Pentingnya
Memiliki Jiwa Wirausaha, Teknokrat dan Leadership
Dalam Hidup
Salah
satu ciri-ciri organisasi dalam masyarakat modern adalah memiliki visi dan
misi. Visi adalah tujuan organisasi secara umum dan misi adalah langkah-
langkah untuk mencapai tujuan. Sebagian besar organisasi atau lembaga telah
memajang visi dan misi kegiatannya pada billboard agar bisa dikenal oleh masyarakat luas.
Orang-orang
tertentu sebenarnya juga memilki visi
dan misi dalam hidup mereka. Kita sendiri tentu juga punya visi dan misi dalam
hidup ini. Saat kita kecil orang tua kita sering berujar agar kita bila dewasa bisa
menjadi orang yang baik. Mereka mendidik dan merawat kita agar kita bisa
menjadi orang yang berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. Ya itulah misi di
awal kehidupan kita.
Kemudian saat duduk di
Sekolah Dasar kita mempunyai visi hidup kita menjadi istilah “cita-cita” yang
ukurannya adalah setinggi langit. Saat itu ada teman yang mau jadi pilot,
dokter, duta besar, jadi gubernur hingga jadi presiden dan lain-lain. Tetapi
semakin beranjak dewasa rasanya kita butuh kerja keras untuk mencapai itu
semua. Cita- cita yang kita sebutkan untuk menggapainya tidak segampang yang
kita pikirkan sewaktu kecil. Mungkin ada beberapa orang yang bisa mewujudkan
apa yang telah mereka cita-citakan.
Kita tumbuh terus dan
kita harus membuat cita-cita yang lebih realistik. Maka cita-cita kita
selanjutnya adalah ingin menjadi polisi, tentara, guru, perawat, pramugari,
pegawai bank dan lain-lain. Pokoknya cita-cita yang lebih realistis dan bisa
dijangkau. Benar bahwa kemudian banyak yang bisa untuk menjangkaunya. Terutama
bagi yang karirnya sebagai PNS melalui
pekerjaan guru, dosen, perawat, insinyur, dan lain-lain.
Namun sekarang pemerintah tidak lagi merekrut PNS secara
besar- besaran seperti dahulu. Maka kita- terutama para sarjana- diharapkan untuk mencari karir atau
menciptakan karir agar bisa menyerap
tenaga kerja. Pada berbagai perguruan tinggi para mahasiswa dimotivasi agar bisa
memiliki jiwa “leadership dan
entrepreneurship”.
Berbagai perguruan
tinggi menggelar pelatihan dan kegiatan lain untuk mendidik mereka untuk
memilki jiwa wirausaha, kepemimpinan dan
kemandirian. Mahasiswa yang hanya sekedar aktif untuk mengejar nilai yang
tinggi tidak akan banyak berhasil dalam mencari karir yang mereka harapkan.
Beberapa tahun sebelumnya
nilai dan IPK (indeks prestasi akademik) yang tinggi adalah sebagai pertanda
nasib baik bakal berpihak padanya. Bila
seorang mahasiswa memperoleh IPK tinggi maka setelah wisuda sebuah pekerjaan
telah siap menunggunya. Tapi itu tidak berlaku lagi. Nilai atau IPK hanya salah
satu syarat buat bisa lulus atau syarat buat bisa mendaftar, selanjutnya bahwa factor
wawasan, kemampuan berkomunikasi,
kualitas pribadi lebih menentukan. Sekarang mereka lebih diharapkan agar
memiliki kemampuan entrepreneurship dan
leadership.
1) Enterpreneur
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia kita bisa tahu tentang istilah enterpreneur
atau wirausawan. Wirausahawan adalah orang yang
melakukan aktivitas wirausaha yang dicirikan dengan
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
Seorang
wirausahawan akan mempunyai kesempatan untuk mewujudkan cita-cita dan
menciptakan perubahan. Ia juga punya kesempatan dalam mencapai potensinya
secara penuh dan menuai keuntungan yang
mengesankan. Tentu saja ia memberikan kontribusi kepada masyarakat dan
mendapatkan pengakuan untuk usahanya.
Bila seseorang ingin menjadi seorang
wirausawan, maka ia tentu saja perlu memiliki sikap positif untuk berwirausaha.
Sikap-sikap
yang umum ditemui pada pribadi para usahawan, yaitu punya rasa tanggung jawab
atas risiko atas usahanya. Tentu saja
wirausahawan tidak mengambil risiko secara liar melainkan
memperhitungkan terlebih dahulu risiko yang akan diambil. Oleh karena itu
mereka punya keyakinan akan kemampuan mereka untuk berhasil dan keinginan untuk
segera berhasil. Mereka punya energi yang tinggi, jadinya mereka bersikap
energik. Ya tentu saja mereka lebih
energik daripada rata-rata orang kebanyakan.
Seorang wirausahawan
memiliki orientasi terhadap masa depan. Agar orientasinya bagus maka mereka
perlu memiliki wawasan yang kaya. Sebagaimana tokoh sukses berbuat, diharapkan
para usahawan banyak bercermin padawirausawan sukseslainnya, perlu membaca
biografi mereka sebanyak mungkin, dan kemudian merancang impian mereka ke
depan. Juga wirausahawan perlu memiliki keahlian dalam pengorganisasian.
Jadinya wirausahawan adalah juga organizer.
Mereka memiliki
sejumlah orang yang ikut beraktivitas bersama mereka. Dengan demikian mereka
perlu tahu bagaimana menempatkan prinsip the
right man on the right place , orang yang tepat di tempat yang tepat. Para
wirausawan juga perlu memiliki pengetahuan bagaimana secara efektif menciptakan
sinergi antara orang dan pekerjaan, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk
mewujudkan visi mereka menjadi kenyataan.
Seseorang perlu
menggali diri apakah dia seorang wirausahawan atau tidak. Juga seorang
wirausawan, kemampuan dan bakatnya tidak jatuh dari langit, namun bisa dilatih
lewat belajar. Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara
melihat karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan yang
alami dan dilakukan dengan baik. Wirausahawan memiliki enam tema karakter utama
yang membentuk akronim “FACETS”, yaitu: F (Focus) untuk fokus, A (Advantage)
untuk keuntungan, C (Creativity) untuk kreativitas, E (Ego) untuk
ego, T (Team) untuk tim, dan S (Social)
untuk sosial. Selanjutnya bahwa ada empat kategori menjadi wirausahawan yaitu
penemu, innovator, marketer dan oportunis. Penjelasannya sebagai berikut:
a).
Penemu,
mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi.
b).
Inovator, menerapkan sebuah
teknologi baru atau metodologi untuk memecahkan masalah baru.
c)
Marketer, mengidentifikasi
kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan produk baru atau produk substitusi
yang lebih efisien.
d).
Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara
kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.
2)
Leadership
Di saat fenomena
pengangguran makin merebak dan juga tidak ketinggalan dengan adanya
pengangguran intelektual, yaitu tamatan Perguruan Tinggi yang tidak berdaya
karena tidak kunjung memperoleh pekerjaan, maka sejak dini, minimal pada
jenjang Perguruan , juga diperkenalkan perlunya semangat leadership bagi mahasiswa.
Bagi orang tua, suatu
hari anak-anak yang mereka cintai akan menjalani kehidupannya sendiri. Tentu
saja akan ada tantangan dalam hidup ini, maka dibutuhkan jiwa leadership (pemimpin) untuk menghadapi
tantangan jaman yang tiap hari semakin berat. Orang tua yang selama ini
membantu mereka, mau tidak mau harus merelakan anak menjadi mandiri.
Oleh karena itu,
pembentukan karakter yang baik harus ditanamkan sejak dini- utamanya bagaimana
anak bisa mandiri. Orang tua biasanya
menginginkan punya anak yang mandiri dan punya jiwa kepemimpinan demi masa
depan sang buah hati. Namun, untuk mencapai ini tentu saja tidak mudah. Oleh
karena itu sangat penting untuk bisa mengenalkan kebiasaan yang bisa membantu
menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak.
Proses pembentukan jiwa
pemimpin harus dilakukan pada semua aspek kehidupan anak. Selain guru di
sekolah, orang tua juga dituntut aktif menjaga agar proses ini berjalan
maksimal. Alangkah merepotkan jika pondasi kuat yang susah payah dibangun di
sekolah, kemudian hilang ketika si anak menginjak rumah. Misalnya kebiasaan
bersikap positif dan proaktif. Untuk sikap positif, di sekolah anak didik untuk
bersikap bersih, di rumah orang tua tidak begitu merespon. Di sekolah anak
dilatih buat rajin membaca sementara di rumah malah anak disuguhi banyak
tontonan yang tidak terkendali.
Untuk sikap proaktif
berarti sang anak tidak boleh sekadar menerima perintah dari sekeliling “jangan
mau asal diperintah”. Anak harus juga mempunyai niat kuat utuk mengerjakan
pekerjaan rumahnya dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab.
Anak juga harus
dibiasakan membuat prioritas kegiatan. Pada usia sekolah, ada banyak sekali
kegiatan menyenangkan yang bisa dikerjakan selain belajar. Prioritas diperlukan
agar semua tugas dikerjakan secara maksimal dan selesai pada waktunya. Setelah
itu, anak bisa mengerjakan pekerjaan lain sesuka hatinya.
Berikutnya, berikan
kesempatan kepada anak untuk memikirkan solusi terbaik untuk semua pihak.
Lakukan negosiasi, diskusi dan musyawarah terbuka. Penting bagi para orang tua
untuk mendengarkan pendapat anak dan mempertimbangkan sudut pandang mereka.
Proses ini juga akan membentuk pemahaman yang baik tentang pentingnya kebebasan
berbicara. Hasilnya, anak akan menjadi pribadi yang terbuka dan mampu
mengemukakan pendapatnya secara cerdas.
Selanjutnya adalah
megajarkan anak untuk lebih banyak mendengar. Contohnya, biasakan untuk
membiarkan anak bereksplorasi dengan caranya sendiri dahulu. Koreksi yang
tergesa-gesa akan menimbulkan rasa enggan dalam diri anak. Sebaliknya, waktu
yang tepat akan menumbuhkan toleransi yang besar dan pemahaman bahwa mereka
dimengerti.
Benar bahwa jiwa
pemimpin juga bisa tumbuh berkembang jika anak berada di lingkungan yang
positif. Perlu juga diketahui bahwa semua orang mempunyai peran penting
masing-masing dalam kehidupan. Anak harus belajar bekerjasama dengan banyak
orang untuk bekalnya bersosialisasi.
Proses ini akan mudah
diadaptasi anak jika orang tua memperkenal bentuk tanggung jawab, prilaku positif
dan proaktif sejak usia dini. Namun, jika baru mengenalnya di usia remaja,
tantangannya tentu berbeda. Anak kecil mudah menyerap hal-hal baru karena belum
banyak pengalaman hidup yang mempengaruhi cara berpikir dan berprilaku. Mereka
masih mudah diarahkan oleh orang-orang yang mereka patuhi.
Mhd. Teguh (2001)
menulis prinsip latihan kepemimpinan yang perlu buat diketahui oleh para
mahasiswa. Beberapa hal lain yang juga perlu untuk ditanamkan dalam rangka
membentuk jiwa leadership adalah
sebagai berikut:
a) Hindari kebiasaan mengkritik dan mengomel
Mengkritik orang lain
(termasuk mengkritik anak dan siswa yang berlebihan) tidak saja mengganggu harga diri seseorang,
tetapi membuat orang tidak menyukai kita. Pilihlah cara untuk menyampaikan
kritik secara positif dan hindari kritik yang dapat menyinggung perasaan
seseorang.
b) Berikan penghargaan yang
jujur dan tulus
Sekecil apapun
kontribusi seseorang terhadap keberhasilan kita selayaknya mendapatkan
perhatian dan penghargaan. Perlihatkan bahwa kita bersungguh-sungguh menghargai
usaha mereka. Usaha mereka memberi kontribusi pada keberhasilan kita sama
seperti kita juga berkontribusi pada keberhasilan mereka.
c) Bangunlah kemauan untuk
berhasil dalam diri orang lain
Dalam kehidupan
personal maupun professional, kita sering berada dalam situasi menjual ide
kepada orang lain. Ingatlah bahwa seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu
karena ada hubungannya dengan kepentingan mereka, bukan kepentingan kita. Bila
kita jelaskan bahwa ide kita dapat membuat mereka berhasil, kita akan terkejut
melihat betapa banyak kerjasama dapat kita bangun dalam organisasi kita.
d) Beri perhatian yang
sungguh kepada orang lain
Sebesar apapun aset
finansial ataupun fisik dalam suatu perusahaan, maka orang-orang yang bekerja di dalamnyalah yang
membuatnya berhasil. Mengenal orang-orang yang ada dalam organisasi kita sama
pentingnya dengan mengenal aspek teknis pekerjaan kita, Kuncinya adalah dengan
memberikan perhatian yang sungguh. Jangan berpura-pura dengan mencoba mengenal orang
lain demi keuntungan kita sendiri. Mengenal orang lain seharusnya selalu
menjadi proses yang saling menguntungkan.
e) Senyum
Sebuah senyuman yang
kita berikan dengan tulus akan sangat berdampak positif bagi kita dan orang
lain. Bahkan senyuman adalah ibadah, yang dapat menularkan aura positif kepada
orang lain. Selalu murah senyum, karena hubungan baik selalu dapat diciptakan
dengan hal yang simpel, seperti perilaku ramah dan senyum yang bersahabat.
3) Tekhnokrat
Tekhnokrat atau berjiwa
tekhnik- berjiwa suka bekerja- tentu bisa terlaksana bagi orang yang kreatif. Kuliah
atau bekerja dalam bidang tekhnik adalah pilihan akademik atau karir banyak
para remaja. Utamanya bagi yang sedang sekolah di sekolah unggulan. Namun
sebagian dari mereka hanya berkutat pada bidang kognitif, sehingga berpotensi
melupakan unsur psikomotorik atau skill. Pada hal berkerja pada bidang tekhnik
sangat membutuhkan mereka yang berjiwa kreatif. Maka dari sejak dini pembiasaan
kreatif perlu untuk ditumbuhkan. Beberapa hal yang bisa menumbuhkan jiwa
kreatif yaitu:
a) Bersikap rileks atau
santai berguna dalam menumbuhkan jiwa
kreatif. Foto- foto para penemu semuanya memperlihatkan sikap yang rileks.
Dalam kondisi yang rileks pikiran seseorang
akan jauh dari tekanan yang mungkin datang dari lingkungan nrumah dan
sekolah. Seseorang yang banyak tertekan
akan mempersempit daya kreatifitasnya.
b) Milikilah hobi dan
nikmati hobi tersebut, seperti berolah raga dan music. Dengan demikian
ide-ide segar akan mengalir kedalam
fikiran seseorang.
c) Memberi tanggung
jawab atau tugas-tugas kecil dan beri mereka waktu untuk menyelesaikannya. Ini
berguna buat melatih mereka untuk bertanggung jawab.
d) Berilah tenggat
waktu, dalam memberikan si anak tugas kecil berilah tenggat waktu untuk
penyelesaian tugas yang anda berikan kepada si anak untuk membiasakan anak
berusaha menyelesaikan semua tugas yang diberikan tepat pada waktunya, hal ini
akan memancing dan memaksa si anak mengeluarkan kemampuannya.
e) Membantu
pengembangan imajinasi anak. Imanjinasi adalah dunia yang umumnya identik
dengan anak sehingga sesuatu yang mustahil atau tidak mungkin menjadi mungkin
bagi anak usia dini. Dengan berimajinasi, anak selalu mencari cara untuk
menemukan jawaban dari masalah yang dihadapinya. Jadi upaya yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik dan orang adalah untuk selalu memahami, membimbing, dan mendukung
imajinasi peserta didik serta mengajak mereka untuk belajar, membaca buku ilmu
pengetahuan, melakukan penjelajahan, hingga mengunjungi museum, perpustakaan,
dan objek wisata.
f) Menumbuhkan rasa ingin tahu, antusias yang tinggi
selalu ada pada anak usia dini dengan benda-benda yang ada disekitarnya atau
makhluk baru yang pertama kali dilihatnya. Anak-anak pasti akan memerhatikan,
mengamati bagamana dan apa yang terjadi, melihatnya secara detail. Ajaklah anak
mendekati sebuah traktor atau pesawat maka ia akan memperhatikannya sangat
detail. Rasa ingin tahu yang tinggi seperti itu sering kali membuat anak tidak
peduli dengan lingkungannya apakah akan membuatnya kotor, basah, panas, maupun
merasa sakit. Hal seperti itu jelas bahwa keingingan anak usia dini dalam
mengeksplorasi alam dan lingkungannya sangatlah kuat, dan sangatlah kuat
keinginannya untuk mengetahui sesuatu, hal ini berarti betapa kuat semangatnya
untuk belajar.
Rasa ingin tahu adalah
sifat dasar kreatif, yang mendorong anak untuk menciptakan karya atau ide baru,
diawali dengan sikap rasa ingin tahunya terhadap sesuatu, setelah sesuatu itu
dieksplorasi secara mendalam barulah mereka menciptakan karya yang baru dan
berbeda berdasarkan pengayaannya terhadap apa yang dihadapinya. Maka sekarang
di saat kesempatan untuk meraih kerja butuh kompetisi dan persiapan mental
anak. Maka selain mereka memantapkan kemampuan kognitif atau akademik, juga
perlu bagi setiap anak untuk mengasah jiwa leadership,
enterpreneur dan kreatifitasnya. Juga
tidak lupa bagi mereka untuk selalu memantapkan ilmu agama mereka agar selalu
menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah Swt.