Rektorat UNP Berduka, Wafatnya
Prof Rusdi Thaib
Posted by: Ajo Pleno in Nasional, Padang, Pendidikan, Sumbar 11 Mei 2017
Rektorat UNP
Berduka, Wafatnya Prof Rusdi Thaib
Padang, PADANG-TODAY.com-Duka mendalam dirasakan civitas
akademika Universitas Negeri Padang atas meninggalnya Guru Besar Prof Dr Rusdi
Thaib, MA,Ph.D, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni, yang juga mantan Atase
Kemendikbud, KBRI Kuala Lumpur. Jajaran Rektorat UNP, para dosen dan staf
tenaga kependidikan serentak berbelasungkawa mendalam atas wafatnya mantan
Dekan FBS ini.
Bagi Rektor
UNP, Prof Ganefri,PhD, almarhum Rusdi Thaib adalah sosok pembawa kejayaan dan
figur yang mengharumkan nama UNP di berbagai forum nasional dan internasionaL .
“Beliau sosok yang mampu menciptakan suasana kerja keras di tengah berbagai
keterbatasan,” ujar Ganefri, Rabu (10/9).
Lanjut
Ganefri, sosok almarhum lelaki kelahiran 2 Juli 1964 di mata civitas akademika
UNP juga dikenal sebagai pembelajar keras bahkan almarhum pernah belajar di
luar negeri, yakni Curtin University of Technology, Perth, Australia pada tahun
1997 sampai 2001. Tidak hanya itu, sosok Rusdi Thaib adalah seorang pendidik
sejati sekaligus guru besar yang senantiasa tidak pernah berhenti belajar.
“Beliau seorang guru besar, seorang dosen yang selalu memiliki attitude
terpuji, di samping Skill dan Knowledge yang mengesankan. Bahkan Pak Rusdi juga
dikenal mudah akrab dan humoris ,” kata Rektor UNP , didampingi Wakil Rektor I,
II, III dan IV, Prof. Dr. Yunia Wardi, Syahril, PhD, Prof Dr. Ardipal dan Prof.
Dr. Syahrial Bakhtiar.
Sebagai
informasi, almarhum Prof Dr Rusdi Thaib sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu
Sina yang berada di Jalan Gajah Mada, Kelurahan gunung Pangilun, Kecamatan
Nangggalo. Seusai dipastikan telah wafat, Rusdi Thaib disemayamkan dan dilepas
di lobby Rektorat UNP sebelum dibawa kerumah duka, Kelurahan Dadok Tunggul
Hitam, Jln Dadok Raya, untuk selanjutnya dimakamkan di kanagarian Paninggahan,
Kabupaten Solok.(rel/Dodi Syahputra)
In Memoriam Prof. Rusdi Thaib, M.A., Ph.D.
By: Afrianto
Mata saya tertuju ke deretan bangku kosong di sebelah kanan agak ke tengah. Saya kemudian memilih duduk di sana. Persis di depan saya, duduk seorang lelaki berjas hitam. Dari belakang saya sudah tebak, itu pasti Prof Rusdi, sang ketua konferensi dan juga dosen saya. Karena acara sedang berlangsung, saya memilih belum menyapa. Tetapi, segera saya duduk di kursi baris belakang, beliau menoleh dan beliau reflek setengah berdiri menyapa saya.
Sayapun berdiri, berjalan ke arah beliau yang tersenyum hangat. Kami bersalaman setengah berpelukan.
‘Alhamdulillah, Pak Ustadz datang’, kata beliau dengan hangat. Beliau memang begitu, selalu punya cara membuat hati mahasiswanya senang.
‘Iya Pak. Maaf, agak telat. Thanks for inviting us’, jawab saya setengah berbisik, karena tak mau mengganggu presentasi yang sedang berlangsung.
Beliau masih meneruskan beberapa kalimat motivasi, mengomentari positif beberapa kegiatan saya yang beliau pantau lewat FB saya.
Tak lama, saya kembali ke bangku di baris belakang. Tempat dimana tas dan alat tulis saya ditinggal. Selama presentasi dari plenary speakers, beberapa kali beliau menoleh ke belakang, tersenyum, seperti ingin mengajak ngobrol, atau tertawa bersama ketika ada humor segar dari pembicara.
Sebelum sesi plenary pertama selesai, saya lihat beliau berdiri meninggalkan ruangan, sambil melirik kecil ke arah saya. Saya balas dengan anggukan. Beliau pasti sibuk mengurus konfrensi sebesar ini, pikir saya.
Selang satu jam, semua peserta konferensi dikejutkan berita yang bagai petir di siang bolong. Seorang dosen mengabarkan bahwa Prof. Rusdi telah meninggal dunia. Beliau ditemukan pingsan (atau bahkan sudah tiada) oleh seorang di dalam mobil di lapangan parkir kampus. Ketika dibawa ke RS Ibnu Sina, kabarnya beliau sudah tiada.
Semua peserta dan panitia ISELT V shocked. Mayoritas yang mengenal beliau terlihat menangis dan menahan duka yang mendalam. Wajah-wajah murung dan sedih terlihat di hampir setiap sudut. Konferensi berubah menjadi suasana berduka cita.
Ah, Prof! Hidup sungguh misterius. Bersyukur saya bisa menggenggam erat tanganmu pagi ini. Untuk yang terakhir kalinya. Saya awalnya tidak berniat ikut konferensi tahun ini, tetapi karena dimention khusus dulu di Fb, saya anggap itu undangan khusus darimu Prof. Saya kemudian datang, bertemu denganmu. Pertemuan terakhir.
—
Mayoritas Mahasiswa UNP yang mengenalnya akan sepakat mengatakan bahwa beliau adalah salah satu dosen terbaik yang kami punya. Dulu di generasi saya, beliau adalah diantara dosen muda yang menjadi favorit banyak mahasiswa. Cerdas, energik, low profile, dan selalu berusaha memotivasi mahasiswa dengan caranya yang khas. Di dalam kelas, maupun di luar kelas.
Saya meneruskan kuliah masters dan PhD sampai ke luar Negeri, salah satunya adalah karena dorongan dari beliau. Motivasi beliau juga berpengaruh banyak dalam mendorong saya agar bisa berkarir di Perguruan Tinggi.
Terakhir, dengan rendah hati beliau bertanya, ‘Anto, Ayo apa yang bisa kolaborasikan? Saya follow up dengan request beliau sebagai salah satu reviewer journal Internasional yang saya kelola. Dengan cepat beliau jawab ‘yes’. He is indeed really helpful.
Mengapa orang baik sering cepat dipanggil Tuhan?
—
Selamat jalan guruku, guru kami. InshaAllah husnul khatimah. Ya, Allah. Peluklah guru Kami!
Duka sedalam cinta dari kami. Penulis Afrianto Daud (English 95)
###
By Sisyri Rusdi (English
98)
Jadi ingat masa masa kuliah dengan almarhum.. Terutama sewaktu beliau
pertama mengajar Writing masuk lokal B dekat GOR PPSP. Di buku panduan
nama dosen tertulis AT (Atur Kemudian, Red). Ketika beliau datang, kita
semua mengira almarhum mahasiswa juga.. memakai topi, sangat low profile..
masuk lokal langsung perbaiki tali sepatu dengan membawa tas sebelah kiri dan
beberapa buku sebelah kanan.. beliau pertama yang mengulurkan tangan menyalami
Havid.. (Havid Ardi selalu duduk paling depan) kemudian almarhumah Suci dan
semua mahasiswa yang hadir saat itu..Akhirnya beliau memperkenalkan diri bahwa beliau lah dosen kita yang akan mengajar writing 2 (kalau tidak salah semester 2).. Kemudian beliau bercerita pengalaman kuliah di Australia dan terakhir cerita bagaimana cara beliau membeli tas di Australia yg beliau bawa hari itu. Kita semua jadi melongo.. Tersenyum dan tertawa mendengarkannya..
Setelah itu banyak lagi rangkaian kenangan yg tidak terlupakan dengan almarhum. Semasa kuliah dengan beliau yang santai.. Tidak membosankan dan tidak kaku dengan mahasiswanya.
Dan ketika beliau ambil absen ketika mau absen nama saya beliau berhenti sejenak karena nama ayah saya (diakhir nama saya, Sisyri Rusdi, Red) sama dg nama beliau.. lalu beliau buat lelucon lagi..
Semoga almarhum husnul khatimah.. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan…
#memori awal pertemuan Bapak Rusdi dg kls B English ’98# (Sisyri Rusdi).
Photo courtesy: Dra. An Fauzia Syafei,
M.A
Perginya Atdikbud Berjiwa Sederhana
Hari ini kami berduka, Innalillahi wainna
ilaihi rojiuun. Keluarga Besar Sekolah Indonesia Kuala Lumpur telah
kehilangan Prof. Drs. Rusdi Thaib, M.A, Ph.D, mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan
KBRI Kuala Lumpur yang selama ini banyak memberikan aura posit terhadap
sekolah. Beliau meninggal dunia pada hari Rabu, 10/5/2017 di Rumah Sakit Ibnu
Sina, Padang.
Almarhum sebelum menjabat sebagai Atdikbud KBRI
Kuala Lumpur merupakan seorang dosen senior jurusan Bahasa dan Satra Inggris di
Fakultas Sastra Universitas Negeri Padang (UNP ). Setelah menyelesaikan tugas
di Kuala Lumpur, beliau kembali menjadi pendidik di UNP sampai beliau
menghembuskan nafas terakhirnya.
KBRI Kuala Lumpur khususnya SIKL merasa sangat
kehilangan karena beliau telah menorehkan banyak kenangan. Jasa-jasanya dalam
mengembangkan pendidikan warga negara Indonesia di Malaysia sangat besar.
Beliaulah yang merintis community learning center (CLC) di Sabah dan
Serawak dan juga menggagas berdirinya Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
Berkat jasa beliaulah maka sampai hari ini
anak-anak Indonesia yang berada ladang-ladang sawit di wilayah Sabah dan
Sarawak dapat mengenyam pendidikan yang layak melalui program CLC.
Selain mengenang jasa beliau yang juga sangat
besar terhadap perkembangan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, SIKL mengenang
almarhum sebagai sosok yang sangat sederhana, ramah, rendah hati dan humoris.
Di setiap kegiatan bersama SIKL, beliau selalu bercerita tentang masa kecilnya
ketika bersekolah dulu dan kemudian memotivasi kami untuk terus maju dan
bersemangat dalam menghadapi segala rintangan dalam mendidik anak bangsa.
Banyak prestasi yang sudah beliau torehkan.
Bahkan disaat menjelang akhir hayatnya, almarhum masih memberikan ceramah di
sebuah seminar di Pangeran Beach Hotel Padang. Ini menjadi bukti bahwa dedikasi
beliau terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia tidak pernah usai. Selamat
jalan Prof. Rusdi. Doa kami menyertaimu. (AR)