Orang Indonesia Juara
Nyanyi
1. Konjen, Tempat Yang Nyaman
Hari terakhir di Australia kami habiskan di kantor
Konsulate Jenderal RI di Sydney. Alamatnya adalah di 236
Maroubra Rd, Maroubra NSW 2035, Australia. Selesai mengikuti kegiatan ramah tamah dengan
Pak Nicolas dan juga Pak Akbar Makarti, kami semua menyebar ke sekeliling
gedung. Aku merasa senang dan nyaman, seperti di rumah sendiri. Orang orang
banyak yang datang dan pergi ke gedung ini.
Konsulate Jenderal memang sangat
diperlukan. Seorang konsul
atau konsul jenderal[1]
adalah pemimpin sebuah konsulat wakil resmi sebuah negara
bertindak untuk membantu dan melindungi warga negaranya serta menfasilitasi
hubungan perdagangan dan persahabatan (hal ini yang membedakan tugas antara
seorang konsul dengan duta besar yang mewakili sebuah negara) yang ditugaskan
di luar wilayah metropolitan
atau ibu
kota
sebuah negara di luar negeri dan berkewajiban menjaga kepentingan negara serta
rakyatnya yang berada di negara luar negeri tersebut. Kantor tempat konsul
bertugas disebut konsulat atau konsulat jenderal, dan umumnya berada
di bawah pimpinan sebuah kedutaan
besar, yang biasanya terletak di ibu kota negara.
Aku
sempat berbincang- bincang dengan warga Indonesia yang telah lama tinggal di
sini. Aku lupa dengan namanya. Ia mengatakan bahwa saat merasa sendiri di
perantauan, kangen rumah sudah tentu melanda. Ingat teman-teman di tanah air,
rindu keluarga di rumah, kangen masakan ibu dan segudang perasaan lainnya
campur aduk di benak pelajar Indonesia di Australia. Untuk mengatasi perasaan
‘homesick’ itu ada banyak cara yang bisa dilakukan. Agar semakin bersemangat
menimba ilmu di Negeri Kanguru siswa dapat bergabung dengan kelompok-kelompok
kemahasiswaan maupun komunitas Indonesia di Australia. Biasanya
kelompok-kelompok ini banyak di jumpai di Universitas atau kampus yang memiliki
banyak pelajar dari Indonesia yang menuntut ilmu di beberapa kampus di Australia
barat seperti Curtin University, Edith Cowan University, TAFE maupun Murdoch.
Salah satu contohnya
adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia-Western Australia[2].
Perhimpunan ini menyatukan ratusan pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di negara
bagian Australia paling barat. Mereka memiliki beragam aktifitas seperti Lomba
Pidato Bahasa Indonesia, acara olah raga dan kesenian, ramah-tamah dengan
penduduk Australia lewat pesta BBQ dan beragam kegiatan lainnya. Apabila Anda
adalah pelajar Indonesia di Australia dan ingin bergabung, bisa mengisi
formulir berikut ; http://ppia-wa.org/wp-login.php?action=register
Dengan bergabung dalam perhimpunan ini, pelajar bisa bergabung, bertukar pikiran,
berkegiatan, mempererat persaudaraan, membangun jaringan/networking, dan
tentunya dapat bertemu sesama orang Indonesia dan merasa seperti di rumah
sendiri.
Selain itu, Konsulat
Jenderal Indonesia (seperti di Sydney, Perth dan tempat lain) siap membantu
mengakomodir kepentingan warga Indonesia di Australia untuk tinggal secara
nyaman. Berbagai informasi mengenai komunitas ini dapat dengan mudah di temui
di Konjen RI yang terletak di Pusat Kota. Dengan bergabung bersama
komunitas/perhimpunan tersebut dapat menjaga diri dari kegiatan-kegiatan
negative yang mungkin dapat mempengaruhi tujuan utama kita untuk belajar di
Australia demi masa depan. Komunitas-komunitas tersebut juga sangat welcome
untuk menyambut anggota baru dan senang berbagi berbagai informasi penting
tentang pengalaman mereka selama belajar, bekerja maupun tinggal di kota-kota
Australia.
Di konjen Sydney ini
ada cukup berita, apalagi tentang kemajuan bangsa kita di benua Australia ini.
Aku merasa surprised saat mengetahui bahwa ternyata saat ada kegiatan pemilihan
“Bintang Australia Idol- yang dalam programnya disebut Australia’s Got Talent
atau AGT”, ternyata pemenangnya adalah orang kita yang bernama Julius Firdaus.
Aku ingin menceritakan tentang pria ini buat teman- teman di Indonesia.
2. Julius Firdaus- Juaranya Australia
Idol
Julius
Firdaus adalah asal Indonesia yang memperoleh juara sebagai Australia Idol,
yang dalam nama kejuaraannya adalah “Australia’s Got Talent (AGT)”[3].
Media-media Australia menjulukinya gelar “a
man with angelic voice’. Di satu sisi sebagai orang Indonesia kita merasa
bangga, namun di sisi lain kita menyadari ironi betapa minimnya orang kita yang
berpengaruh baik dalam segi entertainment maupun politik disbanding orang-orang
background Asia lainnya di Australia.
Julius
menjadi pioneer dan contoh bahwa orang Indonesia juga bisa turut berintegrasi
dengan kultur mainstream entertainment di Australia. Julius datang ke Sydney
kira- kira 3-4 tahun yang lalu. Ia adalah pelajar musik pada Australia International
Conservatorium of Music di Rozelle.
Ia
datang ke Sydney karena mendapat beasiswa untuk classical singing di bidang opera. Lumayan terhormat karena dari
semua murid conservatorium, ia satu satunya yang dapat beasiswa penuh dan satu
satunya orang donesia. Kebanyakan pelajarnya datang dari Iran, Irak, Amerika,
Perancis, Spanyol, dll. Ia pertama kali menemukan talenta dalam menyanyi saat
iamasih kecil. Karena pada kenyataanya ia mendapat scholarship juga sejak dini.
Sepertinya memang sudah jalan baginya, waktu kecil ia sudah ikut banyak
kompetisi.
Dalam
keluarganya sendiri tak ada yang berdarah musik. Oleh karena itu dulu orang
tuanya/ papanya sempat menentang hobbynya. Karena papanya punya bisnis besar,
sukses dan papanya ingin agar ia menjadi penerusnya.
Sebelum
mengikuti kegiatan Australia Idol, ia memiliki kegiatan rutinitas sehari-hari.
Kebetulan pas tahun kedua ia bikin program dan ia diminta jadi director acara
tersebut. Sejak saat itu teman-temannya, rata-rata orang bule, berkata bahwa
mereka ingin bekerjasama dan ingin belajar bersama. Maka ia mulai menjadi pengajar
musik. Dan saat ia bertemu dengan komunitas Korea, mereka mengajak Julius buat
membuka sekolah bareng di Ashfield dan Julius menjadi kepala pengajar hingga
sekarang.
Julius
kemudian juga diangkat menjadi pengajar di conservatorium tempat ia belajar.
Jadi ia sebagai pelajar dan sekaligus juga menjadi pengajar- semacam assisten
professor. Memang hidup ini tidak ada yang terjadi secara instant (secara
tiba-tiba. Semua harus dijalani dengan telaten.
Pengalaman
saat mengikuti AGT (atau Australia Idol) tentu saja pada mulanya ia sempat nervous. Apalagi iatahu bahasa
Inggrisnya masih ajep-ajep. Namanya saja mengikuti acara Australia’s Got
Talent, jadi ia harus tampil selayaknya orang Australia, bukan Indonesia. Jadi
perjuanganya tiap saat harus berbicara bahasa Inggris. Sebagai orang Indonesia
sebelum mengucapkan sesuatu harus mikir dulu, bahasa Indonesianya apa dan terus
diterjemahkan ke bahasa Inggris.
Bayangkan
di dalam gedung ada 2000- 3000 orang dan 4 juri. Semuanya orang besar, salah
satunya Geri Halliwell[4]…yang
merupakan idolnya Julius sejak ia berumur 14 tahun. Mengetahui bahwa ia bakal
nyanyi di depan mereka lalu akan dikomentari tentu membuanya nervous. Julius sangat bersyukur karena
acara Australia idol itu hanya dibuka buat citizen Australia dan permanent
resident, sementara ia belum- tapi sedang mengurus menjadi permanent resident.
Namun ia bisa mengikuti acara tersebut.
Julius
sering disebut sebagai penyanyi seriosa. Ia tahun bahwa kalau di Indonesia
jaman dulu seriosa dimulai pas pada jaman pak Pranajaya[5]-
merupakan seorang penyanyi tenor dalam musik seriosa Indonesia. Ia sering disebut sebagai "Bapak
Seriosa Indonesia"- dan banyak
penyanyi era 1940- 1950. Sebenarnya seriosa itu diambil dari kata opera namanya
seria. Jaman dulu ada istilah operetta, opera buffa dan opera seria.
Berkat
prestasi pada AGT Julius mendapat tawaran kontrak banyak label musik. Ada yang
menawarkan untuk pindah ke London dan Amerika Serikat. Tentu saja tidak bisa
diambil karena ia sebagai murid beasiswa sudah tanda tangan kontrak sampai
selesai. Maka fokusnya untuk sementara hanya belajar dulu. Yang jelas ia tidak
mau menjadi orang yang sebagai penonton saja, ia selalu ingin mengambil peran
dalam hidup ini.
Julius
punya pesan bagi anak anak Indonesia agar bisa menjadi Go Internasional maka
perlu mengubah cara berfikir. Memang itu semua soal mindset, musti dibentuk
dari dalam. Kalau di Australia terlihat orang sini melihat apa yang kita
bisa….bukan apa yang kamu punya. Sementara itu di Indonesia, sering lihatnya
dari apa yang kita punya…bukan apa yang kita bisa. Yah kalau kitamau ingin jadi
orang yang lebih internasional, maka jadilah orang yang kepribadian dan etos
kerjanya internasional juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
if you have comments on my writings so let me know them