang yang cenderug memiliki karakter yang dingin dan pessimistik. Mereka
berpendapat bahwa bahagia itu tidak bisa dipelajari dan diajarkan. Karena
bahagia atau tidak bahagianya seseorang tergantung pada pilihan pribadinya dan
juga ditentukan oleh faktor lain, seperti: faktor genetik/keturunan dan
dukungan dari lingkungan sosialnya atau kehidupannya:
“Orang yang hidupnya sejahtera akan mudah merasa
bahagia, sementara orang yang kurang sejahtera akan merasa sulit untuk merasa
bahagia”.
Seligman berpendapat bahwa rasa bahagia bisa terbentuk
dari cara berfikir dan cara seseorang dalam bertindak. Dengan demikian
“tindakan, aktivitas atau pengalaman” juga harus diwujudkan dalam dunia
pendidikan, agar semua warga sekolah (guru dan murid) bisa memperoleh rasa
bahagia. Dia menambahkan bahwa “happiness is a frame of thinking, to have
happiness can be obtained through reframe the thinking”. Bahwa rasa bahagia
ditentukan oleh kerangka atau pola berfikir seseorang, maka untuk memperoleh
kebahagiaan adalah dengan membentuk kerangka atau pola berfikir tersebut.
Bahagia itu bisa dipelajari
Ya kebahagiaan itu bisa dipelajari. Konsep ini dimulai
dengan pernyataan Aristoteles, bahwa bahagia bisa dipelajari. Belajar adalah
sebuah proses yang panjang, belajar itu sendiri bertujuan untuk membentuk
seseorang bisa menjadi manusia yang punya fikiran dan perasaan. Dengan demikian
melalui belajar seseorang akan bisa menjadi maju.
Dalam psikologi positif dipelajari tentang konsep
berfikir positif. Psikilogi positif memandang kebahagiaan dari titik pandang
pendidikan. Sekolah-sekolah yang iklim sosialnya penuh dengan rasa bahagia akan
melahirkan para siswa dengan pemikiran positif, pendidikan positif melahirkan
siswa yang berfikiran positif. Sekolah-sekolah yang menerapkan pendekatan
positif dalm praktek pembelajarannya akan mampu menciptakan beberapa hal
seperti:
- Meningkatkan emosi yang positif pada pribadi siswa.
- Mendorong para siswa untuk bisa melibatkan diri
dengan karakter yang kuat dalam
semua kegiatan di sekolah.
- Melibatkan para siswa untuk mendapatkan hidup yang
bermakna serta membuat
perbedaan dalam komunitas dalam skala yang cukup
luas.
- Mendorong terbentuknya hubungan yang positif.
- Mengajarkan keterampilan tentang bagaimana menjadi
manusia yang sukses.
Ada ungkapan yang cukup banyak dikenal luas yaitu “knowledge
is power- ilmu pengetahuan adalah kekuatan”. Bahwa seseorang yang memiliki
ilmu pengetahuan yang tinggi akan memiliki kekuatan. Dia bisa menjadi orang
yang terpandang dalam masyarakat. Orang yang punya ilmu pengetahuan yang tinggi
akan merasa berbahagia dalam hidup karena pribadinya punya nilai yang tinggi di
mata banyak orang. Jadi hidup yang bermakna akan melahirkan rasa bahagia pada
diri.
Pentingnya Memiliki Pengalaman Positive
Semua orang sejak dari kecil perlu memperoleh banyak pengalaman, terutama
pengalaman positif, dan juga pengalaman-pengalaman sukses lainnya. Mereka yang
memiliki puluhan hingga ratusan pengalaman sukses akan merasakan bahwa hidup
ini benar-benar punya makna. Mereka yang punya banyak pengalaman sukses juga
akan merasakan kebahagiaan dalam hidup.
Dampak yang diperoleh dari akumulasi pengalaman positif pada diri
seseorang adalah terbentuknya rasa gembira, fisik kita akan menjadi sehat,
munculnya emosi-emosi yang juga positif, terbentuknya rasa optimis, dan
terbentuknya karakter “self determination” atau kemampuan untuk menentukan
nasib sendiri. Orang yang punya karakter self determination akan
mampu untuk mengarahkan dan mengendalikan dirimenuju masa depan.
Pengalaman positif yang banyak juga akan membentuk pribadi kita menjadi pribadi
yang optimis dan juga memperluas pemikiran kita. Optimis bukan
sekedar berseru atau berteori semata dan berseru “ayo mari kita selalu bersikap
optimis”. Tetapi optimis adalah sebuah tindakan dimana kita selalu berbuat
(beraktivitas).
Dari aktivitas yang dilakuan akan muncul hasil yang
menakjubkan. Namun hasilnya apakah berakhir positif atau negatif. Maka orang
yang bersikap optimis, dia telah berbuat secara maksimal, penuh waspada, akan
sangat yakin untuk memperoleh hasil yang positif.
Orang-orang yang malas untuk berusaha (berkreativitas) akan tidak cocok
mengadopsi istilah optimis. Orang-orang optimis musti selalu memperlihatkan
sikap yang aktif, penuh kesabaran, punya sikap mengakui kesalahan (tidak suka
melemparkan kesalahan pada orang lain) selalu menggunakan strategi seperti problem
solving, berjuang untuk mengatasi kesulitan, berusaha mengubah
situasi yang tidak terkontrol, semua untuk menggapai tujuan yang diimpikan.
Lawan kata optimis adalah pessimis. Maka gaya pribadi orang yang pesimis adalah
sering suka marah, emosi yang kurang terkontrol, suka bersikap agresif, dan
cenderung berkarakter destruktif atau merusak.
Bahwa pengalaman positif, menurut Barbara Fredrickson, punya potensi
untuk membangun dan memperluas pemikiran seseorang. Pengalaman positif akan
memperluas dan membangun pemikirannya.
Mengapa memperluas pemikiran? Bila kita mengalami suatu
emosi yang positif, visi kita secara literal (secara nyata) akan menyebar. Ini
memungkinkan kita untuk membuat koneksi (hubungan) yang kreatif, mampu melihat
posisi diri dalam persepsi orang lain dan kita juga akan mampu menghadapi
problem demi problem dengan titik pandang yang jelas. Jadi dampak dari emosi
positif (pengalaman positif) adalah meluasnya perhatian dan pemikiran kita.
Mengapa pengalaman positif bisa membangun pemikiran? Pengalaman-pengalaman
positif akan melahirkan rasa senang-rasa bahagia. Dengan cara demikian, melalui
pengalaman positif, kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Emosi
positif harus melebihi jumlah emosi negatif, karena emosi positif
(pengalaman positif) yang berlimpah akan membangun kekayaan personal dan sosial
pada pribadi kita.
Dari paparan di atas dapat dibuat suatu ungkapan, bahwa “semakin banyak
pengalaman maka semakin luas pemikiran”. Untuk mewujudkan ungkapan ini kepada
generasi muda, terutama buat anak-anak di rumah dan para siswa di sekolah, maka
mereka perlu mengalami banyak pengalaman. Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk
pengalaman sosial dan pengalaman non sosial, seperti bereksperimen dengan benda
dan alam sekitar.
Sementara untuk memperkaya pengalaman sosial adalah dengan memperluas relasi
dan pergaulan. Relasi adalah hubungan dengan orang-orang sekitar dan
orang-orang yang sama minatnya. Orang yang mempunya fungsi atau peran dalam
sosial umumnya punya relasi yang luas. Sedangkan pergaulan yang luas akan
memberi bekas yang dalam, mereka akan punya pergaulan yang berkualitas. Kunci
dari pergaulan yang berkualitas adalah melalui melalui berbagi simpati dan
empati, appresiasi (saling menghargai), kebiasaan suka berterima kasih serta
saling memaafkan.
Bibliografi:
Lonna housman
Moline (2011). Resource
List
for
Teaching
Happiness
and
Well‐Being.
Chaska, Minneapolis: http://www.macmh.org/wp-
content/uploads/2011/06/51MolineTeachingHappinessPP.pdf.
Fredrickson, B. L. (2001). The role of
positive emotions in positive psychology: The
broaden-and-build theory of positive
emotions. American Psychologist. Washington: American Psychological
Association.
Seligman, Martin (2000). Positive
Pshychology: An Introduction. Pennsylvania: The
Pennsylvania of University. http://www.bdp-gus.de/gus/Positive-Psychologie-Aufruf-2000.pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them