Sight-Seeing
1. Kota dengan empat Musim dalam Satu
Hari
Matahari
bersinar terang, tetapi suhunya bukan panas. Di luar
bis suhunya amat dingin sekarang. Bis kami dilengkapi dengan AC untuk suhu
hangat. Iklim Melbourne atau Victoria ditandai oleh beberapa zona iklim, dari
daerah yang panas dan kering di barat laut hingga padang salju di pegunungan
tinggi di timur laut. Melbourne terkenal dengan cuacanya yang berubah-ubah[1], yang sering disebut
memiliki 'empat musim dalam satu hari'. Pada umumnya, kota ini memiliki iklim
sedang dengan musim panas yang berkisar dari hangat ke terik; musim semi dan
musim gugur yang ringan dengan suhu sedang; serta musim dingin yang sejuk. Suhu
rata-rata 25°C pada musim panas dan 14°C pada musim salju. Curah hujan paling
tinggi dari bulan Mei sampai Oktober. Di sini Anda akan menemukan informasi
seputar suhu udara, curah hujan, dan aktivitas musiman untuk membantu Anda
merencanakan liburan di Melbourne.
Dengan
iklimnya yang beragam, Melbourne biasanya terasa panas dari Desember hingga Februari (musim
panas), menyejuk dari Maret sampai Mei (musim gugur), lebih dingin di bulan
Juni hingga Agustus (musim dingin), dan kembali menghangat dari September
sampai November (musim semi). Suhu udara tertinggi Melbourne biasanya terjadi
di bulan Januari dan Februari, di mana cuaca umumnya kering dan panas dengan
suhu rata-rata berkisar antara 15 – 26°C. Curah hujan rata-rata tahunan untuk
Melbourne sekitar 600mm. Juni dan Juli adalah bulan-bulan paling dingin, dan
Oktober bulan paling sering hujan. Saran yang dianjurkan adalah bersiaplah
untuk segala cuaca – bawalah payung dan kenakan pakaian berlapis yang dapat
digunakan sewaktu-waktu diperlukan.
Usaha
ekonomi utama masyarakat Melbourne adalah pada bidang peternakan dan pertanian.
Pemerintah Australia sangat melindungi produk pertanian dan peternakan
negaranya. Apa saja produk pertanian dan peternakan dari luar Australia
dilarang masuk. Makanya aku merasa cemas membawa apel. Apel tersebut sudah aku
bagi- bagi pada teman-teman sebelum meninggalkan hotel (check out) saat masih
berada di Jakarta.
Kami
melewati jalan- jalan toll yang mulus dan dari balik tembok pembatas kami dapat
melihat bentangan tanah pertanian dan juga ada usaha peternakan. Jalan toll di
Australia semuanya gratis- tidak perlu dibayar. Karena semuanya sudah tercakup
ke dalam bentuk pembayaran pajak. Jadinya pemilik mobil/ kendaraan di Australia
membayar pajak lebih tinggi.
2. Pertanian Australia
Jika kita tidak
ingin kelaparan pada saat populasi penduduk dunia meningkat nanti, hiduplah di
Australia[2]. Saat ini Australia memproduksi hasil pangannya melebihi kebutuhan
penduduknya. Hasil produksi pangan Australia dua
pertiga dieksport ke luar negeri. Hasil produksi pangan yang melimpah tersebut
bukan terjadi begitu saja mengingat jenis tanah Australia tidaklah sesubur
tanah di Indonesia. Australia saat ini adalah termasuk negara pengeksport
terbesar kebutuhan pangan di dunia.
Sejarah pertanian
Australia telah menempuh perjalan panjang sejak tahun 1800 pada saat imigran
pertama datang ke Australia. Keadaan jenis tanah Australia tidak
memungkinkan sepenuhnya untuk mengolahnya sebagai lahan produktif.
Langkanya sumber air merupakan halangan utama bagi petani Australia.
Belum lagi musim kering yang berkepanjangan karena curah hujan yang kurang
perlu pengelolaan tersendiri.
Sistem irigasi secara
perlahan dikenalkan di Australia semenjak akhir abab 18. Petani yang
sebelumnya lebih banyak memelihara domba daripada produk pertanian, mulai bisa
menanam sayuran dan buah-buahan. Dan dengan dibangunnya jalur-jalur kereta api
pada tahun 1850an, produk pertanian mulai bisa diproduksi dalam skala besar.
Sekitar pada awal abab 19 industri perkebunan tebu, buah anggur mulai terdapat
di Australia. Demikian juga produk-produk dari peternakan sapi. Sistem
pengairan memungkinkan produk peternakan tidak saja dari domba.
Produk pertanian
Australia mengalami kenaikan cukup pesat pada awal abad 20 dimana produknya
telah melebihi kebutuhan dalam negeri sehingga dua pertiganya perlu dieksport
ke negara lain. Kelebihan produk pertanian tersebut berkat dukungan pemerintah
pada para petani. Pemerintah juga mengenakan tarif import untuk
mengurangi produk import.
3. Kuliah Gratis Dari Pemandu
Aku
merasa kagum pada pemandu dan sopir karena wawasan mereka yang serba tahu
tentang Melbourne dan benua Australia. Kami mengajukan pertanyaan pada pemandu
dan andai pemandu merasa jawabannya separoh benar maka kami mendengar
penjelasan dari Michael- sang sopir.
Suasana
jalan di kota ini beda dengan di negara kita. Barangkali karena populasi di
negara jauh lebih banyak dan jalan jalan raya jauh lebih ramai, maka terlihat
disana-sini para polisi menjaga ketertiban jalan. Di kota ini jarang sekali
kami melihat polisi. Polisi memonitor kondisi jalan raya melalui CCTV. Jadi
polisi baru terlihat kalau sudah ada accident- maka turunlah polisi, ambulan
dan pemadam kebakaran dalam bentuk satu paket.
Charles
membawa kami berkeliling Melbourne, ya sekedar mengisi acara sight-seeing. Kami
belum menuju hotel, karena kami akan check-in di hotel pukul 13.00 siang. Ada
bebrapa tempat yang bakal kami kunjungi yaitu Victoria market, Captain Cook
Cottage dan Colline Street.
a). Pasar Victoria
Mas
Rachman mengatakan bahwa kami mau melewati jalan menuju Queen Victoria Market.
Kami bakal punya kegiatan lihat-lihat pasar. Pasar Victoriadalah pasar tua dan
harga barang tergolong murah di sana. Queen Victoria Market menyediakan barang
apa saja yang bisa dipikirkan orang. Hampir 1.000 pedagang menjual
barang-barangnya di pasar yang luasnya sekitar tujuh hektar.
Pasar yang buka selama
lima hari dalam seminggu itu (tutup pada hari Senin dan Rabu) mencakup pasar
yang antara lain menjual bahan makanan sehari-hari, seperti berbagai macam
ikan, daging, buah-buahan dan sayur-sayuran, wine, roti tawar, jajanan seperti
sandwich, hotdog, pizza, pakaian, aneka macam suvenir, compact disc dan kaset,
mainan anak-anak, serta binatang peliharaan.
Pasar yang buka mulai
pukul 06.00 itu tutup pada pukul 14.00 (Selasa dan Kamis), pukul 18.00 (Jumat),
pukul 15.00 (Sabtu), dan pukul 16.00 (Minggu). Dan, bisa dijangkau dengan menggunakan bus,
trem, kereta api, atau menggunakan mobil, mengingat pelataran parkirnya cukup
luas. Itu sebabnya di Queen Victoria Market dengan mudah ditemui peternak yang
menjual binatang peliharaan, seperti ayam dan bebek, di sekitar truk bak
terbuka yang diparkir di pelataran parkir Queen Victoria Market.
Aku tidak mau asal
beli, khawatir nanti bagasiku jadi lebih berat dan akan bermasalah di
immigrasi. Aku hanya membeli beberapa souvenir buat teman dan keluarga di
Indonesia. Aku sempat membeli souvenir seperti kaus oblong dan juga peci.
Selebihnya aku hanya jalan-jalan menelusuri keliling komplek pasar dan
mengambil foto-foto buat memori.
Aku jadi tahu bahwa
sumber air bersih di pasar Victoria adalah “reusable water” atau air daur
ulang. Di sana tidak ada aliran sungai untuk memasok air. Jadi semua air hujan
ditampung dalam bak di bawah permukaan pasar dan demikian juga air bekas.
Kemudian diproses- disuling- dan dialirkan lagi.
Aku sempat berjumpa
dengan beberapa pedagang berwajah melayu- barangkali mereka adalah orang Philipina,
Malaysia atau Indonesia. Ohh juga orang Indonesia. Dan aku bertanya apakah
mereka itu TKW (Tenaga Kerja Wanita).
“Bukan pak, kami bukan
TKW..kami adalah mahasiswa S.2 yang lagi kerja samping untuk mencari tambahan
uang dan kami dapat izin dari kampus untuk bekerja part-time”. Demikian kata
salah seorang dari mereka.
B. Captain Cook Cottage
Ini
kunjunganku yang ke dua kali ke taman James Cook. Tahun lalu aku amat tidak
mengenal lokasi ini. Sekarang aku sudah kenal malah masih terngiang bahwa dalam
taman ini ada rumah kecil bersejarah, milik James Cook, yaitu penemu benua
Australia. Rumahnya asli didatangkan dari England. Yaitu rumah James Cook yang
di Inggris dilepaskan batu batanya dan semua material, kemudian dibawaka
Australia dan dibangun kembali- mirip dengan bentuk semula di Inggris. Nah
demikianlah cara orang Australia menghargai tokoh dan sejarah mereka.
Enam
bulan lalu aku cuma sekedar melihat lihat saja dan sangat hati hati agar aku
tidak banyak menyentuh benda benda Australia- karena dikatakan oleh Pak Ismet
bahwa itu termasuk salah satu larangan. Ternyata tidak pula sekaku hal
tersebut.
Kedatangan
kali ini aku merasa lebih rileks. Kami mampir dari gerbang yang lain. Pada
mulanya kami melihat lihat dari luar taman, termasuk melihat ritual falan-gong
yaitu ritual milik keturunan China. Kemudian kami bergerak menuju museum
conservatory dan mengabadikan segala sesuatu dengan kamera kami. Ternyata
conservatory ini hanyalah sebuah rumah kaca dimana aneka warna bunga selalu
dapat tumbuh sepanjang waktu, meski dalam musim dingin dan musim gugur.
C. Colline Street
Colline
Street ini ibarat Jalan Sudirman buat kota Jakarta, yaitu jalan utama yang
sangat sibuk dan tertata menarik. Kami sengaja ke jalan ini buat mencari
restoran untuk makan siang- kami makan di restoran Thailand. Kebetulan restoran
ini cukup dekat dengan penginapan kami di Rydges Hotel.
Kami
diantarkan dulu ke hotel dan setelah jam 6.00 sore kami diminta untuk berjalan
ke restoran Thailand yang dimaksud. Aktu juga buru- buru turun dari lantai 16
di hotel itu dan akhirnya kami semua bisa menemui Restoran Thailand. Aku merasa
nyaman dan cukup percaya bahwa makanan yang bakal kami santap adalah makanan
halal, karena Reira Tour sudah memesan makanan halal buat kami di sana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them