Senin, 23 Mei 2016

PENGEMBANGAN GURU IDEAL UNTUK MEREFORMASI PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS



PENGEMBANGAN GURU IDEAL UNTUK MEREFORMASI
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS

            Pembahasan wacana tentang pengembangan guru ideal untuk mereformasi proses pendidikan di kelas meliputi 4 tinjauan- sesuai dengan kisi- kisi term of reference (TOR)- dari seminar dengan tema: Kita Bangkitkan Generasi Emas Aceh Melalui Pendidikan Yang Berintegritas. Tinjauan tersebut antara lain tentang- kriteria guru ideal (totalitas kompetensi guru), strategi pengembangan guru ideal, tujuan reformasi pembelajaran untuk meraih cita- cita, dan langkah-langkah reformasi proses pembelajaran.

A. Kriteria Guru Ideal (totalitas kompetensi guru)
1) Guru Ideal Versi Siswa
            Kata “ideal” merupakan kata yang tergolong kata high frequency- sering diucapkan dalam kehidupan sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa ideal berarti “sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki”. Maka guru ideal adalah guru yang dikehendaki atau guru yang dicita- citakan.
            Guru ideal merupakan sosok seorang guru yang senantiasa menjadi dambaan para peserta didik, selalu memberikan keteladanan dan menjadi panutan. Guru ideal ialah yang menguasai ilmu-ilmunya dengan baik sehingga mampu dalam mengelola pembelajaran yang bermakna. Dia disukai oleh anak didiknya karena dalam cara mengajarnya pun mudah untuk dipahami dan sangat menarik. Bukan berarti bahwa guru ideal itu selalu perfect (sempurna), sebagai manusia dia juga punya kekurangan, namun dia terbuka untuk menerima kritikan dari anak didik dan siapa saja. Kritikan tersebut adalah umpan balik (feed back) baginya untuk menjadi maju.
            Bila kita melakukan riset kecil-kecil, sebagaimana yang dilakukan oleh seorang guru dan ditulisnya pada blognya (http://panduanguru.com). Ia memberikan pertanyaan kepada siswa-siswanya tentang bagaimana kriteria seorang guru yang ideal, maka jawaban yang diperoleh bisa jadi merupakan guru ideal menurut versi siswa, yaitu sebagai berikut:
- Pengertian,
- Ramah,
- Baik hati,
- Beriman,
- Berwibawa,
- Murah senyum,
- Tidak suka marah-marah,
- Tidak membanding-bandingkan antar siswa-siswi,
- Tidak pilih kasih,
- Cara mengajarnya menyenangkan,
- Tegas,
- Disiplin dalam mengajar, tapi tidak membuat siswa tegang,
- Tidak terlambat masuk mengajar (tepat waktu),
- Dapat memberikan materi-materi yg mudah diserap oleh muridnya,
- Santai dalam mengajar siswa-siswi,
- Humoris/lucu,
- Kata-katanya halus, tidak menyinggung,
- Sabar menghadapi murid yang nakal,
- Selalu memberikan tugas agar siswa-siswi rajin belajar di rumah,
- Punya perhatian pada siswa-siswinya,
- Menerima curhat dari siswa-siswinya,
- Tidak merokok saat mengajar,
- Memberikan kompetensi dasar kepada siswa-siswi, agar siswa-siswi mempelajari
   dan mengetahui materi yg akan dipelajari di sekolah,
- Menuntun siswa-siswi yg kurang dalam pelajaran,
- Pintar,
- Selalu memberikan arahan sesudah dan sebelum mengajar,
- Mengajar tanpa kata lelah,
- Senang jika murid bertanya,
- Membuat siswa menjadi rukun.
Indikator- ndikator sebagai guru ideal di atas merupakan guru ideal dalam versi siswa dan tentu saja sangat cocok untuk pendapat secara umum. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswi lebih mengedepankan aspek kepribadian (kompetensi kepribadian) dibanding kemampuan intelegensinya (kompetensi profesional). Bobbi De Porter dan Mark Reardon (2002: 21) dalam bukunya Quantum Teaching, mengatakan bahwa bila seorang guru masuk kelas- mengajar- maka ciptakanlah jembatan hati terlebih dahulu. Juga bahwa seorang siswa lebih tertarik dengan guru yang baik dan bersahabat daripada guru yang cerdas/ pintar namun berkarakter “pemarah dan kurang sabaran”. Tentu lebih menyenangkan kalau guru mereka “ramah, baik, pintar, dan sangat menguasai profesi mereka”.
Jadinya kriteria seorang “guru ideal yang pintar”- di mata siswa-  hanya menempati urutan lebih bawah. Maka adalah saat nya para guru bisa meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar mereka dapat menjadi guru ideal di hati  siswa – siswi nya, sehingga pada gilirannya tercipta suasana pembelajaran yg efektif, aktif, kreatif dan menyenangkan tentunya.
Guru yang ideal tentu saja guru yang difavoritkan oleh anak didiknya. Seorang guru  ideal akan menjadi spesial dalam pandangan siswa karena beberapa alasan, seperti:
- He (she) takes students’ hand, dia membimbing tangan siswa.
- He (she) opens students’ mind, dia membuka fikiran siswa.
- He (she) touches students’ heart, dia menyentuh hati siswa.

2) Guru Ideal Yang Inspiratif, Kreatif dan Inovatif
Setiap orang tentu mempunyai kriteria masing- masing tentang bagaimana menjadi guru yang ideal. Ada penulis (Jamal Ma’mur Asmani, 2013) yang telah menulis buku tentang guru yang ideal, yang ditulisnya dalam buku yang berjudul: Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif”, buah karya Jamal Ma’mur Asmani.
Dikatakan bahwa ada beberapa kriteria guru ideal:
a.  Orang yang mempunyai kompetensi tinggi dengan banyak membaca, menulis dan meneliti. Ia adalah figure yang senang dengan pengembangan diri terus menerus, tidak merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
b. Mempunyai moral yang baik, bisa menjadi teladan, dan member contoh perbuatan, tidak sekedar menyuruh dan berorasi.
c. Mempunyai skills yang memadai  untuk berkompetisi dengan elemen bangsa yang laindan sebagai sumber inspirasi dan motivasi kepada anak didik.
d. Mempunyai kreativitas dan inovasi tinggi dalam mengajar sehingga menarik dan memuaskan anak didik.
e. Mempunyai tanggung jawab sosial dengan ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan problem-problem sosial kemasyarakatan.
Guru ideal tidak lepas dari penilaian murid. Untuk itu guru ideal harus berusaha menghindarkan diri dari hal-hal yang dibenci murid, yaitu berpakaian kurang rapi, jarang masuk, pilih kasih (tidak adil), suka member PR tanpa mengoreksi, berkata kasar, suka menyuruh, menghukum semena-mena, cuek dalam dan luar kelas serta susah dimintai tolong. Berikut 10 langkah menjadi guru ideal dan inovatif :
1. Menguasai materi palajaran secara mendalam.
2. Mempunyai wawasan luas.
3. Komunikatif.
4. Dialogis.
5. Menggabungkan teori dan praktik.
6. Bertahap.
7. Mempunyai variasi pendekatan, seperti micro teaching, club discussion, small
    groups dan student categories.
8. Tidak memalingkan materi pengajaran.
9. Tidak terlalu menekan dan memaksa.
10. Humoris tapi serius.
Sebenarnya kriteria guru ideal bisa menjadi banyak, karena tiap orang akan mempunyai pendapat sendiri- sendiri tentang kriteria guru yang ideal. Namun dari kriteria guru ideal yang telah dipaparkan di atas maka dapat disederhanakan ke dalam tiga hal saja yaitu:
Pertama, seorang guru mesti berintegritas (berintegritas maksudnya memiliki pribadi               yang jujur dan memiliki karakter kuat). Ini penting untuk memberikan keteladanan kepada siswa.
Kedua, seorang guru harus mampu mengajar dengan baik dan menyenangkan.                Suasana belajar yang meyenangkan bisa memaksimalkan potensi anak dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Ketiga, seorang guru harus mampu membangun mimpi anak didiknya. Supaya              siswa punya keinginan bermimpi setinggi-tingginya.

B. Strategi Pengembangan Guru Ideal
1) Sekolah Terbaik Memiliki Guru-Guru Ideal
            Dewasa ini banyak orang tua di seluruh dunia sangat peduli dengan keberadaan sekolah terbaik dan mereka selalu termotivasi untuk menyekolahkan anak- anak mereka di sana. Suatu sekolah bisa menjadi sekolah terbaik karena di sana terdapat banyak guru- guru ideal. Di dunia dan maupun di Indonesia terdapat banyak sekolah dengan guru- guru ideal. Paling kurang ada 10 sekolah terbaik di dunia, sehingga sekolah patut disebut sebagai “Future High School atau SLTA buat Masa Depan”. Sekolah- sekolah tersebut adalah seperti:
1. JFK International – di Swiss,
2. Branksome Hall – di Kanada,
3. Girls School – di Selandia Baru,  
4. West Minister School – di Inggris,
5. Charterhouse – juga di Inggris,
6. UWCSEA VISI – di Singapura,
7. Woodstock School – di India,
8. Dulwich College Management International – atau DCMI, di Inggris,
9. Canadian Academy –  di JAPAN,
10. Grammar School – di Australia.
            Tentu juga ada sekolah- sekolah terbaik di negara kita- Indonesia. Paling kurang ada 10 sekolah atau SMA Unggulan se-Indonesia yang diidamkan oleh para orang tua. Sekolah tersebut adalah:
1. SMA Taruna Nusantara Magelang, terkenal dengan disiplinnya yang tinggi, disiplin
    semi-militer gitu karena sekolah ini termasuk yang pertama kali pakai sistem
    asrama.
2. SMAN 8 Jakarta.
3. SMAN 3 Bandung.
4. MAN Insan Cendekia Tangerang, pendirinya adalah Prof. Dr. -Ing. B. J. Habibie.
5. SMAN 3 Semarang.
6. SMAN 1 Teladan Yogyakarta.
7. SMAN 5 Surabaya.
8. SMAN 4 Denpasar.
9. SMAN Plus Riau, Ini bisa jadi bukti kalau anak daerah gak mesti kalah dengan
     anak yang sekolah di kota besar.
10. SMAK 1 BPK Penabur Jakarta, ternyata sekolah unggulan tidak harus sekolah
     negeri, ini buktinya sekolah swasta juga bisa.
Setiap daerah di Indonesia tentu memiliki sekolah yang sudah diyakini dan disepakati oleh masyarakat sebagai sekolah terbaik. Semua sekolah terbaik bisa terjadi karena di sana bertebaran para guru ideal. Dewasa ini banyak sekolah berinisiatif untuk menciptakan guru ideal yang lebih banyak. Semua guru perlu menumbuhkan diri mereka menjadi guru ideal dan mereka perlu tahu dengan strategi menjadi guru-guru ideal.

Sabtu, 21 Mei 2016

Bagaimana strategi pengembangan diri menjadi guru ideal ?



Bagaimana strategi pengembangan diri menjadi guru ideal ?
Guru ideal yang diinginkan oleh siswa adalah guru yang bisa menjalin hubungan baik dengan muridnya. Guru yang bisa menjalin hubungan baik dengan muridnya akan mengerti bagaimana menghadapi murid-muridnya. Guru tersebut mengetahui metode apa yang tepat untuk mengajar muridnya. Berbagai metode pengajaran telah dijelaskan oleh para ahli dan guru tinggal mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi murid.
Dalam melaksanakan tugas ini guru disamping menguasai materi yang akan diajarkan, dituntut pula memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, juga dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru (inovasi), dengan tujuan penyempurnaan kegiatan belajar mengajar, yang akan menentukan keberhasilan pendidikan.
Sesuatu yang sangat didambakan insan pendidikan khususnya guru adalah menjadi guru ideal dan inovatif yang imbasnya yang positif bagi peserta didik. Berikut langkah-langkah menjadi guru yang ideal dan inovatif (sebagaimana ditulis oleh Mohammad Rusdi dalam bloggernya, http://ibnurus.blogspot.co.id ) :


1. Menguasai materi pelajaran secara mendalam.
Seorang guru dituntut memiliki kemampuan menguasai pelajaran yang diampu secara mendalam. Hal ini bertujuan untuk “Membangun kepercayaan diri seorang guru. Agar siswa mendapatkan ilmu sesuai tujuan lembaga dan individu. Dan agar siswa memiliki daya kompetitif yang tinggi”.
2. Komunikatif.
Unsur komunikasi sangat penting dilakukan guru sebagai bentuk pendekatan psikologis kepada peserta didik. Aspek acceptability menjadikan kelancaran kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga mendorong terciptanya suasana yang nyaman dan kondusif dalam proses pembelajaran.
3. Wawasan luas.
Dalam mensikapi perkembangan dewasa ini yang serba cepat dan pesat, guru sudah semestinya selalu mengikuti informasi yang mendunia dan up to date. Sehinga hal yang disampaikan menjadi menarik dan penasaran serta tidak membosankan. Dengan demikian guru dapat memberikan jawaban yang memuaskan baik hubungannya dengan akademis maupun non akademis.
4. Dialogis.
Guru dapat mengembangkan interaksi 3 berbagai arah dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan dewasa ini, pembelajaran berpusat pada anak (student Centered) bukan lagi berpusat pada guru (teacher Centered). Dengan demikian mampu melatih anak menjadi kritis, analitis, responsif dan progresif.
5. Menggabungkan teori dan praktik.
Kemampuan ini diperlukan guru untuk lebih mengkongkritkan materi dari yang semula bersifat verbal. Anak menjadi terlatih menerapkan ilmu yang sedang dipelajarinya. Di samping itu juga siswa dapat mengembangkan materi di luar pembelajaran (penelitian) dan ebih melekatkan pemahaman materi secara mendalam.
6. Bertahap.
Guru mampu menyampaikan materi secara hirarki dari yang mudah ke sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks. Guru perlu menyampaikan materi secara kronologis dan unity (terpadu), tidak meloncat-loncat dan terpencar-pencar.
7. Berbagai variasi pendekatan.
Guru perlu menggunakan berbagai variasi pendekatan. Hal ini berperan penting untuk menciptakan suasana belajar yang menarik , sehingga tidak membosankan. Di sisi lain dengan pendekatan yang berbeda-beda dapat memberikan tantangan baru bagi siswa. Di samping itu dapat memompa motivasi siswa dan mengembangkan inisiasi yang lebih baik.

8. Tidak memalingkan Materi Pelajaran.
Satu hal yang perlu diingat bahwa guru tidak memalingkan materi pelajaran. Pembelajaran dilakukan fokus pada materi ajar yang sedang di bahas. penjelasan-penjelasan yang disampaikan mengalir kepada tujuan pembelajaran. (Tidak melebar ke mana-mana). Jika keluar dari materi, harus yang berkaitan dengan hal yang sedang dibahas. Guru tidak perlu menceritakan pengalaman pribadinya yang tidak ada kaitannya dengan materi.
9. Tidak terlalu menekan dan memaksa
Dalam dunia pendidikan dewasa ini, guru hendaknya menyelami kondisi siswa secara psikologis untuk memberikan kegiatan sesuai dengan kompetensinya agar enjoyable (nyaman). Idealisme guru harus ditunjang dengan kearifan, kebijaksanaan, dan kecerdasan dalam membangkitkan semangat belajar anak. Guru tidak sekedar memaksa siswa didik untuk mengerjakan tugas yang sedemikian sulit, mengikuti semua apa yang diarahkan. Guru perlu memberikan gambaran apa yang diberikan kepada siswa. Siswa diminta merenungkan, tidak ditekan harus begini, harus begitu dan sebagainya. Guru harus mampu mengatur ritme untuk mempertahankan energi dan stamina.
10. Santai tapi Serius
Sekedar pengalaman di lapangan, banyak kita jumpai guru yang dalam proses pembelajaran bersikap santai. Sebaliknya banyak pula guru yang justru bersikap serius selama 90 menit dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu memberikan humor dan joke yang mendidik dan menggugah semangat, memberikan motivasi dan inspirasi. Mengajar dengan santai, di sela-sela penyampaian materi yang intensif menyelipkan humor segar agar tidak terkuras energinya.
Sekali lagi dikatakan bahwa menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tak bisa dielakan. Masa depan bangsa ini ditentukan oleh kader-kader muda bangsa, sedangkan penanggung jawab utama masa depan mereka berada di pundak guru. Sebab guru yang langsung berinteraksi dengan peserta didik dalam membentuk kepriadian, memberikan pemahaman, mengembangkan imajinasi dan cita-cita, membangkitkan semangat dan menggerakan kekuatan mereka.
Dari sosok seorang gurulah, para siswa membayangkan masa depannya, mencanangkan sebuah impian hidupnya, dan melihat jauh ke angkasa, terbang setinggi langit laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Agaknya strategi atau langkah- langkah menjadi guru yang ideal bisa disederhanakan  yaitu seperti:
1. Menguasai materi pelajaran secara mendalam.
Menguasai materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru ideal. Seorang guru harus mengajar materi sesuai dengan keahliannya. Guru yang ideal adalah guru yang mengajar materi pelajaran yang menjadi bidang, bakat, dan spesialisasinya. Bila guru tidak memiliki bidang sesuai keahliannya maka murid bisa menjadi korban. Saat ini tantangan dunia global semakin dinamis, kompetitif dan akseleratif menuntut guru menyesuaikan diri dengan pembaharuan-pembaharuan yang ada, meningkatkan pendalaman materi dan mampu membuat teori-teori baru yang progresif.
2. Mempunyai wawasan luas.
Seorang guru harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang terjadi di belahan dunia, sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas, mendunia dan up to date. Selalu ada hal baru yang disampaikan seorang guru akan menjadi salah satu daya tarik murid yang bisa menggugah semangatnya mengikuti pelajaran. Para siswa juga akan merekam penjelasan gurunya dengan baik. Namun pemikiran guru yang luas sebaiknya memiliki hubungan dengan materi yang diajarkan.
3. Komunikatif.
Seorang guru penting berkomunikasi dengan anak didiknya, seperti menyapa mereka dan menanyakan bagaimana kondisinya. Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi muridnya lebih diterima anak didiknya. Ketika guru bertanya kepada anak didiknya, mereka merasa diperhatikan sehingga guru dianggap bagian darinya. Komunikasi guru tersebut sangat penting sebagai pendekatan psikologis kepada anak didiknya. Aspek penerimaan seorang guru menjadi faktor penting bagi kelancaran kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
4. Dialogis
Tugas seorang guru tidak hanya mengajar, tapi juga menggali potensi terbesar anak didiknya. Tugas ini sulit terlaksana kalau dalam mengajar seorang guru hanya mengandalkan metode ceramah, sekedar memberikan materi an sich, tanpa ada ruang dialog. Metode dialog interaktif melibatkan dua atau tiga arah, misalnya murid bertanya, guru menanggapi, lalu ditanggapi lagi oleh siswa lain. Dalam metode dialog interaktif guru tidak boleh merasa paling benar, pintar, dan paling tahu segala masalah.
5. Menggabungkan teori dan praktik
Bila dalam pembelajaran anak didik hanya dijejali dengan teori tanpa ada praktik, maka mereka akan mudah jenuh. Praktik sangat diperlukan sebagai media menurunkan, mengendapkan, dan melekatkan pemahaman materi pada otak anak didik. Praktik bisa berupa turun langsung ke lapangan atau ke laboratorium. Dengan praktik, ilmu dapat berkembang dengan pesat dan anak didik terlatih untuk menerapkan ilmu yang dipelajari. Praktik menjadi suatu keharusan pada semua materi, khususnya materi yang membutuhkan aplikasi sehari-hari.

Tujuan Reformasi Pembelajaran Untuk Meraih Cita- Cita



Tujuan Reformasi Pembelajaran Untuk Meraih Cita- Cita
1) Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional, Pasal 3).
Tentang cita- cita pendidikan kita, bahwa “Sistem Pendidikan Nasional- atau SISDIKNAS” mencita-citakan kecerdasan penuh yang nantinya akan dimiliki oleh semua anak bangsa melalui proses pendidikan yang dijalankan di Indonesia. Ini semua dicapai melalui proses yang melibatkan guru atau sekolah, orang tua, masyarakat, pemerintah dan media massa.
Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bagaimana hakekat pendidikan itu ? Tentu saja kita tahu bahwa pendidikan adalah proses hidup. Namun banyak orang yang meyakini bahwa pergi ke sekolah adalah buat mencari kerja. Pada hal sekolah tidak pernah menjanjikan pekerjaan pada anak didik, sekolah hanya membantu untuk menumbuh-kembangkan kualitas anak didik. Jadi pendidikan dalam bentuk sekolah bukan untuk bekerja.
Sebenarnya pelajar Indonesia itu hebat hanya kurang pada tingkat literasi saja, dan itu wajar buku-buku itu semakain mahal. Minat baca di Indonesia ternyata tak sampai separuh dari jumlah penduduk Indonesia.  Padahal membaca merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperoleh informasi dengan mengembangkan kemampuan dan potensi pribadi dan dapat berkembang pesat.
Tantangan yang dihadapi sekarang adalah kurangnya minat baca masayarakat kita. Selain kurang minat membaca, kemampuan membacanya juga tidak tinggi.   Membaca merupakan proses interaksi anatra pembaca, informasi yang dituangkan dalam teks, dan karektiristik isi. Tujuan dari membaca adalah membangun makna dari teks tersebut (Jones 1985). Dari sudut pandang kognitif, pemahaman membaca merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari proses – proses yang saling berkaitan.
Minat baca masyarakat- termasuk anak didik kita- masih dianggap rendah. Rendahnya minat baca di negeri ini juga tecermin dari kebiasaan membaca buku masyarakatnya. Meski angka melek huruf Indonesia telah mencapai 93 persen, kebiasaan membaca buku di antara warga masyarakat masih rendah dibandingkan dengan penduduk di beberapa negara Asia lainnya. Rata-rata lama membaca buku warga Indonesia hanya enam jam per minggu. Sementara di India rata-rata lama membaca warganya sepuluh jam per minggu, Thailand sembilan jam, dan Tiongkok delapan jam per minggu.
Tak hanya itu, Survei Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) tahun 2012 menyebutkan, kebiasaan membaca masyarakat Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan warga negara Asia lain. Hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia memiliki minat baca serius. Rata-rata membaca buku penduduknya pun kurang dari 1 judul buku per tahun, sementara penduduk Jepang setiap tahun membaca 10-15 judul buku. Sementara orang Amerika sebanyak 20-30 judul buku per tahun.
Belajar dari negara-negara yang sudah maju, kita bisa mengambil pelajaran berharga betapa pendidikan merupakan hajat  semua orang. Karena itu, maju dan mundurnya pendidikan merupakan tanggung jawab semua orang.
Sebaliknya, di masyarakat kita pendidikan seolah hanya merupakan tanggung jawab guru atau sekolah dan pada tingkat negara pendidikan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan.  Jika demikian cara pandangnya, maka sampai kapan pun pendidikan kita tidak akan pernah bisa semaju  sebagaimana di negara-negara yang telah mencapai prestasi puncak dalam pendidikan.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...