Kamar
Hotel
1.
Green Apple Available
Sejak
dari Indonesia aku khawatir kalau aku bakal terserang sariawan. Maka sebelum
berangkat aku membeli beberapa biji apple segar di Batusangkar dan menyimpannya
ke dalam kotak dengan tujuan agar bisa aku konsumsi satu biji perhari di
Australia. Mengkonsumsi buah segar sangat bagus buat pencernaan, apalagi buat
mencegah gangguan percernaan. Kurang mengkonsumsi buah segar dan sayur bisa
membuat kita susah untuk bab (buang air besar).
Namun
seperti yang dijelaskan oleh Rahman (tour leader) dan juga seperti yang aku
lihat pada tulisan peringatan di bandara Sukarno Hatta, bandara Ngurah Raid an
bandara Melbourne- Tullamarine- bahwa penumpang pesawat dilarang membawa sayur,
buah segar dan beberapa produk makanan, herbal, minuman ke dalam Australia-ke
dalam pesawat.
Salah
satu alasan logika mengapa Australia melarang penumpang membawa barang-barang
tersebut buat masuk ke sini adalah buat melindungi produk makanan dan minuman
benua ini. Dengan demikian perdagangan atau perekonimian ereka tetap jadi
hidup.
Aku
jadi kasihan untuk membuang apple bagus tersebut, maka..ya aku bagi bagi buat
dikonsumsi oleh teman- teman. Kecemasanku akan kekurangan buah segar tidak terbukti
saat aku tinggal di Rydges Hotel ini. Meskipun banyak hal yang musti serba
dibayar- serba dibeli di hotel ini, untuk apple semuanya gratis. Boleh ambil
apple hijau atau apple merah dan malah boleh konsumsi kedua-duanya. Kami
keberatan buat membeli dengan alasan mata uang dollar kami terbatas dan kalau
ada yang tersedia secara gratis- ya kami nikmati sebaik mungkin.
Abdul
Hajjar melirik pada appleku ku. Mungkin ia merasa kurang segar dan tubuhnya
butuh apple. Aku anjurkan ia untuk pergi ke parlour (ruang tunggu) dan di sana
masih banyak tersedia apple merah dan apple hijau, tersedia secara cuma-cuma. Masing
masing teman yang lain juga datang buat mengambil dan membawanya ke dalam kamar
masing- masing.
Kami
sudah berada dalam kamar dan tiba tiba ada telpon. Siapa pula yang menelponku
sampai ke Melbourne segala- fikirku.
“Allo..pak
Marjohan. Ini dari Rahman”
“Iya,
Mas rahman…,what’s the matter” Sapaku.
“Begini,
air mineral dalam kamar, bila label harga dan itu dibeli- dibayar. Menggunakan
WiFi minta konfirmasi ke petugas hotel dan juga menggunakan TV juga musti
bayar. Namun kopi, teh, crème ada yang tersedia gratis”.
“Ohh..begitu.
Berarti saya harus puasa, karena tidak tahu letak money buat menukar rupiah ke
dollar”.
“Tidak
harus kehausan. Pak Marjohan bisa merebus air kran- airnya cukup layak buat
diminum, coba panasin dengan tea-boiler. Setelah mendidih bisa bikin teh atau
kopi atau krim, dan airnya juga bisa didinginkan. Itu semua gratis juga”.
“Terima
kasih Mas Rahman , yang sudah jadi problem solver bagi kami selama di
Australia”.
“Ah..biasa,
itukan peran saya sebagai tour leader”. Kata Mas Rahman lagi. Ya kami merasa
senang dan kami percaya saja untuk mengkonsumsi air keran- faucet water- karena
supply air bersih Australia telah memenuhi standar air yang layak buat diminum.
Aku
tidak tahu kondisi waktu di Melbourne dan ternyata hari sudah menunjukan pukul
23.00 tengah malam. Sebelumnya aku sudah memanfaatkan waktu buat menulis dan
membaca tentang Australia. Suhu dalam kamar terasa dingin dan aku menyukainya.
Namun aku harus memasang kaus kaki untuk menjaga suhu tubuh ya…setelah itu aku
tertidur dalam do’a pada Tuhanku- Allah Azza wajalla.
Aku
tidak merasa tidur di Melbourne, ya rasa tidur di Jakarta atau di Padang saja.
Aku berharap bisamenengar suara azan untuk membangunkan aku- dan buat sholat
subuh setelah itu. Walau dimana saja aku berada- sholat tak pernah aku lupakan,
kan ada keringan buat sholat seperti melakukan qasar atau jamak.Wah itu
impossible, ini kan Australia…!!!
2. Australia, negara Sekuler
Australia
telah mendelakrasikan diri sebagai negara sekuler, yaitu negarayang tudak
mencampuri urusan agama warganya. Pendidikan agama buat anak- anak ya diurus
oleh keluarga melalui komunitas. Ssebagai dampak bahwa gema agama tidak terasa.
Dan mayoritas terlihat orang orang seolah-olah tidak beragama.
Alhamdulillah
kami merasa beruntung berada dalam satu grup yang masih kental dengan nilai
agama Islamnya. Rasanya kalau kita selalu mengamalkan ajaran agama maka
hubungan kita pada Tuhan dan juga pada manusia terasa dekat. Bila melihat orang
susah, maka hati mudah tersentuh.
Semalam
saat kami berada di jalan di China town, aku perhatikan bahwa pada umumnya
orang-orang tidak peduli atas kesengsaraan seorang pengemis. Tidak ada yang
melirik padanya, entah itu penilaian subjektif aku saja. Kami sebagai orang
yang datang dari Jakarta/ Indonesia merasa kasihan dan berfikir:
“Mengapa
pemuda ini menjadi gelandangan, dimana ibu dan bapaknya ?” Sementara itu aku
perhatikan orang-orang lalu lalang saja dengan langkah-langkah amat cepat dan
hampir tidak punya waktu buat sekedar melirik pada pengemis tersebut. Andai dia
berada di kampungku- menjadi pengemis- adabanyak orang yang akan memberi dia
santunan dan bakal berjatuhan coin-coin rupiah. Itu karena kita punya rasa
belas kasih. Tetapi itu kan secuil peristiwa di Melbourne.
Karena
kurang mengenal agama maka free-sexadalah gaya hidup di sini. Sebagaimana yang
aku lihat terhadap anak anak remaja Australia. Remaja di sini sangat
memuja-muja cinta, juga kebebasan dan termasuk kebebasan sex.
Di
Rydges hotel, tempat kami menginap, aku melihat beberapa pasangan remaja-
mungkin mereka masih kelas 3 SMA atau mungkin mahasiswa- memesan kamar dan
melangkah dengan percaya diri menuju lift. Aku yakin mereka tidak menikah
tetapi mereka tidur bersama tanpa merasa bersalah pada Tuhan.
Kalau
di hotel Indonesia- yang aku tahu- pasangan muda yang mau menginap di hotel
musti memperlihatkan kartu nikah mereka. Kalau mereka tidak punya wah
merekaharus menahan kantuk, atau kembali pulang, atau numpang tidur di pos
ronda. Di Australia ketentuan ini tidak berlaku. Free sex sudah terlalu
melangkah ke dalam kehidupan mereka.
“Tidak…tidak,
andai aku punya anak remaja ingin sekolah ke sini, ya aku belum memberi izin,
karena khwatir mereka juga akan mengadopt pola hidup free sex. Yang lebih aman
mengizinkan anak buat studi di sini ya setelah mereka cukup dewasa untuk
berbuat dan berfikir”.
F.
Menuju Dandenong High School
1. Satu dan setengah jam
Hari
ini adalah jadwal kami menuju sekolah- Dandenong high school. Jaraknya
kira-kira satu setengah jam dari Rydges hotel. Sekolah ini terletak di suburb
dan banyak sekolah berlokasi di suburb. Diperkirakan bahwa jalan menuju sekolah
tesebut bisa lancar.
Aku
memilih bangku belakang, terasa lebih nyaman dan lebih rileks dan aku
melemparkan pandangan ke luar. Aku melihat lebih banyak arus mobil/ kendaraan
masuk menuju kota Melbourne lebih banyak ketimbang keluar kota. Berarti bahwa
para pekerja di kotaMelbourne banyak yang tinggal di suburb.
Aku
merasa lapar, dan untung aku tadi pagi saat sarapan menyiapkan roti yang telah
aku polesi dengan madu dan aku simpan dalam kotak. Ini cukup menghilang rasa
laparku. Diam diam aku menikmati sisa sarapanku. Aku yakin bahwa teman teman di
depan juga punya cara tersendiri buat mengusir rasa lapar mereka. Aku membuang
pembungkusmakanan ke dalam tong sampah yang sengaja disedikan dalam bis ini.
Aku
berharap agar semua mobil di tanah airku juga dilengkapi dengan tong-tong
sampah. Kita tahu bahwa semua sampah yang bertebaran di pinggir jalan di
kampung kita itu semua berasal dari sampah yang sengaja dibuang dari kacsa
mobil.
Sebetul
makan atau minum dalam mobil musti minta izin pada sopir. Kami semua sudah
memperoleh izin dari Michael dan ia sudah memberi tahu pada kami untuk bisa
jaga kebersihan. Oke kami tentu sudah tahu itu semua dan itu juga bagian dari
gaya hidup guru guru terbaik ini, hhh.
Sekali
sekali bis kami melewati pom bensin. Atau pom BBM. Ada beberapa nama perusahaan
BBM yaitu seperti Bp,Seven-Eleven, dan Liberty. Kalau di kampung kita- terutama
di Sumatra Barat BBm masih dikelola dan dikuasai oleh Pertamina. Sama dengan di
kampung kita bahwa pom bensin juga merupakan rest area. Di sana tersedia
toilet, kafe, dan fasilitas ATM untuk warga Australia.
2. Ramah tamah di Sekolah Dandenong
Setelah
berada dalam bis selama kurang dari 2 jam, akhirnya kami sampai dekat Dandenong
High School. Lokasinya di suburb atau di kabupaten. Kami menunggu dalam bis dan
sementara itu Rahman turun untuk menghubungi pihak humas sekolah Dandenong. Bis
akhirnya merapat ke sisi jalan dekat gerbang. Aku melibat ada palang yang
menandakan bahwa semua kendaraan dilarang masuk ke halaman sekolah, alasannya
adalah bisa merusak lantai pekarangan, aku melihat guru guru sekolah ini datang
dengan taxi atau dengan tram yang lokasinya tidak jauh dari sekolah ini. Kami
hanya diturunkan dan bis berangkat, karena bis dilarang parkir di sana.
Kami
mengikuti langkah Mas Rahman. Aku khawatir kehilangan moment dan memanfaatkan
mengambil foto. Kami agakterlambat memasuki ruangan konferensi. Di sana kami
disambut oleh Miss Susan Ogden- Kepala Sekolah Dandenong High School. Kami
duduk melingkari meja bundar dengan lantai karpet. Dindingnya dikelilingi oleh
pajangan foto-foto event sekolah. Ia sudah menjadi kepala sekolah di sana
selama 1 tahun, dan secara keseluruhan ia sudah punya pengalaman sebagai kepala
sekolah selama 24 tahun. Di sekolah ini ia dibantu oleh 4 orang wakil.
Dandenong
High School berdiri pada tahun 1919, dan merupakan salah satu sekolah tertua di
negara bagian Victoria. Jumlah siswa di sekolah ini sekitar 2000 orang dan
sekolah ini adalah sekolah multikultur, siswanya berasal dari berbagai
immigrant dan menggunakan berbagai bahasa. Sekolah ini tentu saja sekolah
heterogen ada suasana kompetisi yang sehat dengan demikian merupakan siswa
dengan motivasi yang tinggi.
Manajemen
sekolah ini sangat baik, sehingga ada 3 sekolah telah bergabung atau merger
dengan sekolah ini. Keputusan untuk merger bukan instruksi dari pemerintah
tetapi permintaan dari masyarakat- orang tua siswa agar anak- anak merekajuga
memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas. 3 sekolah yang merger juga
bisa menerapkan seperti apa bentuk komunitas dan cara belajar yang diharapkan.
2. Rahasia Manajemen Sekolah
Sekolah
yang sudah merger ini membentuk visi sekolah, kemudian merancang langkah
strategis atau special misi buat menuju sukses. Dalam membangun visi mereka
melibatkan banyak pihak seperti masyarakat, guru, orang tua dan alumni. Jadi
membangun visi tidak menjadi hak mutlak seorang kepala sekolah.
Kepala
sekolah dan masyarakat meminta hadir semua guru dan mereka mengusulkan jenis
atau pola mengajar yang sesuai untuk perkembangan kemajuan. Tentu saja banyak
orang tua yang memiliki wawasan luas dan mereka memberi sumbang saran tentang
bagaimana proses pengajaran yang bisa mengembangkan potensi murid. Kemudian
juga meminta kepada guru sepertoi apa pola pengajaran yang bisa membuat
guru-guru merasa nyaman.
Ternyata
ruangan tempat kami rapat adalah ruangan kelas. Pantasan aku melihat ada papan
tulis, board marker dan juga foto foto aktifitas siswa. Aku juga ingin
mengusulkan agar kelas- kelas di sekolah Sumatera juga lebih serius untuk
mendesain kelas mereka.
Pembelajaran
di sekolah ini dilakukan dengan usaha yang innovative. Pembelajaran ada yang
dilakukan oleh satu guru dan kalau jumlah guru berlebih maka dilakukan dalam
team teaching, ada 2 atau 3 orang. Tugas team juga mendesain rencana
pengajaran, melakukan dan menilainya- penilaian, misal dalam bentuk assessment
dan kemudian menulis laporannya. Team bertanggung jawab atas 50 orang siswa per
kelas.
Tanggung jawab team
teaching adalah one heart, tidak yang merasa superior dan yang lain merasa
inferior. Pola team teaching yang damai perlu diaplikasi di sekolah kita.
Setiap sore, guru mata pelajaran sejenis duduk bareng untuk membahas hasil
kinerja mereka.
3. Suasana Kelas Yang Nyaman
Usai
bertukar fikiran dengan Miss Susan Ogden, kami dipersilahkan untuk berkunjung
ke kelas. Aku mengikuti langkah seorang guru pemandu menuju sebuah kelas. Saat
itu ada kegiatan PBM. Aku melihat suasana kelas yang berbeda. Satu kelas yang
satu terhubung dengan kelas yang lain, kemudian aktivitas PBM di kelas sebelah
bisa terlihat oleh guru lain.
“Kenapa
satu kelas dengan kelas yang lain hanya dipisah dengan kaca dan apa tidak
mengganggu ?”:
“Ini
model pelayanan pendidikan kami. Kelas yang di sini dengan kelas yang di
sebelah bisa saling melihat. Agar semangat bisa saling menular. Kalau kelas di
sebelah belajar semangat, di sini tidak, maka sebagai guru, saya juga membuat
kelas ini juga bersemangat”. Demikian penjelasan salah seorang guru.
Tadi
sebelum memasuki gedung kelas ini kami berjumpa dengan dua orang siswa, memakai
jaketseperti jaket polisi, di punggungnya ada tulisan: on duty- atau sedang
bertugas. Setelah kami tanya ternyata mereka sedang dapat tugas piket untuk
kebersihan. Jadi mereka harus mencari cari sampah dalam perkarangan sekolah dan
memungutnya dengan jepitan.
Ide
ini juga bagus untuk diadopsi, bahwa siswa yang piket kelas wilayahnya tidak
hanya dalam kelas. Tentu saja ada dua orang perkelas memakai jaket piket dan
mencari sampah di seputar perkarangan sekolah.
Aku
ingin mengambil foto. Mengambil foto siswa tentu saja diizinkan asal secara
umum. Kemudian kami dipandu ke luar kelas- ke halaman. Kami melihat blok-blok
gedung kelas. Ada gedung berwarna biru, berwarna hitam dan gedung dengan
dinding batu-bata. Itu semua hanya sekedar membedakan kelompok kelas saja.
Kami
memasuki kelas yang lain dan PBM dipandu oleh team guru, dimana siswa duduk
dalam grup. Team guru terlihat cerdas dan sangat kompak, tidak ada yang
terlihat cukup dominan. Aku melihat bahwa meja guru hanya kecil saja, dan aku
melihat tidak ada guru yang duduk- semua berjalan- beraktivitas dalam memandu
siswa.
Saat
itu aku perhatikanm ada dua siswa yang bertugas hanya menyiapkan pertanyaan,
ada kelompok yang memahami satu topik, ada kelompok lain yang memahami topik
lain, dan juga ada siswayang sedang browsing internet untuk mencari info
tambahan. Setelah itu akan ada proses prestasi dan kegiatan tanya jawab. Dan
guru telah memiliki lembaran assessment di tangan.
Aku
memfoto setumpuk tugas siswa di atas meja guru. Saat itu adalah pelajaran
bahasa Inggeris. Aku melihat coretan- coretan dan catatan revisi dan editing
guru atas naskah artikel siswa, jadi guru betul- betul membaca tulisan siswa,
tidak sekedar memberi tanda tangan dan memberi kata- kata “very good” saja. Tentu saja siswa merasa senang ya sebagai efek
bahwa karya mereka ada dibaca oleh guru.
Hari
itu katanya adalah hari persiapan ekhibisi atau pameran budaya, karena para
siswa berasal dari berbagai kultur di dunia. Mereka sedang mempersiapkan pernak
pernik negaramereka, ada yang lagi membuat bendera, menulis kalimat dalam
bahasa mereka- seperti bahasa Vietnam, Thailand, Indonesia, Croasia, dll.
Adajuga yang bingin mempromosikan wisata, kuliner dan tari dari negaramereka.
Mereka memajang dan setelah itu kelak akan saling mengunjungi stand masing-
masing.
Kalau
sekolah di Jakarta, siswanya bisajadi berasal dari berbagai propinsi. Tentu
saja mereka bisa mengadopsi kegiatan ini. Misalnya pada hari sabtu membuat
kegiatan pameran daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them