Mengikuti
Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional 2012
Tiba- tiba aku memperoleh pesan singkat (SMS) bahwa juri
pemilihan guru berprestasi Propinsi
Sumatera Barat (Bapak Hasponizar dari LPMP Padang dan Bapak Jufri dari UNP)
akan mengunjungi para nominasi guru berprestasi ke tempat tinggal mereka.
Masing masing adalah Nurlaila (SMAN 1 Suliki- Kab. Lima Puluh Kota), Musniar dari SMAN 1 Bukittinggi dan Marjohan- aku sendiri (dari SMAN 3
Batusangkar).
“Dewan juri
datang ke sekolahku. Mengapa mereka datang dan buat apa harus berkunjung ke
sekolah dan ke rumahku?”
Kedatangan tim
juri adalah untuk klarifikasi dan pembuktian prestasi seperti yang terdapat
dalam portofolio. Seperti halnya padaku, dewan juri ingin mengumpulkan
informasi tentang seberapa jauh prestasi dan kontribusiku buat anak-didik,
sekolah, buat keluarga dan tetanggaku.
Sebagai guru Bahasa Inggris, aku dan teman membimbing
siswa dalam kegiatan ekskul debat bahasa Inggris. Sebagai hasil siswa-siswa
kami mampu meraih prestasi/ juara sampai ke tingkat Kabupaten dan juga tingkat
Propinsi.
“Apakah itu saja ?”
Tidak....dan aku sendiri juga membimbing siswa/
grup LPIR dan siswa yang aku bimbing sering meraih juara hingga tingkat
Propinsi dan Tingkat Indonesia. Juri juga mencari tahu tentang prestasiku yang
lain dari teman-teman guru atau kolegaku dan juga dari siswa serta dari
informan lain. Al-hasil aku dinyatakan sbagai pemenang 1 (satu) guru
berprestasi tingkat Sumatera Barat. Penyerahan sertifikat dan hadiah
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2012 (Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia). Untuk selanjutnya aku dan juga ada beberapa orang lagi sebagai
utusan Sumatera Barat untuk mengikuti seleksi pada level nasional. Aku akan
menulis semua pengalaman tersebut pada paragraf- paragraf berikutnya serba
sedikit dari awal hingga akhir.
1.
Memilih Masa Depan
Seperti yang
dialami oleh kebanyakan siswa SLTA, maka aku
juga mencari info sana-sini tentang mau kuliah ke mana aku kuliah setelah tamat SMA
Negeri 1 Payakumbuh. Meskipun aku dibesarkan
oleh ayah seorang prajurit polisi dan
ibu seorang petani kecil, namun aku merasa mantap untuk menjadi seorang guru.
Akhirnya aku mendaftar dan lulus sebagai mahasiswa
pendidikan Bahasa Inggris pada IKIP Padang. Sejak mahasiswa aku sudah mencari tahu bahwa seorang mahasiswa
harus kreatif dan inovatif. Aku memperkaya pengalaman dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti aktif di
Mesjid kampus (Mesjid Al-Azhar UNP) dan
juga menjadi Pemandu Wisata Sumatra Barat serta aku
juga menerima pesanan terjemah dari mahasiswa untuk tugas kuliah mereka. Ini sangat melatih kemampuan akademik dan sekaligus bisa
memperoleh sedikit uang untuk pembeli jajan.
Sejak kuliah aku sudah punya target dalam membaca dan melatih
menulis. Aku membuat target untuk
membaca sekitar 100 halaman perhari, sementara untuk memperdalam kemampuan
bahasa Inggris, aku membaca satu majalah
bahasa Inggris per minggu. Kemudian untuk mengasah kemampuan sosialku adalah dengan cara membaca buku biografi
tentang penulis terkenal dan kemudian membiasakan menuliskan pengalaman paling kurang 2 halaman
folio per hari.
Akhirnya aku mampu merampungkan pendidikan sarjananya sesuai
dengan target. Aku selanjutnya menjadi
guru pada SMA Negeri 1 Lintau- Kab. Tanah Datar, Sumbar. Maka aku kembali menulis/ membuat refleksi diri yaitu “Bahwa aku harus menjadi guru yang berbeda- yaitu
guru yang menguasai berbagai kemampuan”.
2. Ingin menjadi guru dengan keterampilan berganda
Menjadi guru yang
punya tekad untuk memiliki berbagai kemampuan, bukan berarti menjadi guru yang anti sosial. Aku cukup aktif melibatkan diri dalam pergaulan
sosial- mengunjungi rumah/ orang tua siswa, ikut kegiatan mesjid, aktif dengan
kegiatan sekolah dan mempersiapkan kegiatan mengajar serta melaksanakan tugas
sebagai guru.
Pada waktu luang
apakah siang ataupun malam, aku selalu meluangkan waktu buat membaca berbagai buku.
Target bacaan tentu yang menjurus pada peningkatan kompetensi sebagai guru,
misal buku-buku tentang sosial, pedagogi, psikologi, buku-buku filsafat dan
agama. Aku terinspirasi oleh biografi penulis besar dunia
untuk juga bisa menjadi penulis. Maka aku juga rajin berlatih atau membuat target dalam
menulis, hingga akhirnya aku bisa
menulis artikel dan tulisan tersebut bisa dipublikasi pada koran-koran di Sumatera
Barat.
Tulisan-tulisanku
yang terbit pada koran tentu harus
dibuat klipingnya dan dijadikan sebagai dokumen atau portofolio. Pada lain
kesempatan aku juga sempat berkenalan
dan berteman baik dengan sarjana Perancis (Dr. Louis deharveng, Dr. Anne Bedos
dan Dr. Francois Brouquisse) dimana mereka adalah ahli bilogi dan tertarik
melakukan riset di seputar Kabupaten Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Sawahlunto
Sijunjung dan Kab. Lima Puluh Kota.
Mereka adalah ahli Biologi yang juga bekerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Riset
mereka adalah tentang serangga dan fenomena alam. Lewat mereka aku juga tertarik untuk menguasai dan mendalami
Bahasa Perancis. Juga lewat pengalaman bersama mereka antara tahun 1995- 2005 terasa bahwa
kemampuan menulis, membaca dan kemampuan Bahasa Perancisku semakin meningkat.
Dalam tahun 1998 aku mengikuti seleksi guru teladan utusan sekolah.
Aku mengumpulkan berbagai dokumen hingga
menjadi porto folio dan aku dikirim sebagai utusan kecamatan Lintau Buo untuk
seleksi guru teladan tingkat Kab. Tanah Datar. Pada tahun tersebut aku menang dan mewakili Kab. Tanah Datar untuk tingkat
Propinsi Sumatera Barat. Aku masuk ke
dalam nominasi dan setelah tim juri
turun ke lokasi akhirnya aku berpuas
hati sebagai peraih guru teladan nomor 2 untuk tingkat Sumatera Barat.
3. Hijrah Ke SMA Unggulan Kab. Tanah Datar
Tidak terasa
bahwa aku telah mengabdi cukup lama (14
tahun) di sekolah lama (SMAN 1
Lintau) yang berlokasi di daerah
pedesaan. Untuk maksud penyegaran aku ingin hijrah ke sekolah alumni di Payakumbuh,
namun akhirnya aku diizinkan/
direkomendasikan untuk mengabdi di sekolah baru SMA Negeri 3 Batusangkar,
sebuah sekolah unggulan di Kab. Tanah Datar.
Bakat menulis dan
bakat untuk menguasai bahasa asing yang lain aku semakin bertambah. Aku juga tertarik dalam mendalami bahasa Arab,
karena bahasa ini akan memudahkan ku dalam
memahami bacaan sholat dan memahami kitab suci al-Qur’an.
Mengabdi di
sekolah unggulan dengan rekruitmen guru berdasarkan skor TOEFL dan TPA (Test
Potensi Akademik) tertinggi serta rekruitmen siswa yang cukup selektif- hingga
terjaring para siswa yang berbakat bagus memberi peluang yang besar bagi
penulis untuk mengembangkan profesionalisme sebagai seorang guru. Tantangan
dari lingkungan membuatku mampu membaca
banyak buku, dan juga mampu menulis
lebih banyak artikel. Anak didik juga lebih gampang untuk dibimbing hingga
mereka mampu meraih juara sampai ke
tingkat propinsi dan bahkan ke tingkat nasional.
Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
pascarjana lebih terbuka lebar bagi guru-guru sekolah unggulan (juga bagi
sekolah non unggulan, dan aku juga pada tahun 2008 tercatat sebagai
mahasiswa pascasarjana UNP. Kebiasaan membaca dan menulis sangat membantuku dalam menyelesaikan kuliah dan dalam
merampungkan penulisan tesis. Akhirnya aku mampu menyelesaikan perkuliahan pada
pascasarjana sesuai dengan target waktu dengan IPK cum-laude. Setelah meraih
pendidikan master, kemampuanku terasa
lebih meningkat hingga aku mampu
menerbitkan 4 buku pada penerbit Yogyakarta dan buku- buku tersebut beredar
pada toko-toko buku di Indonesia.
4. Seleksi Guru Berprestasi
Suatu hari Kepala Sekolahku menyuruh ku
untuk ikut seleksi guru
berprestasi. Pada mulanya aku separoh
ragu, karena dahulu sempat juara guru teladan peringkat 2 Sumatera Barat. Namun
label itu dianggap sudah kadaluarsa
apalagi waktunya sudah terpisah selama 14 tahun. Akhirnya aku setuju untuk mengikuti seleksi, dahulu bernama
“seleksi guru teladan” dan sekarang berubah nama menjadi “seleksi guru
berprestasi”, ya mulai dari jenjang sekolah dan kecamatan.
Karena aku sebelumnya pernah meraih juara 2 Sumatera
Barat, maka aku merasa cukup percaya
diri, apalagi dukungan portofolio sangat memadai- seperti jumlah sertifikat,
penghargaan, karya tulis dan dokumen- dokumen yang lain. Agaknya aku merasa cukup merasa mudah untuk menjadi guru
berprestasi tingkat Kab. Tanah Datar.
Kebijakan juri
penseleksi guru berprestasi Kab. Tanah Datar untuk memberi pelatihan dan
persiapan bagi peserta seleksi yang akan mewakili Kab. Tanah Datar ke tingkat
propinsi cukup signifikan, agar pserta ada punya persiapan. Penulis pada tahun berikutnya (2012) mewakili
Kab. Tanah Datar ke tingkat Propinsi. Untuk tingkat propinsi sudah terasa
persaingan yang ketat dengan utusan dari 19 Kabupaten/ Kotamadya di Sumarera Barat.
Lawan- lawan yang
berat terasa bagi ku adalah yang datang dari daerah Padang, Padang Panjang,
Bukittinggi, Payakumbuh dan Solok. Apalagi di daerah-daerah ini terdapat
sekolah unggulan yang hebat di Sumatera Barat- tentu guru-guru mereka juga
hebat. Para juri cukup profesional dan bersikap netral dalam menilai. Penulis
kemudian juga terjaring sebagai nominasi guru berprestasi Sumatera Barat dan
dua nominasi lain berasal dari Bukittinggi dan Kab. 50 Kota.
Para nominasi
tingkat Sumatra mendapat penilaian atau
kunjungan lapangan lapangan-untuk mencari informasi tentang kontribusi calon
juara terhadap kondisi di sekolah dan di
seputar rumah. Fokus yang menjadi penilaian tim juri adalah seputar keberadaan
dan sumbangsih nominator terhadap sekolah dan terhadap anak didik.
“Apakah penulis hanya pintar untuk diri sendiri
saja”, demikian juga petranyaan dann investigasi tim juri terhadap nominator
dengan lingkungan rumah “Apakah penulis tidak berperan terhadap lingkungan ?.
Dari bukti
portofolio- sertifikat dan surat keterangan- bahwa aku cukup memberi kontribusi yang signifikan terhadap
sekolah, seperti rata-rata nilai UN Bahasa Inggris yang cukup bagus, kemudian
dalam pembimbingan pada siswa hingga bisa menang dalam perlombaan sampai ke level
Propinsi malah hingga tingkat nasional. Kemudian peranku terhadap masyarakat
seperti membina mesjid dan menjadi narasumber dalam lokakarya.
Hal yang sangat
signifikan sebagai pendukung bahwa aku dipilih sebagai peringkat 1 (satu) Sumatera
Barat adalah karena kenampuanku yang
cukup banyak. Aku telah menulis artikel lebih dari 120 judul. Artikel- artikel
tersebut terbit pada koran- koran di
Sumbar dan Sumsel. Kemudian , kemudian 5
judul tulisanku terbit untuk tingkat
internasional (perancis), empat buku dengan ISBN dan beredar secara nasional,
beberapa penghargaan tingkat nasional dan dokumen kerjasama penerbitan
atau surat kontrak dengan beberapa penerbit nasional, serta
kemampuan menguasai 3 bahasa asing (
Bahasa Inggris, Perancis dan Arab).
Meraih guru berprestasi tingkat 1 (satu)
Sumatera Barat agaknya telah terasa sebagai prestasi sangat tinggi bagiku dan aku
tidak tahu apa kekuatan diri untuk melaju untuk
persaingan di tingkat nasional di Jakarta, yang jelas aku akan mewakili Propinsi Sumatera Barat untuk
seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
5. Persiapan diri menuju lomba tingkat nasional
Pada pertengahan bulan puasa (Ramadhan/ Agustus 2012) seluruh guru dan tenaga
kependidikan yang meraih peringkat 1
Sumatera Barat diundang untuk berkumpul di Padang. Semuanya ada 13 orang, masing-masing
mewakili guru- guru pertingkat, kepala
sekolah per tingkat dan juga pengawas sekolah. Agar utusan Sumatera Barat bisa
berkiprah di tingkat nasional maka panitia Propinsi mengundang seorang ahli
yang punya pengalaman dalam urusan seleksi guru berprestasi tingkat nasional.
Dalam acara pembekalan yang dilaksanakan di
Hotel Mariani Padang, Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat- Bapak
Syamsurizal- memberi pencerahan kepada
semua peserta. Beberapa uraian pencerahan yang masih teringat oleh penulis adalah
sebagai berikut:
“Pendidikan sangat penting, maka pelajaran pertama yang
ditekankan dan harus dibiasakan adalah membaca.
Perintah membaca adalah perintah pertama
yang disampaikan oleh Sang Khalik kepada kita, melalui Nabi Muhammad SAW. Ayat
yang pertama turun adalah : iqra’ bismirabbillazi khalak- bacalah dengan nama
Tuhanmu yang telah menciptakan.
Membaca adalah
salah satu strategi dalam belajar dan belajar itu sendiri diwajibkan bagi
laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa musuh utama kita adalah
kebodohan dan untuk melawan kebodohan tentu saja melalui pendidikan. Pendidikan punya induk yaitu “membaca”. Selain membiasakan diri dalam membaca dan
belajar, maka kita juga perlu bearktifitas atau bekerja. Dalam ajaran agama
Islam dikatakan bahwa:
“Jika
kamu bekerja, maka cukupkanlah, bila selesai dalam satu pekerjaan maka pindah
pada pekerjaan yang lain”.
Selanjutnya dikatakan bahwa kita perlu untuk
memiliki percaya diri yang baik. Seseorang yang memiliki percaya diri yang
mantap maka ia boleh punya filsafat atau moto hidup yaitu “saya bisa”.
Aku juga tahu bahwa seorang guru mutlak untuk memiliki karakter. Guru yang berkarakter
harus memiliki “kemandirian, profesional
dan percaya diri’. Atau dalam program sertifikasi sekarang dikatakan bahwa
setiapguru mutlak untuk memiliki 4 kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
Pakar/ ahli yang
diundang oleh Dinas Pendidikan Sumbar
adalah ibu Dra. Farida Ariani, M.Pd, yang sering berpengalaman
sebagai juri (juri yang adil/ juri yang netral). Beliau juga bertugas
pada P4TK Bahasa Jakarta. Sekali lagi bahwa beliau tentu saja tetap non blok, ia hanya
memberikan wawasan secara umum- yaitu bagaimana agar setiap peserta (utusan
Sumatera Barat) bisa mempersiapkan diri.
Dia mengatakan
dari pengalaman setiap tahun bahwa peserta yang hebat banyak datang dari “Jawa Timur, Jawa Tengan
dan DKI Jakarta”.
Namun
utusan Sumatra Barat harus tetap optimis bahwa yang menentukan nasib kita-
menang atau kalah- adalah kita sendiri, nasib kita kitalah yang menentukannya.
Guru yang bakal mewakili Sumatra Barat untuk seleksi tingkat nasional harus
memiliki motivasi yang tinggi. Biasanya orang yang memilki motivasi terlihat
sehat- sehat dan yang kurang memiliki motivasa biasanya terlihat banyak
penyakit.
“Dipesankan bahwa yang penting kita harus mampu menjadi diri sendiri- be ourself-
kita harus menjadi yang terbaik- ya menjadi yang terbaik dalam hidup kita. Maka
untuk itu selalulah untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman”
Agar utusan Sumatra Barat bisa meraih prestasi
di Jakarta, maka semua peserta diberi pengetahuan dan pembekalan yang meliputi
pengetahuan dan penyempurnaan portofolio. Bagian- bagian portofolio meliputi:
- Kelengkapan bio data (seperti Nama, Surat
keterangan dokter, dll)
- Sertifikat –sertifikat dari suatu kegiatan,
- Foto- foto kegiatan guru dan siswa yang
dibimbing bisa sebagai dokumen.
- Piagam penghargaan
- Bukti fisik semua prestasi murid dan guru,
misal dalam bentuk surat keterangan dari
pihak
yang berwenang.
- Bukti fisik dalam bentuk buku, artikel, karya
tulis dan juga karya inovatif.
- Penulisan buku bisa dalam bentuk buku fiksi
dan non fiksi dalam bidang pendidikan.
- Juga bisa penulisan dalam bidang inovasi
(pembaharuan) untuk tujuan peningkatan
mutu
pembelajaran. Juga bisa dalam bentuk
penemuan tekhnologi tepat guna dalam
bidang
pendidikan.
Tema seleksi guru berprestasi dan berdedikasi
adalah “ menjadi guru profesional, bermatabat dan sejahtera”. Secara sekilas
susunan portofolio adalah sebagai berikut:
- Kualifikasi akademik
- Pendidikan dan pelatihan
- Pengalaman mengajar
- Perencanaan pembelajaran
- Prestasi akademik yang meliputi lomba dan
karya akademik
- Sertifikat keahlian dan keterampilan
- Pembinaan siswa
- Karya tulis
- Penelitian
- Sertifikat forum ilmiah
- Pengalaman pengurus organisasi dan sosial
- Penghargaan
Pada prinsipsipnya bahwa bentuk kegiatan
pembekalan bagi guru- guru berprestasi untuk menuju tingkat nasional ada 2 macam yaitu, penyusunan
kembali portofolio dan latihan presentasi karya ilmiah- langsung dibedah
dimana kelebihan dan kekuranganya.
Setiap peserta
juga harus menyiapkan tulisan untuk
presentasi di Jakarta. Tulisan tersebut adalah tentang
“best practice” yang judulnya:
“ Mengapa saya layak sebagai guru berprestasi”
Aku juga
menyiapkan tulisan ilmiah yang lain yaitu tentang PTK (Penelitian Tindakan
Kelas). Aku dan peserta lain menunggu tanggal pelaksanaan seleksi yaitu antara
4- 10 September 2012. Keberangkatan kami pada tanggal 3 September 2012 dengan pesawat
Garuda Indonesia Airways.
.
6. Siapa Yang Bakalan Menjadi Guru Terbaik di Indonesia ?
Akhirnya tanggal
3 September 2012 yang kami tunggu pun tiba. 13 orang peserta utusan Sumbar untuk seleksi PTK (Pendidik dan Tenaga
Pendidik) yang berprestasi berkumpul di Bandara Minangkabau, Padang. Ternyata
keberangkatan dalam dua grup- grup pagi dan grup siang. Aku masuk kedalam grup
siang. Namun utusan Sumatera Barat yang akan ikut seleksi guru berprestasi di
tingkat nasional adalah:
- Yeni
Fitri Yenti (Guru TK)
- Deswita
(Guru SD)
- Suyetmi (Guru SMP)
- Marjohan (Guru SMA)
- Netrowintis (Guru SMK)
- Afrida Kasmawati (Guru SLB)
- Lasmayeni (Kepala TK)
- Artispen (Kepala SD)
- Edison (Kepala SMP)
- Dian Mulyati Syarfi (Kepala SMA)
- Endryaty (Pengawas TK/SD)
- Sudirman (Pengawas SMP)
- Azwirman (Pengawas SMA/ SMK)
Semua utusan ini terbang dengan pesawat Garuda
dan di Jakarta mereka akan ditempatkan pada 3 hotel yaitu di Hotel Sahid, Hotel
Century dan Hotel Milenium. Selama dalam
penerbangan aku menghitung-hitung
kekuatan dan potensi diri, tentu saja teman-teman yang juga demikian.
Popularitas kota kota dan orang orang di Pulau
Jawa, kadang-kadang membuat rasa percaya diri tidak menentu, pendek kata aku terbang menuju
Jakarta tanpa beban dan aku sering berucap:
“Menjadi juara 1 di Propinsi Sumbar itu sudah
bagus, aku terbang tanpa beban- andai peringkat 1 itu adalah miliku maka
datanglah, bila tidak maka pergilah”.
Setelah berada di Hotel Millenium maka kegiatan
seleksi guru berprestasi adalah seperti penerimaan peserta, penyerahan berkas-
berkas dan check in kamar, kemudian dilanjutkan dengan persiapan peserta untuk
menuju Puri Agung Hotel Sahid Jakarta untuk acara pembukaan. Kami semua memakai
batik atau seragam propinsi masing- masing. Pembukaan PTK Berprestasi
dilaksanakan oleh Bapak Menteri Muhammad Nuh dan juga perkenalan panitia dengan
peserta.
Seleksi guru
berprestasi yang dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional diikuti oleh
642 guru berprestasi, yaitu utusan dari
33 propinsi. Lomba guru berprestasi mempunyai tujuan untuk memberi nilai appresiatif dan
konstruktif bagi guru.
“ Guru yang diberi appresiasi adalah atas
prestasinya dan diharapkan mereka juga bisa memberi penghargaan pada prestasi
seseorang- misal pada anak didik”.
7. Pembukaan Oleh Menteri Pendidikan
Pidato pembukaan
disampaikan oleh Menteri Pendidikan- Prof. Dr. Mohammad Nuh. Banyak
sekali ide ide cemerlang yang dapat aku pungut. Misalnya Menteri mengatakan bahwa:
“ Orang yang bisa memberi penghargaan biasanya
adalah orang-orang yang juga berprestasi. Orang yang berprestasi akan mampu
memberi appresiasi pada orang-orang yang berprestasi. Akibatnya orang lain juga
gemar untuk mengejar prestasi. Prestasi juga perlu diraih oleh para pelajar.
Agar berprestasi maka orang tua dan guru harus memasukan anak-anak ke dalam
saluran besar yaitu saluran pendidikan”.
Menteri juga menekankan agar di sekolah bisa
dibentuk kultur atau iklim sosial yang
positif- yaitu iklim yang memperlihatkan kepedulian pada yang lain. Dalam
kultur sekolah yang positif musti ada guru-guru dan staf sekolah yang
memberikan perhatian dan rasa cinta pada sesama. Kultur yang begini akan penuh inspirasi. Dengan kultur begini musti berlaku pendidikan inklusif. Dan
sekolah yang beriklim penuh kepedulian ini musti bebas dari budaya “bullying-
menggertak dan mengancam sesama”
“What is bullying ?”.
Orang tua dan guru adalah arsitek bagi otak dan
pribadi anak. Semakin cepat anak berfikir ya semakin ktreatif dia.
Selanjutnya dikatakan bahwa jangan biasakan membuat anak stress sebab
kalau anak sering stress maka kreatifitasnya akan mengecil. Mungkin anak butuh musik, sebab dengan musik ia
bisa bergembira. Kalau anak
(siswa) stress gara-gara guru, PR yang banyak dan karakter teman-teman yang
kurang bersahabat maka mental anak bisa tumbuh tidak sehat (terganggu
mentalnya- seperti penggugup, mudah stress, mudah menarik diri dari pergaulan).
Akibatnya detak jantung anakpun juga
kurang teratur. Untuk itu kita perlu
ingat:
“Jangan
pernah membuat anak-anak stress dan menangis”.
Bila kita melihat ada anak menangis karena stress maka bantulah dia
(mengapa itu bisa terjadi). Dianjurkan bahwa guru musti membiasakan banyak
memberi reward- pujian (mengatakan very good, you are great” karena ini bisa
membesarkan hatinya dan membuat hidup anak lebih bergairah, sebaliknya jauhkan
mereka dari punisment/ hukuman karena budaya punisment bisa memutuskan ikatan
batin.
Pak Menteri juga
mengatakan bahwa orang tua dan guru
perlu memilki bonding emotion (ikatan emosi) dengan anak, ini berguna agar anak merasa
bahwa guru dan orang tua adalah milik mereka. High
spirit of learning (belajar dengan semangat tinggi) perlu dibentuk di rumah
dan di sekolah. Ini dapat dibentuk melalui prinsip “loving, inspiring and
encouraging”.
Fenomena dalam
masyarakat bahwa high spirit of learning berbeda kualitasnya diantara
keluarga kaya, keluarga kelas pekerja dan keluarga miskin. Dalam keluarga
miskin mungkin bisa terjadi miskinnya pemberian inspirasi dan dorongan semangat
juang/ semangat kerja/ belajar mereka. Di
daerah yang banyak terdapat penduduk miskin, di sana mungkin banyak terjadi
kekerasan, kebiasaan mematahkan semangat, juga miskin pujian, miskin sarana,
miskin informasi, miskin aktivitas dan miskin pemberian pesan- pesan positif
pada anggota keluarga. Pak Menteri menyarankan agar orang tua dan guru bisa
memberikanlah hormon cinta buat anak dan siswa.
“Ternyata
banyak orang mengidolakan guru-guru, saya berbahagia karena idola saya adalah
guru-guru saya sejak di SD, SMP dan SMA. Maka guru adalah orang yang selalu
bermartabat di mata anak- anak bangsa ini” Demikian kata Pak Menteri mengakhiri
pidatonya.
8. Menjalani Seleksi Guru Berprestasi Tingkat Nasional
Pelaksanaan seleksi
guru berprestasi tingkat nasional tidak seberat seleksi di tingkat propinsi.
Namun yang terasa berat adalah perasaan atau beban mental. Saat itu bullying aku harus berhadapan dengan utusan-utusan terbaik dari setiap propinsi dan
jumlah mereka lebih besar dibanding saingan saat di Propinsi.
“Aku ibarat
berada di antara bintang-bintang dan aku tidak bisa lagi melihat dan merasakan cahaya diri
sendiri, karena bisa jadi kemilau diri
kalah bersaing dari kemilau atau
pesona teman-teman lain”.
Meskipun kami
ditempatkan di Hotel Millenium dengan iklim yang nyaman namun fikiran tidak
senyaman suasana, karena dalam fikiran terjadi psy-war- perang syaraf atau perang dalam fikiran. Ya bagaimana aku bisa menaklukan soal-soal ujian
test tulis yang jumlah soalnya tidak sebanding dengan alokasi waktu.
“Karena
anda adalah orang-orang pilihan maka tidak mungkin kami memberikan anda
soal-soal yang mudah”. Kata salah seorang dewan juri.
Selama dua hari
kami dihujani oleh test tulis sepanjang hari, otak terasa lelah dan panitia
ujian juga terlihat lelah. Dua hari berikutnya kami harus
mempresentasikan karya ilmiah, dengan kuota 1 (satu) jam perorang. Ini adalah
saat yang menegangkan menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari dewan juri dan
bagaimana kita bisa merespon dan meyakinkan dewan juri dengan logika dan dengan
penuh sopan santun.
Aku juga harus antri, menunggu giliran dan memang cukup membosankan. Jadwal tampilku ternyata jam 09.00 atau 10.00 malam. Namun saat itu
aku tidak berada di tempat karena harus
menunaikan sholat Isya. Jadwal tampilku ditunda
pada pagi berikutnya.
Habis sarapan
pagi maka semua peserta memakai pakaian
PSL- baju putih lengan panjang, memakai jas dan juga dasi. Setiap peserta
mencari informasi tentang apa jenis pertanyaan dan bagaimana karakter dewan
juri.
“Woww jurinya ada yang rada-rada galak. Suasana
presentasi seperti mengikuti kompre
untuk tesis pada kuliah pascasarjana”.
Akhirnya
tibalah jadwal bagiku untuk
mempresentasikan karya ilmiah dengan
media power point. Yang kita perlukan adalah sikap tenang, santai dan penuh
percaya diri. Setelah melalui presentasi ternyata suasana presentasi tidak
menakutkan seperti yang aku bayangkan. Alhamdulillah aku aku tampil cukup prima karena semalaman
tidurku pulas dan aku merasa bugar, hingga bisa merespon semua pertanyaan dewan juri,
malah aku menerima ucapan selamat dari
dewan juri - mogas-moga anda sukses.
“Aku yakin itu hanya ucapan selamat untuk
membesarkan hati setiap peserta”
Selesai
presentasi, sebetulnya suasana fikranku sedikit lega, kecuali aku harus menyiapkan mental untuk mendengar hasil
pengumuman pada hari berikutnya.
Acara setelah kegiatan
presentasi adalah kegiatan di luar Hotel Millenium. Kami semua menuju Hotel Sahid untuk acara makan malam, acara
ramah tamah dan pemberian hadiah dari Bank Mandiri oleh Direktur Bank Mandiri
dan juga oleh Menteri Pendidikan Nasional.