Budaya
Membaca Untuk Melejitkan Potensi Diri
Membaca
Di Mana-Mana
Saat
saya terbang dengan pesawat Qantas dari Jakarta menuju Melbourne, saya menemui
pemandangan dan pengalaman baru di bandara Ngurah Rai- Bali, Bandara Sydney dan
bandara Tullamarine Melbourne. Tiga bandara dengan banyak orang asing. Ada
perbedaan yang saya lihat, terutama
tentang cara orang dalam memanfaatan waktu senggang.
Orang
yang berkulit sawomatang, saya asumsikan sebagai orang kita dan non sawomatang
sebagai orang Australia. Bukan bermaksud buat merendah warga negara sendiri,
namun sebagai suatu otokritik dan juga tujuan memotivasi. Bahwa selama dalam
pesawat orang kita lebih suka ngobrol dan para remajanya (orang muda) sibuk
main game atau mendengar lagu pop.
Sementara yang berkulit putih lebih memilih tidur, mendengar e-book atau
membaca buku yang sengaja mereka persiapkan dari rumah.
Saya
jadi teringat dengan catatan tentang literasi-membaca para siswa di dunia,
sebagaimana tertera pada pada salah satu dinding bagian dalam di rumah puisi
Taufik Ismail di Aie Angek dekat Padang Panjang, Sumatra Barat. Sella Panduarsa
Gareta (2014) menyelami sastra di rumah Taufik Ismail, menyatakan bahwa ada
beberapa negara yang mewajibkan siswa mereka untuk membaca buku- novel,
biografi, dan buku sastra lainnya, yakni:
a).
Siswa Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam diwajibkan oleh
pihak sekolah membaca 5 sampai 7 buku dalam waktu sekitar dua tahun.
b). Siswa Rusia, Kanada,
Jepang, Swiss dan Jerman diwajibkan pihak sekolah membaca 12 hingga 22 judul
buku.
c). Siswa Perancis,
Belanda dan Amerika Serikat diwajibkan pihak sekolah membaca 30 judul buku
dalam waktu dua tahun”.
”Bagaimana
dengan siswa di Indonesia?”
Siswa SMA di Indonesia
tahun 1929 hingga 1942 juga membaca sekitar 25 judul buku pertahun. Yaitu di
saat nama sekolah AMS Hindia Belanda, AMS itu singkatan dari “Algemeene Middlebare School”. Saat di
sekolah AMS Hindia Belanda dahulu siapa yang membaca 25 judul buku pertahun?
Itu yang namanya Soekarno,
Mohammad Hatta, Syafruddin Prawiranegara, Muhammad Natsir, Ali Sastromijoyo dan
Muhammad Yamin. Namun dari tahun 1943- 2008, siswa wajib membaca nol buku
pertahun.
Di
negara-negara maju yang saya tangkap pengertiannya bahwa betapa pendidikan di
negara tersebut kegiatan membaca literasi telah melampaui target ketuntasan
sehingga semua anak-anak sekolah sangat menyukai membaca dan membaca telah
menjadi kebutuhan utama mereka. Sementara kemampuan membaca untuk pendidikan
kita- dari kacamata dunia, kemungkinan belum mencapai target sempurna. Hanya
baru sebatas kenal abjad dan mampu membaca penggalan dongeng ringan.
Kondisi
Literasi Membaca Kita
Bagaimana
dengan kondisi literasi membaca bangsa kita? Membaca dalam pendidikan kita baru
sebatas pemberian PR. Guru-guru menugaskan siswa buat membaca dan membuat
ringkasan. Siswa membuat ringkasan dan membaca dengan perasaan enggan, bosan
dan mendongkol.
Saat
membaca terasa sangat berat dan membosankan bagi kebanyakan siswa SD di negeri
kita, sementara itu membaca di negara Skandinavia terasa sebagai kebutuhan
primer. Begitu pulang sekolah para siswa dari kelas rendah membawa buku cerita
atau novel anak-anak yag ukurannya cukup tebal. Membaca dengan antusias dengan
bantuan orangtua di rumah. Membaca kemudian meningkatkan kualitas verbal dan
komunikasi mereka, juga menggugah imajinasi mereka hingga mereka menjadi siswa
terkemuka.
Ngainun
Naim (2013: 1-7) memaparkan tentang potret buram membaca literasi di negara
kita. sebuah data paradoks menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang
sukses menjadi model untuk pemberantasan buta aksara di kawasan Asia Pasifik.
Namun angka yang sedemikian menggembirakan ternyata tidak seiring dengan hasil
survei UNESCO tentang minat membaca masyarakat Indonesia. Survei tersebut
menunjukan bahwa minat membaca masyarakat Inonesia sangat redah. Tahun 2006,
minat membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi paling rendah di kawasan
Asia. Sementara International Educational
Achievement mencatat bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia paling rendah
di kawasan ASEAN.
Apa
yang menjadi penyebab membaca belum bisa menjadi budaya? Sesungguhnya siapapun
orangnya, apa pun profesinya, memiliki tradisi membaca. Maka semua profesi
punya kontribusi positif untuk membangun budaya membaca. Namun profesi yang
paling menggalakan minat membaca adalah mereka yang berasal dari dunia
pendidikan. Apalagi kegiatan sehari-hari mereka juga dekat dengan dunia
pengembangan ilmu.
Namun
tampaknya dunia pendidikan juga belum terlalu dekat dengan tradisi membaca.
Banyak dosen dan guru ternyata belum banyak yang membaca secara tekun. Pada hal
bagi mereka membaca merupakan sarana yang paling efektif untuk memperkaya
wawasan. Himbauan bahwa “dosen dan guru yang baik” musti terbiasa membaca dan terus membaca
untuk memperbarui dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuannya hingga mereka
layaknya mencari orang berlevel internasional.
Kesukaan terhadap membaca
yang tinggi saya temui pada Craig Pentland, teman Australia saya, dimana kami
sudah berteman sejak 22 tahun yang lalu. Setiap kali datang ke Sumatra untuk
berlibur dia selalu membawa dua atau tiga buku yang dibaca selama berada di
Sumatra. Tak jarang begitu liburannya berakhir dan ia telah menyelesaikan
membaca 2 atau 3 buku. Begitu juga dengan teman-teman saya dari Eropa- Louis,
Annes Bedos dan Francois, juga memanfaatkan waktu istirahat mereka buat membaca
buku-buku. Saat membaca mereka terlihat sangat fokus dan sangat menikmatinya.
Desi Anwar (2015: 90-93)
seorang wartawan yang produktif dan seorang host pada Metro TV juga berbagi
pengalaman tentag betapa membaca itu sangat penting dan sangat menyenangkan.
Dia sudah gemar membaca sejak masih kanak-kanak. Pengalaman membacanya dimulai
dengan membaca novel pada usia 7 tahun. Dia masih ingat betapa asyik rasanya
memegang buku, terasa berat dan serius.
Pada mulanya Desi membaca
degan susah payah, halaman demi halaman, seperti mahasiswa yang bersemangat
menghadapi ujian. Dia sudah bertekad menyelesaikannya dan ia mengharuskan
dirinya menyelesaikannya. Akhirnya dia merasakan kesenangan dalam membaca.
Membaca telah membawanya ke masa yang lain, membaca telah menjadi sumber
kesenangan yang sejati. Ya benar bahwa membaca adalah keunikan sejati yang
dapat kita miliki karena membaca berarti menyerahkan diri kita kepada semua
indra.
Bagaimana
Memulai Kegemaran Membaca?
Saya ingin berbagi
pengalaman nyata tentang bagaimana saya memulai menyukai membaca. Tentu saja
setiap orang punya pengalaman yang berbeda. Pertama kali membaca buku saya
memang merasakan kesulitan dan kejenuhan dalam menaklukan halaman demi halaman.
Dan buku pertama yang taklukan adalah sebuah buku biografi milik teman satu kos
saya. Judul bukunya “Pasang Surut Pengusaha Pejuang- Otobiografi Hasyim Ning (AA Navis, 1987)”. Buku tersebut
hanya setebal 392 halaman, namun terasa sangat tebal, membosankan menaklukan
halaman demi halaman dan sangat berat saat itu.
Yang penting saat itu saya
sudah punya motivasi untuk membaca keseluruhan isi buku tersebut. Maka mulailah
saya menamatkan buku tersebut dengan cara memaksa diri. Pada mulanya saya coba
membaca 10 halaman, kemudian istirahat dan membaca 10 halaman lagi. Saya buat
target buat menamatkan keseluruhan halamannya. Saya biasakan membaca buku
dengan menggunakan pensil.
Bila ada hal-hal yang
penting menurut saya, maka akan saya garis bawahi. Nanti setelah saya
menamatkan buku tersebut baru saya pindahkan ke buku catatan. Akhirnya dengan
susah payah saya berhasil menamatkan membaca buku tersebut dalam waktu hampir 2
minggu. Saya kemudian membaca tiap, sekarang setelah hampir 30 tahun , membaca
sudah terasa sebagai kebutuhan primer saya.
Setiap orang yang telah
terbiasa dengan budaya membaca mereka akan sangat beruntung. Sementara itu
membaca sangat direkomendasikan oleh Al-Quran (oleh Allah Swt): Bacalah dengan
menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Surat 96:1).
Budaya membaca akan mampu
buat melejitkan potensi diri. Ngainun Naim (2013:155-189) mengupas tentang
membaca dalam rangka menangkap makna dan meraih prestasi. Ada banyak orang yang
berubah karena membaca, misal lewat membaca biografi yang bisa mengantarkan
menjadi penulis hebat.
Salah seorang yang
hidupnya berubah karena membaca, khususnya membaca biografi orang-orang
terkenal, adalah Edward Bok. Pada masa kecilnya, Bok yang merupakan imigran
Belanda di Amerika hidup dalam kubangan kemiskinan. Dalam sejarah hidupnya, Bok
tidak pernah bersekolah lebih dari enam tahun.
Dia meninggalkan sekolah
ketika berumur tiga belas tahun. Sebagai gantinya ia mulai mendidik dirinya
sendiri. Dia menabung sampai dia mendapatkan cukup uang untuk membeli
ensiklopedi biografi Amerika. Kemampuan membeli ensiklopedi ini membuatnya
memperoleh banyak inspirasi dan membangun kreativitas dirinya. Pengaruh bacaan
tersebut mendorongnya untuk melakukan hal yang luar biasa. Dalam perjalan
selanjutnya, Bok menjadi penulis biografi yang ternama. Ia telah mewawancarai
ratusan tokoh terkenal dan menulis biografi mereka. Semua itu bermula dari
sebuah langkah mendasar, yaitu
membeli dan kemudian membaca secara intensif biografi mereka (Maria Lauret
Salah seorang pakar
psikologi Indonesia adalah Prof. Dr. Ashar Sunyoto Munandar. Dalam perjalanan
panjang hidupnya, Ashar mengaku bahwa ia begitu dipengaruhi oleh kata-kata yang
tersusun rapi dalam aneka buku dongeng. Beberapa buku cerita dari masa kecilnya
yang berkesan adalah Dik Trom, Piltje Bel, dan buku cerita karya Dr. Karl May.
Bahkan, tanpa disadarinya, buku cerita itu pula yang memberikan rangsangan
imajinasi dan wawasan luas tentang kehidupan.
Kesempatan meminjam buku
bacaan di usia belia ini menjadi penanda signifikan bagi munculnya minat besar
Prof. Ashar untuk membaca. Sejak itu, minatnya
membaca tumbuh pesat. Membaca dan terus membaca telah menjadikan Prof.
Ashar sebagai pribadi penuh kualitas sehingga ia menjadi seorang pakar psikolog
ternama di negeri ini. Bacaan cerita di masa kecilnya telah menjadikan dia sebagai
pribadi yang terus tumbuh dan berkembang.
Besarnya pengaruh buku
cerita juga dialami oleh penuis cerita yang cukup populer di dunia melalui
bukunya Harry Potter, dia adalah J.K Rowling. Ia menulis novel legendaris
tersebut dalam tujuh seri. Itu tentu saja merupakan hasil kerja keras dan
perjuangan J.K Rowling yang sangat luar biasa. Orang mungkin hanya melihat dari
sisi hasilnya saja. Padahal, kesuksesan yang diraihnya sesungguhnya dipegaruhi
oleh banyak hal. Salah satunya adalah pengaruh bacaan pada masa kecilnya.
J.K Rowling menuturkan
tentang kenangannya yang paling jelas mengenai masa kanak- kanaknya. Adalah
ayahnya yang duduk dan membacakan buku buatnya The Wind in the Willows. Bacaan demi bacaan yang terus digelontor
orang tuanya pada masa kecil J.K Rowling secara tidak disadari telah membuat
kesan hebat pada dirinya. Maka J.K Rowling mulai memimpikan cerita- cerita
fantasis yang anehnya memiliki alur yang bagus dengan tokoh-tokoh yang begitu
nyata.
Pengaruh bacaan kemudian
mendorongnya untuk menjadi seorang penulis. Menulis baginya merupakan dorongan
yang sangat hebat. Yang jelas membaca telah memberi kontribusi besar pada
kemampuan J.K Rowling dalam menulis. Kesuksesan yang kini diraihnya merupakan
akumulasi dari bacaan yang telah lengket dalam kehidupannya semenjak kecil.
Begitulah, membaca kisah hidup para tokoh telah mengubah kehidupannya. Tentu
saja ada banyak orang yang telah memperoleh manfaat positif dari kebiasaan membaca.
Daftar Pustaka
AA
Navis (1987). Pasang Surut Pengusaha Pejuang. Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti.
A.Bobby
(2015). Ajik Cok- Lihat, Tiru, Kembangkan. Jakarta: Kompas
Agus
Nggermanto (2003). Quantum Quotient,
Kecerdasan Quantum- Cara
Melejitkan Iq, Eq
dan Sq Secara Harmonis. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Ahmad
Faiz Zainuddin (2009). SEFT- Spiritual
Emotional Freedom. Jakarta: Afzan
Publishing.
Ahmad
Fatahillah (2014). 21 Tokoh Sukses Top Dunia Yang Ternyata Drop Out Dari
Annie
Mueller (2015). Work Experiences VS
Education- Which Lands You The Best
Bobbi
De Porter dan Mike Hernacki (2002). Quantum
Learning- Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Bonnie D. Singer (1999). You Are What You Say, To Yourself.
Newton, MA: American
Speech-Language-Hearing Association
Caroly
Medel dan Anonuevo (2002). Integrating
Life Long Learning Perspective.
Cindy Adams (1965). Sukarno: An Autobiography. Indianapolis:
Bobbs Merrill.
Coline
Rose dan Malcom.J. Nicholl (2003). Accelerated
Learning For the 21st Century-
Cara Belajar Cepat Abad 21. Bandung:
Yayasan Nuansa Cendekia.
Craig Pentland (2014). Behavioural Ecology of The Black-Flanked
Rock-Wallaby,
Petrogale
lateralis lateralis (Disertasi). Perth: Edith Cowan
University, The Faculty of
Health, Engineering and Sciences, School of Natural sciences (http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi).
Dario
Maestripieri (2012). The truth about why
beautiful people are more successful-
The truth about why beauty pays. Chicago:
University Chicago (https://www.psychologytoday.com/blog/games-primates-play).
Dave
Meier (2002). The Accelerated Learning
Handbook. Bandung: Kaifa
Deb Shapiro (2008). Your
Body Speaks Your Mind: Decoding the Emotional,
Psychological, and Spiritual Messages That Underlie
Illness.
New York: ReadHowYouWant.com (https://books.google.co.id/books/about/Your_Body_Speaks_Your_Mind.htm).
Dewi
Utama Faizah (2009). Anak- Anak Yang Digegas Menjadi Cepat Mekar Cepat
Matang Cepat Layu
(artikel). Jakarta: Direktorat Pendidikan TK dan SD, Ditjen Dikdasmen,
Depdiknas (http://nurfika.blogdetik.com).
Desi
Anwar (2015). Hidup Sederhana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Dian
Wibowo Utomo (2009). Hambatan, Motivasi, dan Strategi Pemecahan Masalah
Pada Mahasiswa
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yang Sedang Mengerjakan Skripsi (Skripsi).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (https://repository.usd.ac.id).
Dian Wirawan Noeraziz
(2013). Self determination,
Otentisitas,dan kebebasan
(Tugas Psikologi Humanistik). Surabaya:
FakultasPsikologi, Universitas Airlangga.
Dominic O’Brien (2005). How To develop a Perfect Memory.
Cambridge: Library Com
Fasli
Jalal (2010). Education Decentralization
In Indonesia, Lesson Learned And
Challenges. Jakarta: Ministry
Education of Indonesia).
George D. Kuh (2015). The
Chronicle of Higher Education. New York: Investopedia
Georgia Soares (2013). Attractiveness Leads To Success. Houston: Rice University
Grolier
(1965). History- Our Worl In Colour.
London: The Grolier Society Limited.
Harold
S. Osborne (1943). Biographical Memoir of
Alexander Graham Bell.
Washington:
National Academy of Sciences
Hamermesh D.S (2011). Beauty Pays Why Attractive People Are More Successful.
Princeto- New
Jersey: princeton Press
Hatch Robert A (1998). Sir Isaac Newton Footprints of the Lion exhibit. Cambridge:
Cambridge University Library (https://www.perimeterinstitute.ca/files/articles).
Hazrul Iswadi (2017). Sekelumit Dari Hasil PISA 2015 Yang Baru Dirilis. Surabaya:
Ubaya- Iniversitas Surabaya (http://www.ubaya.ac.id/2014/content/article).
Ibrahim
Elfiky (2011). Terapi Berfikir Positif- Biarkan Mukjizat Dalam Diri Anda
Melesat
Agar Hidup Lebih Sukses Dan Lebih Bahagia. Jakarta: Zaman.
Indra
Djati Sidi (2001). Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru.
Jakarta:
Logos.
Irwan
Prayitno, Gubernur Sumatera Barat-
(https://id.wikipedia.org/wiki/Irwan_Prayitno).
Jalaluddin
Rakhmat (1998). Komunikasi Antar Budaya, Paduan Berkomunikasi
Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Jesse Hicks (2012). Ray Tomlinson, the inventor of email: I see email being used, by
and large, exactly the way I envisioned. Peterborough-Canada: The Verge (https://www.theverge.com/2012/5/2/2991486/ray-tomlinson-email-inventor).
Jessica A. Jonikas dan
Judith A. Cook (2004). This Is Your Live!
Creating Your Self
Directed
Life Plan. Chicago: University of
Illinois, National Research & Training Center on Psychiatric Disability
Jyoti
Ranjan M uduli (2014). Addiction to Technological Gadgets and Its
Impact on
Health
and Lifestyle: A Study on College Students (thesis).Rourkela: Department of Humanities and Social
Sciences, National Institute of Technology (http://ethesis.nitrkl.ac.in/5544/1/e-thesis).
Kay Melchisedech Olson (2006). Johann Gutenberg and the Printing Press- Inventions
and Discovery. Mankato MN-USA: Graphic Library (https://www.amazon.com/Johann-Gutenberg-Printing-Inventions-Discover).
Lev
Grossman (2010). Mark Zuckerberg (Biography). New York: Time
Louis
Deharveng (2005). Expedition Sumatra
2002- Compte Rendu Speleologique.
Toulouse-
France: Societe Speleologique de L’Ariege- Pays d’Olmes.
Mahmood
Khalil dan Zaher Accariyal (2016).
Identifying Good Teacher For Gifted
Students. Sakhnin: The College of Sakhnin, Academy
Colleg For Teacher Educatio (https://file.scrip.org).
Marjohan
Usman dan Ranti Komala Dewi (2012). Tuntutlah Ilmu Sampai Negeri
Prancis. Jogjakarta: Diva Press.
Maria LauretWhen Is an Immigrant’s Autobiography Not an
Immigrant
Autobiography? The
Americanization of Edward Bok. Las Vegas: MELUS- Department
of English, University of Nevada
(MELUS, Volume
38, Issue 3, 1 September 2013, Pages 7–24, https://doi.org/10.1093/melus/mlt033).
Marjohan
Usman dan Syaiful Amin (2013). Akhirnya Kutaklukan Kampus Jerman.
Jogjakarta: Diva Press.
Maureen
Cane (2015). Practical Lessons And
Resources For Teachers From
Foundation To year 10. Heidelbeg,
Victoria: Volunteering And Contact Act (https://www.volunteeringaustralia.org).
Melissa
Stanger (2012). Attractive People Are
Simply More Successful (artikel). New
Mochamad
Basuki, Yanti Muchtar, dan Theresia (2012). The
Power of Literacy:
Woman’s Journey in India, Indonesia, Philipine and New
Guinea.
Quezon: ASPBAE (http://www.campaignforeducation.org).
Mudji
Sutrisno (1994). Getar-Getar Peradaban. Yogyakarta: Kanisius.
Murad Maulana (2014). 31 Hal Yang Harus Anda Ketahui
Tentang Gayatri Wailisa.
Ng
Aik Kwang (2001). Why Asians Are Less
Creative Than Westerners (article).
Ngainun
Naim (2013). The Power of Reading-
Menggali Kekuatan Membaca Untuk
Melejitkan
Potensi Diri. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Nurul
Duariyati (2006). Makna Sukses Pencari Kerja Dan Motif Menjadi PNS
(Skripsi).
Surabaya: Universitas Airlangga (http://repository.unair.ac.id).
OECD/Asian Development Bank (2015). Education in Indonesia: Rising to the
Rhenald
Kasali (2011). Wirausaha Muda Mandiri, tentang kisah inspiratif anak-anak
muda menemukan masa
depan dari hal-hal yang diabaikan banyak orang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Rhenald
Kasali (2016). Self Driving Menjadi Driver atau Passenger? Jakarta: Mizan
Rhenald
Kasali (2017). Disruption- Tak Ada
Yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi
Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta: Kompas
Gramedia.
Robert Reardon
(2016). John L Holland: Perspectives on
Theory, Research And
Practice. Florida: Society
for Vocational Psychology, Florida State University (
Ruth Callaghan (2016). Graduate Recruitment: Academic Results No Longer Matter
Sahar
F Abu Jarour (2014). Person Demotivation
In Organization Life (Journal). Amman:
College Of Business
And Management, Amman Arab University (https://ijbssnet.com/journal).
Sean
Maloney (2008). Oral History of Martin Cooper. Mountain View- California:
Computer History Museum
Sean N. Talamas, Kenneth I. Mavor, dan David I (2009).
Blinded by Beauty:
Attractiveness Bias and Accurate Perceptions of
Academic Performance.
California: University Of Southern California
Sella
Panduarsa Gareta (2014). Menyelami Sastra di Rumah Taufik Ismail. Jakarta:
Setia
Furqon Khalid (2010). Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses. Sumedang: Rumah
Karya.
Sri
Owen (2008). Something About Myself.
London:Journal dan Weblog
St.
Sularto, Ed (2010). Guru-Guru Keluhuran, Rekaman Monumental Mimpi Anak
Tiga
Zaman, Jakarta: Kompas.
Suherman
(2012). Mereka Besar Karena Membaca. Bandung: Literate
Publishing
Syahrial
Syarbaini, Rusdiyanta (2009). Dasar-Dasar Sosiologi. Jakarta: Yogyakarta:
Tejvan
Pettingen (2010). Biography Of Wright
Brother. Oxford:
Tom
Corley (2016). 16 Rich Habit: Your
Auotopilot Can Make You Wealthy or Poor
Torsten
Husen (1995). Masyarakat Belajar. Jakarta: Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Travis Bradberry10 Toxic People You Should Avoid At All Costs. Jersey
City:Forbes Magazine (https://www.forbes.com/sites/travisbradberry)
Victor
Mc Elheny (1999). Edwin Herbert Land-A
Biographical Memoir. Washington:
The
National Academy Press
(http://www.nasonline.org/publications/biographical-memoirs)
Warni
Tune. S dan Intan Abdul Razak (2016). Strategi Pembelajaran Dalam
Implementasi
Kurikulum Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish.