Orang Tua Yang Ideal
Orangtua (ayah dan ibu)
merupakan figur yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak, karena merekalah sebagai pembentuk karakter dasar
seorang anak setelah lahir. Mereka juga
sebagai guru pertama dalam kehidupan anak, karena perannya dalam memperkenalkan
nama-nama, jenis-jenis kata, etika, sopan santun dan lain-lain, bagi
mereka.
Barangkali dewasa ini
masih banyak orang tua menumbuh-kembangkan anak-anak dengan cara meniru konsep mendidik generasi sebelumnya.
Apabila generasi sebelumnya sukses
sebagai orang tua pendidik maka pewarisan naluri mendidik tentu bisa berhasil
namun bila yang ditiru adalah konsep mendidik yang sudah kadaluarsa, konsep
mendidik yang tidak sesuai lagi- keras, kaku, dan otoriter, maka akan melahirkan generasi yang
karakternya rapuh , dan mudah. Namun dalam zaman informasi dan telekomunikasi
yang begitu pesat, setiap orang tua diharapkan agar mampu untuk mengenal konsep
parenting, yaitu bagaimana menjadi
orang tua yang bijak – menerapkan konsep mendidik yang yang mendorong
kreatifitas, inovasi serta memberi pemodelan pada anak.
1)
Orang tua Sebagai Manajer Keluarga
Seperti yang dikatakan
di atas bahwa ayah dan ibu punya peran dan tanggung jawab untuk menjadi
pengasuh atau orang tua. Istilah ini dikenal dengan kata parenting. Orang tua dapat dikatakan sebagai manajer untuk rumah
tangga, karena peran mereka sebagai pengelola situasi dan kondisi rumah. Oleh
sebab itu bila semua orang tua ingin bahagia dan sejahtera maka mereka perlu menerapkan parenting manajemen.
Bagaimana konsep parenting manajemen itu ?
Rata-rata orang tua
sekarang sudah banyak yang memperoleh pendidikan SLTA (SMA, Madrasah Aliyah dan
SMK) mereka tentu mengenal unsyr-unsur organisasi dan dan malah tentu ada yang
ikut berorganisasi di sekolah atau dalam masyarakat. Di sana tentu mereka
mengenal kata perencanaan (planning), pelaksanaan, dan evaluasi. Maka konsep
atau rumusan untuk menjalankan melaksanakan manajemen parenting cukup sederhana
yaitu melakukan planning, organizing,
actuating (pelaksanaan) dan kontrol.
Orang tua sebagai
direktur atau manager dalam rumah
tangga perlu untuk duduk bareng
antara ayah dan ibu, dan bila anak anak sudah bisa diajak untuk bertukar
pikiran maka mereka juga perlu dilibatkan dalam melakukan planning (perencanaan) untuk kemajuan keluarga, untuk menambah
pendapatan dan menggunakan anggaran, demikian juga rencana untuk kesejahteraan
keluarga dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Menurut teori bahwa ada planning jangka panjang, jangka menengah
dan planning jangka pendek- yaitu
hitungannya mungkin dalam bentuk harian, mingguan dan bulanan. Rumah tangga
tanpa perencanaan yang jelas kerap membawa prahara (kegaduhan) dalam rumah
tangga, ayah dan ibu cendrung saling menyalahkan, misalnya dalam hal keuangan
atau dalam cara mendidik anak. “Kau keterluan mama, uang untuk satu bulan kau
habiskan untuk membeli hal yang tidak berhuna…!”.
Hal-hal yang telah
direncanakan tentu perlu dikelola atau diatur (organized) dan seterusnya dilaksanakan (actuating) dengan konsisten oleh semua anggota keluarga-
sesuai dengan porsinya. Tentu saja ayah dan ibu musti menjadi pengontrol yang
baik. Mereka perlu melakukan control. Kemudian berdasarkan waktu yang
ditetapkan mereka melakukan evaluasi dalam pertemuan informal keluarga- mungkin
saat makan malam atau habis shalat bejamaah dalam keluarga. Kedengaranya begitu
ideal atau seperti cerita dalam sinetron. Namun setiap keluarga musti melakukan
hal yang demikian.
Manurung[1] mengatakan bahwa leadership is the key to management. Pernyataan ini berarti bahwa “
kepemimpina adalah kunci atas manajemen”. Di sini diharapkan agar ayah dan ibu
juga memperlihatkan model atau suri teladan sebagai “tokoh ibu dan sebagai
tokoh ayah yang ideal”bagi seluruh anggota keluarga mereka. Dalam kehidupan ini
dapat dijumpai bahwa begitu banyak rumahtangga berjalan tanpa manajemen yang
jelas- mereka berprinsip bahwa biarkan rumahtangga ini mengalir seperti air.
Ini terjadi karena leadership
(kepemimpinan) dan management (pengelolan)
rumah tangga tidak ada dan tidak berjalan menurut semestinya. Akibatnya bahwa
rumah tangga tanpa leadrrship dan
tanpa manajemen yang jelas akan digerakan atau dipengaruhi oleh orang yang
berada di luar keluarga.
Selain menerapkan
fungsi sebagai leader atau manager bagi rumah tangga, orang tua
juga perlu mengenal atau memperhatikan perkembangan watak anak-anak mereka.
Idealnya mereka harus tahu tentang perkembangan jiwa anak. Bagaimana watak
seseorang pada waktu anak-anak maka demikian pula wataknya setelah dewasa. Kita
bisa memperhatikan bagaimana karakter anak-anak Sekolah Dasar- cukup beragam,
ada yang lucu, serius, penganggu, yang tenang dan lain-lain. Anak yang suka
melucu, setelah dewasa juga suka melucu. Anak-anak yang suka memimpin setelah
dewasa juga akan berwatak pemimpin dan anak-anak yang pasif atau penurut
setelah dewasa juga akan jadi pasif dan penurut.
Teori manajemen yang
diterapkan oleh suatu organisasi agaknya perlu untuk diadopsi. Kesuksesan
sebuah organisasi atau keharmonisan sebuah keluarga akan terjadi bila
manajemennya mengutamakan people oriented
atau family oriented. Unsur manusia
memegang peran yang sangat penting. Oleh sebab itu orang tua perlu tahu dan
memperhatikan kebutuhan anak (anggota keluarga).
Kebutuhan kebutuhan
anak sebagai manusia adalah dalam bentuk kebutuhan fisik, kebutuhan
keselamatan, kebutuhan sosial/berkelompok, kebutuhan dihormati dan kebutuhab
atas kebangaan /aktualisasi diri. Dalam pengalaman hidup yang terlihat bahwa
banyak orang tua yang sangat peduli dalam memenuhi kebutuhan fisik anak saja,
yaitu seperti memenuhi kebutuhan makan atas makan, minum, pakaian, kesehatan,
demikian terhadap kebutuhan atas
keselamatan dan kebutuhan sosial atau berkelompok. Namun bila masih ada orang
tua yang terbisaa mendikte anak, serba mencampuri pribadi anak sampai detail,
mencela anak atau mengejek anak maka ini berarti bahwa mereka tidak (atau
kurang) memenuhi kebutuhan anak dari segi
penghormatan dan kebutuhan aktualisasi diri anak.
Sebagai manager bagi rumah tangga, maka orang
tua juga harus peduli dalam menjaga kerukunan keluarga dan dengan kemajuan atau
prestasi anak. Untuk mendorong anak agar lebih berprestasi dalam hidup- di sekolah
dan di rumah- maka orang tua perlu memberi penghargaan dan penghormatan. “Ibu
bangga dengan kerajinan mu dalam bekerja, ….ayah senang karena kamu sopan dalam
berbahasa,……Ibu mau membelikan kamu sepeda karena kamu rajin dalam belajar dan
dalam membantu ibu, …atau ayah akan membelikan kamu computer karena kamu sudah
bisa sholat yang teratur”. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan orang
tua bisa dalam bentuk kata-kata atau dalam bentuk reward (hadiah) yang konkrit.
2)
Orang tua ideal
Seperti yang telah
dikatakan bahwa agaknya semua orang tua bisa menjadi manager keluarga. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu untuk
diperhatikan agar mereka bisa menjadi orang tua yang ideal. Orang tua yang
ideal musti punya wibwa didepan anak-anak, melakukan tindakan atau action positif. perlu bermasyarakat, punya sopan santun “tidak ngomong dan berpakaian seenak
hati saja”, punya disiplin, punya
prinsip hidup, peduli dengan tanggung jawab, dan peduli dengan keutuhan
keluarga. Kemudian mereka musti berbuat untuk mendapatkan prinsip-prinsip ini.
Wibawa lebih berharga
dari tubuh yang besar. Memang memiliki tubuh yang besar dan kuat adalah modal
pribadi dan menjadi kebanggaan tersendiri. Tetapi kalau hanya sekedar memiliki
tubuh yang gagah atau fisik yang besar, bila tidak berwibwa, karena karakter yang terpancar melalui
kata-kata, perbuatan, dan fikiran, cara berpakaian tidak serasi dan kurang
kualitas diri, maka tubuh besar yang ganteng atau cantik tidak ubah seperti
patung yang diberi hiasan. Untuk itu, sekali lagi, orang tua perlu menjaga
wibawa di depan anak-anak dan anggota keluarga yang lain. Wibawa juga dapat
terbentuk melalui keserasian antara kata-kata dan perbuatan. Pribahasa
mengatakan “action speaks louder than
words” maksudnya bahwa perbuatan lebih nyaring bunyinya dari pada kata-kata
semata.
Kebutuhan bersosial
perlu dikembangkan. Sebagai konsekuen bahwa orang tua bertanggungjawab dalam
mendidik anak untuk bergaul dengan masyarakat, karena anggota keluarga adalah
juga sebagai makhluk sosial- yang juga perlu untuk hidup bermasyarakat.
Sehingga kalau mereka hidup terpencil dari masyarakat, akan bisa memiliki jiwa
yang kerdil. Maka keluarga yang memiliki pergaulan social yang luas akan
menjadi keluarga yang cerdas, dan bahagia.
Peran orang tua sebagai
guru utama bagi anak karena mlalui
mereka anak-anak belajar tentang sopan santun (tata karma). Pribahasa yang
berbunyi “air atap akan jatuh ke tuturan”
bisa berarti bahwa prilaku orang tua bisa jadi akan ditiru oleh anak-anaknya.
Kebisaaan bertegur sapa dan tutur bahasa yang ramah tamah, sebagai contoh, bisa ditiru anak dari orang tua nya. Orang
tua yang terbisaa membentak-bentak anak akan cenderung melahirkan anak yang
juga gemar membentak dan menghardik teman atau anggota keluarga yang lain.
Pengaruh keluarga memang sangat membekas pada diri anak, seperti yang
diungkapkan oleh Dorothy Law. Ia mengatakan bahwa:
-
Bila anak hidup dalam kecaman,
dia belajar mengutuk
-
Bila dia hidup dalam permusuhan
dia belajar berkelahi
-
Bila dia hidup dalam ketakutan,
dia belajar menjadi penakut
-
Bila dia hidup dikasihani, dia
belajar mengasihani dirinya
-
Bila dia hidup dalam toleransi,
dia belajar bersabar
-
Bila dia hidup dalam
kecemburuan, dia belajar merasa bersalah
-
Bila dia hidup diejek, dia
belajar menjadi malu
-
Bila dia hidup dipermalukan,
dia belajar tidak yakin akan dirinya
- Bila
dia hidup dengan pujian, dia belajar menghargai
- Bila
dia hidup dengan penerimaan, dia belajar menyukai dirinya
- Bila
dia memperoleh pengakuan, dia belajar mempunyai tujuan
- Bila
dia hidup dalam kebijaksanaan, dia belajar menghargai keadilan
- Bila
dia hidup dalam kejujuran, dia belajar menghargai kebenaran
- Bila
dia hidup dalam suasana aman, dia belajar percaya akan dirinya
Dari ekspresi
berdasarkan perlakuan orang tua terhadap anak tentu ada butir butir yang harus
dihindari dan butir-butir yang perlu untuk dipertahankan. Kebisaaan menebar
kecaman, permusuhan, ketakutan, kecemburuan, dan mempermalukan makan orang tua
akan memperoleh anak yang juga gemar untuk mengutuk, berkelahi, menjadi
penakut, merasa bersalah, dan tidak yakin akan dirinya. Sebaliknya orang tua
yang membudayakan sikap toleransi, pujian, penerimaan, pengakuan,
kebijaksanaan, kejujuran dan suasana aman makan akan diperoleh anak yang
memiliki karakter suka bersabar, menghargai, menyukai dirinya, mempunyai
tujuan, menghargai keadilan, menghargai kebenaran dan belajar percaya akan dirinya.
3) Beberapa
hal yang perlu diketahui oleh orang tua
Ada beberapa hal yang perlu
diketahui oleh orang tua dalam hidup ini. Misalnya keluarga
yang tidak bahagia cenderung mengeluarkan produk yang tidak bahagia pula.
Memang kebahagiaan itu itu tidak datang dari langit, namun kebahagiaan itu
perlu usaha untuk mendapatkanya. Orang bijak mengatakan bahwa orang yang
bahagia adalah orang yang kaya hati dan fikirannya. Oleh sebab itu orang tua
perlu melatih anggota keluarga agar kaya hati dan kaya fikiran. Ini diperoleh
melalui banyak belajar secara otodidak atau secara terprogram.
Disiplin
perlu ditegakan dalam keluarga. Melaksanakan disiplin dapat dilakukan melalui
kegiatan keluarga. Tiap anggota keluarga perlu punya agenda kehidupan yang
meliputi kegiatan belajar, bekerja, beribadah, bersosial, melakukan hobby, dan
lain-lain. Ini smua perlu kontrol dalam pelaksanaanyya. Yang perlu untuk
dihindarkan dalam pelaksaan displin adalah “cara-cara
memaksa”. Karena banyak memaksa dapat mematikan kreasi anak. Kemudian orang
tua juga perlu untuk membudayakan
kegiatan belajar dalam keluarga. Sudah kuno kalau masih ada orang tua yang
berpendapat bahwa “pendidikan adalah
tanggung jawab penuh dari sekolah saja”, karena sekolah bukanlah bengkel
yang akan memperbaiki anak yang sudah rusak. Akhir kata bahwa pendidikan yang
utma dalah dalam keluarga, sedangkan guru atau
sekolah hanya sebagai kelanjuta saja.
[1]
Manurung, M.R dan Manurung, Hetty (1995). Manajemen Keluarga. Bandung:
Indonesia Publishing House