Kebijakan
Pendidikan Negara Maju Sebagai Cermin Untuk Mendongkrak
Kualitas
Pendidikan Indonesia
Oleh:
Marjohan, M.Pd
Guru
SMA Negeri 3 Batusangkar
Setiap tahun lembaga
independen dunia tentang pendidikan selalu memonitor tentang kualitas SDM
bangsa-bangsa di dunia. Selalu ada versi negara terbaiknya, seperti tahun lalu ada
versi “The best top ten nations in
education quality”. Sepuluh negara terbaik dalam kualitas pendidikannya
yaitu: Amerika Serikat, Polandia, Jerman, Perancis, Israel, Swedia, England,
Korea Selatan, Jepang dan Kanada.
Negera-negara
tersebut bisa meraih predikat sebagai negara terbaik untuk kategori pendidikan
karena kemajuan kualitas SDM masyarakatnya, mereka punya wawasan dan
pengetahuan yang luas. Kondisi ini terbentuk karena faktor budaya membaca
mereka yang sangat kuat. Juga karena kualitas Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Lanjutan mereka yang sangat bagus. Kemudian, kaum perempuan mereka, sebagai pembentuk
kualitas keluarga, juga sangat menentukan. Inilah komponen dasar untuk menilai
kualitas pendidikan bangsa-bangsa di
dunia.
Selanjutnya
bagaimana keunggulan pendidikan pada masing-masing negara tersebut, kita akan
sorot secara singkat satu per-satu:
1) Kanada, negara ini memiliki
mutu pendidikan yang sangat bagus sejak jenjang Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA
hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuan juga sangat
bagus, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Sistem pendidikan
dikontrol oleh setiap propinsi. Ekonominya sangat kuat dan semua industri
sangat bersaing.
2) Jepang, memiliki
mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA
hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuannya sangat
bagus, mereka punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Yang juga menonjol
adalah adanya pusat pengembangan profesi guru. Kualitas sistem pendidikan disana
sudah merata dan terkontrol sangat baik pada setiap propinsi.
3) Korea Selatan, negara
memiliki mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD,
SLTP, SLTA hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuannya sangat bagus, punya wawasan dan pengetahuan yang
luas. Lembaga pendidikan memiliki ekskul yang bagus sehingga melahirkan banyak
atlit (untuk bidang olah raga) dan aktor/ aktris (dari ekskul seni/ musik).
Ingat dengan prestasi gemilang Boy Band, Girl Band dan K-Pop adalah berawal
dari ekskul pada bidang seni. Orang tua disana juga memberikan partisipasi yang
bagus.
Bandingan dengan
partisipasi orang tua di negara kita yang terkesan berlepas tangan, terkesan serba
menyerahkan kualitas pendidikan anak pada sekolah semata. Mungkin karena orang
tua di negara kita miskin dengan ilmu parenting.
Kegiatan self-study
atau otodidak sudah sangat lazim di Korea Selatan. Bandingkan dengan negara
kita untuk memacu seseorang prestasi hanya tergantung sebatas belajar pada
“bimbel- bimbingan belajar buat akademik”, pada sanggar seni. Di rumah motivasi
belajar mampir mencapai titik nol.
Untuk contoh bahwa
peningkatan kualitas Olah Raga tergantung hanya selama Diklat saja, tidak ada
Diklat ya tidak ada latihan. Panteslah kualitas olah raga kita selalu dilihat
orang sebelah mata di dunia. Budaya kompetitif (bersaing untuk maju) juga tumbuh
di Korea Selatan untuk memacu prestasi, terutama buat bidang akademik, olah
raga dan seni.
4) England, negara ini memiliki
mutu pendidikan yang sangat bagus sejak pendidikan Pra-Sekolah, SD, SLTP, SLTA
hingga Perguruan Tinggi. Kualitas masyarakat dan kaum perempuan mereka sangat
bagus, punya wawasan dan pengetahuan yang luas. Yang sangat menonjol adalah
kemampuan membaca warganya yang kuat. Wajib belajar disana sampai usia 16 tahun
dan banyak sekolah menerapkan full time
study.
5) Swedia, mengapa
kualitas pendidikan negara ini terbaik di dunia ? Karena masyarakatnya punya
program membaca. Teman saya dari Swedia (Ulla mo, Eva dan Gunni) mengatakan
bahwa di kampung mereka ada “reading time”
yang dilakukan oleh semua warga. Juga ada pusat belajar bagi orang dewasa,
pendidikan bagi orang berkebutuhan khusus, dan masyarakat dengan semua tingkat
status sosial ekonomi punya hak yang sama buat bersekolah dan wajib belajarnya
selama 12 tahun- dengan praktek/ mutu yang bagus.
6) Israel merupakan
negara baru dan selalu konflik dengan negara tetangganya namun kualitas
pendidikannya sangat bagus di-dunia. Faktor penentu adalah kualitas lembaga
pendidikan, kualitas masyarakat dan kaum perempuan yang sangat tinggi. Mereka
memiliki tingkat akses ilmu pengetahuan yang bagus. Kemampuan membaca anak
didik di tingkat SD, SLTP dan SLTA sangat tinggi. Kemudian adanya keunggulan
dalam pendidikan seni dan sains.
7) Perancis, terkenal dengan
pendidikan inklusifnya ke seluruh dunia. Lycee atau sekolah SMA-nya sudah
berkualitas internasional. Maaf, tidak ibarat sekolah SMA RSBI (Rintisan
Sekolah Berstandar Nasional) yang menjamur di seantaro tanah air sebelumnya. Namanya
SMA RSBI tetapi pelaksanaanya, manajemen- kualitas guru- kualitas anak didik-
dan perhatian orang- semua bertaraf lokal.
Tingkat mengakses ilmu
pengetahuan seluruh masyarakat Perancis sangat bagus. Tingginya skor SDM
pendidikan Perancis karena desain Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan yang
berkualitas, juga mutu kaum perempuan dan masyarakat Perancis yang bagus.
Mereka memiliki wawasan dan pengetahuan yang tinggi.
8) Jerman, kualitas
lembaga pendidikan di tingkat rendah hingga pendidikan tinggi sangat bagus. Kaum
perempuan dan masyarakatnya memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup luas. Kekuatan
Jerman dalam mendorong kualitas SDM adalah dalam mendesain Pendidikan Usia
Dini. Aktifitas dan desain lembaga pendidikan ini sangat berkualitas. Yang
menonjol buat pendidikan Pre-School
ini adalah: kurikulum, aktifitas dan visinya jelas serta cukup akuntabel,
kemudian pemerintah selalu mendorong dan memonitor kualitas minat baca masyarakat
di seluruh Jerman.
Bandingkan dengan
pendidikan Pre-School di negara kita
yang hanya di daerah perkotaan saja yang mendapat perhatian. Dan nun jauh di
berbagai pelosok anak anak pra sekolah memperoleh perlakuan dan perhatian yang
rendah, intelektual mereka miskin rangsangan. Malah mereka kerap memperoleh bullying, diskriminasi, eksplotasi dan
kekerasan dari lingkungan.
9) Polandia, sempat
ambruk mutu SDMnya saat di bawah rezim komunis, dan sekarang negara ini sudah
bercorak negara Barat. Negara ini memperoleh capaian skor indeks SDM masyarakat
yang bagus. Kaum perempuan dan lembaga pendidikannya berkualitas, juga karena
adanya beberapa kebijakan positif pemerintah. Pemerintah mendesain “Pusat
Belajar Buat Orang Dewasa” dan “High
School Online”. Pemerintah selalu mengkampanyekan- mendorong dan memonitor-
minat baca masyarakat.
Sekarang mari kita
lihat keadaan di negara kita. Apakah ada fasilitas perpustakaan di setiap kota
? Kalaupun ada, apa cukup ramai dikunjungi masyarakat- wah tentu tidak. Kemudian
perpustakaanya berkualitas ? Bagaimana dengan perpustakaan kampus, hingga
perpustakaan sekolah di seantaro nusantara ini ? Nah inilah penyebab selalu
terpuruk kualitas SDM kita, yakni minat baca masyarakat yang rendah.
10) Amerika Serikat, akses
pendidikan di negara ini sudah merata. Ada 50 negara bagian di negara ini dan
semua negara bagian ini telah memiliki kualitas pendidikan yang sangat bagus,
tidak ada kesenjangan kualitas lagi. Komposisi ini membuat Amerika Serikat
menjadi negara yang sangat hebat pendidikannya dan terbaik se-dunia.
Sangat berbeda dengan
tanah air kita, bahwa dari 34 propinsi pada 5 pulau besar, maka yang bagus
kualitas pendidikannya adalah pada daerah DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jogjakarta dan Propinsi Bali. Sehingga Perguruan Tinggi di daerah ini
diserbu oleh alumni SLTA se-Indonesia.
Dari 10 negara terbaik
pendidikannya, saya terkesan dengan kemajuan pendidikan Amerika Serikat, Jepang
dan Perancis. Saya tertarik karena untuk Amerika Serikat adalah sebuah “Melting Pot” atau wadah besar sebagai
tempat meleburnya berbagai ras, agama dan kebudayaan berbagai bangsa. Jepang,
saya suka,karena orang-orangnya yang berkarakter serius dan bersungguh-sungguh.
Saya suka dengan Perancis karena ia sebagai negara pelopor untuk “egalite, fraternite et liberte” atau
persamaan, persaudaraan dan kebebasan hidup.
Pastilah kemajuan
negara- negara tersebut tergantung pada kebijakan pendidikan warga negara
mereka. Negara kita juga memiliki kebijakan pendidikan, dalam teori atau di
atas kertas memang bagus, namun dalam applikasi memang kualitas pendidikan
bangsa kita selalu rendah. Lebih detail tentang Amerika, Jepang dan Perancis
sebagai paparan di bawah.
a) Amerika Serikat
terkenal sebagai negara super power
yang memang superior pada segala bidang. Yang mencolok adalah pada bidang
pertahanan, tekhnologi dan ekonomi.
Indonesia dan Amerika
Serikat adalah sama-sama negara berukuran besar dan penduduk yang padat. Di kedua
negara ini sama-sama ada sekolah swasta dan sekolah publik. Bedanya adalah
kalau di Indonesia sekolah swasta dianggap lebih rendah dibanding sekolah publik.
Sementara kalau di Amerika sekolah swasta dianggap lebih tinggi dan lebih elit.
Karena fasilitas dan proses pembelajaran di sekolah swastanya lebih bagus, ya ibarat
belajar di Sekolah: Bali International
School.
Pendidikan kita hanya mengutamakan
teori, guru sekedar mengejar target kurikulum dan sebagian guru kita kurang memahami
gejolak-problem-yang ada dalam jiwa anak. Supervisi sekolah hanya sebatas
mengotak-atik dokumen dan minus memahami kualitas performance seorang guru
dalam keseharian. Meskipun sekolah Indonesia juga punya laboratorium, tetapi
laboratorium hanya digunakan seperlunya saja, malah ada yang tidak
menggunakannya sama sekali. Labor belum lagi menjadi tempat untuk mengembangkan
rasa ingin tahu siswa.
Di sekolah Amerika
Serikat rasa ingin tahun dan sikap ilmiah siswa dirangsang melalui gaya belajar
“learning by doing- belajar dengan
cara berbuat”. Pada pelajaran sains, lab-nya pasti ramai. Kalau di Indonesia
hanya pada kelas dan sekolah unggul saja yang berfungsi lab tersebut.
Negara Amerika adalah
negara sekuler, pendidikan agama diserahkan ke orang tua. Namun bukan berarti
mereka tidak belajar tentang akhlak atau etiket. Kita di Indonesia memang
belajar tentang etiket melalui Pendidikan Agama, namun hanya sebatas teori.
Guru agama hanya berceramah dan berkhotbah dari depan kelas. Dan akhirnya siswa
kita cenderung tidak kenal etiket bergaul yang ideal- coba lihat prilaku
tawuran missal, bullying, kekerasan sesama remaja.
Di sekolah sana
pendidikan budi pekerti dan etiket diberikan dalam bentuk kegiatan amal atau charity. Mereka beraktifitas untuk
masyarakat yang dikelola oleh Osis dan guru/sekolah. Jadi mereka mengerti
tentang etiket, bagaimana menghargai orang, menolong dan berbahasa yang sopan
melalui praktek nyata. Sejak kecil secara langsung mereka telah tahu tentang apa
yang boleh dan yang tidak boleh dalam masyarakat.
Sekolah dan rumah
(karena orang tua mereka mengerti tentang parenting), mereka selalu memperkenalkan
pada anak tentang: how to dine, telephone
manner, on correspondence, be gracious pada orang lain.
Setiap anak harus diberi
tahu bahwa shoes are important. Mereka
tidak membiasakan anak untuk bertelanjang kaki, be open to the new food, tahu tentang bertanya yang baik, santun
saat berada di meja makan, mereka musti bisa bersikap ramah dan mereka musti
terbiasa mengucapkan thanks.
Cukup kontra dengan lingkungan
kita. Masyarakat kita senang trendy,
suka ikut-ikutan dan berkarakter konsumerisme. Mereka suka gonta ganti hp meski
hanya sebatas bergaya dan itu adalah perilaku konsumtif. Memakai behel malah
juga jadi trendy dan saya malah susah menemukan bule yang memakai behel di
Indonesia.
Penyebab konsumerisme
adalah dampak dari iklan. Ya pengaruh iklan…yang dengan parahnya sudah menyusup
ke dalam rumah melalui media elektronik. Konsumerisme juga oleh dorongan peer- teman sebaya:
“Wah kamu kuno karena
HP-nya tuh udah jadul banget”. Ya diledekin oleh teman sehingga telinga jadi
merah rasa terbakar emosi.
Orang di sana juga suka
konsumerisme, tetapi mereka bisa menahan diri karena mereka tahu dengan konsep
yang jelas tentang keuangan. Kemudian tentang remaja, bahwa remaja kita yang
lagi sekolah dan kuliah banyak yang bergantung pada kucuran uang orang tua. Dan
tidak memuji berlebihan pada anak Amerika, bahwa mereka terbiasa berlatih
mencari uang sendiri dengan bekerja pada restoran, jadi cashier, cuci piring, bus-boy,
ya mereka nggak gengsi-gengsian yang berlebihan dan merasa sok elite.
b) Jepang, konsep
pendidikannya adalah berdasarkan moral atau akhlak. Ternyata konsep akhlaknya
juga sesuai dengan ajaran Islam, karena akhlak yang baik sifatnya sangat
universal. Di awal tahun pembelajaran, orang tua diundang ke sekolah. Mereka
diajak ke dalam kelas buat melihat langsung praktek pendidikan anak mereka.
Semua mata pelajaran di
sekolah Jepang juga berdasarkan moral. Sejak dari usia dini dan di SD mereka
sudah diajar untuk punya rasa malu, dan punya harga diri. Mereka bukan diajar
bersekolah untuk bisa berlomba menjadi kaya.
Ada 4 bentuk dari harga
diri yaitu: regarding self,
menghargai orang lain- relation to other,
menghargai lingkungan dan keindahan- relation
to nature and sublime, dan menghargai komunikasi dan kelompok- relation to group and society. Setiap
anak sekolah harus memahami dan mempraktekan konsep ini dan sehingga orang
Jepang jadi suka saling menghagai.
Guru/ sekolah juga menugaskan
agar anak di rumah diberi tugas untuk menyikat WC, menyapu, mengepel lantai,
jadi bukan harus dibebaskan- tidak terlibat- untuk ikut merapikan rumah. Mereka
diajakan untuk tahu arti bertanggung jawab, bukan diajar buat bersenang- senang
atau menjadi tuan besar. Ya akibatnya anak jadi menghargai orang lain dan hidup
bersahaja, bukan hidup dengan tinggi hati.
Anak-anak Jepang tidak
ada yang membawa HP ke sekolah. Mereka tidak terbiasa berbicara tentang materi,
karena itu adalah memalukan dan dianggap rendah di sana.
Di sekolah anak Jepang
juga punya jadwal piket. Juga membersihkan kelas, lantai menyikat WC dan memilih
sampah- kalau ada. Mereka makan siang di sekolah dan saling melayani teman-
teman mereka. Setelah makan langsung ruangan dirapikan kembali. Praktek
pendidikan seperti ini berlaku untuk semua sekolah, bukan hanya berlaku di
sekolah unggul saja.
Anak Jepang tidak boleh
memakai kendaraan. Itu untuk alasan keselamatan juga untuk kebersihan udara dan
lingkungan. Dan Jepang sebagai negara modern tetap memberikan pelajaran Home Economy, dimana anak-anak diajar
melakukan simple cooking dan sewing. Bagaimana dengan sekolah negara
kita, ya buru-buru menghapus pelajaran life
skill ini, hingga anak-anak kita tidak tahu cara memasak dan menjahit,
paling kurang membetulkan kancing baju yang sudah terlepas. Seharusnya ahli
pendidik kita kembali membetulkan praktek pengajaran yang salah itu lagi.
Dalam PBM- dalam kelas-
anak tidak duduk berderet. Mereka duduk dalam grup kecil. Dalam kegiatan
tahunan, sekolah melakukan acara jalan-jalan ke object bersejarah, ke festival
dan bereksplorasi. Melakukan kegiatan ini untuk beberapa hari dan setelah itu
membuat project- laporan perjalanna.
Kegiatan ekskul juga
harus diikuti oleh semua siswa. Dan ada beberapa klub ekskul pilihan seperti sport team, music, art group, dan science club. Club sport yang mereka
ikuti, mereka ikuti dengan serius sehingga melalui ekskul ini bermunculan para
atlit kelas nasional dan kelas internasional.
c) Perancis, bumi
diberi Perancis juga bisa disebut dengan bumi Air-Bus, karena pesawat udara Air
Bus dibuat di negara ini. Orang Perancis sangat patriotik dengan negara dan
bangsa mereka. Mereka hanya menggunakan bahasa Perancis dan suka menggunakan
produk Perancis. Film Hollywood dan lagu dari Korea Pop tidak begitu terkenal
di sana.
Beda dengan orang di
Malaysia yang senang dan bangga memakai bahasa bangsa penjajah, sehingga
kemampuan bahasa Malaysia mereka terabaikan. Demikian juga dengan sikap orang
kita yang gemar mengkonsumsi produk asing dan label asing ketimbang produk dan
label dari dalam negeri sendiri.
Umumnya orang tua Perancis
lebih tertarik menyekolahkan anak mereka pada Grade Ecole, dari pada ke Universitas yang mana mahasiswanya kurang
mantap penguasaan life skill mereka. Grande Ecole adalah semacam Sekolah
Tinggi yang jelas arahnya setelah menamatkan pendidikan.
Ada beberapa Grande Ecole, seperti Ecole Polythechnique, Ecole National
d’administration, dan Ecole Normal
Superirur. Orang Perancis sadar betul bahwa pendidikan itu adalah investasi.
Maka setiap orang punya semangat yang kuat dalam belajar di sekolah.
Kalau lagi dalam
belajar, orang Perancis menganggap bahwa merekalagi sedang bekerja. Pas deranger moi, Je suis en travailler-
mohon saya nggak diganggu soalnya neh lagi bekerja (lagi belajar).
Sekali lagi bahwa di
sana, pendidikan dianggap sebagai investasi. Jadi semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin luas kemungkinan ia bisa bikin peluang kerja. Sebaliknya
pendidikan kita cenderung berorientasi buat cari uang:
“Saya ingin kuliah
dokter, saya ingin kuliah di perminyakan karena masa depannya cerah dan lebih
mudah buat mendapatkan uang”. Apakah fenomena betul atau salah, maka tentu
andalah yang lebih tahu.
(Marjohan, M.Pd- Guru
SMA 3 Batusangkar- Peraih Predikat I Guru Berprestasi Nasional. Email: marjohanusman@yahoo.com).