Tapi
aku sangat bangga sekali dengan Mr. Joe
Ketika Mr. Joe
(lebih akrab dipanggil Uncle Joe) pergi mengikuti beberapa lomba, kami belajar
dengan Mr. Ay. Berbeda dengan Uncle Joe,
Mr. Ay lebih cenderung mengajar kami dengan melatih kefasihan lidah sesuai
dengan bakat dan kemampuan Mr. Ay, yaitunya berbicara (speaking). Mr. Joe
(Uncle Joe) biasanya seringkali melatih kami dengan menulis (writting), karena
Uncle Joe memang sangat berbakat sekali dalam bidang menulis. Karena dengan
menulislah kita dapat mencurahkan isi hati, dan Uncle Joe dengan menulislah ia
menjadi sukses.
Walaupun
berbeda dengan metode yang diajarkan Uncle Joe, tetapi belajar dengan Mr. Ay
sangat menarik sekali. Apalagi ketika melatih kefasihan lidah Mr. Ay
menggunakan cara yang menarik, yang membuatku tidak bosan. Beberapa waktu yang
lalu, kami belajar menerjemahkan cerita yang diperdengarkan kedalam Bahasa
Indonesia. Hal itu sangat menarik sekali, karena kebanyakan dari kami
menyimpang dari cerita yang diperdengarkan setelah Mr. Ay sendiri
menerjemahkammya kedalam Bahasa Indonesia. Memalukan sekali ketika mengetahui
kita salah, tapi itulah yang namanya belajar.
Setelah
itu, dipembelajaran berikutnya kami belajar di Mushola. Di sana , kami dibagi
atas beberapa kelompok (2 orang dalam satu kelompok). Kami disuruh menyalin
dialog yang tertulis di sebuah kertas yang diletakkan di depan papan tulis. Permainan ini bertujuan untukmengukur
kecepatan dan ingatan kita. Kami seperti orang yang sedang mengikuti lomba lari
karena bolak-balik menyampaikan dialog yang ditempelkan di papan tulis kepada
teman yang ditugaskan mencatat. Setelah selesai, kamipun ditugaskan untuk
menghafal dialog dan mempraktekkannya bersama dengan teman.
Walaupun
metode yang diajarkan Uncle Joe berbeda dengan Mr. Ay, namun mereka saling
melengkapi satu sama lain. Misalkan Uncle Joe menuangkan perasaannya dengan
menulis(tulisan), Mr. Ay menuangkan perasaannya atau inspirasinya dengan
mengungkapkannya dengan lisan. Walaupun ada Mr. Ay, tapi rasanya ada sesuatu
yang hilang ketika Uncle Joe pergi. Sekarang aku mengerti, Uncle Joe adalah
Uncle Joe dengan segala yang dimilikinya dan Mr. Ay adalah Mr. Ay dengan segala
yang ia punya. Jika Uncle Joe tak ada rasanya ada sesuatu yang kurang, dan
mungkin begitu juga halnya dengan Mr. Ay.
Tapi
aku sangat bangga sekali dengan Mr. Joe. Ia meninggalkan kami bukan berarti ia
pergi bersenang-senang. Uncle Joe pergi denganmengemban tugas yang sangat berat
yaitu memperebutkan juara The Best
Teacher ditingkat Naional. Dan semua itu berkat tulisannya. Wow, hebat
sekalikan. Aku ingin sekali seperti Uncle Joe. Walaupun nantinya profesiku
bukan guru, tetapi aku ingin sekali menjadi The Best pada profesi yang aku
jalani. Dan yang lebih hebatnya lagi, ternyata Uncle Joe berhasil menjadi The Best Teacher ditingkat Nasional.
Semoga, prestasi yang diraih Uncle Joe dapat menjadi gerbang kesuksesan bagi
kami.
Uncle
Joe membangkitkan semangatku untuk menjadi penulis. Menorehkan tinta-tinta pada
selembar kertas putih, merangkai kata menjadi tulisan indah. Membuat pena-pena
menari menabrak garis demi garis, menciptakan runtaian kata-kata penuh makna.
Dan menggantungkan karya demi karya menjanjikan masa depan nan cerah.
Resti Illahi