Langkah-Langkah Menjadi Penulis Dan Manfaatnya Dalam Pengembangan Diri
Oleh . Marjohan M.Pd
Guru SMAN 3 Batusangkar
marjohanusman@yahoo.com
Menulis adalah aktifitas yang sulit bagi sebagian orang. Banyak orang mengatakan bahwa menulis itu sungguh sulit. Ada yang mengatakan tidak punya waktu untuk menulis, kalau menulis mata menjadi berair. Ada pula yang senang berlindung berlindung dibalik alas an dan kata “tapi”. Saya ingin menulis tapi sibuk, saya ingin menulis tapi anak sering mengganggu, saya ingin …”tapi”, dan masih ada belasan alas an dibalik kata “tapi”.
Bagi saya sendiri pada mulanya juga beranggapan bahwa menulis itu juga sulit. Beruntung saya berlangganan majalah Kawanku saat belajar di SMP Negeri 1 Payakumbuh di tahun 1980an. Ada profil Leila Chudori Budiman (yang kemudian sering menulis dalam Koran Kompas) pada majalah tersebut dan bercerita bagaimana ia bisa menjadi penulis. Saat itu saya berfikir “wah enak sekali ya menjadi penulis, bisa menjadi orang ngetop, punya banyak teman dan mendapat bonus”.
Rasa ingin tahu saya tentang bagaimana menjadi penulis terobati saat saya berkenalan dengan berbagai buku biografi para penulis. Ada tetangga saya, Bapak Maran mantap Camat di kota Payakumbuh yang bisa bermain biola dan memiliki koleksi buku-buku. Maka saya sangat suka membaca biografi Ernest Hemingway, Zakiah Daradjat, Buya Hamka dan beberapa biografi penulis novel dan saya menjadi tahu bahwa untuk.
Saat saya remaja, tidak banyak godaan untuk tumbuh dan berkembang. Tidak banyak stasium televise dan program yang mengganggu kosentrasi belajar, kecuali hanya tayangan televise. Tidak ada HP kamera untuk diotak atik dan juga tidak ada VCD player untuk home theatre, apalagi computer, laptop dan internet seperti zaman sekarang. Oleh karena itu saya bisa berlatih banyak dan saya mempunyai lusinan buku diari yang penuh dengan coretan-coretan mimpi dan pengalaman.
Pulang sekolah saya terbiasa menulis. Saya merasa sebagai siswa yang paling jago dalam segala hal. Saya jago dalam bidang olah raga, jago matematik dan beberapa mata pelajaran lain, jago dengan bahasa Inggris dan semua teman kagum pada saya. Saya juga jatuh cinta dengan teman sekelas. Mimpi dan ilusi saya sebagai orang yang paling jago saya paparkan dalam buku tulis. Apabila selesai menulis, maka saya serahkan pada teman yang gemar membaca namun tidak bisa menulis. Kadang-kadang saya juga mengundang adik-adik dan anak tetangga untuk mendengar kisah kisa cinta yang saya tulis.
Bertambah umur tentu bertambah pula pengalaman hidup. Saat kuliah di UNP (saat itu IKIP Padang) saya bekerja paroh waktu sebagai pemandu wisata. Ada pengalaman suka duka selama menjadi guide; dibentak oleh bule-bule, karena mereka tidak memakai bahasa Inggris, atau memperoleh uang tip dari perusahaaan. Pengalaman tersebut juga saya tulis pada buku diari.
Membaca banyak buku, artikel dan fikiran-fikiran orang lain tentu bisa membuat tulisan lebih berkualitas. Tahun 1997, saya memutuskan untuk menjadi pembaca yang baik. Saya berlatih, membuat target untuk membaca 100 halaman setiap hari. Banyak membaca tentu akan membuat tulisan lebih menarik, saya bisa memaparkan banyak ilustrasi dan contoh-contoh dalam kehidupan.
Tahun 1990-an, saya menajdi guru di SMAN 1 Lintau. Saya tidak ingin menjadi guru kebanyakan yang aktifitasnya sangat monoton dan tidak bervariasi- pulang ke sekolah, masuk kelas dan mengajar dengan metode konvensional. Saya ingin menjadi guru dengan kepintaran berganda- guru, menguasai bidang studi, menguasai seni berkomunikasi, menguasai bahasa asing yang lain dan trampil dalam menulis. Untuk itu saya membaca banyak buku seputar paedagogy, psikologi, filsafat, biografi dan kisah kisah pencerahan dari orang lain. Akhirnya kemampuan dan energi menulis saya makin meningkat.
Setiap minggu saya mampu menulis satu atau dua artikel per-minggu. Saya memutuskan untuk mempublikasikanya pada Koran-koran di Sumbar. Saat itu ada tiga Koran yaitu Canang, Haluan dan Singgalang. Tahun 1992 tulisan saya pertama terbit di Koran Singgalang engan judul “Melacak pergaulan remaja dan tidak perlu frustasi bila gagal masuk perguruan tinggi”. Saya sangat bahagia dan energi menulis semakin bertambah, saya terus mengirim artikel ke Koran-koran. Bila dipublikasi saya tentu senang dan kalau ditolak saya berusaha untuk idak kecewa apalagi sampai menjadi frustasi. Frustasi tentu bisa membunuh kreatifitas menulis dan energi untuk melakukan aktifitas lain.
Di awal tahun 1990-an ada beberapa orang asing dari Perancis- Francoise Brouquisse, Anne Bedos dan Louis Deharveng. Mereka bertugas di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jakarta dan melakukan penelitian tentang hutan tradisionil di Lintau. Orang- orang Perancis tersebut kemudian menjadi temn baik saya dan mereka dating ke Sumatra dan berkunjung ke Rumah saya. Mereka membatu saya dalam mempelajari bahas Perancis dan meminta saya menulis untuk dipublikasi dalam. Dengan demikian tulisan saya tentang parawisata juga dipublikasi pada journal mereka, speleologie,di kota Tarbes, Perancis.
Ternyata ada manfaat menulis dalam pengembangan karir saya sebagai guru. Tahun 1998 ada seleksi guru teladan (sekarang guru berprestasi). Porto folio penuh dengan klipping artikel-artikel dan tulisan saya dalam bentuk lain, seperti resensi buku. Kemampuan menguasai dua bahasa asing, Inggris dan Perancis, dan skor ujin tulis membuat saya bisa mewakili kecamatan Lintau Buo dan selanjutnya untuk tingkat Kabupaten Tanah Datar untuk seleksi guru TEladan. Di tingkat Provinsi, saya masuk nominasi dan akhirnya tahun 1998 saya tercatat sebagai guru teladan Sumatera Barat dalam usia tiga puluh tahun.
Tahun 2005, saya mutasi ke kota Batusangkar dan bertugas di sekolah baru pada sekolah “Pelayan Unggul” satu atap SMP-SMA unggul, yang mana kemudian berubah nama menjadi SMP Negeri 5 Batusangkar dan SMA Negeri 3 Batusangkar. Berdomisili di kota batusangkar membuat saya mudah bersentuhan dengan tekhnologi- computer dan internet. Saya terus menulis dan menyalurkan tulisan lewat internet, mengirim artikel ke berbagai Koran lewat e-mail. Kemudian saya juga membuat situs gratisan lewat blogspot. Sebetulnya ada beberapa bentuk blog gratisan lain seperti wordpress dan multiply. Namun saya suka fitur blogspot. . Situs saya bernama http://penulisbatusangkar.blogspot.com/.
Tahun 2006, saya memperoleh beasiswa untuk mengikuti program pascasarjana di Universitas Negeri Padang. Kemampuan menulis membuat kuliah lancer dan saya bisa selesai pendidikan pada Pascasarjana. Kemampuan menulis membuat tesis saya bisa selesai lebih cepa, saya wisuda pada pertengahan tahun 2008.
Issue sertifikasi untuk guru professional pun bergulir dan segera menjadi realita. Bagi yang mampu memenuhi angka atau skor porto folio bisa lulus dan memperoleh sertifikasi sebagai guru professional. Saya mengetik ulang semua artikel yang pernah diterbitkan pada Koran-koran. Artikel yang telah diketik ulang saya kirim lagi ke Koran, tentu saja diedit lagi. Semuanya terbit lagi dan saya memperoleh honorarium lagi. Saya juga mempostingkan tulisan tadi dalam blogspot saya dan kumpulan artikel yang pernah dipublikasikan membuat saya bisa lulus sertifikasi lewat portofolio. Betul-betul dana sertifikasi yang telah saya terima membuat saya dan keluarga menjadi lebih sejahtera, bisa membeli laptop dan memperbaiki bangunan rumah.
Saya inginmenjadi penulis buku dan tidak harus menulis buku tebal dari awal sampai akhir sebanyak 250 halaman. Saya menseleksi beberapa tulisa yang sama temanya menjadi satu buku. Temanya tentang pendidikan dan saya beri judul: SCHOOL HEALING MENYEMBUHKAN PROBLEM PENDIDIKAN. Bulan Februari 2009 ini saya punya rencana untuk menyerahkan pada teman untuk diterbitkan di Provinsi Riau, namun lebih dahulu ada telepon dari Jogjakarta- penerbit Pustaka Insan Madani- ingin mencetak dan meberbit naskah buku atau tulisan saya. Saya menyetujui. Insyaallah, menurut pihak penerbit bahwa dalam bulan Agustus 2009 ini buku saya sudah siap cetak dan siap untuk diluncurkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Moga-moga bermanfaat oleh masyarakat.
Kemampuan menulis ternyata adalah sebuah keterampilan. Semua orang bisa menjadi penulis asal dia banyak berlatih dan menyenangi aktifitas menulis. Menulis bisa mendatangkan manfaat. Penulis bisa berbagi ide dan opini dengan pembaca, bisa memperoleh honor dan sangat membantu bagi guru untuk memperoleh skor portofolio untuk sertifikasi guru. Penulis artikel bisa mengembangkan diri menjadi penulis buku dan memperoleh royalty pada akhir tahun.