Rabu, 08 Januari 2014

Beberapa hal Menarik dari Dandenong High School



Beberapa hal Menarik dari Dandenong High School

1. Kesan pada pendidikan Australia
            Aku memiliki kesan yang sangat positif melihat system pendidikan di Dandenong High School, sama halnya dengan applkasi penddkan pada sekolah lan. Pengalaman observasiku tentang penddkan di sekolah ini sama dengan pengalaman yang dalami oleh Risa Bhinekawati[1] yang menyekolahkan anaknya di Australia, ia sendiri menerima beasiswa Australian Leadership Award (ALA) untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktoral di Australian National University di Canberra.
Pada intinya, sistem pendidikan menengah di Australia sangatlah relevan dan mencerdaskan.  Pemerintah dan siswa sama-sama melakukan investasi.  Pemerintah membangun sistem sekolah untuk mencetak manusia yang cerdas, bermartabat dan mampu bersaing secara global, sedangkan siswa menginvestasikan waktunya untuk menjadi manusia yang tangguh.
Wajib belajar di Australia berlaku hingga SMA, sudah menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menjamin bahwa tidak ada anak usia sekolah di rayon sekolah tersebut yang tidak bersekolah. Kalender sekolah Indonesia dimulai di bulan Juli sedangkan  di Australia dimulai bulan Januari, Di Australia, high school berlangsung dari kelas 7 sampai kelas 10.  Sedangkan kelas 11 dan 12 (setara dengan kelas 2 dan 3 SMA di Indonesia) dikategorikan sebagai “College” atau persiapan ke perguruan tinggi.
Mata pelajaran SMP di Australia sangatlah tepat guna dan mendalam.  Misalnya, di tingkat SMP seorang siswa bisa memilih 5 mata pelajaran wajib dan 2 mata pelajaran pilihan.   Mata pelajaran wajib meliputi Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan IPS, dan olah raga.  Sedangkan mata pelajaran pilihan meliputi band, pertukangan, memasak, metalurgi, seni lukis dan banyak lagi.   Agama tidak diajarkan di sekolah- karenaAustralia adalah negara sekuler, untuk itu peran orang tua untuk bisa memelihara kualitas agama anak. Budi pekerti dinilai dari kedisiplinan siswa dalam memenuhi jadwal tugas, tidak terlambat ke sekolah, dan partisipasi di dalam dan di luar kelas.  Jika siswa terlambat 15 menit tanpa lapor, secara otomatis orang tua  diberitahu oleh sekolah melalui sms.  Jika siswa gagal memenuhi tenggang  waktu memasukkan tugas, maka orang tua dikirimi email oleh gurunya.  Selain itu ada sanksi yang berat jika siswa melakukan pelecehan kepada siswa lain, juga merokok atau mabuk.
Di usia 15 tahun, siswa  juga sudah boleh bekerja paling banyak 10 jam seminggu.  Dalam hal ini, mungkin mengambil kesempatan untuk bekerja di Pizza Hut sampai dia berusia 16 tahun. Pengalaman ini sangat baik bagi siswa untuk menghargai uang, waktu, dan hubungan antar manusia.
Setelah tamat dari kelas 10 tentu saja siswa  melanjutkan kuliah di  College- kalau di SMA tentu masih kelas 11 dan 12. Di College anak bisa belajar berkelompok di perpustakaan- ya tentu saat line-off (jam kosong). Untuk tingkat College (kelas 11 dan 12), siswa diajarkan untuk mandiri dan dipersiapkan untuk ke universitas.  Sistem sekolah mirip dengan kuliah, dimana siswa bisa memilih 4 mata pelajaran wajib dan satu atau 2 mata pelajaran pilihan. 
Bagi yang berminat untuk melanjutkan ke jurusan Komunikasi dan Media di perguruan tinggi- sebagai contoh, dia memilih matematika, bahasa Inggris (writer’s workshop), Media, sejarah dan hubungan internasional.Setiap awal kwartal, siswa menerima silabus yang berisi rincian tentang pelajaran, jadwal dan target yang akan dicapai pada semester tersebut.   Informasi tersebut juga tersedia on-line dan bisa diakses oleh orang tua siswa.  Sama dengan di High School, hubungan antar siswa, guru dan orang tua di tingkat College juga sangat erat.  Setiap acara pertemuan orang tua dan guru, maka orang tua diberi masukan tentang kelebihan dan kelemahan sang anak, sehingga orang tua bisa bekerjasama dengan guru untuk mendukung perkembangan anak untuk mencapai nilai maksimal.  Dalam banyak hal  siswa Australia sangatlah menjaga tata krama dalam berhubungan dengan sesama.  Karena pendidikan yang interaktif, siswa belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

2. Pendidikan membentuk manusia berpikiran maju
Sistem pendidikan menengah di Australia sangatlah humanism (manusiawi)  baik bagi siswa maupun guru.  Pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.  Pilihannya banyak, namun siswa hanya memilih pelajaran yang mereka minati.  Di kelas 7 sampai 10, siswa boleh memilih maksimum 7 mata pelajaran (5 wajib dan 1 atau 2 pilihan; sedangkan di kelas 11 sampai 12, siswa memilih maksimum 6 mata pelajaran (4 wajib dan 1 atau 2 pilihan).  Dengan demikian siswa menekuni pelajaran yang sesuai dengan minat dan pilihan masa depan mereka.
Mata pelajaran tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa secara akademis, namun, karena cara penyampaiannya sangat interaktif, kemampuan hidup life skill  seperti berpikir (berpikir kritis, berpikir kreatif dan memecahkan masalah), serta berkelakuan baik behavioral skill (berkomunikasi, berorganisasi, bekerjasama dan memimpin) siswa juga semakin meningkat.
Selain itu, sistem pendidikan di Australia khususnya, tidak mengenal istilah anak yang bodoh, karena semua anak dapat memberi manfaat bagi kehidupan.  Misalnya, pelajaran Matematika di tingkat SMA terdiri dari 4 kategori.  Kategori 1 untuk siswa yang ingin menjadi ilmuwan; kategori 2 untuk siswa yang ingin kuliah di bisnis atau ekonomi; kategori 3 untuk siswa yang ingin melanjutkan kuliah di bidang ilmu sosial; dan kategori 4 untuk yang tidak ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi. Siswa bisa mendapatkan nilai “A” di kategorinya masing-masing.  Dengan demikian mereka dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Dengan cara penyampaian yang menyenangkan, para siswa termotivasi untuk memberikan yang terbaik.  Misalnya, pelajaran sejarah yang di Indonesia biasa dianggap membosankan, di Australia justru menjadi pelajaran yang menyenangkan karena siswa diminta menganalisa sejarah, misalnya tentang Napoleon.  Siswa mempelajari karakter kepemipinan Napoleon dan melihat relevansi kepemimpian beliau terhadap konteks masa kini dan masa depan.  Dengan demikian, pelajaran sejarah menjadi relevan dengan kebutuhan jaman. Atau untuk pelajaran mengarang, setiap siswa harus mempersiapkan tulisan sebesar 1,500 kata untuk mendapatkan peer review dari 4 orang temannya yang diundi pada saat pelajaran bahasa Inggris dimulai.  Kelima orang siswa duduk dalam satu kelompok dan secara bergantian membaca dan memberi masukan konstruktif untuk karya 4 orang siswa lainnya.
Yang juga tak kalah penting adalah jumlah siswa per kelas yang tidak terlalu besar, maksimum 25 siswa per kelas sehingga guru dapat memperhatikan siswa dengan baik.  Jika siswa mengalami kesulitan, guru siap untuk dihubungi setiap saat.  Selain itu, guru juga memberikan masukan bagi konsep tugas yang diberikan oleh siswa sebelum tenggat waktu.  Setiap siswa mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik karena dukungan sekolah dan guru yang memadai.  
Guru merupakan profesi yang terhormat.  Komunikasi antara guru, siswa dan orang tua sangat terbuka.  Mereka berteman dan saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing serta bekerjasama untuk mencapai prestasi akademis yang maksimal. Dalam sistem pendidikan Australia, dari hari ke hari kita amati betapa siswa menjadi lebih mandiri, baik secara akademis maupun dalam pemecahan masalah sehari-hari. 

3. Aplikasi penddikan Sekolah Australia
Aplikasi penddikan di negara ini juga menarik untuk diekspose[2]. Pemerintah Australia pada akademisi membuat kurikulim dan tehnik pengajaran yang efektif dan efisien. Tehnik pengajaran dan kurikulum di Australia sangat berbeda dengan negara-negara lainnya, tehnik pengajaran di Australia telah diakui oleh dunia sebagai salah satu yang terbaik. Tehnik ini diterapkan mulai dari tingkat dasar (sekolah) hingga jejang pendidikan tinggi (kuliah dan seterusnya).
Didalam kelas siswa belajar dengan cara-cara yang berbeda dan mengasyikan, siswa dilibatkan dalam sesi tanya jawab interaktif sehingga menciptakan atmosfir positif. Tentu hal ini berbeda dengan cara pengajaran konvensional, hingga sat ini kita masih sering menemukan atau mungkin anda pernah mengalami sekolah dan atau kuliah dengan tehnik pembelajaran teror dan ancaman. misalanya guru dan dosen menerapkan larangan dan hukuman yang berlebihan yang akan berakibat pada mental siswa serta negatifnya atmofir kelas/pelajaran tersebut.
Di Australia, tensi hubungan antara siswa dengan guru/dosen didalam kelas lebih santai (relaks), namun tetap menjaga rasa hormat. Para guru/dosen akan lebih sering memberikan dukungan, inspirasi dan menantang (mendorong) siswa untuk lebih berprestasi.  Akses menghubungi para guru/dosen pun lebih mudah, mereka dapat kita dekati dengan mudah. mereka pun akan terbuka bila kita  membutuhkan mereka secara personal, serta siswa pun memiliki "International Student Coordinator" dimana siswa dapat mendapatkan dukungan (support) baik diluar maupun didalam kegiatan sekolah/kuliah.
Salah satu alasan mengapa kualitas lulusan sekolah, college, dan Universitas memiliki standar yang baik/tinggi adalah kualitas para pengajar/dosen/guru. Untuk mendapatkan semua itu institusi-institusi pendidikan menanamkan investasi besar pada pengajarnya, serta seluruh pengajar memiliki kualifikasi khusus dan selalu memperbaharui ilmu dan keahlian mereka. Sistem pendidikan juga memperhatikan sstem penlaian.
Penilaian untuk suatu mata pelajaran/bidang studi mengacu kepada prestasi siswa dalam mengejakan tugas, baik itu tertulis maupun praktek (tergantung dari bidang studi), ujian, keaktifan dalam kelas, jumlah kehadiran dan nilai kelompok.
Pada tingkat college, dan Universitas penilaian dilakukan pada akhir semester dan atau disesuaikan dengan tahun akademik lembaga/institusi pendidikan yang anda gunakan. Sedangkan penilaian untuk penelitian "research" pasca sarjana diberikan oleh komite khusus, komite tersebut akan menilai dan mengevaluasi kualitas tesis anda, serta anda pun dapat mengikuti ujian lisan untuk mendukung tesis anda.

4. Miss Ogdan- Kepala Sekolah DHS
Miss Ogdan, sebagai kepala sekolah DHS- Dandenong Hgh School, sangat memahami tentang aspek pendidikan. Ia menguasai tentang padegogi, metode mengajar, psikologi remaja, teknik manajemen, dan banyak hal. Ia mengetahui syarat atau kualifikasi menjadi kepala sekolah, memahami kurikulum, memahami tugas-tugas dan tangung jawab guru, memahami tugas- tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dan memahami tugas-tugas dan tanggung jawab administrasi.
Kami berbincang bincang dengan Miss Ogdan, ia menjelaskan bahwa di Dandenong High School mengenal istilah “leadership team”- gunanya untuk mengembangkan kualtas leadership dan manajemen. Ia mengatakan bahwa seorang kepala sekolah harus tahu cara memotivasi/ mensupport guru, dan juga kebutuhan guru. Juga seorang kepala sekolah harus fokus pada teacher’s teaching quality.
Untuk menjaga kualtas manajemen kepala sekolah, Miss Ogdan membangun sustainable relationship (hubungan yang berkesinambungan). Ia juga membuat leading program, membuat regulasi sekolah- melibatkan guru, orang tua dan siswa dan juga masyarakat dan membangun kultur sekolah.
Seorang kepala sekolah, sebagamana Miss Ogden, selalu menciptakan iklim sekolah yang positif[3]. Sekolah secara fisik hanya sebatas gedung berikut sarana pendukungnya. Namun sebagai sebuah lembaga sekolah merupakan lingkungan bagi warganya untuk beraktifitas melaksanakan tugasnya demi mencapai tujuan bersama. Dari berbagai kepentingan yang ada maka disatukanlah dalam satu visi dan misi yakni memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi siswa-siswinya. Untuk tujuan tersebut maka perlu diciptakan lingkungan sekolah yang positif.
Faktor-faktor pendukung terwujudnya iklim sekolah yang positif didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah yang mendukung terselenggaranya seluruh program sekolah. Staf pengajar dan non pengajar yang memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam mensukseskan tercapainya tujuan institusi. Staff yang merasa bahwa keterlibatan mereka dalam pengambilan kebijakan sekolah adalah berharga dan masukan mereka pun dihargai. Kesempatan untuk meningkatkan profesionalitas kerja dan pengembangan karir. Adanya budaya kerjasama yang kental. Staff yang memahami dan melaksanakan peraturan dan tujuan sekolah dengan penuh kesadaran, kemudian lingkungan yang aman dan nyaman bagi staff untuk bekerja.
Terwujudnya Iklim sekolah yang positif tidak terlepas dari keterlibatan orang tua serta stake holder lainnya. Komunikasi dan kerjasama yang baik dalam bentuk dukungan terhadap setiap kebijakan sekolah sangatlah mutlak diperlukan.
Begitu kami selesai melakukan kunjungan di sekolah ini, tentu saja kami berkumpul lagi. Kami melakukan foto bersama. Akhirnya Miss Ogdan memberi kami surat ucapan terima kasih.  Pengalaman mengunjungi Dandenong Hgh School, sebagai sekolah tertua dan terbak di Melbourne tdak akan terlupakan.



[1] http://nengkoala.com/2012/11/16/smp-dan-sma-di-australia-relevan-dan-mencerdaskan/
[2] http://studydiaustralia.com/page/61353/metode-pendidikan.html
[3] http://majulahsekolahku.wordpress.com/2009/02/15/menciptakan-iklim-sekolah-yang-positif/

Kamar Hotel



Kamar Hotel
1. Green Apple Available
            Sejak dari Indonesia aku khawatir kalau aku bakal terserang sariawan. Maka sebelum berangkat aku membeli beberapa biji apple segar di Batusangkar dan menyimpannya ke dalam kotak dengan tujuan agar bisa aku konsumsi satu biji perhari di Australia. Mengkonsumsi buah segar sangat bagus buat pencernaan, apalagi buat mencegah gangguan percernaan. Kurang mengkonsumsi buah segar dan sayur bisa membuat kita susah untuk bab (buang air besar).
            Namun seperti yang dijelaskan oleh Rahman (tour leader) dan juga seperti yang aku lihat pada tulisan peringatan di bandara Sukarno Hatta, bandara Ngurah Raid an bandara Melbourne- Tullamarine- bahwa penumpang pesawat dilarang membawa sayur, buah segar dan beberapa produk makanan, herbal, minuman ke dalam Australia-ke dalam pesawat.
            Salah satu alasan logika mengapa Australia melarang penumpang membawa barang-barang tersebut buat masuk ke sini adalah buat melindungi produk makanan dan minuman benua ini. Dengan demikian perdagangan atau perekonimian ereka tetap jadi hidup.
            Aku jadi kasihan untuk membuang apple bagus tersebut, maka..ya aku bagi bagi buat dikonsumsi oleh teman- teman. Kecemasanku akan kekurangan buah segar tidak terbukti saat aku tinggal di Rydges Hotel ini. Meskipun banyak hal yang musti serba dibayar- serba dibeli di hotel ini, untuk apple semuanya gratis. Boleh ambil apple hijau atau apple merah dan malah boleh konsumsi kedua-duanya. Kami keberatan buat membeli dengan alasan mata uang dollar kami terbatas dan kalau ada yang tersedia secara gratis- ya kami nikmati sebaik mungkin.
            Abdul Hajjar melirik pada appleku ku. Mungkin ia merasa kurang segar dan tubuhnya butuh apple. Aku anjurkan ia untuk pergi ke parlour (ruang tunggu) dan di sana masih banyak tersedia apple merah dan apple hijau, tersedia secara cuma-cuma. Masing masing teman yang lain juga datang buat mengambil dan membawanya ke dalam kamar masing- masing.
            Kami sudah berada dalam kamar dan tiba tiba ada telpon. Siapa pula yang menelponku sampai ke Melbourne segala- fikirku.
            “Allo..pak Marjohan. Ini dari Rahman”
            “Iya, Mas rahman…,what’s the matter” Sapaku.
            “Begini, air mineral dalam kamar, bila label harga dan itu dibeli- dibayar. Menggunakan WiFi minta konfirmasi ke petugas hotel dan juga menggunakan TV juga musti bayar. Namun kopi, teh, crème ada yang tersedia gratis”.
            “Ohh..begitu. Berarti saya harus puasa, karena tidak tahu letak money buat menukar rupiah ke dollar”.
            “Tidak harus kehausan. Pak Marjohan bisa merebus air kran- airnya cukup layak buat diminum, coba panasin dengan tea-boiler. Setelah mendidih bisa bikin teh atau kopi atau krim, dan airnya juga bisa didinginkan. Itu semua gratis juga”.
            “Terima kasih Mas Rahman , yang sudah jadi problem solver bagi kami selama di Australia”.
            “Ah..biasa, itukan peran saya sebagai tour leader”. Kata Mas Rahman lagi. Ya kami merasa senang dan kami percaya saja untuk mengkonsumsi air keran- faucet water- karena supply air bersih Australia telah memenuhi standar air yang layak buat diminum.
            Aku tidak tahu kondisi waktu di Melbourne dan ternyata hari sudah menunjukan pukul 23.00 tengah malam. Sebelumnya aku sudah memanfaatkan waktu buat menulis dan membaca tentang Australia. Suhu dalam kamar terasa dingin dan aku menyukainya. Namun aku harus memasang kaus kaki untuk menjaga suhu tubuh ya…setelah itu aku tertidur dalam do’a pada Tuhanku- Allah Azza wajalla.
            Aku tidak merasa tidur di Melbourne, ya rasa tidur di Jakarta atau di Padang saja. Aku berharap bisamenengar suara azan untuk membangunkan aku- dan buat sholat subuh setelah itu. Walau dimana saja aku berada- sholat tak pernah aku lupakan, kan ada keringan buat sholat seperti melakukan qasar atau jamak.Wah itu impossible, ini kan Australia…!!!
             
2. Australia, negara Sekuler
            Australia telah mendelakrasikan diri sebagai negara sekuler, yaitu negarayang tudak mencampuri urusan agama warganya. Pendidikan agama buat anak- anak ya diurus oleh keluarga melalui komunitas. Ssebagai dampak bahwa gema agama tidak terasa. Dan mayoritas terlihat orang orang seolah-olah tidak beragama.
            Alhamdulillah kami merasa beruntung berada dalam satu grup yang masih kental dengan nilai agama Islamnya. Rasanya kalau kita selalu mengamalkan ajaran agama maka hubungan kita pada Tuhan dan juga pada manusia terasa dekat. Bila melihat orang susah, maka hati mudah tersentuh.
            Semalam saat kami berada di jalan di China town, aku perhatikan bahwa pada umumnya orang-orang tidak peduli atas kesengsaraan seorang pengemis. Tidak ada yang melirik padanya, entah itu penilaian subjektif aku saja. Kami sebagai orang yang datang dari Jakarta/ Indonesia merasa kasihan dan berfikir:
            “Mengapa pemuda ini menjadi gelandangan, dimana ibu dan bapaknya ?” Sementara itu aku perhatikan orang-orang lalu lalang saja dengan langkah-langkah amat cepat dan hampir tidak punya waktu buat sekedar melirik pada pengemis tersebut. Andai dia berada di kampungku- menjadi pengemis- adabanyak orang yang akan memberi dia santunan dan bakal berjatuhan coin-coin rupiah. Itu karena kita punya rasa belas kasih. Tetapi itu kan secuil peristiwa di Melbourne.
            Karena kurang mengenal agama maka free-sexadalah gaya hidup di sini. Sebagaimana yang aku lihat terhadap anak anak remaja Australia. Remaja di sini sangat memuja-muja cinta, juga kebebasan dan termasuk kebebasan sex.
            Di Rydges hotel, tempat kami menginap, aku melihat beberapa pasangan remaja- mungkin mereka masih kelas 3 SMA atau mungkin mahasiswa- memesan kamar dan melangkah dengan percaya diri menuju lift. Aku yakin mereka tidak menikah tetapi mereka tidur bersama tanpa merasa bersalah pada Tuhan.
            Kalau di hotel Indonesia- yang aku tahu- pasangan muda yang mau menginap di hotel musti memperlihatkan kartu nikah mereka. Kalau mereka tidak punya wah merekaharus menahan kantuk, atau kembali pulang, atau numpang tidur di pos ronda. Di Australia ketentuan ini tidak berlaku. Free sex sudah terlalu melangkah ke dalam kehidupan mereka.
            “Tidak…tidak, andai aku punya anak remaja ingin sekolah ke sini, ya aku belum memberi izin, karena khwatir mereka juga akan mengadopt pola hidup free sex. Yang lebih aman mengizinkan anak buat studi di sini ya setelah mereka cukup dewasa untuk berbuat dan berfikir”.
    









F. Menuju Dandenong High School

1. Satu dan setengah jam
            Hari ini adalah jadwal kami menuju sekolah- Dandenong high school. Jaraknya kira-kira satu setengah jam dari Rydges hotel. Sekolah ini terletak di suburb dan banyak sekolah berlokasi di suburb. Diperkirakan bahwa jalan menuju sekolah tesebut bisa lancar.
            Aku memilih bangku belakang, terasa lebih nyaman dan lebih rileks dan aku melemparkan pandangan ke luar. Aku melihat lebih banyak arus mobil/ kendaraan masuk menuju kota Melbourne lebih banyak ketimbang keluar kota. Berarti bahwa para pekerja di kotaMelbourne banyak yang tinggal di suburb.
            Aku merasa lapar, dan untung aku tadi pagi saat sarapan menyiapkan roti yang telah aku polesi dengan madu dan aku simpan dalam kotak. Ini cukup menghilang rasa laparku. Diam diam aku menikmati sisa sarapanku. Aku yakin bahwa teman teman di depan juga punya cara tersendiri buat mengusir rasa lapar mereka. Aku membuang pembungkusmakanan ke dalam tong sampah yang sengaja disedikan dalam bis ini.
            Aku berharap agar semua mobil di tanah airku juga dilengkapi dengan tong-tong sampah. Kita tahu bahwa semua sampah yang bertebaran di pinggir jalan di kampung kita itu semua berasal dari sampah yang sengaja dibuang dari kacsa mobil.
            Sebetul makan atau minum dalam mobil musti minta izin pada sopir. Kami semua sudah memperoleh izin dari Michael dan ia sudah memberi tahu pada kami untuk bisa jaga kebersihan. Oke kami tentu sudah tahu itu semua dan itu juga bagian dari gaya hidup guru guru terbaik ini, hhh.
            Sekali sekali bis kami melewati pom bensin. Atau pom BBM. Ada beberapa nama perusahaan BBM yaitu seperti Bp,Seven-Eleven, dan Liberty. Kalau di kampung kita- terutama di Sumatra Barat BBm masih dikelola dan dikuasai oleh Pertamina. Sama dengan di kampung kita bahwa pom bensin juga merupakan rest area. Di sana tersedia toilet, kafe, dan fasilitas ATM untuk warga Australia.

2. Ramah tamah di Sekolah Dandenong
            Setelah berada dalam bis selama kurang dari 2 jam, akhirnya kami sampai dekat Dandenong High School. Lokasinya di suburb atau di kabupaten. Kami menunggu dalam bis dan sementara itu Rahman turun untuk menghubungi pihak humas sekolah Dandenong. Bis akhirnya merapat ke sisi jalan dekat gerbang. Aku melibat ada palang yang menandakan bahwa semua kendaraan dilarang masuk ke halaman sekolah, alasannya adalah bisa merusak lantai pekarangan, aku melihat guru guru sekolah ini datang dengan taxi atau dengan tram yang lokasinya tidak jauh dari sekolah ini. Kami hanya diturunkan dan bis berangkat, karena bis dilarang parkir di sana.
            Kami mengikuti langkah Mas Rahman. Aku khawatir kehilangan moment dan memanfaatkan mengambil foto. Kami agakterlambat memasuki ruangan konferensi. Di sana kami disambut oleh Miss Susan Ogden- Kepala Sekolah Dandenong High School. Kami duduk melingkari meja bundar dengan lantai karpet. Dindingnya dikelilingi oleh pajangan foto-foto event sekolah. Ia sudah menjadi kepala sekolah di sana selama 1 tahun, dan secara keseluruhan ia sudah punya pengalaman sebagai kepala sekolah selama 24 tahun. Di sekolah ini ia dibantu oleh 4 orang wakil.
            Dandenong High School berdiri pada tahun 1919, dan merupakan salah satu sekolah tertua di negara bagian Victoria. Jumlah siswa di sekolah ini sekitar 2000 orang dan sekolah ini adalah sekolah multikultur, siswanya berasal dari berbagai immigrant dan menggunakan berbagai bahasa. Sekolah ini tentu saja sekolah heterogen ada suasana kompetisi yang sehat dengan demikian merupakan siswa dengan motivasi yang tinggi.
            Manajemen sekolah ini sangat baik, sehingga ada 3 sekolah telah bergabung atau merger dengan sekolah ini. Keputusan untuk merger bukan instruksi dari pemerintah tetapi permintaan dari masyarakat- orang tua siswa agar anak- anak merekajuga memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas. 3 sekolah yang merger juga bisa menerapkan seperti apa bentuk komunitas dan cara belajar yang diharapkan.   

2. Rahasia Manajemen Sekolah
            Sekolah yang sudah merger ini membentuk visi sekolah, kemudian merancang langkah strategis atau special misi buat menuju sukses. Dalam membangun visi mereka melibatkan banyak pihak seperti masyarakat, guru, orang tua dan alumni. Jadi membangun visi tidak menjadi hak mutlak seorang kepala sekolah.
            Kepala sekolah dan masyarakat meminta hadir semua guru dan mereka mengusulkan jenis atau pola mengajar yang sesuai untuk perkembangan kemajuan. Tentu saja banyak orang tua yang memiliki wawasan luas dan mereka memberi sumbang saran tentang bagaimana proses pengajaran yang bisa mengembangkan potensi murid. Kemudian juga meminta kepada guru sepertoi apa pola pengajaran yang bisa membuat guru-guru merasa nyaman.
            Ternyata ruangan tempat kami rapat adalah ruangan kelas. Pantasan aku melihat ada papan tulis, board marker dan juga foto foto aktifitas siswa. Aku juga ingin mengusulkan agar kelas- kelas di sekolah Sumatera juga lebih serius untuk mendesain kelas mereka.
            Pembelajaran di sekolah ini dilakukan dengan usaha yang innovative. Pembelajaran ada yang dilakukan oleh satu guru dan kalau jumlah guru berlebih maka dilakukan dalam team teaching, ada 2 atau 3 orang. Tugas team juga mendesain rencana pengajaran, melakukan dan menilainya- penilaian, misal dalam bentuk assessment dan kemudian menulis laporannya. Team bertanggung jawab atas 50 orang siswa per kelas.  
Tanggung jawab team teaching adalah one heart, tidak yang merasa superior dan yang lain merasa inferior. Pola team teaching yang damai perlu diaplikasi di sekolah kita. Setiap sore, guru mata pelajaran sejenis duduk bareng untuk membahas hasil kinerja mereka.

3. Suasana Kelas Yang Nyaman
            Usai bertukar fikiran dengan Miss Susan Ogden, kami dipersilahkan untuk berkunjung ke kelas. Aku mengikuti langkah seorang guru pemandu menuju sebuah kelas. Saat itu ada kegiatan PBM. Aku melihat suasana kelas yang berbeda. Satu kelas yang satu terhubung dengan kelas yang lain, kemudian aktivitas PBM di kelas sebelah bisa terlihat oleh guru lain.
            “Kenapa satu kelas dengan kelas yang lain hanya dipisah dengan kaca dan apa tidak mengganggu ?”:
            “Ini model pelayanan pendidikan kami. Kelas yang di sini dengan kelas yang di sebelah bisa saling melihat. Agar semangat bisa saling menular. Kalau kelas di sebelah belajar semangat, di sini tidak, maka sebagai guru, saya juga membuat kelas ini juga bersemangat”. Demikian penjelasan salah seorang guru.
            Tadi sebelum memasuki gedung kelas ini kami berjumpa dengan dua orang siswa, memakai jaketseperti jaket polisi, di punggungnya ada tulisan: on duty- atau sedang bertugas. Setelah kami tanya ternyata mereka sedang dapat tugas piket untuk kebersihan. Jadi mereka harus mencari cari sampah dalam perkarangan sekolah dan memungutnya dengan jepitan.
            Ide ini juga bagus untuk diadopsi, bahwa siswa yang piket kelas wilayahnya tidak hanya dalam kelas. Tentu saja ada dua orang perkelas memakai jaket piket dan mencari sampah di seputar perkarangan sekolah.
            Aku ingin mengambil foto. Mengambil foto siswa tentu saja diizinkan asal secara umum. Kemudian kami dipandu ke luar kelas- ke halaman. Kami melihat blok-blok gedung kelas. Ada gedung berwarna biru, berwarna hitam dan gedung dengan dinding batu-bata. Itu semua hanya sekedar membedakan kelompok kelas saja.
            Kami memasuki kelas yang lain dan PBM dipandu oleh team guru, dimana siswa duduk dalam grup. Team guru terlihat cerdas dan sangat kompak, tidak ada yang terlihat cukup dominan. Aku melihat bahwa meja guru hanya kecil saja, dan aku melihat tidak ada guru yang duduk- semua berjalan- beraktivitas dalam memandu siswa.
            Saat itu aku perhatikanm ada dua siswa yang bertugas hanya menyiapkan pertanyaan, ada kelompok yang memahami satu topik, ada kelompok lain yang memahami topik lain, dan juga ada siswayang sedang browsing internet untuk mencari info tambahan. Setelah itu akan ada proses prestasi dan kegiatan tanya jawab. Dan guru telah memiliki lembaran assessment di tangan.
            Aku memfoto setumpuk tugas siswa di atas meja guru. Saat itu adalah pelajaran bahasa Inggeris. Aku melihat coretan- coretan dan catatan revisi dan editing guru atas naskah artikel siswa, jadi guru betul- betul membaca tulisan siswa, tidak sekedar memberi tanda tangan dan memberi kata- kata “very good” saja. Tentu saja siswa merasa senang ya sebagai efek bahwa karya mereka ada dibaca oleh guru.
            Hari itu katanya adalah hari persiapan ekhibisi atau pameran budaya, karena para siswa berasal dari berbagai kultur di dunia. Mereka sedang mempersiapkan pernak pernik negaramereka, ada yang lagi membuat bendera, menulis kalimat dalam bahasa mereka- seperti bahasa Vietnam, Thailand, Indonesia, Croasia, dll. Adajuga yang bingin mempromosikan wisata, kuliner dan tari dari negaramereka. Mereka memajang dan setelah itu kelak akan saling mengunjungi stand masing- masing.
            Kalau sekolah di Jakarta, siswanya bisajadi berasal dari berbagai propinsi. Tentu saja mereka bisa mengadopsi kegiatan ini. Misalnya pada hari sabtu membuat kegiatan pameran daerah.

Penerimaan Siswa Baru "PPDB 2021-2022 SMAN 3 BATUSANGKAR"

  SMA NEGERI 3 BATUSANGKAR INFORMASI PEDAFTARAN PPDB 2021 -2022 1. Persyaratan PPDB Umum : 1. Ijazah atau surat keterangan Lulus 2. Kartu ke...